Anda di halaman 1dari 82

SINTESIS LAKTOGENIN SENYAWA ANALOG ASETOGENIN

DARI TETRAHIDROFURAN-3-KARBOKSALDEHID DAN 2-ASETIL--


BUTIROLAKTON DENGAN KATALIS NATRIUM METOKSIDA
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S. Farm)
Program Studi ilmu Farmasi
Oleh :
Laurensius Widi Andikha Putra
NIM : 088114055
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2012
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
i
SINTESIS LAKTOGENIN SENYAWA ANALOG ASETOGENIN
DARI TETRAHIDROFURAN-3-KARBOKSALDEHID DAN 2-ASETIL--
BUTIROLAKTON DENGAN KATALIS NATRIUM METOKSIDA
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S. Farm.)
Program Studi ilmu Farmasi
Oleh :
Laurensius Widi Andikha Putra
NIM : 088114055
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2012
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iv
HALAMAN PERSEMBAHAN
Think before You Cant Think
Do before You Never Can Do
Because
Youre Special Guys
and
Remember
Youll Never Walk Alone
-Laurensius Widi Andikha Putra-
God will make a way
Where there seems to be no way
He works in ways we cannot see
He will make a way for me
He will be my guide
Hold me closely to His side
With love and strength
For each new day
He will make a way
He will make a way
Kupersembahkan karya ini bagimu:
Ayah dan Ibuku serta Segenap Keluarga Tercinta
Ungkapan rasa hormat dan baktiku
Almamaterku
iv
HALAMAN PERSEMBAHAN
Think before You Cant Think
Do before You Never Can Do
Because
Youre Special Guys
and
Remember
Youll Never Walk Alone
-Laurensius Widi Andikha Putra-
God will make a way
Where there seems to be no way
He works in ways we cannot see
He will make a way for me
He will be my guide
Hold me closely to His side
With love and strength
For each new day
He will make a way
He will make a way
Kupersembahkan karya ini bagimu:
Ayah dan Ibuku serta Segenap Keluarga Tercinta
Ungkapan rasa hormat dan baktiku
Almamaterku
iv
HALAMAN PERSEMBAHAN
Think before You Cant Think
Do before You Never Can Do
Because
Youre Special Guys
and
Remember
Youll Never Walk Alone
-Laurensius Widi Andikha Putra-
God will make a way
Where there seems to be no way
He works in ways we cannot see
He will make a way for me
He will be my guide
Hold me closely to His side
With love and strength
For each new day
He will make a way
He will make a way
Kupersembahkan karya ini bagimu:
Ayah dan Ibuku serta Segenap Keluarga Tercinta
Ungkapan rasa hormat dan baktiku
Almamaterku
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
v
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vii
PRAKATA
Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas kesempatan,
penyertaan, anugerah dan berkat yang luar biasa selama penelitian dan
penyusunan skripsi yang berjudul SINTESIS LAKTOGENIN SENYAWA
ANALOG ASETOGENIN DARI TETRAHIDROFURAN-3-
KARBOKSALDEHID DAN 2-ASETIL--BUTIROLAKTON DENGAN
KATALIS NATRIUM METOKSIDA sehingga penulis dapat menyelesaikannya
dengan baik.
Dalam perjalanan hingga selesainya skripsi ini, penulis tidak dapat
menyelesaikannya seorang diri. Bantuan, dukungan, dan doa yang diberikan
kepada penulis sehingga penulis mampu menyelesaikan skripsi ini. Pada
kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada:
1. Dekan Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yang telah
mendukung penulis dalam melakukan penelitian ini.
2. Bapak Jeffry Julianus, M.Si., selaku dosen pembimbing atas bimbingan,
dukungan dan pengarahan kepada penulis atas segala masukan, kritik, dan
sarannya.
3. Ibu Dra. M. M. Yetty Tjandrawati, M. Si. dan Ibu Prof. Dr. Sri Noegrohati,
Apt. selaku dosen penguji atas segala masukan, kritik dan sarannya.
4. Ibu Rini Dwi Astuti, M.Si, Apt., selaku kepala laboratorium Farmasi, atas ijin
yang diberikan kepada penulis untuk melakukan penelitian di Laboratorium
Farmasi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
viii
5. Pak Parlan, Pak Kunto, Mas Bimo selaku staf laboran Laboratorium Farmasi
yang telah membantu penulis selama melakukan penelitian.
6. Ibu Lucia Wiwid Wijayanti, M.Si. selaku Dosen Pembimbing Akademik
penulis selama masa studi di Universitas Sanata Dharma.
7. Margareth Henrika Silow dan Elya Findawati sebagai sahabat dan partner
kerja dalam tim laktogenin yang telah banyak membantu penulis dari
perencanaan, pelaksanaan, hingga penulisan dan selalu memberikan nasihat
dan dukungan untuk lebih semangat dalam melakukan penelitian ini.
8. Felicia, Novy, Tere, Susi, Na, Helent, Sasa, Lele, Sari, Lala, Sinta, dan Ika
sebagai teman-teman terbaik dan sahabat terkasih yang selalu memberikan
dukungan dan menanyakan penulis kapan selesai dan kapan ujian yang
membantu dalam memberikan semangat dalam menyelesaikan penelitian ini.
9. Heppy, Adi, Valent, Paul, Abek, Pandu, Aldo, Curut, dan Rolando sebagai tim
cowok di FST 08 berbagi cerita bersama melepaskan penat dalam penyusunan
penelitian.
10. Teman-teman dalam kepanitiaan TITRASI 2011, PPnEC 2010, TITRASI
2009, dan pengurus BEMF 2010 dan 2011 atas kebersamaan kerja dalam
membangun diri penulis menjadi sekarang.
11. Teman-teman angkatan 2008, khususnya minat FST atas kisah belajar dan
berjuang bersama di Fakultas Farmasi Sanata Dharma.
12. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu yang telah banyak
membantu penulis dari awal hingga terselesaikannya penelitian ini.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ix
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan naskah skripsi ini penulis
tidak luput dari kekurangan mengingat segala keterbatasan wawasan dan
kemampuan penulis. Untuk itu, penulis mengharapkan kritik dan saran dari semua
pihak agar skripsi ini menjadi paripurna. Akhir kata, penulis berharap semoga
tulisan ini menginsipirasi dan berguna untuk kemajuan ilmu pengetahuan dalam
bidang Kimia dan Farmasi.
Penulis
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
x
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL........................................................................................... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING................................................. ii
HALAMAN PENGESAHAN............................................................................. iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ......................................................................... iv
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ............................................................. v
PRAKATA.......................................................................................................... vi
LEMBAR PERNYATAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA................. vi
PRAKATA.......................................................................................................... vii
DAFTAR ISI....................................................................................................... x
DAFTAR TABEL............................................................................................... xiii
DAFTAR GAMBAR.......................................................................................... xiv
DAFTAR LAMPIRAN....................................................................................... xvi
INTISARI............................................................................................................ xvii
ABSTRACT............................................ ............................................................ xviii
BAB I PENGANTAR......................................................................................... 1
A. Latar Belakang............................................................................................. 1
1. Rumusan Masalah ................................................................................... 6
2. Keaslian Penelitian.................................................................................. 6
3. Manfaat Penelitian................................................................................... 6
B. Tujuan Penelitian ......................................................................................... 7
BAB II PENELAAHAN PUSTAKA.................................................................. 8
A. Senyawa Acetogenin sebagai penuntun ....................................................... 8
B. Tetrahidrofuran-3-karboksaldehid ............................................................... 9
C. 2-asetil--butirolakton.................................................................................. 10
D. Reaksi Kondensasi Aldol Silang.................................................................. 11
E. Sintesis Laktogenin...................................................................................... 11
F. Uji Pendahuluan........................................................................................... 12
1. Pemeriksaan organoleptis........................................................................ 12
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xi
2. Kromatografi lapis-tipis .......................................................................... 13
3. Gas Chromatography-Mass Spectra (GC-MS)....................................... 14
G. Elusidasi Struktur......................................................................................... 15
1. Spektroskopi Inframerah......................................................................... 15
2. Spektrometri Massa................................................................................. 16
H. Landasan Teori............................................................................................. 17
I. Hipotesis ...................................................................................................... 18
BAB III METODOLOGI PENELITIAN............................................................ 19
A. Jenis dan Rancangan Penelitian................................................................... 19
B. Definisi Operasional .................................................................................... 19
1. Starting material ..................................................................................... 19
2. Katalis ..................................................................................................... 19
3. Senyawa target ........................................................................................ 19
C. Bahan Penelitian .......................................................................................... 19
D. Alat Penelitian.............................................................................................. 20
E. Tata Cara Penelitian..................................................................................... 20
1. Pembuatan katalis natrium metoksida..................................................... 20
2. Sintesis laktogenin dengan katalis natrium metoksida............................ 21
3. Uji pendahuluan ...................................................................................... 21
a. Organoleptis ...................................................................................... 21
b. Uji kemurnian menggunakan Kromatografi Lapis Tipis (KLT) ........ 21
c. Gas Chromatography-Mass Spectroscopy ......................................... 21
4. Elusidasi struktur senyawa hasil sintesis................................................. 22
a. Spektrofotometri inframerah .............................................................. 22
b. Spektometri massa.............................................................................. 22
F. Analisis Hasil ............................................................................................... 22
1. Analisis pendahuluan .............................................................................. 22
2. Pemeriksaan kemurnian senyawa hasil sintesis ...................................... 23
3. Elusidasi struktur..................................................................................... 23
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN............................................................ 24
A. Sintesis Laktogenin...................................................................................... 24
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xii
B. Analisis Pendahuluan................................................................................... 29
1. Pemeriksaan organoleptis........................................................................ 29
2. Pengujian senyawa hasil sintesis dengan kromatografi lapis-tipis (KLT) 30
C. Elusidasi Struktur Senyawa Hasil Sintesis .................................................. 32
1. Pengujian senyawa hasil sintesis menggunakan spektroskopi inframerah 32
2. Analisis senyawa hasil sintesis menggunakan kromatografi gas-
spektrometri massa.................................................................................. 40
3. Penggabungan hasil elusidasi struktur .................................................... 44
BAB V KESIMPULAN...................................................................................... 47
A. Kesimpulan .................................................................................................. 47
B. Saran ............................................................................................................ 47
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................... 48
LAMPIRAN........................................................................................................ 51
BIOGRAFI PENULIS ....................................................................................... 63
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiii
DAFTAR TABEL
Tabel I. Perbandingan organoleptis senyawa hasil sintesis dengan
starting material .................................................................. 30
Tabel II. Nilai R
f
senyawa hasil sintesis dan 2-asetil--butirolakton. 31
Tabel III. Interpretasi pita vibrasi senyawa hasil sintesis.................... 34
Tabel IV. Interpretasi pita vibrasi tetrahidrofuran-3-karboksaldehid.. 37
Tabel V. Interpretasi pita vibrasi 2-asetil--butirolakton ................... 38
Tabel VI. Perbandingan hasil interpretasi spektra inframerah senyawa
asil sintesis dengan 2-asetil--butirolakton dan
tetrahidrofuran-3-karboksaldehid........................................ 40
Tabel VII. Perhitungan nilai R
f
senyawa hasil sintesis ......................... 56
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Design molekul analog asetogenin dengan modifikasi
panjang rantai alkil penghubung cincin THF dan cincin
-lakton................................................................................ 4
Gambar 2. Struktur umum dari asetogenin ........................................... 8
Gambar 3. Tetrahidrofuran-2-karboksaldehid dan Tetrahidrofuran-3-
karboksaldehid..................................................................... 9
Gambar 4. Besarnya muatan tiap atom Tetrahidrofuran-2-karboksaldehid
dan Tetrahidrofuran-3-karboksaldehid dalam bentuk ball and
stick dengan software Marvin Sketch Version 5.2............... 10
Gambar 5. Struktur 2-asetil--butirolakton ........................................... 10
Gambar 6. Reaktifitas katalis basa sebagai nukleofil............................ 12
Gambar 7. Gambar skematik pemisahan dengan kromatografi gas dan
deteksi spektrometri massa (Electron Impact) .................... 14
Gambar 8. Gambar skematik sumber ionisasi elektron pada spektrometri
massa ................................................................................... 17
Gambar 9. Reaksi umum sintesis laktogenin ........................................ 18
Gambar 10. Struktur dari laktogenin sebagai senyawa target ................. 24
Gambar 11. Dua hidrogen alfa pada 2-asetil--butirolakton................... 26
Gambar 12. Mekanisme reaksi pembentukan ion enolat dari
2-asetil--butirolakton dengan ion metoksida ..................... 26
Gambar 13. Penyerangan ion enolat terhadap gugus karbonil
tetrahidrofuran-3-karboksaldehid serta pembentukan -OH-
karbonil................................................................................ 27
Gambar 14. Mekanisme dehidrasi -OH-karbonil .................................. 28
Gambar 15. Mekanisme reaksi pembentukan natrium metoksida .......... 28
Gambar 16. Posisi hidrogen pada tetrahidrofuran-3-karboksaldehid... 29
Gambar 17. Kromatogram kromatografi lapis-tipis senyawa hasil sintesis 31
Gambar 18. Spektra inframerah senyawa hasil sintesis .......................... 33
Gambar 19. Interaksi hidrogen yang mungkin terjadi pada senyawa hasil
sintesis ................................................................................. 35
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xv
Gambar 20. Spektra inframerah tetrahidrofuran-3-karboksaldehid ........ 36
Gambar 21. Spektra inframerah 2-asetil--butirolakton.......................... 38
Gambar 22. Kromatogram kromatografi gas senyawa hasil sintesis ...... 41
Gambar 23. Spektra massa senyawa hasil sintesis pada waktu retensi 5,151
Menit.................................................................................... 42
Gambar 24. Interpretasi pelepasan molekul senyawa -hidroksi laktogenin
Menjadi fragmen-fragmennya............................................. 44
Gambar 25. Struktur -hidroksi laktogenin............................................. 45
Gambar 26. Persamaan reaksi pembentukan laktogenin......................... 52
Gambar 27. Larutan hasil pencampuran starting material dengan katalis 53
Gambar 28. Senyawa hasil sintesis dalam bentuk cair............................ 53
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Perhitungan Bahan.......................................................... 51
Lampiran 2. Foto Senyawa Hasil Sintesis........................................... 53
Lampiran 3. Kromatogram KLT senyawa hasil sintesis dan perhitungan
R
f
..................................................................................... 54
Lampiran 4. Spektra IR senyawa hasil sintesis ................................... 55
Lampiran 5. Spektra IR 2-asetil--butirolakton .................................. 56
Lampiran 6. Spektra IR tetrahidrofuran-3-karboksaldehid................. 57
Lampiran 7. Kondisi kromatografi gas-spektrometri massa ............... 58
Lampiran 8. Kromatogram kromatografi gas senyawa hasil sintesis.. 59
Lampiran 9. Spektra massa peak 8 dengan waktu retensi 5,604 menit 60
Lampiran 10. Spektra massa peak 10 dengan waktu retensi 8,845 menit 61
Lampiran 11. Spektra massa senyawa hasil sintesis ............................. 62
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xvii
INTISARI
Senyawa asetogenin diketahui memiliki aktivitas sebagai antikanker
dengan menghambat kerja dari enzim kompleks I (NADH-ubiquinone
oksidoreduktase) yang terdapat dalam mitokondria. Senyawa ini dengan sifat
lipofilisitasnya yang tinggi memiliki kelemahan dalam kelarutannya yang kecil
dengan log P 8,44 sehingga perlu dilakukan modifikasi untuk memperbaiki
kelarutan dengan mempertahankan gugus aktifnya yaitu tetrahidrofuran dan -
lakton serta memperpendek rantai alkilnya. Senyawa hasil modifikasi tersebut
adalah laktogenin atau 3-(3-(tetrahidrofuran-3-il)akriloil)dihidrofuran-2(3H)-on)
yang mempunyai log P 0,90 dan diharapkan memiliki sifat kelarutan yang lebih
baik dibandingkan asetogenin.
