Anda di halaman 1dari 26

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar belakang Banyak senyawa aktif yang dikembangkan untuk obat merupakan senyawa yang sukar larut dalam air, hal ini dapat menyebabkan masalah dalam absorpsinya setelah pemberian secara oral sehingga dapat menghasilkan ketersediaan hayati yang rendah dan atau bervariasi. Disamping itu, beberapa senyawa aktif bersifat iritan pada saluran cerna atau sangat sensitif terhadap kondisi saluran cerna sehingga menyulitkan dalam pengembangan formulasinya terutama untuk sediaan oral. Salah satu pendekatan inovatif yang sekarang banyak diteliti adalah penerapan nanoteknologi untuk menghasilkan partikel atau sistem pembawa berukuran nanometer (1-1 nm!. "anopartikel dalam bidang farmasi

mempunyai dua pengertian yaitu senyawa obat melalui suatu cara tertentu berukuran nanometer dan senyawa obat dienkapsulasi dalam suatu sistem pembawa tertentu berukuran nanometer (Darmawan, # $!.

"anopartikel dari bahan polimer alam kitosan yang bersifat ionik, telah banyak diaplikasikan pada sistem penghantaran obat karena sifat-sifatnya yang istimewa seperti biokompatibel, biodegradabel, mukoadhesif dan meningkatkan permeasi. %enelitian ini bertu&uan untuk mensintesis nanopartikel Salbutamol Sulfat dengan metode gelasi ionik ('gnihotri, (allikar&una dan 'minabhavi, # )!.

Salbutamol sulfat (SS! merupakan obat yang sering digunakan dalam terapi asma dan penyakit paru obstruktif kronis. *bat ini memiliki tempat

absorpsi khusus di lambung dan usus halus bagian atas. Salbutamol sulfat akan mengalami sulfonasi di usus halus bagian bawah dan degradasi di kolon sehingga akan menghasilkan bioavailabilitas ) + &ika diberikan secara oral. ,ntuk mengatasi masalah ini, strategi yang dapat dilakukan adalah dengan meningkatkan absorpsi salbutamol sulfat di lambung. %eningkatan absorpsi dapat dicapai dengan memformulasikan salbutamol sulfat dalam bentuk sediaan nanopartikel. Bentuk sediaan nanopartikel dipilih karena dapat meningkatkan luas permukaan kontak sediaan dengan lambung, dan &uga karena ukurannya yang kecil, maka sediaan akan dapat melewati halangan sterik dari lapisan mukus pada dinding lambung untuk dapat menu&u ke tempat absorpsi. ,ntuk dapat melewati halangan sterik yang berasal dari lapisan mukus, ukuran nanopartikel yang dibuat maksimal berukuran nm (.ai, # /!.

%ada penelitian sebelumnya, salbutamol sulfat dikembangkan dalam bentuk tablet mukoadhesif. "amun, tablet yang dihasilkan hanya mampu bertahan di lambung selama 0 &am akibat ukuran sediaan yang besar sehingga luas permukaan kontak dengan lambung men&adi kecil. ,ntuk mengatasi

masalah ini, pada penelitian selan&utnya, salbutamol sulfat dikembangkan dalam bentuk sediaan nanopartikel yang memiliki ukuran #/0.1 nm, tapi efisiensi pen&eratannya masih )/.0# + sehingga pada penelitian ini, dilakukan optimasi formulasi untuk menurunkan ukuran partikel dan meningkatkan efisiensi pen&eratan dari sediaan nanopartikel salbutamol sulfat. %enelitian ini bertu&uan

untuk membuat sediaan salbutamol sulfat nanopartikel yang lebih baik dari segi ukuran partikel, indeks polidispersitas, potensial 2eta, dan efisiensi

pen&eratan 2at aktif.

