Anda di halaman 1dari 8

PSAK 106 AKAD ISTISHNA

I.

PENGERTIAN AKAD ISTISHNA

Akad istishna adalah akad jual beli dalam bentuk pemesanan pembuatan barangtertentu dengan kriteria dan persyaratan tertentu yang di sepakati antara pemesan (pembeli/mustashni) dan penjual (pembuat/shani) (fatwa DSN MUI ) shani akan menyiapkan barang yang di pesan sesuai dengan spesifikasi yang telah di sepakati di mana ia dapatmenyiapkan sendiri atau melalui pehak lain (istishna pararlel). Dalam PSAK 104 par 8 di jelaskan barang pesanan harus memenuhi criteria ; 1. Memerlukan proses pembuatan setelah akad di sepakati 2. Sesuai dengan spesifikasi pemesan (customized), bukan produk masal dan 3. Harus di ketahui karakteristiknya secara umum yang meliputi jenis,spesifikasi teknis,kualitas, dan kuantitasnya. Dalam istishna paralel, penjual membuat akad istishna kedua dengan sub kontraktor untuk membantunya memenuhi kewajiban akad istishna pertama ( antara penjual dan pemesan) pihak yang bertanggung jawab pada pemesan tetap terletak pada penjual tidak dapat di alihkan pada sub kontraktor karena akad terjadi antara penjual dan pemesan bukan pemesan dengan sub kontrktor. Sehingga penjual tetap bertanggung jawab atas hasil kerja sub kontraktor . Pembeli mempunyai hak untuk memperoleh jaminan dari penjual atas (a) jumlah yangtelah di bayarkan, dan (b) penyerahan barang pesanan sesuai dengan spesifikasi dan tepatwaktu (PSAK 104 par 13). Dalam akad, spesifikasi akad yang di pesan harus jelas, bila produk yang di pesan adalah rumah, maka luas bangunan, model rumah dan spesifikasi harus jelas, misalnya menggunakan bata merah, kayu jati, lantai keramik merk roman ukuran 4040, toiletteries merk toto dan lain sebagainya. Dengan spesifikasi yang rinci, diharapkan persengkataan dapat di hindari.

Hargapun harus disepakati berikut cara pembayarannya, apakah pembayaran 100% dibayarkan dimuka, melalui cicilan atau ditangguhkan sampai waktu tertentu. Begitu harga disepakati, maka selama masa akad harga tidak dapat berubah walaupun biaya produksi meningkat, sehingga penjualan harus memperhitungkan hal ini. Perubahan harga hanya dimungkinkan apabila spesifikasi atas barang yang dipesan berubah. Begitu akad disepakati, maka akan mengikat para pihak yang bersepakat dan pada dasarnya tidak dapat dibatalkan, kecuali: 1. Kedua belah pihak setuju untuk menghentikannya 2. Akad batal demi hukum karena timbul kondisi hokum yang dapat menghalangi pelaksanaan atau penyelesaian akad (psak 104 par 12). Akad berakhir apabila kewajiban kedua belah pihak telah terpenuhi atau kedua belah pihak bersepakat untuk menghentikan akad. II. JENIS AKAD ISTISHNA

1. Istishna adalah akad jual beli dalam bentuk pemesanan pembuatan barang tertentu dengan kriteria dan persyaratan tertgentu yang disepakati antara pemesan (pembeli atau mustahin) dan penjujal (pembuat, shani). Skema Istishna

2. Istishna paralel adalah suatu bentuk akad istishna antara penjual dan pemesan, dimana untuk memenhui kewajibannya kepada pemesan, penjual melakukan akad itishna dengan pihak lain (subkontraktor) yang dapat memenuhi asset yang dipoesan pemesan. Syaratnya akad istishna pertama antara penjual dan pemesan tidak bergantung pada istishna, kedua antara penual dan pemasok . selain itu, akad antara pemesan dengan penjual dan akad antara penjual dan pemesan harus terpisah dan penjual tidak boleh mengakui adanya keuntungan selama kontruksi. Skema Istishna Pararel

Penjual

Pembeli

Produsen/Pemasok

III.

