Anda di halaman 1dari 21

VAKSIN DAN IMUNISASI

Diperukan untuk melawan zat yang secara potensial merusak atau untuk melawan mikroorganisme. Tubuh dilengkapi mekanisme pertahanan spesifik dan non spesifik. Mekanisme non spesifik, suatu zat asing dapat dibuat tidak merusak tubuh walau pun tanpa kontak sebelumnya. Mekanisme spesifik, sebelumnya harus ada kontak pertama terlebih dahulu, yang menyebabkan terbentuknya antibodi.

Pembentukan Antibodi. Antibodi dibentuk oleh sel plasma, yang terbentuk setelah kontak antigen dan berasal dari sel b-limfosit yang mengalami proliferasi dan diferensiasi. Jenis antibodi, disebut juga imunoglobulin (Ig), dan dikelompokkan menjadi 5 kelas : IgG, IgM, IgA, IgD dan IgE. Imunoglobulin G (IgG), dalam plasma manusia kadar IgG lebih tinggi dari pada Ig lainnya, dan satu-satunya yang dapat melewati membran placenta, sehingga memberikan perlindungan bayi pada bulan-bulan pertama kelahiran.

Imunoglobulin M (IgM), adalah antibodi terbesar yang terbentuk pertama kali pada imunisasi pertama, tapi kadarnya segera turun lagi dengan cepat. IgM ini jauh lebih berkhasiat dari pada IgG yang tetap masih terbentuk terus. Imunoglobulin A (IgA), khusus pada proses pertahanan permukaan mukosa tubuh, fungsinya mencegah penimbunan dan masuknya penyakit serta zat antigen lain kedalam selaput lendir. IgA dapat diekskresi dan ditemukan dalam air susu ibu.

Imunoglobulin D (IgD) dan imunoglobulin E (IgE), sampai saat ini belum banyak diketahui.

REAKSI ANTIGEN ANTIBODI Antibodi bereaksi dengan determinan pada permukaan antigen, yang akan menyebabkan perubahan konformasi antibodi dengan faktor komplemen (pertahanan, penghantar radang dan pengaturan fungsi sel b). Dengan terikatnya antigen pada antibodi, antigen akan dinetralkan, dengan reaksi presipitasi (endapan), aglutinasi (penggumpalan) atau sitolisis pada bakteri sehingga menyebabkan hancur, dan pada racun akan terjadi penguraian.

Imunisasi Aktif
Pada imunisasi pertahanan aktif, antigen yang ada dalam vaksin akan menyebabkan pembentukan antibodi, menyebabkan organisme yang bersangkutan mempunyai imunitas spesifik terhadap antigen tersebut. Pertahanan yang didapat pada imunisasi aktif akan tetap ada beberapa tahun bahkan dapat sampai seumur hidup.

Imunisasi dasar mempunyai fungsi membangun pertahanan imun yang cukup, dan diperlukan beberapa kali vaksinasi dengan jarak 4-8 minggu, sehingga titer antibodi yang mungkin sudah berkurang akan ditingkatkan lagi sesuai kebutuhan.

Jenis vaksin, menurut jenis antigen yang digunakan :


Vaksin dengan kuman apatogen / avirulen yang masih dapat berkembang biak (vaksin hidup), Vaksin yang tidak mampu berkembang biak, kuman yang sudah dimatikan atau (pada virus) yang sudah diinaktifkan (vaksin mati) Vaksin toksoid dengan toksin yang sudah dilemahkan.

Vaksin hidup :
Vaksin hepatitis Vaksin campak Vaksin parotitis (kelenjar ludah/telinga) Vaksin poliomielitis (cara sabin) Vaksin rubella Vaksin BCG (bacillus calmette guerin)

Vaksin mati :
Vaksin poliomielitis (cara salk) Vaksin meningoensefalitis Vaksin influenza, rabies, pertuis, tifus dan kolera.

Vaksin toksoid :
Vaksin difteri dan tetanus

Pembagian yang tidak tergantung dari vaksin hidup, mati / toksoid, adalah :
Vaksin cair, tidak mengandung bahan tambahan lain Vaksin adsorben, dimana antigen diabsorbsikan pada zat adsorben misal Al hidroksida, sehingga pembebasan antigen diperlambat maka akan terbentuknya antibodi yang diperkuat.

Vaksin kombinasi, untuk mengurangi jumlah waktu imunisasi sehingga tidak terlalu banyak, dan dijamin tidak ada reaksi silang, seperti DPT (difteri, pertusis, dan tetanus)

Vaksinasi BCG, untuk perlindungan terhadap tuberkulosis, terutama pada bayi yang baru lahir dimana resiko tertularnya sangat tinggi, vaksinasi setelah kelahiran dengan bakteri tuberkulosis apatogen Typus bovinum. Vaksinasi difteri, untuk imunisasi aktif terhadap difteri, digunakan difteri-formoltoksoid yang diabsorbsi pada Al hidroksida dengan kemurnian dan kadar antigen yang tinggi. Efeknya edema, demam.