B. Rumusan Masalah Dari latar belakang diatas, maka dibuat rumusan masalah yaitu3 1. 'pakah formulasi nanopartikel Salbutamol Sulfat dapat mencapai kondisi optimal dengan tingkat keseragaman ukuran yang baik4 #. 'pakah formulasi nanopartikel Salbutamol Sulfat dapat mencapai efisiensi enkapsulasi yang baik4

C. Tujuan Penelitian %enelitian ini bertu&uan untuk mendapatkan kondisi optimal preparasi nanopartikel Salbutamol Sulfat pada ukuran kurang dari # keseragaman ukuran dan stabilitas yang baik. nm dengan tingkat

D. Man aat Penelitian 1. (enambah pengetahuan penulis tentang formulasi nanopartikel

Salbutamol Sulfat. #. Bagi D1 5armasi %oltekkes diharapkan dapat memberikan informasi mengenai teknologi farmasi nanopartikel Salbutamol Sulfat. 1. Bagi 6S. Bhayangkara diharapkan dapat di&adikan sebagai sumber informasi mengenai teknologi farmasi nanopartikel Salbutamol Sulfat.

BAB II TIN!AUAN PU"TA#A

A. Tinjauan Pre $rmulasi Bahan-bahan yang digunakan dalam membuat nanopartikel antara lain adalah salbutamol sulfat, kitosan, polietilen oksida, polivinil alkohol, karbopol, dan polo7amer.

1.

Salbutamol Sulfat

%ambar & Salbutamol sulfat memiliki rumus molekul (8 11 9#1 "*1 !# .9#S*) dengan berat molekul -$0.$. Salbutamol sulfat berupa serbuk kristalin putih, larut dalam air (1 bagian dalam ) bagian air!, dan praktis tidak larut dalam etanol. Senyawa ini memiliki titik lebur pada 1-1o 8, dan memiliki p:a /.1 (gugus amin! dan 1 .1 (gugus fenol!. Dengan menggunakan spektrofotometri ultraviolet,

salbutamol sulfat memberikan pan&ang gelombang serapan maksimum pada #$0 nm dalam medium asam, dan serapan maksimum pada #)- nm dan #/- nm dalam medium basa. Salbutamol sulfat merupakan obat yang diabsorpsi secara cepat melalui rute oral dan memiliki tempat absorpsi khusus di lambung dan usus halus

bagian atas. "amun, bioavailabilitas salbutamol sulfat hanya dapat mencapai ) + &ika diberikan secara oral akibat ter&adinya sulfonasi di usus halus, hati, dan terdegradasi di kolon. *bat ini tereliminasi 0 -/ + lewat urin dalam #) &am dalam bentuk salbutamol sulfat dan );-*-sulfat salbutamol, dan tereliminasi 1#+ lewat feses (6ao, # / < (offat, # 1, =2ya2ici, # 1!.

:onsentrasi maksimum plasma dari salbutamol sulfat dicapai dalam waktu kira-kira #.- &am dan waktu paruh obat ini antara #.--$ &am. Studi lain mengindikasikan bahwa waktu paruh salbutamol sulfat adalah ) &am (Sonar, # / < '95S Drug >nformation, # ?!.

2. Kitosan

%ambar ' Struktur molekul kitosan :itosan memiliki sinonim #-amino-#-deoksi-(1,)!-b-D-glukopyranan, kitin terdeasetilasi, deasetilkitin. "ama kimianya adalah poli-b-(1,)!-#-amino-#deoksi-D-glukosa (6owe, # /!.

"ilai p9 dari larutan kitosan dalam air adalah )-0 (1+ dalam larutan air!. :itosan memiliki massa &enis 1.1--1.) g@cm1 dan temperatur transisi gelas pada # 1o8. :itosan sedikit larut dalam air, praktis tidak larut dalam etanol (/-+!, pelarut organik, dan larutan netral atau basa dengan p9 di atas kira-kira 0.-.

:itosan larut dalam larutan encer ataupun pekat dari banyak larutan asam organik dan beberapa larutan asam anorganik, kecuali asam fosfat dan asam sulfat (6owe, # /!. :itosan telah digunakan sebagai penyalut, penghancur (disintegran!, pembentuk lapisan film, agen mukoadhesif, pengikat tablet, dan peningkat viskositas sediaan. Dalam formulasi farmasetika, kitosan berguna dalam mengendalikan pemberian obat sebagai penyusun sediaan mukoadhesif, sediaan lepas cepat, penghantaran peptida, penghantaran obat di kolon, dan penghantaran gen (6owe, # /!.

