Di susun oleh : Andhini Maharani Putri 1102009029 Pembimbing : Dr. Sri Hatuti Harijanti, SpP
TB Paru
Tuberkulosis Definisi adalah suatu penyakit akibat infeksi yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis, Penyakit ini bersifat sistemik sehingga dapat mengenai hampir semua organ tubuh dengan lokasi terbanyak di paru yang biasanya merupakan lokasi infeksi primer
Epidemiologi
Etiologi
Mycobacterium tuberculosis
Cara Penularan
Tidak tertular
Respon tubuh
Batu k
Bertaha n di udara
Patogenesis
Tuberkulosis primer Tuberkulosis post primer
Tuberkulosis primer
Kuman TB
Kuman mati
PARU
Membentuk sarang TB kecil / afek primer KGB (LIMFANGITIS LOKAL ATAU REGIONAL )
Kompleks primer
Sembuh
TB usus
Kuman TB dormant
Tereabsorbsi
Meluas
Meluas
Sembuh
Granuloma
Cacat (fibrosis)
Perkejuan
Kavitas
Kavitas sklerotik
Klasifikasi TB
Diagnosis
Gejala Respiratorik
Batuk darah > 2 minggu Batuk/batuk darah Sesak napas Nyeri dada
Gejala Sistemik
Pemeriksaan fisik
Tergantung dari organ yang terlibat Pada TB paru kelainan yang didapat tergantung luas kelainan struktur paru
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Radiologik
Lokasi lesi tuberkulosis umumnya di daerah apeks paru Bercak-bercak seperti awan dan dengan batas-batas yang tidak tegas Kavitas bayangannya berupa cincin yang mula-mula berdinding tipissklerotik dan terlihat menebal Kalsifikasi bercak-bercak padat dengan densitas tinggi
Alur Diagnosis
Penatalaksanaan
Lini I
Isoniazid Rifampisin Pirazinamid Etambutol Streptomisin
Lini II
Kanamisin Amikasin Kuinolon
Kategori I
Keterangan
II
*2RHZE / 4R3H3 -RHZES / 1RHZE / sesuai hasil Bila streptomisin alergi, dapat uji resistensi atau 2RHZES / diganti kanamisin 1RHZE / 5 RHE -3-6 kanamisin, ofloksasin, etionamid, sikloserin / 15-18 ofloksasin, etionamid, sikloserin atau 2RHZES / 1RHZE / 5RHE Sesuai lama pengobatan sebelumnya, lama berhenti minum obat dan keadaan klinis, bakteriologi dan radiologi saat ini (lihat uraiannya) atau *2RHZES / 1RHZE / 5R3H3E3 2 RHZE / 4 RH atau 6 RHE atau *2RHZE /4 R3H3 RHZES / sesuai hasil uji resistensi (minimal OAT yang sensitif) + obat lini 2 (pengobatan minimal 18 bulan) Sesuai uji resistensi + OAT lini 2 atau H seumur hidup
II
III
IV
- Kronik
IV
- MDR TB
DosisMaks (mg)
BB/Hari)
<40
40-60
>60
8-12
10
10
600
300
450
600
4-6
10
300
300
300
300
20-30
25
35
750
1000
1500
15-20
15
30
750
1000
1500
15-18
15
15
1000
Sesuai BB
750
1000
Penatalaksanaan
Penatalaksanaan
Kategori -2
Paduan OAT ini diberikan untuk pasien BTA positif yang telah diobati sebelumnya: Pasien kambuh Pasien gagal Pasien dengan pengobatan setelah putus berobat
Dosis paduan OAT KDT Kategori 2 : 2(HRZE)S/(HRZE)/ 5(HR)3E3 Tahap Lanjutan Tahap Intensif tiap hari
3 kali seminggu
Berat Badan
RHZE (150/75/400/275) + S
Selama 56 hari Selama 28 hari 2 tab 4KDT 2 tab 4KDT + 500 mg Streptomisin inj.
30-37 kg
38-54 kg
3 tab 4KDT
55-70 kg
4 tab 4KDT
4 tab 4KDT
4 tab 2KDT
+ 4 tab Etambutol
5 tab 2KDT
Penatalaksanaan
OAT Sisipan (HRZE)
Paduan OAT ini diberikan kepada pasien BTA positif yang pada akhir pengobatan intensif masih tetap BTA positif.