Sintesis laktogenin dilakukan berdasarkan reaksi kondensasi aldol silang
dengan mereaksikan tetrahidrofuran-3-karboksaldehid 5.53 mmol (1 mL) dan 2-
asetil--butirolakton 5,53 mmol (0.5943 mL) menggunakan katalis natrium
metoksida (NaOCH
3
). Senyawa hasil sintesis dilakukan analisis pendahuluan
meliputi uji organoleptis dan uji kromatografi lapis tipis (KLT) dengan fase diam
silika gel GF
254
dan fase gerak toluena:metanol (1:1),dan elusidasi struktur dengan
spektroskopi inframerah dan kromatografi gas-spektrometri massa.
Senyawa hasil sintesis berupa larutan berwarna merah dan berbau
menyengat. Pengujian dengan KLT menunjukkan senyawa hasil sintesis memiliki
nilai R
f
0,314. Hasil elusidasi struktur dengan spektrometri massa dan
spektroskopi inframerah menunjukkan senyawa hasil sintesis adalah -hidroksi
laktogenin. -hidroksi laktogenin merupakan laktogenin yang belum mengalami
proses dehidrasi dan didapat kemurnian dengan kromatografi gas sebesar 74,07%.
Kata kunci : NADH-ubiquinone oksidoreduktase, laktogenin, reaksi kondensasi
aldol silang, natrium metoksida
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xviii
ABSTRACT
Asetogenin compounds are known to have anticancer activity by inhibiting
the work of the enzyme complex I (NADH-ubiquinone reduktase) contained in the
mitochondria. These compounds with high liphophilicity properties have a
weakness in solubility with log P 8.44, so necessary to modifications to improve
the solubility by maintaning a core group of tetrahydrofuran and -lactone as well
as shortening the alkyl chain. The modified compounds are laktogenin or 3-(3-
(tetrahidrofuran-3-il)akriloil)dihidrofuran-2(3H)-on) that have a log P 0.90 and is
expected to have a better solubility properties than asetogenin.
Laktogenin synthesis is based on cross-aldol condensation reaction by
reacting tetrahyrdofuran-3-karboksaldehid 5.53 mmol (1mL) and 2-acetyl--
butirolakton 5.53 mmol (0.5943 mL) using sodium methoxide catalyst (NaOCH
3
).
The results of the analysis carried out preliminary synthetic compounds include:
organoleptis test and thin layer chromatography (TLC) with silica gel GF
254
stationary phase and mobile phase toluene:methanol (1:1), and structure
elucidation by infrared spectroscopy and gas chromatography-mass spectrometry.
Compounds synthesized has form in red solution and smelly. Tests with
TLC showed Rf value 0.314. The results of structure elucidation by mass
spectrometry and infrared spectroscopy showed the compounds have synthesized
is -hydroxy laktogenin. -hydroxy laktogenin is laktogenin that has not
undergone a process of dehydration and obtained a gas chromatographic purity of
74.07%.
Keywords : NADH-ubiquinone oksidoreduktase, laktogenin, cross-aldol
condensation reaction, sodium methoxide
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
1
BAB I
PENGANTAR
A. Latar Belakang
Kanker adalah salah satu dari penyakit berbahaya yang banyak
menyebabkan kematian setiap tahun. Penyakit ini ditandai dengan hilangnya
kontrol selular dalam tubuh, sehingga pertumbuhan sel yang baik menjadi tidak
terkontrol. Sel-sel kanker akan menyerang jaringan lokal, berpindah ke tempat
lain dan berkembang biak. Sifat aktif dari sel kanker menyerang jaringan lain
bermula dari satu atau lebih sel yang bermutasi dan berubah. Sel-sel abnormal
(tumor) ini mempertahankan mutasinya melalui proses reproduksi sel meskipun
terdapat usaha dari sistem pertahanan tubuh yang berusaha mengeliminasi sel-sel
abnormal. Sel-sel yang bermutasi ini (berasal dari DNA yang abnormal) kemudian
bergerak ke seluruh tubuh dan berdiam di satu atau lebih organ tubuh.
Di Indonesia diperkirakan terdapat 113 penderita kanker baru untuk
setiap 100.000 penduduk per tahunnya. Prevalensi penderita kanker meningkat
dari tahun ke tahun akibat peningkatan angka harapan hidup, sosial ekonomi, serta
perubahan pola penyakit (WHO,2002). Menurut hasil Survei Kesehatan Rumah
Tangga (SKRT) pada tahun 2002, kanker menduduki urutan ke 6 penyebab utama
kematian di Indonesia setelah stroke. Data SKRT menunjukkan adanya
peningkatan penyebab kematian karena kanker yaitu dari 4,0% pada tahun 1992
meningkat menjadi 5,0% pada tahun 1995 dan meningkat lagi menjadi 6,0% pada
tahun 2001 (Anonim, 2007)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2
Annonaceous acetogenins (ACGs) merupakan salah satu molekul
bioaktif yang secara luas dikenal dan diisolasi dari famili tanaman annonaceae
(Piret, 2008). Berdasarkan isolasi dari tanaman annonaceae, asetogenin secara
umum memiliki struktur terdiri dari rantai C
32
atau C
34
asam lemak yang tidak
bercabang dan diakhiri dengan gugus -lakton. Terdapat beberapa gugus
tambahan seperti hidroksil, keton, epoksida, tetrahidrofuran (THF) dan
tetrahidropiran (THP) dengan adanya ikatan rangkap dua atau tiga (Bermenjo et
al., 2005).
Annonaceous acetogenins memiliki efek biologis yang impresif dengan
menjadi salah satu senyawa penting dalam perkembangan obat kanker.
Kemampuan antikanker dari ACGs ditunjukkan dalam menghambat enzim
NADH: ubiquinone oxidoreductase atau kompleks I pada rantai pernafasan di
mitokondria (Tormo et al., 2001). Penghambatan terjadi pada tahap perpindahan
elektron pada fase transfer elektron antara Fe-S cluster dan ubiquinone pool di
dalam kompleks I mitokondria (Friedrich et al., 1994). Sel kanker merupakan sel
yang memiliki metabolisme tinggi dan membutuhkan banyak ATP. ATP sebagai
energi dihasilkan pada rantai pernafasan di mitokondria. Ketika kerja enzim
NADH: ubiquinone oxidoreductase dihambat, sel akan mengalami kekurangan
ATP pada proses metabolisme yang terjadi. Kekurangan ATP akan menyebabkan
proses metabolisme terhenti dan akhirnya sel akan mengalami kematian (Piret,
2008; Tormo et al., 2001; Bermenjo et al., 2005)
Berdasarkan mekanisme aksi tersebut, dilaporkan terdapat 2 gugus
fungsional yang memainkan peranannya. Cincin tetrahidrofuran pada pusatnya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3
yang diikat gugus hidroksil dan gugus --unsaturated--lakton yang diikat rantai
alkil ditengah-tengah kedua gugus fungsional tersebut (Tormo et al., 2001).
Cincin tetrahidrofuran berperan sebagai jangkar yang bersifat hidrofilik di dalam
membran mitokondria. Pengubahan cincin tetrahidrofuran akan mempengaruhi
sifat hidrofilisitas senyawa dengan ditunjukkannya perubahan aktivitas melalui
parameter IC
50
berdasarkan metode pengurangan aktivitas kontrol NADH:
oxidase. Bullatacin dengan IC
50
sebesar 0,80 nM memiliki aktivitas lebih potent
dibandingkan analog asetogenin 1,2-siklopentanadiol bis-eter sebesar 1,4 nM
(Kojima, 2009). Rantai alkil yang terdapat dalam struktur senyawa golongan
asetogenin memiliki peranan sebagai penyumbang sifat hidrofobik yang dimiliki.
Sifat hidrofobik ini memiliki bagian dari kemampuan senyawa golongan
asetogenin dalam menembus membran sel dan menuju tempat aksi di dalam
kompleks I mitokondria. Semakin panjang rantai alkil akan memberikan sifat
hidrofobik yang semakin besar, namun dengan pemanjangan melampaui 13 atom
karbon akan menunjukkan terjadinya pengurangan aktivitas penghambatan
(Miyoshi, H., Ichimaru, N., dan Murai, M., 2007). Aktivitas penghambatan
senyawa 1 dengan panjang alkil 3 rantai memiliki nilai IC
50
sebesar 11 nM. Nilai
IC
50
lebih besar ditunjukkan pada senyawa 2 dengan 11 rantai alkil, senyawa 3
dengan 12 rantai alkil, senyawa 4 dengan 13 rantai alkil, dan senyawa 5 dengan
15 rantai alkil dengan nilai 16 nM, 34 nM, 117 nM, dan 1050 nM (Kojima, 2009).
Berdasarkan nilai tersebut menunjukkan bahwa semakin panjang rantai alkil yang
dimiliki semakin kecil nilai aktivitas hambatannya. Cincin -lakton berperan
sebagai sisi interaksi asetogenin dengan sisi interaksi quinone di dalam
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4
mitokondria kompleks I. Pengubahan cincin -lakton akan mempengaruhi
kekuatan aktifitas hambat yang dimiliki, seperti pengubahan cincin -lakton
menjadi cincin quinone memiliki IC
50
sebesar 15 dibandingkan dengan squamocin
yang merupakan golongan asetogenin dari alam dengan nilai IC
50
sebesar 1,3
(Kojima, 2009).
Gambar 1. Desain molekul analog asetogenin dengan modifikasi panjang rantai alkil
penghubung cincin THF dan cincin -lakton (Kojima, 2009)
Berdasarkan analisis hubungan antara struktur dan aktivitas
penghambatan yang ditunjukkan, dapat dilakukan modifikasi struktur untuk
meningkatkan aktivitas hambat terhadap kompleks I mitokondria. Peningkatan
aktivitas juga didukung kemampuan senyawa dalam menembus membran menuju
tempat aksinya. Struktur senyawa golongan asetogenin yang memiliki rantai alkil
yang panjang, memiliki sifat lipofilisitas yang besar dengan ditunjukkan nilai log
P sebesar 8,44. Nilai log P yang besar akan menunjukkan bahwa kelarutannya
didalam medium air akan sangat kecil dimana untuk dapat terabsorpsi menembus
membran, suatu senyawa juga harus memiliki kemampuan terlarut didalam
medium air. Pada penggunaan parenteral pun di tekankan obat harus dapat
terlarut dalam medium air, dimana darah sebagian besar terdiri atas kandungan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
5
air. Hal tersebut untuk mencegah obat mengkristal atau tidak terbawa oleh darah
sehingga mengendap di dalam pembuluh darah. Berdasarkan hal tersebut,
modifikasi molekul yang dilakukan adalah dengan memperpendek rantai alkilnya,
namun dengan mempertahankan gugusan aktifnya yaitu cincin tetrahidrofuran dan
-lakton. Senyawa hasil modifikasi diberi nama laktogenin, senyawa ini memiliki
sifat hidrofilisitasnya lebih tinggi dibanding senyawa asetogenin ditunjukkan
dengan nilai log P sebesar 0,90. Nilai log P mendekati 1 menunjukkan sifat
hidrofilisitas dan lipofilisitasnya yang lebih baik. Keuntungan sifat yang dimiliki
oleh senyawa hasil sintesis akan memudahkan proses absorbsi dan
permeabilitasnya menembus membran mitokondria untuk dapat berinteraksi
dengan enzim NADH: ubiquinone oxidoreductase dalam menghambat
pertumbuhan sel kanker.