:itosan merupakan polimer kationik dengan muatan listrik yang tinggi pada p9 A0.-, sehingga adhesif dengan permukaan bermuatan negatif dan mengkhelat ion logam. Bugus hidroksil dan amino yang reaktif pada kitosan berperan dalam reaksi kimia dan pembentuka garam. Bugus amino

memungkinkan interaksi kitosan dengan sistem anionik, yang menghasilkan perubahan karakteristik fisikokimia dari kombinasi-kombinasi tersebut (6owe, # /!. 9ampir semua sifat-sifat fungsional kitosan bergantung kepada pan&ang rantai molekul, kepadatan muatan, dan distribusi muatan. Bentuk garam, berat molekul, dera&at deasetilasi, dan p9 penggunaan kitosan, akan berpengaruh terhadap kiner&a kitosan (6owe, # /!.

Selama disolusi, gugus amin pada kitosan akan terprotonasi, menghasilkan kitosan bermuatan positif dan garam kitosan (klorida, glutamat, dan lain-lain! yang larut dalam air. :elarutan kitosan dipengaruhi oleh dera&at deasetilasi, dan

ada tidaknya garam lain dalam larutan. Cika konsentrasi garam dalam larutan semakin tinggi, maka kelarutan kitosan akan menurun sehingga akan ter&adi salting out yang akan mengakibatkan presipitasi dari kitosan dalam larutan. :etika kitosan berada dalam larutan, peristiwa tolak-menolak antara unit terdeasetilasi dengan unit glukosamin yang berdekatan mengakibatkan kitosan berada dalam konformasi yang diperluas. %enambahan elektrolit akan mengurangi gaya tolak-menolak ini sehingga mengakibatkan molekul kitosan berada dalam konformasi yang lebih acak dan bergulung (6owe, # /!.

3. Polietilen Oksida (PEO)

%ambar ( Struktur molekul %D* %olietilen oksida merupakan homopolimer nonionik dari etilen oksida dengan formula (89#89#*!n. .ambang EnF merepresentasikan &umlah rata-rata dari gugus oksietilen (.ieberman, 1//?!. %olietilen oksida berupa serbuk putih atau putih pudar yang memiliki sedikit bau amonia (6owe, # /!.

4. Polivinil Alkohol (PVA)

%ambar ) Struktur molekul %G' %olivinil alkohol memiliki sinonim Celvol, Airvol, Elvanol. %olivinil alkohol merupakan polimer sintetik larut air yang memiliki formula (8#9)*!n. %olivinil alkohol sering digunakan sebagai penyalut, lubrikan, penstabil, dan peningkat viskositas. Dalam melarutkan polivinil alkohol, diperlukan pemanasan dalam air sampai suhu / o8 selama - menit (6owe, # /!.

%olivinil alkohol sering digunakan sebagai penstabil nanopartikel. %enstabil beker&a dengan menempel pada nanopartikel untuk mencegah ter&adinya aglomerasi dari nanopartikel (%impang, # ?!.

. Poliasam ak!ilat (PAA)

%ambar * Struktur molekul %'' %oliasam akrilat memiliki sinonim karbomer, karboksipolimetilen, karbopol. %oliasam akrilat mengandung antara -#-0?+ gugus karboksilat pada

basis kering. %oliasam akrilat berupa serbuk higroskopik, bersifat asam, putih dengan bau khas lemah. %oliasam akrilat mengembang dalam air dan gliserin, dan etanol (di etanol setelah netralisasi!. Dalam bidang farmasi, digunakan sebagai agen bioadhesif, pengendali pelepasan obat, pengemulsi, pemodifikasi rheologi, suspending agent, dan pengikat tablet (6owe, # /!.

>nteraksi %'' dengan kitosan akan menghasilkan kompleks polielektrolit. :ompleks ini terbentuk dari interaksi elektrostatik antara gugus amin terprotonasi pada kitosan (muatan positif! dan gugus karboksilat terionisasi pada karbopol (muatan negatif! (9u, # #!.

". Polo#ame!

%ambar + Struktur molekul polo7amer %olo7amer memiliki sinonim polo7alkol, polo7amera, kopolimer

polietilen-polipropilen glikol. %olo7amer merupakan blok kopolimer dari polietilen oksida dan polipropilen oksida dengan formula umum

9*(8#9)*!a(8190*!b(8#9)*!a9. %olo7amer digunakan sebagai pendispersi, pengemulsi, pensolubilisasi, lubrikan tablet, dan pembasah. %olo7amer merupakan polimer nonionik yang sering digunakan sebagai penstabil sediaan nanopartikel karena sifatnya yang dapat menghalangi interaksi elektrostatik (*wens, # -!.

