Kompos Gergaji
Kompos Gergaji
1. PENDAHULUAN
Peternak menjadi inti dalam proses kehidupan usaha sapi perah, sehingga semua kegiatan dalam peternakan bertumpu kepada peternak sapi perah. Peran peternak sapi perah tidak hanya dalam hal menghasilkan susu sebagai suatu produk yang berharga, tetapi juga kotoran melalui pemeliharaan sapi perah. Peternak memanfaatkan rumput atau hijauan untuk memelihara sapi perah dengan baik agar menghasilkan susu sesuai dengan harapan. Selanjutnya, peternak menangani susu supaya susu tidak cepat rusak. Susu ini harus tidak mengandung bahan atau zat yang merugikan kesehatan konsumen. Kegiatan peternak sapi perah berikutnya adalah memanfaatkan kotoran sapi perah. Kotoran sapi perah bernilai uang. Jadi, kotoran sapi perah tidaklah sepatutnya dibuang begitu saja ke selokan ataupun tempat lainnya. Kotoran sapi perah digunakan untuk memperoleh gasbio dan kemudian dimanfaatkan lagi untuk menghasilkan pupuk organik padat dan cair. Sebagian bagian akhir dari lingkaran produksi tanpa menghasilkan limbah maka pupuk dipakai untuk memupuk rumput atau tanaman lainnya. Dengan demikian, peternak sapi perah berperan menjaga kesehatan konsumen dan memelihara lingkungan saat melaksanakan tugasnya dalam menghasilkan susu. Alur peran peternak dalam proses produksi dan penangangan limbah tersebut diperlihatkan pada Ilustrasi 1 berikut.
Ilustrasi 1. Peran Peternak dalam Proses Produksi dan Penanganan Limbah Sapi Perah Usaha intensif mengakibatkan limbah bertambah banyak dan memberi peluang bertambah besarnya polusi lingkungan. Pembuangan cairan kimia dan air kotor, debu, dan penyebaran bau serta gas. Akan tetapi, bau lebih dominan menimbulkan masalah dibandingkan komponen lainnya. Polusi seringkali menimbulkan pertengkaran dengan tetangga. Sudah sepatutnya peternak sapi perah memulai untuk berproduksi tanpa menimbulkan masalah baru lagi. Berikut ini ditampilkan cara mudah membuat kompos dalam skala kecil dan sedang menggunakan kotoran sapi perah dengan serbuk gergaji dan rumput sisa ransum tanpa menggunakan bahan lainnya. Teknik ini diharapkan dapat diadopsi oleh peternak dengan mudah tanpa banyak mengeluarkan biaya. Dengan demikian, mudah-mudahan peternak mendapatkan tambahan pendapatan, ataupun kalau tidak peternak sapi perah ikut serta dalam menjaga dan memperbaiki lingkungannya seperti yang telah diatur oleh peraturan daerah dan undang-undang.
3. TEKNIK PENGOMPOSAN
Teknik pengomposan yang diuraikan dalam hal ini berkaitan dengan peralatan yang digunakan dan alur kerja, penimbunan bahan baku, dan bagaimana cara mencampur bahan baku dengan baik agar proses pengomposan memberi hasil memuaskan.