Sintesis senyawa laktogenin (3-(3-(tetrahidrofuran-3-
il)akriloil)dihidrofuran-2(3H)-on) dapat dilakukan dengan mereaksikan
tetrahidrofuran-3-karboksaldehid dan 2-asetil--butirolakton dengan katalis
natrium metoksida berdasarkan reaksi kondensasi aldol silang. Kondensasi aldol
silang merupakan reaksi antara senyawa aldehid dengan suatu senyawa yang
memiliki hidrogen alfa sehingga menghasilkan suatu senyawa yang lebih besar
dengan atau tanpa hilangnya suatu molekul kecil. Tetrahidrofuran-3-
karboksaldehid yang berperan sebagai senyawa aldehid dengan adanya muatan
parsial positif dari gugus karbonilnya akan diserang oleh muatan negatif dari ion
enolat yang terbentuk dengan adanya penangkapan hidrogen alfa dari 2-asetil--
butirolakton oleh katalis natrium metoksida yang digunakan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
6
Natrium metoksida (NaOCH
3
) digunakan sebagai katalis yang memiliki
reaktifitas dan kebasaan yang lebih tinggi dibandingkan ion hidroksida. Dengan
kebasaan yang tinggi tersebut, akan membuat penangkapan hidrogen alfa dari 2-
asetil--butirolakton akan lebih cepat dan efektif sehingga akan dihasilkan suatu
intermediet ion enolat yang lebih reaktif dan reaksi kondensasi aldol silang akan
dapat berlangsung lebih optimal dan rendemen yang dihasilkan akan lebih banyak.
1. Rumusan masalah
Apakah senyawa laktogenin dapat disintesis dari tetrahidrofuran-3-
karboksaldehid dan 2-asetil--butirolakton dengan katalis natrium metoksida
(NaOCH
3
)?
2. Keaslian Penulisan
Penelitian tentang sintesis laktogenin dengan katalis natrium metoksida
(NaOCH
3
) ini sejauh pengetahuan dari peneliti belum pernah dilakukan
sebelumnya. Namun sudah ada beberapa sintesis analog asetogenin lain yang
pernah dilakukan antara lain: sintesis annonacin (Oasa et al., 2010), sintesis
trilobacin (Sinha et al., 1996), sintesis (+)-Parviflorin (Hoye dan Ye, 1996),
sintesis laktogenin dalam suasana basa etilendiamin (Findawati, 2011), dan
sintesis laktogenin dalam suasana basa piridin (Silow, 2011).
3. Manfaat Penelitian
a. Manfaat teoritis. Untuk memberikan informasi perkembangan tentang
sintesis senyawa laktogenin dengan katalis natrium metoksida (NaOCH
3
).
b. Manfaat metodologis. Untuk memberikan pengetahuan tentang cara
sintesis senyawa laktogenin dengan reaksi kondensasi aldol silang.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
7
c. Manfaat praktis. Untuk memberikan informasi adanya senyawa analog
asetogenin yang berpotensi sebagai antikanker.
B. Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui sintesis senyawa laktogenin dari tetrahidrofuran-3-
karboksaldehid dan 2-asetil--butirolakton dengan katalis natrium metoksida
(NaOCH
3
).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
8
BAB II
PENELAHAAN PUSTAKA
A. Senyawa Acetogenin sebagai Senyawa Penuntun
Annonaceous acetogenins (ACGs) merupakan golongan produk alam yang
dapat diisolasi dari tanaman famili annonaceae yang tersebar di daerah tropis dan
sub-tropis. ACGs secara umum memiliki struktur yang terdiri dari rantai karbon
tidak bercabang dengan panjang 32 atau 34 rangkaian karbon yang diakhiri
dengan gugus -lakton. Pada struktur ACGs terdapat gugusan seperti hidroksil,
keton, epoksida, tetrahidrofuran (THF) atau tetrahidropiran (THP), disertai adanya
ikatan rangkap (Bermenjo et al., 2005).
Gambar 2. Struktur umum dari asetogenin (Bermenjo et al., 2005)
Salah satu kemampuan dari ACGs yang diangkat adalah kemampuannya
sebagai antikanker. Sebagai antikanker ACGs akan menghambat kerja enzim :
ubiquinone oxidoreductase atau kompleks I pada rantai transpor elektron di
mitokondria, dengan tidak dihasilkannya ATP sebagai sumber energi untuk
pembelahan sel kanker (Tormo et al., 2001). Berdasarkan mekanisme aksi
tersebut terdapat hubungan antara struktur ACGs dengan aktivitasnya, dimana
gugus -lakton memainkan peran dalam penghambat kompleks I pada rantai
transpor elektron mitokondria dan gugus THF memainkan peran dalam
menembus membran mitokondria sehingga gugus -lakton dapat berinteraksi
dengan kompleks I. Untuk mengetahui hubungan antara stuktur dengan aktivitas
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
9
secara lebih mendalam, diperlukan sintesis bermacam-macam variasi senyawa
analog ACGs yang mengandung gugus-gugus yang diperkirakan dapat
menghambat kompleks I (Piret, 2008).
B. Tetrahidrofuran 3-karboksaldehid
Tetrahidrofuran-3-karboksaldehid memiliki formula C
5
H
8
O
2
yang
diproduksi oleh sigma-aldrich. Senyawa ini memiliki bentuk cair, tidak berwarna,
massa jenis 1,060 g/cm
3
, dengan titik didih pada 99C pada 1,013 hPa. Senyawa
ini didalam larutan starting material terkandung dalam bentuk campuran yang
terdiri dari komposisi tetrahidrofuran-3-karboksaldehid (40-60%), tetrahidrofuran-
2-karboksaldehid (0,5-5%), dan air (35-65%) (Anonim, 2011).
Gambar 3. Tetrahidrofuran-2-karboksaldehid (a) dan Tetrahidrofuran-3-karboksaldehid
(b)
Posisi atom O pada tetrahidrofuran-3-karboksaldehid dan tetrahidrofuran-
2-karboksaldehid mempengaruhi reaktifitas dari gugus karbonil sebagai elektrofil.
Atom C-karbonil pada tetrahidrofuran-3-karboksaldehid akan memiliki muatan
sebesar +0,29 dan pada tetrahidrofuran-2-karboksaldehid dengan muatan sebesar
+0,31. Hal ini terjadi karena awan elektron dari atom O masih mempengaruhi
elekton pada C-karbonil sehingga C-karbonil yang lebih dekat dengan posisi atom
O akan memiliki muatan positif paling besar.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
10
Gambar 4. Besarnya muatan tiap atomTetrahidrofuran-3-karboksaldehid (kiri) dan
Tetrahidrofuran-2-karboksaldehid (kanan) dalam bentuk ball and stick dengan software
Marvin SketchVersion 5.2
Tetrahidrofuran-3-karboksaldehid sebagai penyusun terbanyak yang akan
memegang peranan terbanyak dalam proses sintesis yang terjadi dengan berperan
sebagai elektrofil.
C. 2-asetil--butirolakton
2-asetil--butirolakton atau bisa disebut 2-asetil-4-butanolida memiliki
rumus umum C
6
H
8
O
3
. Senyawa ini memiliki sifat-sifat fisikokimia sebagai
berikut: kelarutan 200 g/L (20 C), massa relatif molekul 128,12 g/mol, massa
jenis 1,19 g/cm
3
(20 C), titik didih 142 C (40 hPa), refractive index 1,4562 (20
C, 589 nm) (Anonim, 2011).
Gambar 5. Struktur 2-asetil--butirolakton
Senyawa ini merupakan gabungan dari cincin lakton dan gugus asetil.
Cincin lakton merupakan gugusan ester dalam bentuk siklis dan dapat bereaksi
layaknya ester pada umumnya. Salah satu reaksi yang dapat terjadi adalah reaksi
10
Gambar 4. Besarnya muatan tiap atomTetrahidrofuran-3-karboksaldehid (kiri) dan
Tetrahidrofuran-2-karboksaldehid (kanan) dalam bentuk ball and stick dengan software
Marvin SketchVersion 5.2
Tetrahidrofuran-3-karboksaldehid sebagai penyusun terbanyak yang akan
memegang peranan terbanyak dalam proses sintesis yang terjadi dengan berperan
sebagai elektrofil.
C. 2-asetil--butirolakton
2-asetil--butirolakton atau bisa disebut 2-asetil-4-butanolida memiliki
rumus umum C
6
H
8
O
3
. Senyawa ini memiliki sifat-sifat fisikokimia sebagai
berikut: kelarutan 200 g/L (20 C), massa relatif molekul 128,12 g/mol, massa
jenis 1,19 g/cm
3
(20 C), titik didih 142 C (40 hPa), refractive index 1,4562 (20
C, 589 nm) (Anonim, 2011).
Gambar 5. Struktur 2-asetil--butirolakton
Senyawa ini merupakan gabungan dari cincin lakton dan gugus asetil.
Cincin lakton merupakan gugusan ester dalam bentuk siklis dan dapat bereaksi
layaknya ester pada umumnya. Salah satu reaksi yang dapat terjadi adalah reaksi
10
Gambar 4. Besarnya muatan tiap atomTetrahidrofuran-3-karboksaldehid (kiri) dan
Tetrahidrofuran-2-karboksaldehid (kanan) dalam bentuk ball and stick dengan software
Marvin SketchVersion 5.2
Tetrahidrofuran-3-karboksaldehid sebagai penyusun terbanyak yang akan
memegang peranan terbanyak dalam proses sintesis yang terjadi dengan berperan
sebagai elektrofil.
C. 2-asetil--butirolakton
2-asetil--butirolakton atau bisa disebut 2-asetil-4-butanolida memiliki
rumus umum C
6
H
8
O
3
. Senyawa ini memiliki sifat-sifat fisikokimia sebagai
berikut: kelarutan 200 g/L (20 C), massa relatif molekul 128,12 g/mol, massa
jenis 1,19 g/cm
3
(20 C), titik didih 142 C (40 hPa), refractive index 1,4562 (20
C, 589 nm) (Anonim, 2011).
Gambar 5. Struktur 2-asetil--butirolakton
Senyawa ini merupakan gabungan dari cincin lakton dan gugus asetil.
Cincin lakton merupakan gugusan ester dalam bentuk siklis dan dapat bereaksi
layaknya ester pada umumnya. Salah satu reaksi yang dapat terjadi adalah reaksi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
11
alkoholis dimana terjadi pemecahan gugusan ester dengan adanya alkohol yang
berperan sebagai agen nukleofilik dan reaksi dikatalisi oleh adanya basa atau asam
(Hennessy, Moane, dan Dermott, 2004).
D. Reaksi Kondensasi Aldol Silang
Reaksi kondensasi adalah reaksi dimana dua molekul atau lebih bergabung
menjadi satu molekul yang lebih besar, dengan atau tanpa hilangnya suatu
molekul kecil. Suatu kondensasi aldol akan berlangsung melalui pembentukan ion
enolat dengan bantuan katalis. Ion enolat yang terbentu akan bereaksi dengan
suatu molekul aldehid lain dengan cara mengadisi pada karbon karbonil untuk
membentuk suatu ion alkoksida yang kemudian merebut sebuah proton dari dalam
air untuk menghasilkan produk aldol itu. (Fessenden dan Fessenden, 1986).
Suatu aldehida tanpa hidrogen tidak dapat membentuk ion enolat dan
dengan demikian tidak dapat berdimerisasi dalam suatu kondensasi aldol. Namun
jika aldehida tersebut dicampur dengan aldehida lain atau keton yang memiliki
hidrogen , maka kondensasi keduanya dapat terjadi, sehingga reaksi ini
dinamakan reaksi kondensasi aldol silang. Suatu kondensasi aldol silang akan
sangat berguna apabila hanya satu senyawa karbonil yang memiliki hidrogen
karena untuk menghindari adanya senyawa campuran (Bruce, 2004).
E. Sintesis Laktogenin
Laktogenin (3-(3-(tetrahidrofuran-3-il)akriloil)dihidrofuran-2(3H)-on)
dapat disintesis dari tetrahidrofuran-3-karboksaldehid dan 2-asetil--butirolakton
dengan menggunakan katalis basa natrium metoksida berdasarkan reaksi
kondensasi aldol silang. Tetrahidrofuran-3-karboksaldehid akan berperan sebagai
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
12
aldehid dan 2-asetil--butirolakton sebagai keton. 2-asetil--butirolakton akan
berperan sebagai nukleofil dengan bentuk ion enolat yang beresonansi membentuk
karbanion dan akan menyerang atom C karbonil dari tetrahidrofuran-3-
karboksaldehid.
Gambar 6. Reaktivitas katalis basa sebagai nukleofil
Penggunaan katalis digunakan untuk menurunkan energi aktifasi suatu
reaksi. Dalam reaksi ini katalis basa digunakan dalam pembentukan ion enolat.
Natrium metoksida yang digunakan sebagai katalis merupakan basa yang kuat
dibandingkan dengan NaOH atau KOH. Dengan sifat basa yang lebih besar,
penangkapan hidrogen alfa dari 2-asetil--butirolakton akan terjadi lebih efektif
dan cepat sehingga intermediet ion enolat yang dihasilkan akan lebih reaktif dan
cepat bereaksi dengan elektrofil yang ada.