B. Lambung

%ambar , Skema dinding lambung (.ai, #

/!

.ambung merupakan salah satu organ pencernaan yang berguna untuk mencerna makanan secara fisik (gerakan peristaltik! dan kimia (en2im, asam klorida!. Salbutamol sulfat memiliki tempat absorpsi khusus di lambung dan usus halus bagian atas. %ada lambung terdapat lapisan mukosa yang dapat menghalangi sediaan untuk berkontak dengan tempat absorpsi. .apisan mukus terdiri dari benang-benang musin yang memiliki ukuran antara 1 -nm. *leh karena itu,

untuk dapat menembus lapisan mukus ini, sediaan harus memiliki ukuran partikel pada rentang 1 -nm (.ai, # /!.

%ada lapisan mukosa lambung, terdapat dua lapisan, yaitu lapisan mukus luminal (luminal mucus layer! dan lapisan mukus adheren (adherent mucus layer!. .apisan mukus luminal memiliki sifat mudah mengalami pembersihan mukosa (clearance!, sedangkan lapisan mukus adheren tidak mudah mengalami pembersihan mukosa (.ai, # /!.

C. Nan$-artikel

"anopartikel adalah partikel koloidal dengan ukuran kurang dari 1 mikrometer. Hat aktif dalam nanopartikel dapat dilarutkan, di&erat@dienkapsulasi, atau diadsorpsi pada permukaan pembawa koloidal (Bodmeier, (aincent, 1//?!.

1. Pembuatan nano$a!tikel

(etode untuk membuat nanopartikel meliputi penggunaan polimer larut air dan polimer tidak larut air yang berasal dari sintesis, semisintesis, ataupun alami. Dispersi koloidal polimer dalam air lebih sering dipakai karena dapat menghindari penggunaan pelarut organik selama proses pembuatan nanopartikel (.iebermann et al 1//?!. "anopartikel dapat diperoleh melalui penyatuan 2at aktif selama atau setelah proses pembuatan dispersi polimer. %emilihan metode pembuatan dan polimer yang dipakai bergantung kepada karakteristik fisikokimia obat, pelepasan yang diinginkan, rute pemberian, dan tingkat biodegradabilitas dan

biokompabilitas dari pembawa yang dipakai (Bodmeier, (aincent, 1//?!.

a. Belasi ionotropik (etode ini dapat digunakan untuk membuat nanopartikel. (etode ini berdasarkan kemampuan suatu polielektrolit untuk membentuk ikatan silang dengan kehadiran suatu ion yang muatannya berlawanan membentuk hidrogel.

'nion-anion tersebut membentuk &aringan dengan bergabung dengan kation dari polielektrolit dan menginduksi gelasi. %enggunaan kitosan dan bahkan sel dengan metode gelasi ionotropik telah digunakan secara luas untuk tu&uan pen&eratan obat. 9idrogel terbentuk dengan meneteskan larutan anion ke dalam larutan polielektrolit dan obat membentuk &aringan tiga dimensi (%atil, # 1 !.

b. :ompleks polielektrolit (etode ini dapat digunakan untuk membuat nanopartikel. (etode ini berdasarkan kemampuan polielektrolit-polielektrolit yang berbeda muatannya (positif dan negatif! untuk berinteraksi secara elektrostatik untuk membentuk kompleks (9ess, # )!.

c. Dvaporasi pelarut menggunakan polimer tidak larut air dan pelarut yang tidak bercampur dengan air Dalam metode ini, obat dan polimer didispersikan atau dilarutkan dalam pelarut organik yang mudah menguap dan tidak bercampur dengan air. .arutan atau dispersi ini lalu diemulsifikasi dalam fase luar air yang mengandung emulgator menggunakan homogenizer kecepatan tinggi untuk membentuk emulsi minyak dalam air. "anopartikel akan terbentuk setelah pelarut terdifusi ke dalam fase air dan evaporasi pada antarmuka air@minyak akan mengakibatkan presipitasi obat dan polimer. %roses penghilangan pelarut dapat dipercepat melalui pemanasan dan penggunaan alat vakum (Bodmeier, (aincent, 1//?!.

