Anda di halaman 1dari 40

Kemampuan menyadari diri Kemampuan bereksistensi diri Memiliki kata hati Moral Kemampuan bertanggung jawab Rasa kebebasan

Kebiasaan Melaksanakan Kewajiban Dan Menyadari Hak Kemampuan menghayati kebahagiaan

Fenomenologis, yang memandang manusia dari gejala yang nampak.


1. Manusia sejak dilahirkan itu merdeka. Artinya manusia mempunya kebebasan untuk menentukan sendiri pilihannya. Mengemukakan pendapat Keamauan dan perasaan nya kepada orang lain tanpa paksaan Mengembangkan potensinya semaksimal mungkin sesuai kemampuannya 2. Kelahiran manusia dibatasi dengan kodrat yang telah ditentukann Tuhan. Artinya setiap manusia punya keterbatasan kodrat apakah dia laki-laki atau perempuan 3. Manusia pada hakekatnya perlu bantuan orang lain. 4. Berbeda dengan hewan, perkembangan manusia itu memerlukan waktu yang panjang


1.

Eksistensialis
Manusia pada dasarnya mempunyai kemampuan untuk menyadari diri, artinya ia dapat membedakan antara dirinya (Aku) dan linkungan sekitar (non Aku). Kemampuan untuk menerobos ruang dan waktu. Artinya, manusia tidak terikat pada ruang atau tempat saat ini, tetapi ia dapat menembus ke masa depan ataupun masa lampau. Kemampuan inilah yang disebut kemampuan bereksistensi. Kemampuan untuk menilai yang baik dan yang buruk. Manusia dikatakan mempunyai kata hati yang tajam apabila dia mampu membuat keputusan tentang yang baik dan yang buruk bagi diri dan orang lain. Perbuatan yang sesua dengan kata hati yang tajam dinamakan orang yang bermoral.

2.

3.

4. 5.

Kemampuan untuk bertanggung jawab baik diri sendiri, pada orang lain, maupun pada Tuhan.
Manusia mempunyai hak dan kewajiban.

6.

Antropologis
Kebudayaan manusia berkembang dari tingkat yang paling sederhana (primitif) menuju yang paling kompleks (modern). Ukuran primitif atau tidak primitif itu relatif

Sosialis
Aguste Compte, belum sepenuhnya melihat manusia sebagai suatu makhluk yang utuh dan mandiri. Masyarakatlah yang menentukan individu. Manusia itu ada untuk masyarakat dan masyarakatlah yang menetukan segala-galanya

Humanis
Carl Rogers, manusia itu pada dasarnya memiliki dorongan untuk mengarahkan dirinya ke tujuang yang positif


1.

Dimensi Pendidikan dari Segi HAM


Pengembangan manusia sebagai makhluk individu Setiap individu anak yang dilahirkan telah dikaruniai potensi yang berbeda dengan individu lain.
Pengembangan manusia sebagai makhluk sosial Manusia sejak lahir dikaruniai potensi sosialitas, artinya setiap individu mempunyai kemungkinan untuk dapat bergaul. Pengembangan manusia sebagai makhluk susila Manusia dapat menetapkan tingkah laku mana yang baik dan bersifat susila serta tingkah laku mana yang tidak baik dan tidak bersifat susila. Manusia sebagai makhluk beragama Pada hakekatnya manusia adalah makhluk beragama. Beragama merupaka n kebutuhan karena manusia adalah makhluk yang lemah segingga memerlukan tempat bertopang.

2.

3.

4.

Hakekat manusia sebagai makhluk individu dan sosial yang memiliki Hak Asasi Manusia. Hak yang dimiliki manusia sejak lahir yang diberikan Tuhan. Manusia memiliki hak untuk bersosialisasi, berpendapat, memilih agama, mendapat pendidikan, dsb. Hal inilah yang membedakan manusia dengan makhluk lain.

Manusia adalah makhluk ciptaan Tuhan yang paling sempurna. Bukti paling kongkrit yaitu manusia memiliki kemampuan intelegesi dan daya nalar sehingga manusia mampu berifikir, berbuat, dan bertindak untuk membuat perubahan dengan maksud pengembangan sebagai manusia yang utuh. Kemampuan seperti itulah yang tidak dimiliki oleh makhluk Tuhan lainnya.

1. HOMO RELIGIUS: Pandangan tentang sosok manusia dan hakikat manusia sebagai makhluk yang beragam. Manusia diciptakan Tuhan Yang Maha Esa di muka bumi ini sebagai makhluk yang paling sempurna dibandingkan dengan makhluk lain ciptaan-Nya. 2. HOMO SAPIENS: Pemahaman hakikat manusia sebagai makhluk yang bijaksana dan dapat berfikir .