Vaksin tetanus, ditimbulkan oleh toksin Closteridium tetani, suatu bakteri anaerob yang membentuk spora, penyakit ini disertai kejang dan karena mortalitas yang tinggi, maka imunisasi aktif sangat penting. Imunisasi dasar 2 kali 0,5 ml im interval 4-8 minggu, ke-3 setelah 612 bulan. Vaksinasi hepatitis B, vaksin yang mengandung antigen permukaan (HBsAg) virus hepatitis B, dan digunakan pada semua orang yang berisiko tinggi. Imunisasi dasar 1 ml im interval 4 minggu, booster diberikan 6 bulan setelah im pertama.

Vaksinasi meningoensefalitis, infeksi disebabkan oleh virus dengan perantara tungau penghisap darah (ixodes ricinus), imunisasi dasar dimulai pada musim dingin (2 kali suntikan @ 0,5ml vaksin im interval 1-3 bulan), selanjutnya 9-12 bulan dan setelah 3 tahun. Endemik di jerman dan austria. Vaksin poliomielitis, untuk mencegah kelumpuhan pada anak disebabkan tiga jenis virus poliomielitis yang berbeda, maka imunisasi dilakukan dengan ketiga antigen polio.

Vaksin polio cara salk mengandung ketiga jenis virus yang diinaktifkan, disuntikkan 2 kali im interval 1 bulan, vaksin penyegaran berikutnya disuntikkan setelah 1 tahun. Vaksin hidup cara sabin, diberikan secara oral / telan, dan titer antibodi bertahan lama. Efek terjadi demam, diare. Vaksinasi campak, terjadi setelah virus campak, disuntikkan sekali 0,5 ml sc. Vaksinasi parotitis, mencegah (meningitis, pankreatitis) sering terjadi komplikasi setelah terinfeksi virus parotitis, satu kali 0,5 ml vaksin sc.

Vaksinasi campak jerman, disebabkan virus rubella, pada anak-anak dan orang dewasa tidak berbahaya, akan tetapi sangat penting bagi wanita pada awal kehamilan bila menderita campak maka dapat terjadi embriopati : telinga tuli, gangguan mata, dan kelainan jantung, digunakan vaksin virus yang dilemahkan. Vaksinasi influenza, dengan virus influenza yang diinaktifkan. Imunisasi satu kali 0,5 ml im, booster satu tahun sekali.

Vaksin cacar, dahulu diharuskan dan pada tahun 1979 WHO menyatakan dunia sudah bebas cacar. Vaksin rabies, disebakan virus RNA yang bersifat neurotropik, peka terhadap panas dan cahaya, tapi tahan terhadap dingin dan pembusukan. Pada manusia ditularkan lewat gigitan / cakaran hewan. Vaksinasi dengan virus rabies yang dibiakkan pada sel diploid manusia dan diinaktifkan dengan b-propiolakton (vaksin HDC = human diploid cells). Pencegahan 2-3 kali 1ml dan pada orang yang tidak ada imunisasi dasar diberikan total 6 kali (segera setelah infeksi dan setelah 3,7,14,30 dan 90 hari).

IMUNISASI PASIF (profilkasis serum dan terapi serum). Pada imunisasi pasif, antibodi yang sudah terbentuk dalam tubuh hewan atau manusia disuntikkan pada pasien. Pada imunterapi yang disebut serum adalah preparat antibodi yang diperoleh dari hewan yang diimunisasi atau berasal dari darah manusia (preparat imunoglobulin)

Keuntungannya didapat dengan segera zat antibodi, dengan kerugian pertahanan singkat, pada serum 8-14 hari, komplikasi tinggi, dan pada imunoglobulin beberapa minggu. Indikasi pemakaian imunisasi pasif jika ada kemungkinan terjadinya infeksi dan waktu inkubasi untuk produksi antibodi tubuh tidak mencukupi. Vaksinasi serempak adalah kombinasi imunisasi pasif dengan aktif dapat dilakukanbersamaan, dengan indikasi infeksi tetanus dan rabies.

Serum hewan, didapat dengan cara antigen disuntikkan kepada kuda, sapi atau hewan coba lain sampai didapat titer antibodi yang tinggi, darah kemudian diambil kemudian diperoleh serum asli yang mengandung protein asing, kemudian diberikan secara parenteral, efek terjadi demam, syok anafilaktif sehingga jarang dipakai, contoh serum dari kuda seperti difteri, SABU.

Imunoglobulin manusia, digunakan fraksi dari darah manusia yang mengandung antibodi. Preparat imunoglobulin non spesifik (polivalen) merupakan campuran berbagai antibodi (utamanya IgG) diberikan im, tidak intra vena untuk menghindari rekasi anafilaktik, digunakam sebagai profilaksis (percobaan terapi) penyakit seperti virus hepatitis A dan keadaan defisiensi antibodi bawaan. Imuniglobulin spesifik, mengandung hanya satu penyebab (khusus) digunakan sebagai profilaksis / terapi penyakit seperti : hepatitis B (gammaprotect hepatitis ), tetanus (tetagam), rabies (rabiesglobulin), dan varicella (gammaprotect varicella)

Jenis dan jadwal imunisasi dasar anak Jadwal Pemberian Jenis Imunisasi Waktu lahir BCG, Hepatitis B 1 Umur 1 bulan Hepatitis B 2 Umur 2 bulan DPT 1 dan polio 1 Umur 3 bulan DPT 2 dan polio 2 Umur 4 bulan DPT 3 dan polio 3 Umur 5 bulan Polio 4 Umur 6 bulan Hepatitis B3 Umur 9 bulan Campak

Anda mungkin juga menyukai