Epidemiologi
Merupakan anemia yang paling sering terjadi pada bayi dan anak Anemia defisiensi besi menjadi salah satu masalah gizi utama di Indonesia Resiko anemia ini dapat menyebabkan produktifitas kerja rendah, daya tahan tubuh terhadap penyakit menurun, dan kemampuan belajar anak sekolah rendah
Lambung:
X Usus:
Fe X
Fe +++
+
Fe ++
Fe +++
Fe ++
Ferritin
Plasma:
Sumsum tulang:
Transferin
SUMBER BESI
Makanan yang mengandung banyak unsur besi:
Hati sapi Daging ayam Ikan Kerang Telur Cereal Roti buah - buahan, dan sayur sayuran hijau ( buncis, bayam )
Definisi
Anemia defisiensi besi adalah anemia mikrositik hipokrom yang terjadi akibat defisiensi besi dalam gizi disertai penurunan kuatitatif pada sintesa hemoglobin
mg/litre
4% 6% 6% 8% 50% 10% n/a n/a
Schoolchildren 12 years Adolescents Aborigines 15 years Various Boys:1% Girls: 2% Boys:2% Girls: 9% 28-80%
n/a
404
n/a 20-70
496 Various
6-24 months
28%
14%
43
Etiologi
Faktor resiko pada usia 1 tahun pertama defisiensi besi Diet : * ASI tanpa pemberian suplemen besi * Pemberian susu sapi pada usia 1 tahun pertama * Formula rendah besi
Selama / sesudah melahirkan * Anemia selama kehamilan * Berat badan lahir rendah * Prematuritas * Diabetes yang tidak terkontrol
- Pemberian makanan tambahan yang terlambat, yaitu karena bayi hanya diberi ASI saja 2. Anak usia 1 2 tahun - Infeksi berulang seperti enteritis, bronkopneumonia
- Kehilangan darah yang kronis karena infeksi parasit misalnya ankilostomiasis, amubiasis - Diet yang tidak adekuat
Penyebab lain :
Masukan gizi yang berkurang Muntah berulang pada bayi Pemberian makanan tambahan yang tidak sempurna Infeksi berulang Malabsorbsi Pengeluaran besi yang berlebihan Enteritis Infeksi cacing : ankilostoma, T. Trichiura Amebiasis Kebutuhan besi yang meningkat Pertumbuhan bayi Infeksi akut berulang Infeksi menahun
Gejala klinis
Anamnesa : - Letargi / lemah - Irritabilitas - Kesulitan untuk berkonsentrasi - Perubahan tingkah laku - Sakit kepala, cepat lelah - Kurang minat dalam bermain - Tidak dapat melakukan sesuatu tanpa dibantu
Pemeriksaan fisik : - Pucat - Konjuctiva okular berwarna kebiruan / putih mutiara - Papil lidah atrofi - Kardiomegali - Sistolik murmur
Pada pemeriksaan radiologis ditemukan adanya pelebaran diploe dan penipisan tabula eksterna pada tulang tengkorak
Pemeriksaan Laboratorium
Anemia Def Fe
Eritrosit Hemoglobin MCV MCH MCHC Berubah bentuk: mikrositosis, hipokromia, poikilositosis Menurun < 76 < 27 < 32
Klasifikasi Morfologi
Untuk menentukan morfologi darah digunakan beberapa istilah: Mean corpuscular volume (MCV): Nilai hematokrit x 10 Jumlah eritrosit (juta/mm3) Normal 76-96 ;. < 76 c mikrositik; >96 makrositik Mean Corpuscular Hemoglobin (MCH): Nilai hemoglobin x 10 Jumlah eritrosit (juta/mm3) Normal 27 32 c ;< 27c hipokrom ; > 32 c hiperkrom (biasa normokrom). Mean Corpuscular Hemoglobin Concentration: Nilai hemoglobin x 100 Nilai hematokrit Normal : 32 - 37%. < 32% : Hipokrom ; > 37hiperkrom ( biasa disebut normokrom )
Pada sediaan hapus darah tepi, terdapat gambaran morfologi mikrositik hipokrom ( kadar MCV, MCH dan MCHC berkurang ) Eritrosit berinti mungkin tampak pada darah tepi Sel darah putih normal Trombositosis ( 600.000 - 1.000.000/mm ) Presentase retikulosit normal atau meningkat Poikilositosis, sel target
Pencegahan primer
Faktor - faktor yang paling penting 1. Menunda pemakaian susu sapi sampai usia 1 tahun 2. Pemberian ASI 3. Pemakaian preparat besi, terutama bagi bayi yang prematur 4. Pemberian cereal mengandung besi dan makanan yang kaya akan asam askorbat
Pencegahan Sekunder
Bagi anak yang mempunyai satu atau lebih faktor resiko, harus dilakukan skreening untuk melihat apakah sudah terjadi defisiensi besi Skreening pada 1 tahun pertama usia 9 - 12 bulan Pada bayi prematur dan BBLR dilakukan skreening pada usia 6 bulan
Bagi anak yang pernah defisiensi besi sebelumnya, atau memakan makanan yang rendah besi, atau pindah dari negara yang berkembang, dilakukan skreening pada usia 15 - 18 bulan Hasil ini bila positif, maka bisa dimulai therapinya, tapi bila hasinya negatif, dapat dilakukan pencegahan primer untuk mencegah terjadinya defisiensi
Obat - obatan :
1. Nama obat : Sulfas Ferrossus ( Feratab, FerIron, Slow Fe )
Pengobatan untuk pasien anemia defisiensi besi. Bentuk pengobatan yang paling sering dipakai dan paling murah. Tiap tablet mengandung 50 60 mg garam besi. Bentuk suspensi sering digunakan untuk pediatri. Dosis anak : 3 6 mg/KgBB/hari
2. Nama Obat : Carbonyl Iron ( Feosol, Fer-in-Sol, Slow Fe ) Sedikit lebih mahal dari sulfas ferossus Tiap tablet mengandung 45 60 mg besi Dosis anak : 3 6 mg/KgBB/ hari 3. Nama Obat : Dextran Iron ( InFed , DexFerrum ) Untuk pemakaian IV, InFed diencerkan dalam NaCl 0,9% Dosis anak : 5 - 10 Kg : 50 mg besi ( 1 mL ) 10 50 Kg : 100 mg besi ( 2 mL )
Pemakaian sulfas ferossus diberikan sebelum sarapan pagi, absorbsi akan menjadi lebih baik bila diberikan bersama dengan sumber vitamin C, seperti jus jeruk. Sedangkan bahan makanan yang menghambat absorbsi dari sulphas ferossus, seperti dedak / kulit padi, polyphenol, oksalat, phytate, serat pada sayuran, phosphat, teh.
Pengobatan :
Preparat besi, dapat juga diberikan dengan : Mg Besi =
Jumlah Hb yang dibutuhkan - jumlah Hb awal x 80 x BB x 0,3 100
Makan makanan yang banyak mengandung besi Transfusi darah Antibiotika Antihelmintik