3. HOMO FABER: Melalui kemampuan dan daya pikir yang dimilikinya, serta ditunjang oleh daya cipta dan karsa, manusia dapat berkiprah lebih luas dalam tatanan organisasi kemasyarakatan menuju kehidupan yang lebih baik. 4. HOMO HOMINI SOCIUS: Kendati manusia sebagai makhluk individu, makhluk yang memiliki jati diri, yang memiliki ciri pembeda antara yang satu dengan yang lainnya,

5. Manusia sebagai makhluk etis dan estetis: Hakikat manusia pada dasarnya adalah sebagai makhluk yang memiliki kesadaran susila (etika) dalam arti ia dapar memahami norma-norma sosial dan mampu berbuat sesuai dengan norma dan kaidah etika yang diyakininya.

http://salingberbagi info.blogspot.com/2011/09/hakikat-manusia-danpendidikan.html

Pendidikan merupakan salah satu kebutuhan pokok dalam kehidupan manusia yang berfikir Bagaimana menjalani kehidupan dunia ini dalam rangka mempertahankan hidupnya. Manusia disebut juga Homo Sapiens yang artinya sebagai makhluk yang mempunyai kemampuan untuk berilmu pengetahuan.

Melalui pendidikan pula perkembangan kepribadian manusia dapat diarahkan kepada yang lebih baik. Dan melalui pendidikan kemampuan tingkah laku manusia dapat didekati dan di analisis secara murni. Kemampuan seperti itulah yang tidak dimiliki oleh makhluk Tuhan yang lainnya. Manusia dapat tumbuh dan berkembang melalui pendidikan, karena manusia dapat tumbuh berkembang melalui suatu proses alami menuju kedewasaan baik itu bersifat jasmani maupun bersifat rohani.

Keidentikan bangsa Indonesia sebagai bangsa yang ramah perlahan terkikis bersamaan tergerusnya nilai-nilai moral lain, bangsa ini menjadi sulit untuk memanifestasikan dirinya yang baik, dalam perjalanan untuk menjadi bangsa yang maju dan beradab.

Mewujudkan manusia Indonesia menjadi manusia seutuhnya dapat dicirikan dengan karakteristik individu indonesia disebutkan dalam salah satu artikel diantaranya :

Berusaha untuk menggali pengetahuan Indonesia Berusaha membangun jati diri manusia Indonesia

Selalu melakukan rekonsialiasi menuju persatuan nasional. Membantu membangun kemerdekaan ekonomi. Membantu mengembangkan politik perjuangan. Membantu dalam mengembangkan kebudayaan nasional yang ber-bineka tunggal ika. Membantu memperkuat pertahanan nasional.

Referensi :

http://www.depdiknas.go.id Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2003 Renstra Departemen Pendidikan Nasional 2010-2014 _____.(2011). Ciri-ciri manusia Indonesia Seutuhnya.[online]. Tersedia di : http://id.answers.yahoo.com/question/index?qid=2 0111018213916AAHCDcT.html. 20 Februari 2012 ____.(2011). Karakter manusia seutuhnya. [online]. Tersedia di : http://www.shovving.comkaraktermanusiaindonesia seutuhnya.html. 20 Februari 2012

Ciri dari situasi pendidikan ialah adanya suatu sistematika yang jelas dari sistem pendidikan itu sendiri.

ADANYA KOMPONEN PENDIDIKAN KEGIATAN PENDIDIKAN PERLAKUAN DIDIK TERHADAP PESERTA DIDIK DAPAT TERJADI SECARA FORMAL & INFORMAL
http://terazkadri.blogspot.com/2013/05/vbehaviorurldefaultvmlo_833.html

Situasi pendidikan muncul karena adanya keterbatasan manusia. Dengan adanya situasi pendidikan, lingkungan menjadi lebih terkoordinasi & punya tujuan yang jelas. Syarat minimal situasi pendidikan adalah adanya guru dan siswa. Situasi pergaulan dapat berubah menjadi situasi pendidikan bila muncul keinginan untuk mengubah perilaku siswa yang negatif menjadi positif Pergaulan pendidikan mempunyai 2 syarat: 1. Ada usaha untuk memengaruhi 2. Pengaruh itu dari orang dewasa dengan usaha pendidikan.

Proses

pendidikan merupakan kegiatan pengubahan input (siswa) menjadi output yang baik. Tidak hanya melihat hasil, namun yang terpenting adalah prosesnya. Alasan : Agar dari tidak tahu menjadi tahu Dapat membangun wawasan Dapat memiliki kemampuan berfikir Mempunyai motivasi dalam hidup Agar dapat mengatur & mengendalikan suatu

Mengapa

manusia perlu dididik? 1. Karena manusia perlu merealisasikan seluruh nilai yang melekat pada dirinya. 2. Manusia ingin menyesuaikan diri dengan situasi dan kondisi. 3. Manusia ingin dapat menyelesaikan masalahnya 4. Manusia mempunyai keinginan untuk tahu tentang segala sesuatu yang baru.