F. Uji Pendahuluan
1. Pemeriksaan Organoleptis
Uji secara organoleptis merupakan uji yang paling sederhana dan memuat
paparan mengenai suatu zat secara umum meliputi bentuk,warna, dan bau. Dalam
penelitian ini digunakan untuk mengetahui sifat fisik dari senyawa hasil sintesis.
Uji ini dilakukan dengan membandingkan senyawa hasil sintesis dengan starting
material yang digunakan.
Dari hasil uji ini dapat menjadi suatu uji kualitatif bahwa sudah terbentuk
suatu senyawa baru. Jika senyawa hasil sintesis berbeda dengan senyawa starting
material, maka bisa diambil kesimpulan awal bahwa telah terbentuk suatu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
13
senyawa baru. Meskipun pernyataan dalam pemeriksaan organoleptis tidak cukup
kuat dijadikan syarat baku, namun secara tidak langsung dapat membantu dalam
penilaian pendahuluan terhadap zat yang akan dituju (Anonim,1995).
2. Kromatografi Lapis Tipis
Kromatografi adalah suatu proses migrasi diferensial dimana komponen-
komponen cuplikan ditahan secara selektif oleh fase diam. Kromatografi
merupakan cara pemisahan yang mendasarkan partisi cuplikan antara fase
bergerak dan fase diam. Berdasarkan sifat-sifat kedua fase, maka kita dapat
membedakan berbagai jenis kromatografi (Sastrohamidjojo, 2005).
Kromatografi lapis tipis digunakan untuk mengidentifikasi komponen
tertentu. Metode ini menggunakan dua fase, yaitu fase diam dan fase gerak yang
memiliki kepolaran yang berbeda. Teknik ini menggunakan lempeng kaca atau
plastik yang dilapisi fase diam. Senyawa yang akan dianalisis ditotolkan pada
dasar lempeng fase diam dan dielusi dengan fase gerak yang akan bergerak naik
melalui fase diam oleh karena gaya kapilaritas. Berdasarkan hal tersebut dapat
dinyatakan jarak rambat suatu senyawa pada fase diam (R
f
) dapat digunakan
sebagai cerminan polaritas suatu senyawa (Bresnick, 2004).
Senyawa hasil sintesis ditotolkan pada plat KLT silika gel GF
254
dan
dielusi bersama pembanding starting material, yaitu tetrahidrofuran-3-
karboksaldehid dan 2-asetil--butirolakton. Terbentuknya senyawa baru dapat
dilihat dari totolan yang menunjukkan R
f
yang berbeda antara senyawa hasil
sintesis dengan starting material. Identifikasi dari bercak yang ada pada plat KLT
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
14
dapat dilakukan dengan melihat plat KLT di bawah sinar UV pada panjang
gelombang 254 nm (Bresnick, 2004).
3. Gas Chromatography-Mass Spectra (GC-MS)
Gas Chromatography-Mass Spectra (GC-MS) merupakan kombinasi
pemisahan antara kromatografi gas menggunakan detektor spektrometri massa.
Kombinasi metode pemisahan ini memberikan salah satu tehnik dalam
memisahkan, mengukur, dan mengidentifikasi senyawa organik yang bersifat
volatil dan semivolatil dalam campuran yang kompleks (Anonim, 2009).
Gambar 7. Gambar skematik pemisahan dengan kromatografi gas dan deteksi spektrometri
massa (Electron Impact)
Kromatografi gas akan dapat memisahkan senyawa volatil dan semivolatil
dengan resolusi yang sangat baik namun tidak dapat mengidentifikasi jenis
senyawa tersebut. Spektrometri massa akan memberikan informasi struktrur dari
senyawa itu dengan detail sehingga bisa teridentifikasi jenis dari senyawa
tersebut. Dengan digabungkan antara kromatografi gas dengan spektrofotometri
massa senyawa yang dalam campuran akan teridentifikasi berdasarkan waktu
retensi senyawa itu keluar dari kolom dan masuk ke dalam detektor (Anonim,
2009).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
15
G. Elusidasi Struktur
1. Spektroskopi Inframerah
Spektroskopi inframerah memberikan informasi mengenai gugus-gugus
fungsional yang terdapat dalam suatu senyawa. Spektra inframerah dapat
digunakan untuk menginterpretasikan ada tidaknya suatu gugus fungsional dalam
suatu molekul. Hampir semua gugus fungsional menyerap radiasi elektromagnetik
pada panjang gelombang yang spesifik, seperti gugus C=O pada keton hanya
menyerap pada daerah 1680 sampai 1750 cm
-1
. Sehingga dengan mempelajari
karakteristik gugus fungsional tersebut, informasi tentang struktur suatu senyawa
dapat diperoleh dari spektra inframerah (McMurry, 2008).
Bila sinar inframerah dilewatkan melalui cuplikan suatu senyawa organik,
maka sejumlah frekuensi diserap sedang frekuensi yang lain diteruskan atau
ditransmisikan tanpa diserap. Jika kita menggambar antara persen absorbansi atau
persen transmitasi lawan frekuensi maka akan didapat suatu spektra inframerah
(Sastrohamidjojo, 2001).
Spektra inframerah pada dasarnya merupakan gambaran dari pita absorpsi
yang spesifik dari gugus fungsional yang mengalami vibrasi karena pemberian
energi. Interaksi antara gugus dengan atom yang mengelilinginya dapat menandai
spektra itu dalam setiap senyawa. Untuk analisis kualitatif, ada atau tidaknya
absorbsi pada frekuensi tertentu merupakan penanda ada tidaknya gugus
fungsional tertentu. Penggunaan spektroskopi inframerah pada bidang kimia
organik menggunakan daerah dari 650-4000 cm
-1
. Daerah dengan frekuensi lebih
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
16
rendah 650 cm
-1
disebut inframerah jauh dan daerah dengan frekuensi lebih tinggi
dari 4000 cm
-1
disebut inframerah dekat (Sastrohamidjojo, 2001).
2. Spektrometri Massa
Prinsip dasar dari spektrometri massa (MS) adalah pembentukan ion baik
dari senyawa organik maupun anorganik dengan metode tertentu dan terjadi
pemisahan ion-ion tersebut berdasarkan massa dari ion masing-masing dalam
satuan m/z (perbandingan antara massa dengan muatannya) sehingga dapat
terdeteksi secara kualitatif dan kuantitatif (Gross, 2004).
Penggunaan spektroskopi massa menggunakan sumber ion berasal dari
ionisasi elektron menjadi suatu pilihan. Ionisasi elektron akan dibentuk ion yang
berupa berkas elektron dengan tenaga sekitar 70 eV. Berkas elektron tersebut akan
mendidihkan filament yang memijar dan bergerak melalui kamar pengion menuju
anoda yang terletak bersebrangan. Adanya aliran molekul cuplikan atau sampel
yang teruapkan pada tekanan sekitar 10
-2
Pa masuk ke dalam kamar pengionan,
berintegrasi dengan berkas elektron membentuk berbagai hasil berupa ion-ion
positif. Ion-ion tersebut keluar dari ruang pengionan oleh adanya potensial
penolak yang relatif kecil dan masuk ke dalam perangkat analisis massa
(Mclafferty, 1988).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
17
Gambar 8. Gambar skematik sumber ionisasi elektron pada spektrometri massa (Smith,
2004)
Bagian mass analyzer merupakan bagian dimana terjadi pemisahan dari
ion-ion yang terbentuk setelah proses ionisasi dalam satuan m/z untuk membentuk
suatu spektra. Spektra yang terbentuk merupakan perbandingan antara intesitas
(ordinat) dan m/z (absis) yang dinyatakan dalam peak. Setiap peak akan
menyatakan suatu pola fragmen secara spesifik. Fragmen-fragmen tersebut
disusun sedemikian rupa sehingga peak-peak tertata menurut kenaikan m/z dari
kiri ke kanan dalam spektra. Pembacaan terhadap fragmentasi yang terjadi
menjadi penting untuk mengungkapkan informasi struktur analit tersebut
(Silverstein, Bassler dan Morril, 2005).
H. Landasan Teori
Reaksi kondensasi aldol silang merupakan suatu reaksi antara senyawa
golongan aldehid dengan senyawa karbonil yang memiliki hidrogen alfa. Pada
umumnya, dalam reaksi ini terjadi reaksi adisi antara dua molekul atau lebih yang
bergabung menjadi satu molekul yang lebih besar, dengan atau tanpa kehilangan
molekul kecil. Reaksi kondensasi aldol silang menghasilkan suatu senyawa -
17
Gambar 8. Gambar skematik sumber ionisasi elektron pada spektrometri massa (Smith,
2004)
Bagian mass analyzer merupakan bagian dimana terjadi pemisahan dari
ion-ion yang terbentuk setelah proses ionisasi dalam satuan m/z untuk membentuk
suatu spektra. Spektra yang terbentuk merupakan perbandingan antara intesitas
(ordinat) dan m/z (absis) yang dinyatakan dalam peak. Setiap peak akan
menyatakan suatu pola fragmen secara spesifik. Fragmen-fragmen tersebut
disusun sedemikian rupa sehingga peak-peak tertata menurut kenaikan m/z dari
kiri ke kanan dalam spektra. Pembacaan terhadap fragmentasi yang terjadi
menjadi penting untuk mengungkapkan informasi struktur analit tersebut
(Silverstein, Bassler dan Morril, 2005).
H. Landasan Teori
Reaksi kondensasi aldol silang merupakan suatu reaksi antara senyawa
golongan aldehid dengan senyawa karbonil yang memiliki hidrogen alfa. Pada
umumnya, dalam reaksi ini terjadi reaksi adisi antara dua molekul atau lebih yang
bergabung menjadi satu molekul yang lebih besar, dengan atau tanpa kehilangan
molekul kecil. Reaksi kondensasi aldol silang menghasilkan suatu senyawa -
17
Gambar 8. Gambar skematik sumber ionisasi elektron pada spektrometri massa (Smith,
2004)
Bagian mass analyzer merupakan bagian dimana terjadi pemisahan dari
ion-ion yang terbentuk setelah proses ionisasi dalam satuan m/z untuk membentuk
suatu spektra. Spektra yang terbentuk merupakan perbandingan antara intesitas
(ordinat) dan m/z (absis) yang dinyatakan dalam peak. Setiap peak akan
menyatakan suatu pola fragmen secara spesifik. Fragmen-fragmen tersebut
disusun sedemikian rupa sehingga peak-peak tertata menurut kenaikan m/z dari
kiri ke kanan dalam spektra. Pembacaan terhadap fragmentasi yang terjadi
menjadi penting untuk mengungkapkan informasi struktur analit tersebut
(Silverstein, Bassler dan Morril, 2005).
H. Landasan Teori
Reaksi kondensasi aldol silang merupakan suatu reaksi antara senyawa
golongan aldehid dengan senyawa karbonil yang memiliki hidrogen alfa. Pada
umumnya, dalam reaksi ini terjadi reaksi adisi antara dua molekul atau lebih yang
bergabung menjadi satu molekul yang lebih besar, dengan atau tanpa kehilangan
molekul kecil. Reaksi kondensasi aldol silang menghasilkan suatu senyawa -
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
18
hidroksi karbonil yang pada umumnya mengalami dehidrasi menjadi senyawa -
unsaturated . Pada penelitian ini menggunakan 2-asetil--butirolakton yang
termasuk ke dalam golongan keton yang memiliki hidrogen alfa dan
tetrahidrofuran-3-karboksaldehid yang termasuk ke dalam senyawa golongan
aldehid serta menggunakan natrium metoksida sebagai katalis dalam reaksi
sehingga dihasilkan laktogenin (3-(3-(tetrahidrofuran-3-il)akriloil)dihidrofuran-
2(3H)-on).
Gambar 9. Reaksi umum sintesis laktogenin dengan katalis basa NaOCH
3
Pada reaksi kondensasi aldol silang, pembentukan ion enolat yang semakin
mudah didapat dari penggunaan basa yang semakin kuat, dimana sifat basa kuat
akan memudahkan dalam menarik hidrogen alfa untuk pembentukan ion enolat.
Penggunaan natrium metoksida sebagai basa kuat akan memudahkan
pembentukan dari ion enolat. Semakin mudah terbentuk ion enolat maka semakin
banyak nukleofil yang akan bereaksi dengan tetrahidrofuran-3-karboksaldehid
yang berperan sebagai elektrofil sehingga pembentukan senyawa laktogenin akan
semakin optimal.
I. Hipotesis
Senyawa laktogenin dapat disintesis dari 2-asetil--butirolakton dan
tetrahidrofuran-3-karboksaldehid dengan katalis natrium metoksida (NaOCH
3
).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
19
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis dan Rancangan Penelitian
Penelitian ini termasuk dalam penelitian non-eksperimental deskriptif non-
analitik. Pada penelitian ini tidak ada perlakuan pada subjek uji dan hanya
dipaparkan fenomena yang terjadi yang tidak terdapat hubungan sebab akibat.
B. Definisi Operasional
1. Starting material adalah senyawa awal yang digunakan dalam proses sintesis
dengan tujuan untuk mendapatkan senyawa hasil sintesis. Starting material
yang digunakan dalam penelitian ini adalah 2-asetil--butirolakton dan
tetrahidrofuran-3-karboksaldehid.
2. Katalis adalah suatu senyawa atau bahan yang digunakan dalam reaksi untuk
meningkatkan laju reaksi kimia dan mengoptimalkan hasil sintesis. Dalam
penelitian ini digunakan katalis natrium metoksida.
3. Senyawa target adalah senyawa yang diharapkan terbentuk dari reaksi.
Senyawa target yang diharapkan terbentuk adalah laktogenin dengan nama
IUPAC 3-(3-(tetrahidrofuran-3-il)akriloil)dihidrofuran-2(3H)-on sebagai
senyawa analog asetogenin.