1. Alat-alat Pengomposan
Alat yang digunakan dalam proses pengomposan skala kecil adalah cangkul, sekop, kotak atau ruang pengomposan, kantung plastik, dan alat perekat kantung plastik. Berdasarkan pengalaman, pembuat kompos yang baik dapat mengetahui kira-kira berapa temperatur kompos saat itu dengan memegang dan meremas bahan kompos. Berdasarkan hal tersebut, seandainya itu pun ada, termometer dapat digunakan hanya pada pertama kali pengomposan. Naungan dan tempat yang tidak dilalui aliran air patut mendapat perhatian dari pembuat kompos. Kantung plastik dan alat perekatnya digunakan pembuat kompos jika ingin menjual kompos hasil produksinya dalam bentuk bukan curah. 2. Alur Kerja Pengomposan Mulai dari penanganan bahan baku sampai dengan penyimpanan kompos sebelum dijual mempunyai alur kerja pada bahan baku, proses campuran, dan hasil kompos. Alur kerja secara rinci diuraikan menjadi penyimpanan, penghalusan, dan pencampuran bahan baku; penumpukan campuran, pengukuran temperatur dan kelembaban, penghentian proses; dan pematangan, pengayakan, pengeringan,
Ilustrasi 2. Alur Kerja Proses Penanganan Bahan Baku hingga Menjadi Kompos Mula-mula bahan baku yang belum digunakan disimpan di tempat aman agar tidak menimbulkan peluang terjadinya kebakaran. Yang dimaksudkan dengan
penghalusan bahan baku adalah pengurangan ukuran bentuk, misalnya pencacahan rumput. Pencampuran dan penumpukan bahan baku dapat menjadi satu atau bagian yang terpisah. Kotoran sapi perah dicampur dengan serbuk gergaji atau rumput sisa ransum dengan perbandingan volume 1:1 atau 1:2. Pengukuran volume dapat memakai ember air atau alat tampung lainnya. Bahan baku diaduk atau langsung ditumpuk berlapis-lapis di tempat pengomposan. Tempat pengomposan mungkin menggunakan kotak, ember, atau permukaan lahan.
Gambar
Tumpukan jangan dipadatkan. Keesokan harinya tumpukan dibalik-balik. Pengukuran temperatur dan kelembaban dilakukan sebelum pembalikan, terutama temperatur, jika alat tersedia. Pembalikan dikerjakan tiap hari selama minggu pertama dan setelah itu dapat dilaksanakan seminggu sekali. Campuran diremas untuk mengetahui kelembaban. Kelembaban rendah campuran ditandai dengan tidak adanya bagian bahan baku kompos yang melekat di telapak tangan. Jadi, ke dalam tumpukan harus ditambahkan air secukupnya. Penghentian proses dihentikan
setelah temperatur stabil dan selanjutnya diikuti oleh proses pematangan. Kompos dibiarkan di udara terbuka selama seminggu. Setelah itu kompos diayak untuk memisahkan bagian kasar dan halus. Bagian kasar diikutsertakan lagi dalam pengomposan berikutnya. Pengomposan selanjutnya mungkin menggunakan campuran hasil kompos sebanyak 10% dari total bahan baku untuk mempercepat proses pengomposan. Kompos hasil yang akan dijual dikeringkan, dipak, dan disimpan.
4. HASIL KOMPOS
Pembuatan kompos mempunyai sangat banyak manfaat, walau tidak terlepas dari kekurangannya juga. Kegunaan kompos telah sering dibahas pada berbagai tulisan dan kesempatan. Sementara itu mengetahui kelemahan pengomposan dapat digunakan untuk mengatasinya. Harga jual kompos berkisar antara Rp500,00Rp2.500,00/kg dengan biaya produksi Rp440,00/kg. Berdasarkan harga curah saja produsen kompos sudah mendapat pendapatan kotor sebesar Rp60,00/kg. Proses pengemasan membutuhkan biaya sebesar Rp1.000,00/kg dan ternyata usaha ini menaikkan harga jual kompos dan memberikan pendapatan Rp1.060,00/kg.
Pengomposan membutuhkan biaya untuk membeli, membayar, atau menyewa lahan, peralatan, tenaga kerja, dan tatalaksana. Pengomposan membutuhkan waktu. Bau acapkali timbul saat proses pengomposan berlangsung. Bahan baku atau campuran kompos sebaiknya tidak terkena air hujan. Pengomposan bahan organik dan menjualnya berarti memindahkan unsur hara dari peternakan ke tempat lain. Kompos umumnya berbentuk senyawa organik kompleks sehingga lambat melepaskan unsur hara untuk tanaman. Ada orang-orang yang alergi terhadap bau, jamur, ataupun debu dari kompos. Untuk mengetahui lebih lengkap tentang pengomposan silahkan baca buku Langkah Jitu Membuat Kompos dari Kotoran Ternak dan Sampah.