Ianpa pengikat spesifik, obat yang larut air tidak dapat ter&erat dalam sistem nanopatikel karena semua 2at terpartisi ke dalam fase luar (air! selama proses emulsifikasi. >ni akan beru&ung pada kristalisasi obat dalam fase luar setelah pelarut dihilangkan, terutama &ika &umlah obat banyak (Bodmeier, (aincent, 1//?!.

d. Dvaporasi pelarut menggunakan polimer tidak larut air dan pelarut yang bercampur dengan air (etodenya mirip dengan evaporasi pelarut yang di&elaskan sebelumnya, hanya sa&a pelarut yang tidak bercampur dengan air diganti dengan pelarut yang bercampur dengan air. .arutan polimer-obat lalu dituangkan ke dalam fase luar (air! mengandung emulgator untuk membentuk globul. "anopartikel terbentuk setelah penghilangan pelarut. "amun, hanya larutan sangat encer dari polimer (khususnya polimer tanpa gugus penstabil! yang dapat digunakan karena presipitasi polimer akan ter&adi pada konsentrasi yang lebih tinggi (Bodmeier, (aincent, 1//?!.

e. Dmulsifikasi air@minyak menggunakan polimer larut air "anopartikel dari polimer hidrofilik dapat dibuat dengan emulsifikasi air@minyak. %ada dasarnya, suatu larutan polimer dalam air diemulsifikasi ke dalam fase luar yang tidak bercampur dengan air, seperti minyak atau pelarut organik, lalu diikuti dengan homogenisasi. Setelah penghilangan air, droplet polimer akan memadat (Bodmeier, (aincent, 1//?!.

*bat dapat ditambahkan sebelum emulsifikasi atau dapat diadsorpsi ke nanopartikel setelah pemisahan dan pemurnian. *bat larut air dapat di&erat dan diikat dalam polimer, contohnya dengan mekanisme pertukaran ion (Bodmeier, (aincent, 1//?!. >katan silang dengan menggunakan 2at pembentuk ikatan silang atau dengan denaturasi pada temperatur yang ditingkatkan dapat membantu dalam pembuatan nanopartikel yang tidak larut dengan membuat polimer man&adi keras@tidak larut (Bodmeier, (aincent, 1//?!. ,ntuk memperoleh efisiensi enkapsulasi yang tinggi, obat harus tidak larut dalam fase luar. *leh karena itu, nanopartikel polimer hidrofilik yang dibuat dengan emulsifikasi air@minyak hanya terbatas pada obat yang larut dalam air (Bodmeier, (aincent, 1//?!. :ekurangan dari metode ini adalah pemakain minyak dalam &umlah yang besar sebagai fase luar yang nantinya harus dihilangkan dengan menggunakan pelarut organik, stabilitas obat terhadap panas, kemungkinan interaksi antara obat dengan 2at pembentuk ikatan silang, dan distribusi ukuran partikel yang buruk (Bodmeier, (aincent, 1//?!.

%ambar . Skema nanopartikel kitosan-sodium tripolifosfat (:eawchaoon, 6angrong, # 11!

%ambar / Skema nanopartikel kitosan-poliasam akrilat (9u et al, #

#!

f. %emisahan fase air %emisahan fase dari makromolekul yang larut air seperti gelatin atau albumin dapat diinduksi melalui perubahan p9 atau penambahan 2at pendesolvasi seperti garam (contoh, sodium sulfat atau amonium sulfat! atau pelarut organik yang bercampur dengan air. %enggunaan metode ini dapat menghindari penggunaan minyak sebagai fase luar (Bodmeier, (aincent, 1//?!. Dalam metode ini, obat dapat dilarutkan dalam fase air sebelum pembentukan nanopartikel atau dapat ditambahkan ke nanopartikel kosong dengan menggunakan 2at pembentuk ikatan silang. .arutan obat dalam pelarut organik diemulsifikasi ke dalam larutan gelatin atau albumin sambil disobikasi. .arutan dari 2at pembuat dehidrasi ditambahkan untuk menginduksi koaservasi di sekeliling globul (Bodmeier, (aincent, 1//?!. "anopartikel salbutamol sulfat dalam penelitian ini dibuat dengan metode gelasi ionotropik dan metode pembentukan kompleks polielektrolit. %roses pembuatan nanopartikel menggunakan gelasi ionotropik akan dilakukan antara kitosan (8S! dan sodium tripolifosfat (SI%%!, sedangkan untuk proses pembuatan

nanopartikel menggunakan pembentukan kompleks polieletrolit akan dilakukan antara kitosan (8S! dan karbopol (%''!.