C. Bahan Penelitian
Tetrahidrofuran-3-karboksaldehid (for synthesis, Sigma-aldrich), 2-asetil-
-butirolakton (for synthesis, Merck), logam natrium (p.a., Merck), metanol (p.a.,
Merck), aquadest.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
20
D. Alat Penelitian
Pengaduk magnetik, pemanas listrik (Herdolph MR 2002), pengering
(Memmert Oven Model 400), neraca analitik (Mextler PM 100), seperangkat alat
gelas, klem, statif, termometer, spektrofotometer IR (IR Shimadzu Prestige-21),
kromatografi gas-spektrometer massa (Shimadzu QP 2010S), lampu UV
254
nm,
mikropipet, baskom, kertas saring.
E. Tata Cara Penelitian
1. Pembuatan katalis natrium metoksida
Metanol sebanyak 30,35 mL (0,75 mol) dimasukkan ke dalam labu
yang dilengkapi oleh pengaduk magnet. Logam natrium sebanyak 0,5 gram
(0,0217 mol) tambahkan kedalam metanol tersebut sedikit demi sedikit ke
sambil dilakukan pengadukan. Mulut labu ditutup untuk mencegah
penguapan dan setelah logam natrium larut didalam metanol lalu didiamkan
pada suhu kamar. Tutup labu dibuka untuk menghilangkan gas H
2
yang
dihasilkan. Jika gas H
2
sudah hilang seluruhnya, maka natrium metoksida
sudah terbentuk.
2. Sintesis laktogenin dengan katalis natrium metoksida
2-asetil--butirolakton sebanyak 0,5943 mL (5,53 mmol)
dimasukkan ke dalam labu alas bulat leher tiga. Natrium metoksida sebanyak
7,75 mL (5,53 mmol) ditambahkan sambil dilakukan pengadukan.
Tetrahidrofuran-3-karboksaldehid sebanyak 1 mL (5,53 mmol) ditambahkan
ke dalam campuran sebelumnya. Semua penambahan bahan dilakukan secara
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
21
tetes demi tetes. Campuran kembali diaduk dengan pengaduk magnetik pada
kecepatan 750 putaran per menit pada suhu kamar selama 180 menit.
3. Uji pendahuluan
a. Organoleptis. Senyawa hasil sintesis diamati sifat-sifat fisiknya, meliputi
bentuk, warna, dan bau. Hasil pengamatan dibandingkan dengan starting material
yang digunakan yaitu 2-asetil--butirolakton dan tetrahidrofuran-3-
karboksaldehid.
b. Uji kemurnian menggunakan Kromatografi Lapis Tipis (KLT). Senyawa
hasil sintesis dan starting material masing-masing dilarutkan dalam kloroform.
Masing-masing larutan tersebut ditotolkan sebanyak 0,5 L dengan menggunakan
mikropipet pada lempeng silika gel GF
254
yang sudah diaktifkan pada suhu 100
0
C
selama 30 menit. Pengembangan dilakukan dengan fase gerak toluena: metanol
(1:1) dan jarak rambat 14 cm.
c. Gas Chromatography-Mass Spectroscopy (GC-MS). Pemisahan dan
pemeriksaan kemurnian senyawa hasil sintesis dilakukan menggunakan instrumen
kromatografi gas dengan kondisi alat: suhu injektor 250C, jenis kolom Rtx-5MS,
panjang kolom 30 meter, suhu kolom diprogram 50-200C, gas pembawa helium,
tekanan 15 kPa, kecepatan alir fase gerak 0,56 ml/menit, dan detektor ionisasi
nyala. Cuplikan senyawa hasil sintesis dilarutkan dalam aseton, kemudian
diinjeksikan kedalam injektor pada alat kromatografi gas. Aliran gas dari gas
pengangkut helium akan membawa cuplikan yang sudah diuapkan masuk kedalam
kolom Rtx-5MS yang dilapisi fase cair dimethylpolysiloxane. Selanjutnya
cuplikan diukur oleh detektor hingga diperoleh suatu kromatogram.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
22
4. Elusidasi struktur senyawa hasil sintesis
a. Spektrofotometri inframerah. Senyawa yang berwujud cairan ditempatkan
dalam film tipis di antara dua lapis NaCl yang transparan terhadap inframerah.
Cahaya inframerah dari sumber dilewatkan melalui cuplikan, kemudian dipecah
menjadi frekuensi-frekuensi individunya dalam monokromator dan intensitas
relatif dari frekuensi individu diukur oleh detektor hingga didapat spektra
inframerah dari senyawa yang bersangkutan. Bilangan gelombang yang digunakan
400-4000 nm.
b. Spektrometri massa. Uap cuplikan senyawa hasil sintesis yang keluar dari
kolom kromatografi gas dialirkan ke dalam kamar pengion pada spektromoter
massa untuk ditembak dengan seberkas elektron hingga terfragmentasi. Jenis
pengionan yang digunakan adalah EI (Electron Impact) 70 eV. Fragmen-fragmen
akan melewati lempeng mempercepat ion dan didorong menuju tabung analisator,
dimana partikel-partikel akan dibelokkan dalam medan magnet dan menimbulkan
arus pada kolektor yang sebanding dengan kelimpahan relatif setiap fragmennya.
Kelimpahan relatif setiap fragmen akan dicatat dan menghasilkan data spektra
massa.
F. Analisis Hasil
1. Analisis pendahuluan
Analisis pendahuluan senyawa hasil sintesis berdasarkan data
organoleptis.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
23
2. Pemeriksaan kemurnian senyawa hasil sintesis
Pemeriksaan kemurnian senyawa hasil sintesis berdasarkan data R
f
kromatografi lapis tipis (KLT) dan kromatografi gas.
3. Elusidasi struktur
Elusidasi struktur senyawa hasil sintesis berdasarkan data spektra
inframerah dan spektra massa.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
24
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Sintesis Laktogenin
Laktogenin merupakan senyawa yang dirancang sebagai analog dari
asetogenin. Senyawa ini memiliki struktur yang terdiri dari cincin
tertrahidrofuran, rantai alkil, dan cincin -lakton yang juga merupakan penyusun
dari asetogenin. Setiap bagian dari laktogenin memiliki perananan dalam
aktifitasnya sebagai penghambat enzim NADH: ubiquinone oxidoreductase di
kompleks I mitokondria. Berdasarkan penelitian Kojima dan Tanaka (2009),
adanya perubahan terhadap susunan struktur asetogenin, dengan mengubah jenis
cincin yang semula tetrahidrofuran dan -lakton menjadi cincin lain atau
mengubah panjangnya rantai alkil, akan memberikan perubahan terhadap
aktifitasnya terhadap kompleks I mitokondria. Maka dari itu, struktur laktogenin
tetap mempertahankan bagian-bagian penyusun asetogenin yang memberikan
aktifitas baik dengan memiliki struktur yang terdiri dari cincin tetrahidrofuran,
cincin -lakton dan 2 rantai alkil ditengah kedua cincin tersebut.
Gambar 10. Struktur dari laktogenin sebagai senyawa target
Sintesis laktogenin dilakukan berdasarkan reaksi kondensasi aldol silang
dengan starting material tetrahidrofuran-3-karboksaldehid dan 2-asetil--
butirolakton dengan menggunakan katalis natrium metoksida. 2-asetil--
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
25
butirolakton memiliki hidrogen yang berperan sebagai nukleofil dalam bentuk
enolatnya dengan adanya katalis natrium metoksida. Nukleofil yang terbentuk
akan bereaksi dengan elektrofil dari gugus C-karbonil yang terdapat pada
tetrahidrofuran-3-karboksaldehid membentuk laktogenin.
Pembentukan ion enolat dimulai dari ion metoksida (
-
OCH
3
) yang berasal
dari natrium metoksida (NaOCH
3
) dan bersifat basa, mengambil hidrogen yang
dimiliki oleh 2-asetil--butirolakton. Pengambilan hidrogen terjadi karena
hidrogen pada posisi ini bersifat asam dengan adanya gugus karbonil didekatnya.
Hal ini terjadi karena karbon kekurangan elektron dengan adanya efek induktif
penarikan elektron oleh gugus karbonil, sehingga ikatan C-H pada karbon
menjadi lemah dan mudah lepas. Lepasnya hidrogen mendorong pembentukan
ion enolat dan terjadinya stabilisasi-resonansi dari ion tersebut. Berdasarkan
struktur stabilisasi-resonansi yang terjadi, proses ini menunjukkan muatan negatif
diemban oleh oksigen-karbonil. Hal ini yang menjadi salah satu pendorong
pembentukan dari ion enolat.
Ion enolat yang terbentuk merupakan suatu karbon yang bermuatan
parsial negatif dan bersifat stabil dengan adanya resonansi yang terjadi. Adanya
dua hidrogen yang terdapat pada 2-asetil--butirolakton akan membentuk
senyawa ini memiliki 2 bentuk ion enolat. Namun, ion enolat yang memiliki
bentuk lebih bebas yang akan memainkan peranannya sebagai nukleofil karena
semakin mudah untuk menyerang elektrofil dari tetrahidrofuran-3-karboksaldehid.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
26
Gambar 11. Dua hidrogen alfa pada 2-asetil--butirolakton
Muatan negatif yang terbentuk menjadikan 2-asetil--butirolakton akan
bersifat sebagai nukleofil dan akan menyerang tetrahidrofuran-3-karboksaldehid
yang memiliki gugus karbonil yang bermuatan parsial positif akibat adanya
penarikan elekton phi oleh atom oksigen yang memiliki elektonegatifitas lebih
negatif dibandingkan atom karbon.
Gambar 12. Mekanisme reaksi pembentukan ion enolat dari 2-asetil--butirolakton dengan
ion metoksida
Ion enolat yang terbentuk dapat mengalami resonansi akibat adanya
elektron phi yang ada didekatnya, namun ion enolat yang akan bereaksi berada
dalam bentuknya yang lebih stabil dengan struktur karbon mengemban muatan
negatif. Penyerangan gugus karbonil tetrahidrofuran-3-karboksaldehid oleh ion
enolat akan menghasilkan suatu alkohol atau -OH-karbonil yang merupakan
senyawa antara dan terjadi pembentukan kembali katalis yang digunakan (ion
metoksida).
H
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
27
Gambar 13. Penyerangan ion enolat terhadap gugus karbonil tetrahidrofuran-3-
karboksaldehid serta pembentukan -OH-karbonil
Gugus -hidroksi karbonil yang terbentuk merupakan bentuk yang tidak
stabil sehingga mudah mengalami dehidrasi dengan melepaskan gugus hidroksi
dan membentuk produk dalam bentuk enone. Walaupun ion hidroksida
merupakan gugus pergi yang jelek, namun dengan adanya gugus karbonil yang
terdapat pada senyawa -hidroksi karbonil dan adanya katalis basa, akan terbentuk
suatu ion enolat dari lepasnya hidrogen yang bersifat asam. Stabilisasi pada ion
enolat akan mendesak ion hidroksida yang ada dan membentuk suatu konjugasi
enon yang lebih stabil.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
28
O
CH
OH
H
C
O
O
O
OCH
3
H
O
CH
OH
C
H
O
O
O
O
H
C
C
H
O
O
O
- CH
3
OH
- H
2
O
bentuk ion enolat
Laktogenin
(bentuk enone terkonjugasi)
H OCH
3
- CH
3
O
Gambar 14. Mekanisme dehidrasi -hidroksi karbonil
Dalam proses sintesis yang dilakukan, pembentukan ion enolat dari 2-
asetil--butirolakton dilakukan yang pertama kali dengan mereaksikannya dengan
katalis natrium metoksida yang dibuat baru pada labu leher tiga. Natrium
metoksida dibuat dengan mereaksikan logam natrium dengan metanol pro
analysis yang memiliki kadar 99,9%. Metanol dengan kemurnian tinggi
digunakan untuk menjamin kemurnian pembentukan natrium metoksida sebagai
katalis yang akan digunakan.
Gambar 15. Mekanisme reaksi pembentukan natrium metoksida
Pencampuran 2-asetil--butirolakton dengan katalis natrium metoksida di
awal reaksi bertujuan untuk membentuk ion enolat yang berasal dari 2-asetil--
butirolakton. Setelah pembentukan ion enolat selesai, tetrahidrofuran-3-
karboksaldehid ditambahkan ke dalam campuran untuk membentuk laktogenin
dan diaduk selama 3 jam pada suhu ruangan. Pencampuran tetrahidrofuran-3-
karboksaldehid di akhir bertujuan untuk mencegah terbentuknya ion enolat yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
29
berasal dari tetrahidrofuran-3-karboksaldehid. Hal ini dapat terjadi karena adanya
hidrogen yang terdapat pada struktur tetrahidrofuran-3-karboksaldehid.
Gambar 16. Posisi hidrogen pada tetrahidrofuran-3-karboksaldehid
Proses pengadukan dilakukan selama 3 jam dengan bantuan magnetic
stearer. Proses pengadukan dilakukan untuk memberikan energi kinetik ke dalam
campuran sehingga terjadi tumbukan antar ion enolat dengan tetrahidrofuran-3-
karboksaldehid dan terjadi reaksi kondensasi. Terjadinya reaksi dapat dilihat
dengan adanya perubahan warna dari warna campuran awal berwarna kuning
muda yang merupakan warna dari 2-asetil--butirolakton menjadi merah muda.