DASAR SYARIAH

Sumber Hukum Akad Istishna Amr bin auf berkata: perdamaian dapat dilakukan diantara kamu muslimin kecuali perdamaian yang megharamkanyang halal dan menghalalkan yang haram; dan kaum muslimin tergikat dengan syarat syaratmereka kecuali syarat yang mengharamkan yang halal dan mengharamkan yang halal. (HR.Tirmidzi)

Abu said al khudri berkata: tidak boleh membahayakan diri maupun orang lain. (HR. Ibnu majadarruqutni dan yang lain). Masyarakat telah mempraktikan istishna secara luas dan terus menerus tanpa adakeberatan sama sekali. Hal demikian menjadi istishna sebagai kasus ijma atau konsensus umum. Istishna sah sesuai dengan aturan umum mengenai kebolehan kontrak selama tidak bertentangan dengan nash atau aturan syariah. Segala sesuatu yang memiliki kemaslahatan bagi umum serta tidak dilarang syariah, boleh dilakukan. Tidak ada persoalan apakah hal tersebut telah dipraktikan secara umum atau tidak. Rukun Dan Ketentuan Akad Istishna Adapun rukun istishna ada tiga, yaitu : 1. Pelaku terdiri atas pemesan (pembeli atau mustasni) dan penjual (pembuat sani). 2. Objek akad berupa barang yang akan diserahkan dan modal istishna yang berbentuk harga. 3. Ijab qabul/serah terima. Ketentuan syariah. 1. Pelaku, harus cakap hukum dan balig. 2. Objek akad. a. Ketentuan tentang pembayaran. 1). Alat bayar harus diketahui jumlah dan bentuknya, baik berupa uang, barang, atau manfaat, demikian juga degan cara pembayarannya. 2). Harga yang telah ditetapkan dalam akad tidak boleh berubah. Akan tetapi apabila setelah akad ditanda tangani pembeli mengubah spesifikasi dalam akad maka penambahan biaya akibat perubahan ini menadi tanggung jawab pembeli. 3). Pembayaran dilakukan sesuai kesepakatan. 4). Pembayaran tidak boleh berupa pe,mbebasan utang.

b. Ketentuan tentang barang. 1. Barang pesanan harus jelas spesifikasinya (jenis, ukuran, mutu) sehingga tidak ada lagi jahala dan perselisihan dapat dihindari. 2. Barang pesanan diserahkan kemudian. 3. Waktu dn penyerahan barang harus ditetapkan nberdasarkan kesepakatan. 4. Barang pesanan yang belum diterima tidak boleh dijual. 5. Tidak boleh menukar barang kecuali dengan barang sejenis sesuai kesepakatan. 6. Dalam hal terdapat cacat atau barang tidak sesuai dengan kesepatan, pemesan pemilik hak khiyar (hak memilik) untuk melanjutkan atau membatalkan akad. 7. Dalam hal pemesanan sudah dikerjakan sesuai dengan kesepakatan, hukumnya mengikat, tidak boleh dibatalkan sehingga penjual tidak dirugikan karena ia telah menjalankan kewajibannya sesssuai dengan kesepakatan. 3. Ijab Kabul.. Adalah pernyataan ekpsresi saling ridha/ rela diantara pihak pihak pelaku akad yang dilakukan secara verbal, terttulis, melaui korespondensi atau menggunakan cara cara komunikasi modern. Berakhirnya Akad Istishna. 1. Dipenuhinya kewajiban secara normal oleh kedua belah pihak. 2. Persetujuan bersama kedua belah pihak untuk menghentikan kontrak. 3. Pembatalan hukum kontrak ini jika muncul sebab yang masuk akal untuk mencegah dilaksanakannya kontrak atau penyelesaiannya, dan masing masing pihak bisa menuntut pembatalannya.