a) Ka!akte!isasi nano$a!tikel %arameter yang umum digunakan untuk mengkarakterisasi nanopartikel meliputi ukuran partikel, morfologi, muatan listrik permukaan, efisiensi pen&eratan 2at aktif, profil pelepasan 2at aktif, kondisi fisikokimia polimer dan 2at aktif, berat molekul pembawa polimer, dan biodegradasi in vitro (Bodmeier, (aincent, 1//?!.

a. ,kuran partikel, morfologi, dan muatan listrik permukaan "anopartikel secara umum dikarakterisasi dengan menggunakan diameter partikel rata-rata, distribusi ukuran, dan muatannya. %arameter-parameter ini memengaruhi stabilitas fisik dan distribusi in vitro dari nanopartikel. (uatan listrik nanopartikel memengaruhi stabilitas fisik dan redispersibilitas dari dispersi polimer dan daya guna in vivo-nya (Bodmeier, (aincent, 1//?!.

b. Dfisiensi pen&eratan 2at aktif %en&eratan obat dalam nanopartikel didefinisikan sebagai &umlah obat yang ter&erat dalam polimer (biasanya mol obat per mg polimer atau mg obat per mg polimer!, dapat &uga dinyatakan dalam persentase berdasarkan polimernya (Bodmeier, (aincent, 1//?!.

Dfisiensi pen&eratan 2at aktif meru&uk kepada perbandingan antara &umlah obat yang ter&erat terhadap &umlah obat teoritis yang digunakan. Dfisiensi pen&eratan dapat dinyatakan oleh pen&eratan obat (mg obat per ml dispersi polimer (Bodmeier, (aincent, 1//?!.

D.

Met$0el$gi Penelitian Studi ini meliputi identifikasi bahan-bahan, pembuatan larutan stok bahan,

pembuatan dan karakterisasi nanopartikel. >dentifikasi dilakukan untuk memeriksa kecocokan antara karakteristik bahan dengan spesifikasi yang diberikan oleh penyedia bahan. >dentifikasi material dilakukan menurut monografi bahan aktif dan &uga eksipien. "anopartikel salbutamol sulfat dibuat dengan menggunakan metode gelasi ionotropik antara kitosan (8S! yang bermuatan positif dengan sodium tripolifosfat (SI%%! yang merupakan senyawa mengandung anion dan metode pembentukan kompleks polielektrolit antara kitosan dengan poliasam akrilat (%''! yang merupakan polimer anionik. *ptimasi nanopartikel dilakukan dengan menggunakan dua tipe polimer yaitu polimer nonionik (polivinil alkohol! dan polimer anionik (poliasam akrilat! yang dikombinasikan dengan sistem nanopartikel kitosan. %olivinil alkohol dikombinasikan dengan formula yang mengandung kitosan, polietilen oksida, dan sodium tripolifosfat dengan menggunakan metode gelasi ionotropik. Sedangkan poliasam akrilat dikombinasikan dengan kitosan menggunakan metode

pembentukan kompleks polielektrolit berdasarkan muatannya (kitosan bermuatan positif, poliasam akrilat bermuatan negatif!.

1. a.

'lat dan Bahan 'lat 'lat timbang ((ettler Ioledo!, magnetic stirrer ($/-1 with heater!, vorte7,

p9 meter ((ettler Ioledo!, mikropipet (Socore7!, DelsaI( "ano 8 particle Analyzer (Beckman 8oulter!, pengocok orbital (Ihermostated Shacker, B5. 1 /#!, spektrofotomete ,G (Beckman D,J0- i!, syringe - ml, alat sentrifuga (9ettich Hentrifugen!, sonikator (--1 umum dipakai di laboratorium. b. Bahan Salbutamol sulfat B%# ) (%I Dankos 5arma!, kitosan (8S!, %D* KS6 B6'"S*"!, dan alat-alat gelas yang

1 1 (%I :albe 5arma!, %olivinil alkohol (Sigma 'ldrich!, sodium tripolifosfat (Sigma 'ldrich!, asam asetat,karbopol (Sigma 'ldrich!, polo7amer