Perubahan warna menjadi merah menandakan adanya perubahan terhadap struktur
starting material karena terjadinya reaksi antara starting material membentuk
suatu senyawa baru. Setelah pengadukan selesai, dilakukan pengecekan pH
campuran dimana didapati pH 9 yang menandakan bahwa campuran masih
bersifat basa dan terdapat katalis dalam bentuk bebas.
B. Analisis Pendahuluan
1. Pemeriksaan organoleptis
Analisis senyawa hasil sintesis yang pertama kali dilakukan adalah
pengujian secara organoleptis. Pengujian ini merupakan pengujian sederhana
untuk mendapatkan sifat fisik dari senyawa hasil sintesis meliputi bentuk, warna,
dan bau. Senyawa hasil sintesis dibandingkan dengan starting material, yaitu 2-
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
30
asetil--butirolakton dan tetrahidrofuran-3-karboksaldehid. Adanya perbedaan
sifat fisis dari senyawa hasil sintesis dengan starting material menunjukkan
adanya suatu senyawa baru yang berbeda. Tabel I menunjukkan sifat dari senyawa
hasil sintesis dengan starting material-nya menurut uji organoleptis.
Tabel I. Perbandingan organoleptis senyawa hasil sintesis dengan starting material
Pemeriksaan
Senyawa hasil
sintesis
Tetrahidrofuran
-3-
karboksaldehid
2-asetil--
butirolakton
Bentuk Cair Cair Cair
Warna Merah muda Bening Kuning muda
Bau Tajam Menyengat Tidak berbau
Dari pengamatan secara organoleptis diatas, dapat disimpulkan senyawa
hasil sintesis merupakan senyawa yang berbeda dari senyawa awal, yaitu 2-asetil-
-butirolakton dan tetrahidrofuran-3-karboksaldehid. Hal ini dapat dilihat dengan
adanya perbedaan dari warna dan bau yang dimiliki oleh ketiganya.
2. Pengujian senyawa hasil sintesis dengan kromatografi lapis-tipis (KLT)
Kromatografi merupakan metode pemisahan senyawa dalam campuran
dengan prinsip kekuatan interaksi senyawa tersebut dengan fase diam dan fase
geraknya. Dalam penelitian ini, uji secara kromatografi lapis-tipis (KLT) terhadap
senyawa hasil sintesis digunakan untuk menguji kemurnian dari senyawa hasil
sintesis dan termasuk dalam uji pendahuluan apakah senyawa hasil sintesis sudah
terbentuk atau belum. Parameter yang digunakan dalam uji ini adalah nilai
Retention factor (R
f
) dari senyawa hasil sintesis yang dibandingkan dengan
starting material dan banyaknya bercak yang ditunjukkan dari senyawa hasil
sintesis. Dalam sistem KLT ini digunakan fase diam silika gel GF
254
dan fase
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
31
gerak berupa toluena:metanol (1:1) dengan jarak pengembangan 14 cm dan
pembanding yang digunakan adalah 2-asetil--butirolakton.
Pendeteksian bercak dilakukan dibawah sinar UV 254 nm dan dilihat
fenomena peredaman fluororesensi yang terjadi. Adanya bercak diatas plat silika
gel tersebut, akan menyebabkan terjadinya fenomena peredaman bercak dengan
latar belakang berfluororesensi hijau. Peredaman terjadi akibat adanya gugus
kromofor yang dimiliki oleh senyawa hasil sintesis dan 2-asetil--butirolakton
dengan mengabsorbsi sinar UV yang dipancarkan sehingga sinar UV tidak dapat
mengenai silika gel yang berada dibawah bercak. Prinsip peredaman oleh gugus
kromofor yang menyebabkan tetrahidrofuran-3-karboksaldehid tidak digunakan
sebagai pembanding karena tidak memberikan peredaman pada deteksi sinar UV
254 nm. Dari hasil percobaan didapati hasil elusi sebagai berikut:
Gambar 17. Kromatogramkromatografi lapis tipis senyawa hasil sintesis
Tabel II. Nilai R
f
senyawa hasil sintesis dan 2-asetil--butirolakton
Bercak Senyawa Nilai R
f
1 2-asetil--butirolakton 0,857
2
Replikasi 1 senyawa hasil
sintesis
Atas : 0,778
Bawah : 0,321
3
Replikasi 2 senyawa hasil
sintesis
Atas : 0,821
Bawah : 0,314
Berdasarkan data kromatogram diatas, didapati bahwa dari totolan
senyawa hasil sintesis terdapat 2 bercak setelah dilakukan pengembangan. Pada
1
2 (atas)
3 (atas)
3 (bawah)
2 (bawah)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
32
replikasi 1 dan 2 bercak atas merupakan bercak yang hampir sejajar dengan
pembanding yaitu 2-asetil--butirolakton dengan nilai R
f
0,778 dan 0,821
sedangkan nilai R
f
pembanding 0,857. Bercak kedua pada replikasi 1 dan 2
memiliki nilai R
f
0,321 dan 0,314 sedangkan 2-asetil--butirolakton hanya
terdapat 1 bercak dengan nilai R
f
0,857. Adanya 2 bercak yang timbul
menunjukkan bahwa sistem KLT yang digunakan mampu memisahkan senyawa
hasil sintesis yang masih campuran menjadi 2 bercak dan adanya perbedaan Rf
antara totolan senyawa hasil sintesis dengan starting material, dapat diambil
kesimpulan awal bahwa sudah terdapat senyawa baru yang berbeda dengan
starting material dengan ditunjukkan melalui kepolaran yang relatif lebih polar
dibandingkan dengan starting material-nya. Untuk membuktikan apakah senyawa
baru tersebut merupakan senyawa target yaitu laktogenin maka diperlukan uji
lebih lanjut dengan menginterpretasikan struktur senyawa baru tersebut dengan
melakukan elusidasi struktur.
C. Elusidasi Struktur Senyawa Hasil Sintesis
Elusidasi struktur menjadi tahapan uji selanjutnya untuk membuktikan
terbentuknya laktogenin dan menginterpretasikan strukturnya. Senyawa hasil
sintesis dielusidasi struktur menggunakan spektrometri massa yang sebelumnya
dilakukan pemisahan menggunakan kromatografi gas dan spektroskopi
inframerah.
1. Pengujian senyawa hasil sintesis menggunakan spektroskopi inframerah
Spektroskopi inframerah memiliki prinsip untuk mengetahui gugus-gugus
fungsional yang terdapat dalam senyawa tersebut. Adanya pemberitahuan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
33
mengenai gugus-gugus fungsional tersebut akan membantu dalam mengetahui
struktur dari senyawa tersebut dengan membandingkan pita-pita vibrasi yang
muncul dalam spektra dengan literatur.
Gambar 18. Spektra inframerah senyawa hasil sintesis
Berdasarkan spektra inframerah diatas, dapat ditemukan beberapa pita-pita
yang menunjukkan gugus-gugus fungsional yang terdapat dalam senyawa hasil
sintesis. Struktur senyawa hasil sintesis memiliki gugus-gugus fungsional yang
khas, seperti ikatan rangkap (C=C), C-karbonil keton, C-karbonil ester pada
cincin lakton, dan C-O-C pada cincin tetrahidrofuran.
1
4
5
3
2
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
34
Tabel III. Interpretasi pita vibrasi senyawa hasil sintesis
No Pita Vibrasi Intensitas
Bilangan gelombang (cm
-1
)
Literatur
(Silverstein,2005)
Senyawa hasil
sintesis
1 O-H tekuk alkohol
primer atau sekunder
Kuat Dekat 1420 dan
1330
1411,89 dan
1311,59
2 O-H tekuk (interaksi
hidrogen)
Kuat dan
lebar
2600 3200 2831,50 dan
2947,83
3 C=O ulur keton Kuat 1870 1540 1643
4 C-O ulur ester (ikatan
C-C(=O)-O)
Sedang 1210 1163 1203,58
5 C-O ulur ester (ikatan
O-C-C)
Kuat 1164 1031 1020, 13
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa spektra senyawa hasil sintesis
menunjukkan 5 pita vibrasi yang menggambarkan keberadaan gugus-gugus
fungsional. Pita vibrasi ulur dengan intensitas kuat pada 1643 cm
-1
menunjukkan
gugus C=O keton.
Keberadaan gugus ester atau lakton akan memiliki karakteristik dengan
adanya vibrasi ulur antara gugus C=O dan C-O (Silverstein, Bassler dan Morril,
2005). Pada bilangan gelombang 1203,58 cm
-1
tampak vibrasi ulur C-O
berintensitas sedang yang menunjukkan adanya pita C-C(=O)-O yang khas
merupakan suatu gugusan ester. Adanya gugusan ester didukung adanya pita
vibrasi ulur C-O dengan intesitas kuat pada bilangan gelombang 1020,13 cm
-1
.
Pita tersebut menunjukkan adanya pita O-C-C yang menunjukkan suatu ester
dalam bentuk siklik.
Pita vibrasi dengan intensitas sedang pada bilangan gelombang antara
2800 3100 cm
-1
menunjukkan adanya gugus C-H tak jenuh, dengan diperkuat
pada pita vibrasi gelombang intensitas lemah pada 1670 1640 cm
-1
untuk
menunjukkan adanya gugus C=C (Silverstein, Bassler dan Morril, 2005). Pita-pita
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
35
vibrasi dengan bilangan gelombang tersebut tidak terlihat di dalam spektra
inframerah diatas sehingga disimpulkan senyawa hasil sintesis tidak memiliki
gugusan tersebut.
Namun pada pita vibrasi dengan bilangan gelombang 1411,89 cm
-1
dan
1311,59 cm
-1
intensitas kuat menunjukkan terdapat suatu gugus O-H yang
merupakan suatu gugusan alkohol dalam bentuk primer atau sekunder. Hal ini
diperkuat dengan adanya pita vibrasi kuat namun melebar pada bilangan
gelombang 2831,50 cm
-1
dan 2947,83 cm
-1
yang menunjukkan pita vibrasi tekuk
O-H. Menurut Silverstein, Bassler dan Morril (2005), vibrasi O-H juga
ditunjukkan dengan pelebaran pita dari panjang gelombang 2600-3200 cm
-1
, hal
ini dapat ditunjukkan dari gambar 18 bahwa terjadi pelebaran pita pada panjang
gelombang 2800-3400 cm
-1
. Pelebaran pita dapat terjadi dengan adanya interaksi
hidrogen yang terjadi antara gugus O-H dengan gugus karbonil didekatnya yang
memiliki atom O.
Gambar 19. Interaksi hidrogen yang mungkin terjadi pada senyawa hasil sintesis
Berdasarkan analisis diatas, dapat disimpulkan bahwa senyawa hasil
sintesis memiliki gugusan keton, gugusan ester siklik yang digambarkan suatu
cincin lakton dan adanya gugusan alkohol. Hal ini menunjukkan adanya
perbedaan antara senyawa target dengan hasil sintesis dengan tidak adanya pita
vibrasi yang menunjukkan gugusan alkena.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
36
Penelitian dilanjutkan dengan membandingkan spektra yang ditunjukkan
oleh starting material dengan spektra yang dimiliki oleh senyawa hasil sintesis.
Hal ini bertujuan untuk memastikan senyawa hasil sintesis memiliki gugus
fungsional yang berbeda dengan starting material yang digunakan.
Gambar 20. Spektra inframerah tetrahidrofuran-3-karboksaldehid
Berdasarkan struktur dari tetrahidrofuran-3-karboksaldehid, senyawa ini
memiliki gugus-gugus fungsional seperti C=O karbonil aldehid, C-H aldehid,
ikatan C-O-C pada cincin tetrahidrofuran, dan C-C pada ikatan antar karbon.
1
2
3
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
37
Tabel IV. Interpretasi pita vibrasi tetrahidrofuran-3-karboksaldehid
No Pita Vibrasi Intensitas
Bilangan gelombang (cm
-1
)
Literatur
(Silverstein,2005)
Tetrahidrofuran-3-
karboksaldehid
1 C=O ulur
aldehid
Sedang 1740 - 1720 1712,79
2 C-H ulur
aldehid (pita
doublet)
Sedang 2695 - 2830 2978,09 dan 2885,51
3 C-O-C ulur eter Sedang 1150 - 1085 1056,99
Pada spektra inframerah tetrahidrofuran-3-karboksaldehid terdapat 3 pita
vibrasi yang menunjukkan gugus-gugus fungsional yang dimilikinya. Pita vibrasi
dengan intensitas sedang pada bilangan gelombang 1712 cm
-1
menunjukkan
gugus C=O pada suatu aldehid. Pita ini didukung dengan adanya pita doublet
dengan intensitas sedang pada 2978,09 cm
-1
dan 2885,51 cm
-1
. Pita tersebut
merupakan pita khas dari gugus C-H pada suatu aldehid. Pita ini muncul sebagai
pita doublet karena terjadi interaksi C-H ulur dan overtone C-H tekuk. Pita vibrasi
dengan intensitas sedang pada bilangan gelombang 1056,99 cm
-1
menunjukkan
vibrasi ulur gugus C-O pada suatu eter. Hal ini didukung dengan adanya
pengulangan pada intensitas lebih lemah pada bilangan gelombang 2096,55 cm
-1
.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
38
Gambar 21. Spektra inframerah 2-asetil--butirolakton
Berdasarkan struktur dari 2-asetil--butirolakton, secara umum memiliki
beberapa gugus fungsional seperti, C=O karbonil keton, C-C dan C-H suatu alkil,
C=O karbonil ester, dan C-O ester.