PENGETAHUAN

NILAI

TINDAKAN

Pengetahuan adalah informasi yang telah dikombinasikan dengan pemahaman dan potensi untuk menindaki; yang lantas melekat di benak seseorang. Pengetahuan berkemampuan untuk mengarahkan tindakan Nilai memuat pertimbangan yang membawa ideide seorang individu mengenai hal-hal yang benar, baik, atau diinginkan Tindakan adalah sesuatu yang dilakukan; perbuatan Proses pendidikan adalah proses pengubahan pola pikir, nilai, dan perilaku seseorang menjadi terarah sesuai dengan tujuan pendidikan tertentu.

1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.

Landasan Filosofis Landasan Sosiologis Landasan Kultural Landasan Psikologis Landasan IPTEK Landasan Yuridis Landasan Religius

Landasan filosofis terhadap pendidikan mengkaji masalah sekitar pendidikan dengan sudut pandang filsafat. Terdapat kaitan yang erat antara pendidikan dengan filsafat, karena filsafat mencoba merumuskan ctra tentang manusia dan masyarakat sedangkan pendidikan berusaha mewujudkan citra tersebut.

1.

Empat madzhab filsafat pendidikan : Esensialisme : Menerapkan prinsip idealisme dan realisme secara elektis.

2.

Perenialisme : Menekankan keabadian dan menolak bahsawa segala sesuatu itu berubah. Progresivisme : Memandang bahwa perubahan merupakan inti dari kenyataan.
Rekonstruksisme : Mengarahkan perhatian kepada tanggung jawab pendidikan dalam mengadakan pembaharuan.

3.

4.

1.2 LANDASAN SOSIOLOGIS


Landasan sosiologis dalam pendidikan merupakan konsep dasar proses interaksi antara individu satu dengan lainnya.

Landasan ini menekankan agar pendidik mampu mempersiapkan anak untuk hidup dalam masyarakat ataukah untuk memperbaharui masyarakat.

Landasan kultural dalam pendidikan merupakan landasan kebudayaan yang mengatur bagaimana manusia itu harus hidup dan bertindak baik dalam kehidupannya secara perorangan maupun dalam masyarakat.

Kebudayaan dan pendidikan mempunyai hubungan timbal balik. Oleh karena itu,landasan ini menjadi landasan dasar dalam pelaksanaan pendidikan.
Sistem pendidikan kita juga berakar pada kebudayaan bangsa Indonesia, pancasila dan UUD 1945.

1.4 Landasan Psikologis


Landasan Psikologis merupakan konsep yang mengkaji tentang perkembangan jiwa dan kepribadian anak.
Pemahaman peserta didik merupakan kunci keberhasilan dari pendidikan. Oleh karena itu, kajian psikologis sangat diperlukan dalam melaksanakan proses pendidikan.

1.5 Landasan IPTEK dalam Pendidikan


Keberadaan ilmu pengetahuan dan teknologi merupakan akibat langsung dari eksistensi manusia yang kemudian membentuk historisitas pendidikan sejak lahir sampai mati. Jadi, jika manusia tidak eksis dalam rentetan panjang kependidikan, sesungguhnya ilmu pengetahuan dan teknologi tidak mungkin ada. Ilmu pengetahuan dan teknologi adalah suatu sistem intelektual pemberdayaan manusia yang dihasilkan dari sistem kegiatan pendidikan. Dengan ilmu pengetahuan dan teknologi, segala perubahan yang direncanakan oleh pendidikan dapat dikerjakan. (Suparlan Suhartono, Filsafat Pendidikan; AR-RUZZ MEDIA: Yogyakarta, 2009, hal. 111.)

Dalam hubungannya dengan pendidikan, ilmu pengetahuan dan teknologi mendukung tanggungjawab untuk membudayakan eksistensi kehidupan manusia. Artinya: dengan peralatan ilmu pengetahuan dan teknologi, manusia semakin lebih berpeluang untuk menciptakan perubahan-perubahan yang bermanfaat bagi kehidupan yang lebih berkembang dan maju. Dengan adanya teknologi, manusia mampu menciptakan berbagai mesin dan alat-alat elektronik yang bisa menunjang pendidikan. Misalnya: mesin foto copy, komputer, LCD, internet dan lainnya. Tentunya semua sarana ini sangat memberikan sumbangan yang berarti bagi pendidikan manusia sehingga pola pikir manusia bisa berkembang dan maju dalam segala segi kehidupan manusia.