(SynperonicJ%?)! aLua deion, aLuades, pepsin, sodium taurokholat, lesitin, sodium klorida, asam klorida (98l!. #. %embuatan .arutan Stok Bahan-bahan disiapkan dalam bentuk larutan stok. Salbutamol sulfat (1 mg! dilarutkan dalam 1 ml asam asetat 1+, kitosan (1 mg! dilarutkan dalam

#- ml asam asetat 1+, polietilen oksida (1

mg! dilarutkan dalam #- ml aLua

deionisasi, tripolifosfat () mg! dilarutkan dalam # ml aLua deionisasi. 1. %embuatan "anopartikel Dalam pembuatannya, kitosan (8S! digunakan dengan kadar 1 mg@ml (larutan akhir!, polietilen oksida (%D*! 1 mg@ml (larutan akhir!, sodium tripolifosfat .) mg@ml (larutan akhir!, dan polivinil alkohol (%G'! digunakan

dengan kadar yang berbeda-beda ( .), .?, 1.#, 1.0, dan #. mg@ml dalam larutan akhir!. 8ara pembuatannya adalah dengan melarutkan %G' dalam &umlah sesuai kebutuhan dalam air bersuhu / o8 selama - menit sambil diaduk di magnetic stirrer, biarkan larut dan mendingin. Setelah dingin, larutan salbutamol sulfat dimasukkan ke dalam larutan %G' sambil terus diaduk.:emudian tambahkan larutan 8S dan %D*, dan yang terakhir, tambahkan larutan I%% tetes per tetes untuk membentuk nanopartikel, aduk larutan selama 1 menit. "anopartikel kemudian disonikasi selama 1 menit (5au2i, # 11!.

BAB III Hasil 0an Pembahasan

"anopartikel salbutamol sulfat dibuat dalam ) formula. Sebanyak ) formula menggunakan metode gelasi ionotropik dengan perbedaan kadar polivinil alkohol pada masing-masing formula. Iabel 1. 9asil :arakterisasi "anopartikel SS (etode Belasi >onotropik

%ada pembentukan nanopartikel dengan gelasi ionotropik, konsentrasi %G' berpengaruh terhadap ukuran nanopartikel. %ada konsentrasi terendah yaitu .) mg@ml, ukuran partikel berada pada #// nm. .alu pada konsentrasi %G' .? mg@ml sampai #. mg@ml, konsentrasi mengalami peningkatan dari 1$/ nm ke #?1.1 nm. >ni ter&adi kemungkinan karena %G' yang menempel di nanopartikel men&adi semakin banyak sehingga ukuran partikel meningkat.

%ambar &1 9ubungan konsestrasi %G' dengan diameter partikel Dfisiensi pen&eratan 2at aktif merupakan parameter yang penting dalam formulasi nanopartikel salbutamol sulfat terkait dengan &umlah 2at aktif yang dapat ter&erat dalam formula dan &umlah sediaan nanopartikel yang diberikan.

%ambar && :urva kalibrasi salbutamol sulfat di medium asam asetat 1+

%ambar &' 9ubungan konsentrasi %G' dengan efisiensi efisiensi pen&eratan Salbutamol sulfat yang bermuatan positif dan kitosan yang bermuatan positif akan mengalami tolak-menolak dalam larutan sehingga akan menghasilkan efisiensi pen&eratan yang kecil. Dengan penambahan %G' yang bersifat nonionik, %G' yang menempel di kitosan diharapkan dapat mengurangi gaya tolak menolak antara salbutamol sulfat dengan kitosan sehingga efisiensi pen&eratan yang lebih tinggi dapat diperoleh (%impang et al, # ?!.

Dari hasil yang didapatkan, teramati bahwa efisiensi pen&eratan salbutamol sulfat mengalami penurunan seiring dengan meningkatnya konsentrasi %G'. 9al ini mungkin ter&adi karena peningkatan %G' pada saat gelasi pembentukan nanopartikel membuat salbutamol sulfat terlarut agak sulit memasuki@ter&erat dalam nanopartikel dibandingkan pada saat &umlah %G' dalam larutan masih sedikit. :emungkinan ini ter&adi akibat pada &umlah yang terlalu banyak, %G' menempel pada nanopartikel dan mengisi tempat@ruang salbutamol untuk ter&erat dalam nanopartikel sehingga akan mengakibatkan &umlah salbutamol sulfat yang ter&erat men&adi lebih sedikit.