Tabel V. Interpretasi pita vibrasi 2-asetil--butirolakton
No Pita Vibrasi Intensitas
Bilangan gelombang (cm
-1
)
Literatur
(Silverstein,2005)
2-asetil--
butirolakton
1 C=O ulur -lakton
jenuh
Kuat 1795 1760 1766,80
2 C-O ulur ester (ikatan
C-C(=O)-O)
Kuat 1210 - 1163 1157,29
3 C-O ulur ester (ikatan
O-C-C)
Sedang 1164 - 1031 1026,13
4 C=O ulur keton Kuat 1870 1540 1651,07
5 C-H ulur alkana Kuat 3000 - 2840 2993,52 dan 2924
Pada spektra inframerah 2-asetil--butirolakton diatas didapatkan 5 pita
vibrasi yang menunjukkan gugus-gugus fungsional yang ada. Pita vibrasi dengan
5
1
4
3
2
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
39
intensitas kuat pada bilangan gelombang 1766,80 cm
-1
menunjukkan adanya
gugus C=O pada -lakton jenuh. Bentuk siklik yang dimiliki oleh cincin lakton
mempengaruhi pita vibrasi yang dimiliki C=O karbonil ester. Hal ini dikuatkan
dengan adanya pita vibrasi ulur C-O pada bilangan gelombang 1157,29 cm
-1
yang
menunjukkan adanya pita C-C(=O)-O dan pita vibrasi ulur C-O pada 1026,13 cm
-
1
yang menunjukkan adanya pita O-C-C. Kedua pita tersebut merupakan pita khas
yang dimiliki oleh suatu ester. Gugus asetil yang dimiliki oleh 2-asetil--
butirolakton ditunjukkan oleh adanya beberapa pita vibrasi ulur. Pita vibrasi
dengan intensitas kuat pada bilangan gelombang 1651,07 cm
-1
menunjukkan
adanya suatu gugus C=O pada suatu keton. Nilai bilangan gelombang pada 2993,
52 cm
-1
dan 2924 cm
-1
menggambarkan pita vibrasi suatu alkana dalam gugus C-
H alifatik. Dari kedua gugus yang digambarkan diketahui adanya suatu C=O
keton yang berikatan dengan suatu alkil dengan membentuk gugus C-H.
Dari ketiga spektra inframerah yang disajikan, yaitu spektra senyawa hasil
sintesis, 2-asetil--butirolakton, dan tetrahidrofuran-3-karboksaldehid terdapat
bentuk dan pita vibrasi yang berbeda. Perbedaan yang paling utama ialah pada
senyawa hasil sintesis terdapat pita vibrasi tekuk dari gugus alkohol (-OH) dalam
bentuk primer atau sekunder. Namun tidak ditemukannya gugus C=O dan C-H
aldehid pada senyawa hasil sintesis menjadi salah satu perbedaan yang nyata.
Perbandingan lebih lanjut dapat dilihat berdasarkan tabel berikut:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
40
Tabel VI. Perbandingan hasil interpretasi spektra inframerah senyawa hasil sintesis dengan
2-asetil--butirolakton dan tetrahidrofuran-3-karboksaldehid
Gugus
fungsional
Senyawa hasil
sintesis
2-asetil--
butirolakton
Tetrahidrofuran-3-
karboksaldehid
O-H primer-
sekunder
Ada Tidak ada Tidak ada
C=O keton Ada Ada Tidak ada
C-H alifatik Tidak ada Ada Tidak ada
C-C(=O)-O
ester
Ada Ada Tidak ada
O-C-C ester Ada Ada Tidak ada
C=O aldehid Tidak ada Tidak ada Ada
C-H aldehid Tidak ada Tidak ada Ada
Gugus-gugus fungsional yang berhasil diinterpretasikan berdasarkan
spektra inframerah masih membutuhkan informasi lain untuk menggambarkan
kebenaran struktur dari senyawa hasil sintesis. Oleh karena itu diperlukan analisis
selanjutnya dengan menggunakan kromatografi gas-spektrometri massa untuk
mengetahui bobot molekul dan bentuk fragmen dari struktur yang dimiliki oleh
senyawa tersebut.
2. Analisis senyawa hasil sintesis menggunakan kromatografi gas-
spektrometri massa
Penggunaan kromatografis gas-spektrometri massa menjadi pilihan untuk
analisis selanjutnya. Dalam kerjanya, kromatografi gas akan terjadi proses
pemisahan campuran dalam senyawa sedangkan proses indentifikasi dilakukan
oleh spektrometri massa dalam bentuk perhitungan bobot molekul senyawa
tersebut. Penggabungan kedua sistem ini memberikan kelebihan dalam
mendeteksi senyawa hasil sintesis. Apabila didalam senyawa hasil sintesis masih
terdapat komponen lain atau masih tercampur dengan senyawa lain, maka
senyawa lain tersebut dapat dipisahkan dan akan didapat analisa massa dari
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
41
senyawa target. Analisa massa senyawa target ini yang akan menguatkan hasil
dari analisis sebelumnya dalam membuktikan pembentukan senyawa target.
Gambar 22. Kromatogramkromatografi gas senyawa hasil sintesis
Dari metode diatas, didapatkan hasil kromatogram seperti yang
ditunjukkan pada gambar 22. Hasil yang didapat adalah senyawa hasil sintesis
ternyata mengandung 10 senyawa yang berbeda dengan ditunjukkan adanya 10
puncak dengan waktu retensi yang berbeda-beda. Puncak dengan waktu retensi
5,151 menit memiliki Area Under Curve (AUC) terbesar dengan persen
kemurnian sebanyak 74,07 %. Dari hasil pemisahan yang terjadi menunjukkan
bahwa senyawa hasil sintesis belum murni secara kromatografi gas.
Sepuluh komponen senyawa hasil sintesis yang telah terpisahkan, satu
persatu komponen tersebut dianalisis menggunakan spektrometri massa. Spektra
massa yang dihasilkan digunakan untuk menentukan bobot molekul komponen
tersebut dan penyelidikan kerangka molekul senyawa hasil sintesis dengan
menginterpretasikan fragmen-fragmen penyusunnya. Fragmen-fragmen
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
42
penyusunnya merupakan pecahan dari molekul utuh masing-masing komponen
senyawa hasil sintesis yang ditembak dengan elektron berenergi tinggi sehingga
terjadi pelepasan salah satu elektron dan penyesuaian struktur komponen tersebut
menjadi bentuk stabil dengan pecah menjadi fragmen-fragmennya dalam bentuk
radikal bebas, senyawa bermuatan positif, atau fragmen netral.
Gambar 23. Spektra massa senyawa hasil sintesis pada waktu retensi 5,151 menit
Analisis fragmentasi dimulai dari puncak yang memiliki nilai AUC
terbesar yaitu pada puncak dengan waktu retensi 5,151 menit. Pada spektra massa
yang ditunjukkan terdapat pembiasan hasil dengan pembacaan hingga mencapai
m/z = 492 namun dengan intensitas rendah. Hal ini dapat menyulitkan dalam
membaca hasil spektra massa yang ditunjukkan. Namun dengan adanya
mekanisme reaksi yang digambarkan dalam sintesis ini antara starting material
dengan bantuan katalis, dapat membantu dalam menginterpretasikan spektra
massa tersebut. Struktur yang mungkin terbentuk dari tiap tahapan dicocokan
dengan fragmen-fragmen yang digambarkan melalui puncak-puncak yang
tergambar dalam spektra massa.
Struktur dari -hidroksi laktogenin yang terdapat dalam salah satu tahapan
reaksi memiliki bobot molekul sebesar 228 g/mol. Nilai tersebut terdapat dalam
puncak yang ada pada spektra massa diatas dengan nilai m/z = 228. Hal ini
didukung dengan hasil fragmentasi dari -hidroksi laktogenin yang menunjukkan
A B
C D
E
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
43
terdapatnya nilai m/z yang merupakan fragmen-fragmen penyusun dari -hidroksi
laktogenin.
Puncak A menunjukkan ion molekul dari -hidroksi laktogenin dengan
nilai m/z = 228. -hidroksi laktogenin dengan adanya penembakan elektron
berenergi tinggi akan kehilangan 1 elektron dan terjadi pemutusan-pemutusan
rantai membentuk struktur yang lebih stabil. Puncak B pada nilai m/z = 128
merupakan fragmen dari ion [C
6
H
8
O
3
]
+
yang merupakan bentuk radikal dari 2-
asetil--butirolakton. Pada puncak C dengan nilai m/z = 99 merupakan fragmen
dari ion [C
5
H
7
O
2
]
+
yang merupakan bentuk dari tetrahidrofuran-3-karboksaldehid
yang berbentuk radikal dan kehilangan 1 atom hidrogen. Dari puncak B dan C
menunjukkan bahwa senyawa -hidroksi laktogenin terpecah menjadi bentuk
starting material nya kembali.
Puncak D merupakan fragmentasi lanjutan dari ion [C
6
H
8
O
3
]
+
dengan
melepaskan molekul C
2
H
3
O yang merupakan gugus asetil menghasilkan ion
[C
4
H
5
O
2
]
+
pada nilai m/z = 85. Pelepasan molekul C
2
H
3
O dalam bentuk muatan
positif akan terbaca pada puncak E dengan nilai m/z = 43.
Puncak-pucak tersebut merupakan hasil analisis terhadap fragmentasi yang
terjadi pada puncak kromatogram nomor 7. Bentuk fragmentasi tersebut dapat
dilihat dalam gambar sebagai berikut:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
44
Gambar 24. Interpretasi pelepasan molekul senyawa -hidroksi laktogenin menjadi
fragmen fragmennya
3. Penggabungan hasil elusidasi struktur
Spektra inframerah yang ada menunjukkan pada senyawa hasil sintesis
memiliki gugus OH, tidak terdapat gugus aldehid, tidak memiliki gugus alkena
(C=C), memiliki gugus keton dan gugus ester yang menggambarkan cincin lakton.
Gugus-gugus fungsi yang berhasil diidentifikasi menjadi gambaran untuk
menganalisis ditahap selanjutnya menggunakan kromatografi gas-spektometri
massa. Kromatografi gas berhasil mengindentifikasi bahwa senyawa hasil sintesis
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
45
masih dalam bentuk campuran dengan ditunjukkan 10 puncak yang
menggambarkan 10 senyawa. Hasil interpretasi spektra dari spektrometri massa
pada puncak terbesar nilai AUC-nya menunjukkan bahwa senyawa hasil sintesis
yang terbentuk adalah -hidroksi laktogenin.
Gambar 25. Struktur -hidroksi laktogenin
-hidroksi laktogenin merupakan senyawa antara yang terbentuk dalam
mekanisme reaksi pembentukan laktogenin, yaitu setelah terjadinya reaksi
penyerangan ion enolat sebagai nukleofil terhadap C-karbonil sebagai elektrofil.
Menurut urutan mekanisme reaksi tersebut, gugus hidroksi (-OH) yang terbentuk
akan lepas dalam bentuk ion hidroksida setelah adanya pengambilan hidrogen alfa
yang masih terkandung didalam senyawa membentuk ion enolat. Stabilisasi ion
enolat yang terjadi menyebabkan pelepasan gugus pergi yaitu gugus OH
membentuk ikatan rangkap ena.
Pelepasan gugus hidroksi yang terjadi termasuk dalam reaksi dehidrasi
suatu alkohol. Pada -hidroksi laktogenin, reaksi tersebut tidak terjadi untuk
membentuk laktogenin. Hal ini dapat terjadi karena gugus OH yang terdapat
pada -hidroksi laktogenin merupakan gugus pergi yang jelek, sehingga
diperlukan kondisi tambahan untuk dapat mendesak OH. Kondisi tambahan yang
dapat diberikan seperti penambahan panas dengan menggunakan suhu reaksi yang
lebih tinggi atau peningkatan suhu reaksi. Suhu reaksi yang tinggi ini diperlukan
untuk meningkatkan kereaktifan katalis yang digunakan dalam mengambil
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
46
hidrogen . Pengambilan hidrogen ini digunakan dalam membentuk ion enolat
yang menyebabkan terjadinya resonansi elektron dan gugus OH menjadi gugus
pergi yang baik.
Suhu dalam proses sintesis dipenelitian ini menggunakan suhu kamar
sehingga memungkinkan reaksi dehidrasi tidak berjalan dan reaksi sintesis
terhenti pada pembentukan -hidroksi laktogenin. Berdasarkan analisa diatas dan
hasil analisis secara instrumental, hasil penelitian membuktikan bahwa senyawa
hasil sintesis yang terbentuk adalah -hidroksi laktogenin melalui reaksi
kondensasi aldol silang antara 2-asetil--butirolakton dengan tetrahidrofuran-3-
karboksaldehid. Dengan kemurnian secara kromatografi gas mencapai 74,07 %
menggambarkan keefektifan reaksi yang terjadi menggunakan katalis kuat seperti
natrium metoksida dalam reaksi kondensasi aldol silang.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
47
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Senyawa laktogenin tidak dapat terbentuk melalui reaksi kondensasi
aldol dari tetrahidrofuran-3-karboksaldehid dan 2-asetil--butirolakton dengan
katalis natrium metoksida (NaOCH
3
). Hasil yang terbentuk adalah -hidroksi
laktogenin dengan hasil kemurnian berdasarkan kromatografi gas sebesar 74,07%.
B. Saran
Perlu dilakukan optimasi parameter reaksi yang digunakan, seperti urutan
pencampuran, suhu reaksi, waktu bereaksi, dan tahapan isolasi senyawa hasil
sintesis mengenai sintesis laktogenin dari tetrahidrofuran-3-karboksaldehid dan 2-
asetil--butirolakton dengan katalis natrium metoksida (NaOCH
3
).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
48
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 1995, Farmakope Indonesia, Edisi IV, Departemen Kesehatan Republik
Indonesia, Jakarta.