IV.

PERLAKUAN AKUNTANSI (PSAK 106).

Akuntansi Untuk Penjual. 1. Biaya perolehan istishna terdiri dari: a. Biaya langsung yaitu: bahan baku dan tenaga kerja langsung untuk membuat barang pesanan, atau tagihan produsen/kontraktor pada entitas untuk istishna paralel. b. Biaya tidak langsung adalah biaya overhead termasuk biaya akad dan pra akad. c. Khusus untuk istishna paralel: seluruh biaya akibat produsen/ kontraktor tidak dapat memenuhi kewajiban jika ada. 2. Jika pembeli melakukan pembayaran sebelum tanggal jatuh tempo dan penjual memberikan potongan, maka potongan tersebut sebagai pengurang pendapatan istishna. 3. Pengakuan Pendapatan dapat diakui dengan 2 metode: a. Metode persentase penyelesaian, adalah sistem pengakuan pendapatan yang dilakukan seiring dengan proses penyelesaian berdasarkan akad istishna. b. Metode akad selesai adalah sistem pengakuan pendapatan yang dilakukan ketika proses penyelesaian pekerjaan telah dilakukan. 4. Untuk metode persentase penyelesaian, pengakuan pendapatan dilakukan sejumlah bagian nilai akad yang sebanding dengan pekerjaan yang telah diselesaikan tersebut diakui sebagai pendapatan istishna pada periode yang bersangkutan. a. Pendapatan diakui: berdasarkan persentase akad yang telah diselesaikan biasanya menggunakan dasar persentase pengeluaran biaya yang dilakukan dibandingkan dengan total biaya, kemudian persentase tersebut dikalikan dengan nilai akad. b. Margin Keuntungan juga diakui berdasarkan cara yang sama dengan pendapatan. 5. Bagian margin keuntungan istishna yang diakui selama periode pelaporan ditambahkan kepada aset istishna dalam penyelesaian. 6. Untuk metode persentase penyelesaian, pada akhir periode harga pokok istishna diakui sebesar biaya istishna yang telah dikeluarkan sampai periode tersebut.

7. Untuk metode akad selesai tidak ada pengakuan pendapatan, harga pokok dan keuntungan sampai dengan pekerjaan telah dilakukan. Sehingga pendapatan diakui pada periode dimana pekerjaan telah selesai dilakukan. 8. Jika besar kemungkinan terjadi bahwa total biaya perolehan istishna akan melebihi pendapatan istishna maka taksiran kerugian harus segera diakui. 9. Pada saat penagihan (metode persentase penyelesaian& akad selesai).

10. Pada saat penerimaan tagihan, jurnal:: Dr. Kas (sebesar uang yang diterima ) xxx Cr. Piutang Usaha xxx Berdasarkan hal tersebut, maka perbedaan jurnal isitishna tangguhan dengan istishna yang dibayar tunai terletak pada 2 jurnal yang terdiri atas jurnal untuk pengakuan pendapatan dan jurnal untuk pengakuan margin keuntungan: 1. Jurnal pengakuan margin keuntungan pembuatan barang adalah: Dr . asset istishna dalam penyelesaian (sebesar margin keuntungan) xxx Dr . beban istishna (sebesar pendapatan yang dikeluarkan) xxx Cr. Pendapatan istishna ( sebesar pendapatan yang harus diakui di periode berjalan) 2. Jurnal pengakuan pendapatan selisih antara nilai akad dan nilai tunai Pada saat penandatanganan akad: Dr. piutang istishna (sebesar selisih nilai tunai dan nilai akad) xxx Cr. Pendapatan isitishna tangguh