Dalam &umlah sedikit, %G' yang menempel pada nanopartikel akan sedikit pula sehingga masih menyisakan ruang untuk pen&eratan salbutamol sulfat. Sedangkan pada &umlah yang terlalu banyak, ruang untuk pen&eratan salbutamol sulfat akan men&adi lebih sedikit sehingga kemungkinan akan mengakibatkan menurunnya &umlah salbutamol sulfat yang di&erat dalam nanopartikel.

B'B >G :DS>(%,.'" D'" S'6'"

'. :esimpulan 5ormula sediaan nanopartikel salbutamol sulfat berhasil dioptimasi dan memiliki ukuran nanopartikel berhasil diturunkan antara 1$?-1 nm.

Dfisiensi enkapsulasi berhasil ditingkatkan hingga ?-+ dengan penggunaan polimer nonionik.

B. Saran %erlu dilakukan penelitian dengan menggunakan polimer lain, optimasi produksi skala lebih besar, dan studi pelepasan salbutamol sulfat dari nanopartikel.

Da tar Pustaka

:eawchaoon, .., 6. Moksan, # 11, %reparation 8haracteri2ation and In Vitro 6elease Study of 8arvacrol-.oaded 8hitosan "anoparticles, C$ll$i0s an0 "ur a2e B3 Bi$inter a2es ?)(# 11!3 101-1$1.

5au2i, (., # 11, Pre-arati$n an0 Chara2teri4ati$n $ "albutam$l "ul-hate %astr$retenti5e Mu2$a0hesi5e Nan$-arti2les , Skripsi, Sains dan Ieknologi 5armasi, Sekolah 5armasi, >IB.

%impang, %., K. Sutham, ". (angkorntong, %. (angkorntong, S. 8hoopun, #

?,

Dffect of Stabili2er on %repration of Silver and Bold "anoparticle ,sing Brinding (ethod, Chiang Mai !."2i., 1-(#! 3 #- -#-$.

8handiran, >. S., B. %. :umar, G. "arayan, # 1 , 5ormulation and >n Gitro Dvaluation of 5loating Drug Delivery System 5or Salbutamol Sulphate, Int ! Pharm Bi$me0 "2i, 1(1!, 1#-1-.

6owe, 6.8., %. C. Sheskey, (. D. Nuinn, #

/, Han0b$$k $ Pharma2euti2al

E62i-ients +th e0, %harmaceutical %ress 3 .ondon, 11 -111, - 0-- /, -0)--0-, .

Bao, .., D. Hhang, and (. 8hen, #

?, Drug nanocrystals for formulation of

poorly soluble drugs and its application as potential drug delivery system, !. Nan$-art Res7 vol 1 . ?)- O ?0#.

.ai, S.:., M. M. Kang, C. 9anes, #

/, (ucus %enetrating "anoparticles 5or

Drug and Bene Delivery to (ucosal Iissues, A05 Drug Deli5 Re57 01 (#!3 1-?1$1. 9u, M., P. Ciang, M. Ding, 9. Be, M. Muan, 8. Mang, # #, Synthesis and

8haracteri2ation of 8hitosan-%oly(acrylic acid! "anoparticles, Bi$materials, 11/), 11/0.

9ess, (., 6. B. Cones, C. :ahovec, I. :itayama, %. :ratochv%l, %. :ubisa, K. (ormann, 6. 5. I. Stepto, D. Iabak, C. Gohl%dal, D. S. Kilks, # ), Ierminology

of %olymers 8ontaining >oni2able or >onic Broups of %olymers 8ontaining >ons, Ma2r$m$le2ular Di5isi$n C$mmisi$n $n Ma2r$m$le2ular N$men2lature an0 "ub2$mmitee $n Ma2r$m$le2ular Termin$l$g8, $.

.ieberman, 9.'., (. 6ieger, B.S. Sanker, 1//?, Pharma2euti2al D$sage 9$rm7 Dis-erse "8stem, Gol 1, "ew Mork3 (arcel Dekker, #$/-#? .

Anda mungkin juga menyukai