Anonim, 2007, Profil Kesehatan Indonesia 2005, Departemen Kesehatan
Republik Indonesia, Jakarta, 50-53.
Anonim, 2009, Gas Chromatography-Mass Spectrometry, MiPlaza Materials
Analysis, Jerman.
Anonim, 2011, Safety Data Sheet: 2-Acetyl--butyrolactone for synthesis, Merck,
Darmstadt: Jerman.
Anonim, 2011, Safety Data Sheet: Tetrahydrofuran-3-Carboxaldehyde Solution,
Sigma-Aldrich, Singapura.
Bermenjo, A., Figadere, B., Zafra-Polo, M.C., Barrachina, I., Estornell, E., Cortes
D., 2005, Acetogenins from Annonaceous: Recent Progress in Isolation,
Synthesis and Mechanisms of Action, Journal of Natural Products, 269-
303.
Bresnick, S.D., 2004, Intisari Kimia Organik, Hipokrates, Jakarta, pp. 96-99, 101-
107.
Bruice, P.Y., 2004, Organic Chemistry, 4
th
Edition, New York.
Curtis, O.E., Joseph, M.S., Crocker, R.E., Hart, H., 1963, Dicyclopropyl Ketone,
J. Organic Syntheses Coll., Vol. 4, pp. 278.
Fessenden, R.J. and Fessenden, J.S., 1986, Kimia Organik, edisi 3, Jillid II,
Cetakan I, Penerbit Erlangga, Jakarta, pp. 179-181.
Findawati, E., 2011, Sintesis Laktogenin Senyawa Analog Asetogenin dari
Tetrahidrofuran-3-Karboksaldehid Dan 2-Asetil--Butirolakton dalam
Suasana Basa Etilendiamin, Skripsi, Fakultas Farmasi Universitas Sanata
Dharma, Yogyakarta.
Friedrich, T., Van Heek, P., Leif, H., Ohnishi, T., Forche, E., Kunze, B., Jansen,
R., Trowitzsch-Kienast, W., Hfle, G., Reichenbach, H., Weiss, H.,
1994, Two binding sites of inhibitors in NADH: Ubiquinone
oxidoreductase (complex I): Relationship of one site with the
ubiquinone-binding site of bacterial glucose: Ubiquinone oxidoreductase,
Eur. J. Biochem., Vol. 219, 691-698.
Gross, J.H., 2004, Mass Spectrometry A Textbook, Springer Berli Heidelberg,
Germany.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
49
Hennessy, S.A., Moane, S.M., Dermott, S.D., 2004, The Reactivity of Gamma-
Hidroxybutyric Acid (GHB) and Gamma-Butyrolactone (GBL) in
Alcohol Solutions, J. Forensic Science, 2004, Vol. 49, 6.
Hoye, T.R., Ye, Z., 1996, Highly Efficient Synthesis of The Potent Antitumor
Annonaceous Acetogenin (+)-Parvilofrin, J. Am. Chem. Soc., 1801-1802.
Kojima, N., Tanaka, T., 2009, Review: Medicinal Chemistry of Annonaceous
Acetogenins: Design, Synthesis, and Biological Evaluation of Novel
Analogues, Molecules, Vol. 14, 3621-3661.
McLafferty, F.W., 1988, Interpretasi Spektra Massa, Edisi III, Gadjah Mada
University Press, Yogyakarta, pp. 6.
McMurry, J, 2008, Organic Chemistry, 7
th
Edition, Thomson Learning, Inc, USA.
Miyoshi, H., Ichimaru, N., Murai, M., 2007, Synthesis and inhibitory action of
novel acetogenin mimics lac-acetogenins: A new class of inhibitors of
mitochondrial NADH-ubiquinone oxidoreductase (complex-I). In
Pesticide Chemistry: Crop Protection, Public Health, Environmental
Safety, WILEY-VCH Verlag GmbH & Co. KGaA: Weinheim, Germany,
pp. 171-174.
Oasa, M., Hattori, Y., Konno, H., Makabe, H., 2010, Note: Synthesis of
Annonacin Isolated from Annona Densicoma, Biosci. Biotechmol.
Biochem., Vol. 74 (6), 1274-1275.
Piret, V., 2008, Synthesis of Acetogenin Analogue, Thesis, 10-12, University of
Tartu Faculty of Science and Technology Institute of Technology.
Sastrohamidjojo, H., 2001, Spektroskopi, Edisi II, Penerbit Liberty, Yogyakarta,
pp. 45-54, 102-163.
Sastrohamidjojo, H., 2005, Kromatografi, Edisi II, Penerbit Liberty, Yogyakarta,
pp. 26-45.
Silow, M.H., 2011, Sintesis Laktogenin Senyawa Analog Asetogenin dari
Tetrahidrofuran-3-Karboksaldehid Dan 2-Asetil--Butirolakton dalam
Suasana Basa Piridin, Skripsi, Fakultas Farmasi Universitas Sanata
Dharma, Yogyakarta.
Silverstein, R.M., Bassler, G.C., and Morril, T.C., 2005, Spectrometric
Identification of Organic Compounds, Seventh Edition, John Willey &
Sons Inc., Canada.
Sinha, S.C., Sinha, A., Yozbak, A., Keinan, E., 1996, Towards Chemical Libraries
of Annonaceous Acetogenins, Total Synthesis of Trilobacin, J. Org.
Chem., Vol. 61, 7640-7641.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
50
Smith, R.M., 2004, Understanding Mass Spectra, Ed. II, John Wiley and Sons
Inc., New Jersey.
Tormo, J.R., Ernesto, E., Teresa, G., Carmen, G., Adrien, C., Susana, G., 2001, -
Lactone-Functionalized Antitumoral Acetogenin are the Most Potent
Inhibitor of Mitocondrial Complex I, Bioorganic & Medicinal Chemistry
Letters, 681-684.
World Health Organization, 2002, Health Situation in The South-East Asia
Region 1998-2000, India, 140-144.
Yang, H., Zhang, N., Zeng, Q., Yu, Q., Ke, S., Li, X., 2010, HPLC Method for
the Simultaneous Determination of Ten Annonaceous Acetogenins after
Supercritical Fluid CO
2
Extraction, International Journal of Biomedicine
Science, 202-207.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
51
LAMPIRAN
Lampiran 1. Perhitungan Bahan
A. Tetrahidrofuran-3-karboksaldehid
Mr = 100
= 1,106 g/ml
jika V = 1 ml, maka
=
m = x V
m = 1,106 g/ml x 1 ml
m = 1,106 g
dengan kemurnian 50% tetrahidrofuran-3-karboksaldehid maka dalam 1
ml hanya terdapat 0,553 g tetrahidrofuran-3-karboksaldehid
=
=
,
n = 0,00553 mol = 5,53 x 10
-3
mol = 5,530 mmol
B. 2-asetil--butirolakton
Mr = 128
= 1,91 g/ml
jika n = 5,530 mmol, maka
=
5,53 =
m = 5,53 x 128 = 707,84 mg = 0,70784 g
=
=
=
,
, /
= 0,594 ml
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
52
C. Persamaan Reaksi
Perbandingan mol 1 : 1
O
H
3
C
O
O
H
O
O O
O
O
O
+
NaOCH
3
2-asetil-gamma-butirolakton tetrahidrof uran-3-karboksaldehid
laktogenin
H
2
O +
Gambar 26. Persamaan reaksi pembentukan laktogenin
awal : 5,53 mmol 5,53 mmol 0 + 0
reaksi : 5,53 mmol 5,53 mmol 5,53 mmol 5,53 mmol
sisa : 0 0 5,53 mmol 5,53 mmol
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
53
Lampiran 2. Foto Senyawa Hasil Sintesis
Gambar 27. Larutan hasil pencampuran starting material dengan katalis
Gambar 28. Senyawa hasil sintesis dalam bentuk cair
53
Lampiran 2. Foto Senyawa Hasil Sintesis
Gambar 27. Larutan hasil pencampuran starting material dengan katalis
Gambar 28. Senyawa hasil sintesis dalam bentuk cair
53
Lampiran 2. Foto Senyawa Hasil Sintesis
Gambar 27. Larutan hasil pencampuran starting material dengan katalis
Gambar 28. Senyawa hasil sintesis dalam bentuk cair
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
54
Lampiran 3. Kromatogram KLT senyawa hasil sintesis dan perhitungan R
f
Sistem yang digunakan dalam analisis senyawa laktogenin secara kromatografi
lapis tipis menggunakan fase gerak toluena:metanol (1:1) dan fase diam silika gel
GF
254
Berdasarkan sistem tersebut didapatkan hasil analisis sebagai berikut:
Gambar 14. Kromatogram kromatografi lapis tipis senyawa hasil sintesis
Keterangan:
Uji KLT menggunakan fase diam silika gel GF
254
, fase gerak toluena:metanol
(1:1), jarak pengembangan 14 cm, pengamatan bercak dibawah sinar UV
254
.
Tabel II. Nilai Rf senyawa hasil sintesis dan 2-asetil--butirolakton
Bercak Senyawa Nilai R
f
1 2-asetil--butirolakton 0,857
2
Replikasi 1 senyawa hasil
sintesis
Atas : 0,778
Bawah : 0,321
3
Replikasi 2 senyawa hasil
sintesis
Atas : 0,821
Bawah : 0,314
R
f
=
Jarak yang digerakkan fase gerak
Jarak pengembangan
Jarak pengembangan = 14 cm
Tabel VII. Perhitungan nilai R
f
senyawa hasil sintesis
Bercak Perhitungan R
f
1 Rf =
12 cm
14 cm
= 0,857
2 (atas) Rf =
10,9 cm
14 cm
= 0,778
2 (bawah) Rf =
4,5 cm
14 cm
= 0,321
3 (atas) Rf =
11,5cm
14 cm
= 0,821
3 (bawah) Rf =
4,4 cm
14 cm
= 0,314
1
2 (atas)
3 (atas)
2 (bawah)
3 (bawah)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
55
Lampiran 4. Spektra IR senyawa hasil sintesis
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
56
Lampiran 5. Spektra IR 2-asetil--butirolakton
56
Lampiran 5. Spektra IR 2-asetil--butirolakton
56
Lampiran 5. Spektra IR 2-asetil--butirolakton
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
57
Lampiran 6. Spektra IR tetrahidrofuran-3-karboksaldehid
57
Lampiran 6. Spektra IR tetrahidrofuran-3-karboksaldehid
57
Lampiran 6. Spektra IR tetrahidrofuran-3-karboksaldehid
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
58
Lampiran 7. Kondisi kromatografi gas-spektometri massa
58
Lampiran 7. Kondisi kromatografi gas-spektometri massa
58
Lampiran 7. Kondisi kromatografi gas-spektometri massa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
59
Lampiran 8. Kromatogram kromatografi gas senyawa hasil sintesis
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
60
Lampiran 9. Spektra massa peak 8 dengan waktu retensi 5,604 menit
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
61
Lampiran 10. Spektra massa peak 10 dengan waktu retensi 8,845 menit
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
62
Lampiran 11. Spektra massa senyawa hasil sintesis
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
63
BIOGRAFI PENULIS
Penulis lahir di Tangerang pada tanggal 5 September
1990. Lahir dari ayah bernama Agustinus Supriyadi dan
Ibu bernama Marcella Ety Widajanti, memiliki adik
laki-laki bernama Antonius Rianditya Putra dan adik
perempuan bernama Irene Melani Putri. Penulis
menyelesaikan masa studinya di TK Strada Santa Maria
I pada tahun 1994-1996, menyelesaikan wajib belajar 12
tahun di SD Strada Santa Maria dari tahun 1996-2002,
SMP Strada Santa Maria 1 dari tahun 2002-2005 dan
SMA Strada Santo Thomas Aquino dari tahun 2005-2008. Penulis melanjutkan
studi di Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta tahun 2008.
Penulis memiliki pengalaman kerja sebagai asisten dosen praktikum Kimia
Organik pada tahun 2010. Selain itu penulis juga aktif dalam bidang akademik
maupun non-akademik, seperti dalam bidang akademik menjadi anggota dalam
lomba Drug Modelling Competition 2011 di Universitas Indonesia, menjadi Ketua
kelompok tim finalis PKM yang mewakili Universitas Sanata Dharma dalam
PIMNAS XXIV di UNHAS Makasar 2011 dengan judul Pemanfaatan Jamur
Lingzhi (Ganoderma lucidum Fr. Krast.), Kayu Secang (Caesalpinia sappan L.),
dan Pemanis Stevia (Stevia rebaudiana Bertoni) Dalam Bentuk Sediaan Celup
Sebagai Minuman Kesehatan Untuk Penderita Diabetes Mellitus, menjadi
kontingen dari Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma dalam lomba KIMIA
yang diadakan kopertis tahun 2009 dan 2010. Dalam bidang non-akademik,
penulis aktif dalam berorganisasi dengan menjadi pengurus BEMF Farmasi tahun
2010 di divisi TI dan tahun 2011 sebagai koordinator divisi organisasi, kegiatan
kepantiaan yang mulai dirintis dari menjadi anggota sie perlengkapan Pelepasan
Wisuda 2009, sie dampok TITRASI (Tiga Hari Temu Akrab Farmasi) 2009 dan
koordinator SC (Steering Committee) TITRASI 2011, ketua umum dalam PPnEC
(Pharmacy Performance and Event Cup) 2010, dan anggota CerDisk (Ceramah
dan Diskusi) INSADHA (Inisiasi Sanata Dharma) 2010.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Anda mungkin juga menyukai