Paket sisipan KDT adalah sama seperti paduan paket untuk tahap intensif kategori 1 yang diberikan selama sebulan (28 hari)
Berat Badan 30 37 kg
38 54 kg 55 70 kg 71 kg
2 tablet 4KDT
3 tablet 4KDT 4 tablet 4KDT 5 tablet 4KDT
M.tuberculosis resisten terhadap rifampisin dan INH dengan atau tanpa OAT lainnya. Secara umum dibagi menjadi : Resisten primer Resisten sekunder Resisten inisial
Penyebab MDR
Pemberian pengobatan pada dasarnya tailor made, bergantung dari hasil uji resistensi dengan menggunakan minimal 2-3 OAT yang masih sensitif dan obat tambahan lain yang dapat digunakan yaitu golongan fluorokuinolon (ofloksasin dan siprofloksasin), aminoglikosida (amikasin, kanamisin dan kapreomisin), etionamid, sikloserin, klofazimin, amoksilin+ as.klavulanat. Saat ini paduan yang dianjurkan OAT yang masih sensitif minimal 2 3 OAT dari obat lini 1 ditambah dengan obat lain (lini 2) golongan kuinolon, yaitu Ciprofloksasin dosis 2 x 500 mg atau ofloksasin 1 x 400 mg Membutuhkan waktu paling minimal 12 bulan sampai dengan 24 bulan
Pada kehamilan Hampir semua OAT aman untuk kehamilan, kecuali streptomisin gangguan pendengaran dan keseimbangan Ibu menyusui dan bayinya Semua jenis OAT aman untuk ibu menyusui. Pengobatan pencegahan dengan INH diberikan kepada bayi tersebut sesuai dengan berat badannya. Pasien TB pengguna kontrasepsi Rifampisin berinteraksi dengan kontrasepsi hormonal (pil KB, suntikan, KB,susuk KB) menurunkan kontrasepsi non hormonal
Pasien TB dengan infeksi HIV/AIDS Pasien TB dengan gagal ginjal Streptomisin dan Etambutol dieksresi melalui ginjal hindari Paduan OAT yang paling aman : 2HRZ/4HR Pasien TB dengan kelainan hati Bila ada kecurigaan gangguan fungsi hati, dianjurkan pemeriksaan faal hati sebelum pengobatan . Pada kelainan hati,pirazinamid tidak boleh dianjurkan. Panduan obat yang dianjurkan / rekomendasi WHO : 2 SHRE/6 RH atau 2 SHE/10 HE Pada penderita hepatitis akut atau klinik ikterik, mengalami penyembuhan. Pada hepatitis akut OAT ditunda sampai hepatitis akutnya mengalami penyembuhan. Pada keadaan sangat diperlukan dapat diberikan S dan E maksimal 3 bulan sampai hepatitisnya menyembuh dan dilanjutkan dengan 6 RH Sebaiknya rujuk ke ahli paru
Hepatitis Imbas Obat Dikenal sebagai kelainan hati akibat penggunaan obat obatan hepatotoksik (drug induce hepatitis) Penatalaksanaan Bila klinik (+) Ikterik (+), gejala mual dan muntah (+) OAT stop Bila klinik (-), laboratorium terdapat kelainan : Bilirubin > 2 OAT stop SGOT,SGPT >5 kali OAT stop SGOT,SGPT >3 kali , gejala (+) OAT stop SGOT,SGPT >3 kali, gejala (-) teruskan pengobatan dengan pengawasan.
Panduan obat yang dianjurkan : Stop OAT yang bersifat hepatotoksik (RHZ) Setelah itu , monitor klinik dan laboratorium. Bila klinik dan laboratorium normal kembali (bilirubin, SGOT, SGPT ), maka tambahkan H desensitisasi sampai dengan dosis penuh (300 mg). Selama itu perhatikan klinik dan laboratorium normal, tambahkan rifampisin , desensitisasi sampai dengan dosis penuh (sesuai berat badan). Sehingga panduan obat menjadi RHES Pirazinamid tidak boleh digunakan lagi
TB paru dengan DM Panduan obat 2RHZ(E-S)/4RH dengan regulasi baik/gula darah terkontrol Bila gula darag tidak terkontrol, fase lanjutan 7 bulan :2 RHZ (SE) /7RH DM harus dikontrol Hati hati dengan penggunaan etambutol, karena efek samping etambutol ke mata, sedangkan penderita DM sering mengalami komplikasi kelainan pada mata Perlu diperhatikan penggunaan rifampisin akan mengurangi efektiviti obat oral anti diabetes (sulfonilurea) sehingga dosisnya perlu ditingkatkan
Penyebab Rifampisin
Pirasinamid
INH
Rifampisin
Penatalaksanaan Diberikan anti histamin sambil meneruskan OAT Streptomisin dihentikan. Streptomisin dihentikan, ganti Etambutol.
Etambutol Rifampisin
Kriteria sembuh
Bila ada fasilitas biakan, maka ditambah biakan negatif. Pada foto torak, gambaran radiologi serial tetap sama/perbaikan.
BTA mikroskopis negatif dua kali ( pada akhir fase intensif dan akhir pengobatan) dan telah mendapatkan pengobatan yang adekuat.
Evaluasi pengobatan
Evaluasi klinis; pasien dievaluasi setiap 2 minggu pada 1 bulan pertama pengobatan selanjutnya setiap 1 bulan Evaluasi bakteriologis ( 0 2 6/9 bulan pengobatan ) Evaluasi radiologi ( 0 2 6/9 bulan pengobatan ) Melihat fungsi hati; SGOT, SGPT, bilirubin. Fungsi ginjal; ureum, kreatinin. Gula darah. Asam urat diperiksa bila menggunakan pirazinamid. Pemeriksaan visus dan uji buta warna bila menggunakan etambutol. Pasien yang menggunakan strepromisin harus diperiksa uji keseimbangan dan audiometri.
Komplikasi TB paru
Batuk darah Pneumotoraks Luluh paru Gagal napas Gagal jantung Efusi pleura
Prognosis
Jika berobat teratur sembuh total (95%) Jika dalam 2 tahun penyakit tidak aktif, hanya sekitar 1 % yang mungkin relaps Terapi yang cepat dan legeartis akan sembuh baik Bila daya tahan baik dapat sembuh sendiri
TERIMA KASIH