xxx

xxx

Pada saat pembayaran dan pengakuan pendapatan selisih nilai tunai dan nilai akad: Dr. pendapatan istishna tangguh (secara proporsional periode) xxx Cr. Pendapatan akad istishna xxx Dr. piutang istishna (sebesar kas yang diterima) xxx Cr. kas xxx Untuk membedakan apakah suatu akad istishna yang pembangunan asset istishnanya dilakukan lebih dari satu tahun itu dikelompokkan sebagai akad tunai dan atau akad tangguh, maka yang harus menjadi dasar adalah sesuai waktu serah terimanya. Akuntansi untuk Pembeli. 1. Pembeli mengakui aset istishna dalam penyelesaian sebesar jumlah termin yang ditagih oleh penjual dan sekaligus mengakui utang istishna kepada penjual. Dr. Aset istishna dalam penyelesaian xxx Cr. Utang kepada Penjual xxx 2. Aset istishna yang diperoleh melalui transaksi istishna dengan pembayaran tangguh lebih dari satu tahun diakui sebesar: biaya perolehan tunai. Selisih antara harga beli yang

3.

4.

5.

6.

7.

8.

disepakati dalam akad istishna tangguh dan biaya perolehan tunai diakui sebagai beban istishna tangguh. Dr. Aset istishna dlm penyelesaian (nilai tunai) xxx Dr. Beban istishna tangguh (selisih nilai tunai &harga beli) xxx Cr. Utang kepada Penjual xxx Beban istishna tangguhan diamortisasi secara proporsional sesuai dengan porsi pelunasan utang istishna Dr. Beban istishna xxx Cr. Beban istishna tangguh xxx Pembayaran utang, jurnal: Dr. utang kepada penjual xxx Cr. Kas xxx Jika barang pesanan terlambat diserahkan karena kelalaian atau kesalahan penjual, mengakibatkan kerugian pembeli, maka kerugian tersebut dikurangkan dari garansi penyelesaian proyek yang telah diserahkan penjual. Jika kerugian itu lebih besar dari garansi, maka selisihnya diakui sebagai piutang jatuh tempo kepada penjual dan jika diperlukan dibentuk penyisihan kerugian piutang. Dr. Piutang jatuh tempo kepada penjual xxx Cr. Kerugian aset istishna xxx Setelah sebelumnya pembeli mengakui adanya kerugian Jika pembeli menolak menerima barang pesanan karena tidak sesuai dengan spesifikasi dan tidak memperoleh kembali seluruh jumlah uang yang telah dibayarkan kepada penjual, maka jumlah yang belum diperoleh kembali diakui sebagai piutang jatuh tempo kepada penjual dan jika diperlukan dibentuk penyisihan kerugian piutang. Dr. Piutang jatuh tempo kepada penjual xxx Cr. Aset istishna dalam penyelesaian xxx Jika pembeli menerima barang pesanan yang tidak sesuai dengan spesifikasi, maka barang pesanan tersebut diukur dengan nilai yang lebih rendah antara nilai wajar dan biaya perolehan. Selisih yang terjadi diakui sebagai kerugian pada periode berjalan. Dr. Aset istishna dlm penyelesaian (nilai wajar) xxx Dr. Kerugian xxx Cr.Aset istishnadlm penyelesaian (biaya perolehan) xxx Penyajian, pembeli menyajikan dalam laporan keuangan hal-hal sebagai berikut: a. Hutang ishtisna sebesar tagihan dari produsen atau kontraktor yang belum dilunasi. b. Aset istishna dalam penyelesaian sebesar: (i) persentase penyelesaian dari nilai kontrak penjualan kepada pembeli akhir, jika istishna paralel; atau (ii) kapitalisasi biaya perolehan, jika istishna. Pengungkapan, pembeli mengungkapkan transaksi istishna dalam laporan keuangan, tetapi tidak terbatas, pada: a. rincian utang istishna berdasarkan jumlah dan jangka waktu; b. pengungkapan yang diperlukan sesuai PSAK No. 101 tentang Penyajian Laporan Keuangan Syariah.

Anda mungkin juga menyukai