1.6 Landasan Yuridis dalam Pendidikan


Landasan Yuridis Pendidikan Nasional Indonesia adalah seperangkat konsep peraturan perundang-undangan yang menjadi titik tolak sistem pendidikan Indonesia, menurut Undang-Undang Dasar 1945. Apabila Anda mengkaji alinea keempat Pembukaan UUD 1945, disana tersurat dan tersirat cita-cita nasional dibidang pendidikan, yaitu untuk mencerdaskan kehidupan bangsa. Sehubungan dengan ini, Pasal 31 ayat (3) UUD 1945 mengamanatkan atas Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pendidikan nasional, dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, yang diatur dengan undang-undang.

Strategi Pembangunan Pendidikan Nasional meliputi : 1. Pelaksanaan pendidikan agama serta akhlak mulia 2. Pengembangan dan pelaksanaan kurikulum berbasis kompetensi 3. Proses pembelajaran yang mendidik dan dialogis 4. Evaluasi, akreditas, dan sertifikasi pendidikan yang memberdayakan 5. Peningkatan keprofesionalan pendidik dan tenaga kependidikan 6. Penyediaan sarana belajar yang mendidik

7. Pembiayaan pendidikan yang sesuai dengan prinsip pemerataan dan berkeadilan 8. Penyelenggaraan pendidikan yang terbuka dan merata 9. Pelaksanaan wajib belajar 10. Pelaksanaan otonomi manajemen pendidikan 11. Pemberdayaan peran masyarakat 12. Pusat pembudayaan dan pembangunan masyarakat, dan 13. Pelaksanaan pengawasan dalam sistem pendidikan nasional

1.7 Landasan Religius dalam Pendidikan


Landasan Religius Pendidikan adalah asumsi-asumsi yang bersumber dari religi atau agama yang menjadi titik tolak dalam rangka praktek pendidikan dan atau studi pendidikan. Contohnya: Carilah ilmu sejak dari buaian hingga masuk liang lahat/meninggal dunia. Menuntut ilmu adalah fardhu bagi setiap muslim. (hadist). Implikasinya, bagi setiap muslim bahwa belajar atau melaksanakan pendidikan sepanjang hayat merupakan suatu kewajiban.

Perbedaan Landasan satu dengan yang lain dalam praktek pendidikan


Landasan, istilah landasan mengandung arti sebagai alas, dasar atau tumpuan (kamus besar bahasa Indonesia, 1995:560). Istilah landasan dikenal pula sebagai pondasi. Mengacu pada pengertian tersebut, dapat dipahami bahwa landasan adalah alas atau dasar pijakan dari sesuatu hal, suatu titik tumpu atau titik tolak dari suatu hal, atau suatu pondasi tempat berdirinya sesuatu hal.

Menurut sifat wujudnya dapat dibedakan dua jenis landasan yaitu : 1. Landasan yang bersifat material, contohnya : Landasan pacu pesawat terbang Pondasi bangunan gedung 2. Landasan yang bersifat konseptual : suatu gagasan, kepercayaan, prinsip, pendapat atau pernyataan yang sudah dianggap benar, yang dijadikan titik tolak dalam rangka berpikir (melakukan suatu studi) dan/atau dalam rangka bertindak (melakukan suatu praktek). Contohnya : Pancasila UUD RI Tahun 1945

Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa landasan pendidikan adalah seperangkat asumsi yang dijadikan titik tolak dalam rangka pendidikan. Sebagaimana telah kita pahami, dalam pendidikan mesti terdapat momen studi pendidikan dan momen praktek pendidikan. Praktek pendidikan diupayakan pendidik dalam rangka memfasilitasi peserta didik agar mampu mewujudkan diri sesuai kodrat dan martabat kemanusiaannya. Semua tindakan pendidik diarahkan kepada tujuan agar peserta didik mampu melaksanakan berbagai peranan sesuai dengan statusnya, berdasarkan nilai-nilai dan norma-norma yang diakui.

Sehubungan dengan hal diatas, praktek pendidikan harus dilaksanakan secara didasari dan terencana. Artinya, praktek pendidikan harus memiliki suatu landasan yang kokoh, jelas dan tepat tujuannya, tepat isi kurikulumnya, dan efisien serta efektif cara-cara pelaksanaannya. Sebelum melaksanakan praktek pendidikan, diantaranya mengenai landasan-landasannya. Sebab, landasan pendidikan akan menjadi titik tolak praktek pendidikan. Landasan pendidikan akan menjadi titik tolak dalam menetapkan tujuan pendidikan, memilih isi pendidikan, memilih cara-cara pendidikan. dst. Dengan demikian praktek pendidikan diharapkan menjadi mantap, sesuai dengan fungsi dan sifatnya, serta betul-betul akan dapat dipertanggungjawabkan.

TERIMAKASIH SEMUA

Anda mungkin juga menyukai