3. Apakah menuru pen!apa mu" #u$ Tran$%J&'(a a!a)ah (a*a+an epa !ar, perma$a)ahan )a)u ),n a$ k& a Y&'-akar a $ekaran' ,n,. J,ka -a" (e)a$kan pen!apa mu" (,ka ,!ak" +er, a) erna ,/e $&)u$,n-a 0 Sebelum masuk kedalam inti dari pertanyaan diatas, sekedar menjelaskan latarbelakang dari kota Yogyakarta itu sendiri, Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta merupakan Propinsi yang mempunyai status sebagai Daerah Istimewa. Status Daerah Istimewa ini berkaitan dengan sejarah terjadinya Propinsi ini, pada tahun 194 , sebagai gabungan wilayah !raton "gayogyakarta #adiningrat dan !adipaten Pakualaman, yang menggabungkan diri dengan wilayah $epublik Indonesia yang diproklamirkan pada tanggal 1% &gustus 194 , oleh 'ung !arno dan 'ung #atta. Pertumbuhan di kota Yogya digerakkan oleh berma(am)ma(am jenis perdagangan *terutama sektor retail+, pariwisata dan pendidikan. Dengan pertumbuhan yang pesat tersebut, dapat dilihat bahwa sekarang hampir tidak ada ruang kosong di kota ini. !emampuan lahan di kota ini pun semakin menurun. Salah satu (ontoh kongkritnya adalah di daerah antara sungai ,inongo dan -ode, dimana luas areanya hanya .9/ dari luas wilayah, namun dimukimi lebih dari 4 / penduduk kota * P0S1$&2, 344 +. 2uas Propinsi Daerah Istimewa, lebih kurang ..156 !m3 berpenduduk ..434.5.% orang *data 7uni 1994+ dan terbagi menjadi Daerah tingkat II, yakni 8 !otamadya Yogyakarta, yang merupakan Ibu kota propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. !abupaten Sleman, dengan Ibukota 'eran !abupaten 'antul, dengan ibukota 'antul !abupaten !ulonprogo, dengan Ibukota kota ,ates. Dengan pembagian wilayah tersebut Yogyakarta membuat system transportasi yang men(akup areal dalam kota yaitu 'us9(epat yang bias dikenal dengan istilah bus 1$&"S9 7ogja dan beroperasi di seputar kota Yogyakarta. 2alu lintas di kota Yogyakarta sekarang ini (ukup lumayan ramai dengan lalu lalang kendaraan yang (ukup padat, sehingga dengan adanya bus trans9jogja dapat mengurangi tingkat kepadatan yang ditimbulkan dari kendaraan9kendaraan pribadi, terutama adalah pengguna sepeda motor yang dari dulu me:$aja:i jalanan di kota 7ogja ini. !ema(etan dan kepadatan jalan kini menjadi masalah utama yang dihadapi hampir semuakota besar di Indonesia. Perkembangan kota yang berjalan (ukup pesat se(ara tidak langsung berdampak pula pada peningkatan jumlah populasi penduduk. Semakin lama jumlah penduduk dikota besar semakin meningkat, begitupula dengan jenis akti;itas dan kegiatan pergerakannya,kondisi ini pada akhirnya mendorong permintaan terhadap kendaraan di kota besar semakinmeningkat pula dari waktu ke waktu. Pertumbuhan jumlah kendaraan yang pesat ternyata tidak sebanding dengan kapasitas jalan menampung kendaraan, dampaknya kema(etan terjadi dimana9mana, jalan semakin padat dan tingkat kebisingan serta polusi menjadi semakin meningkat. Yogyakarta sebagai salah satu kota besar di Indonesia juga tengah menghadapi persoalanyang sama yaitu kema(etan dan kepadatan jalan, namun kini pemerintah Daerah IstimewaYogyakarta berupaya untuk meminimalisirnya, dengan menghadirkan satu moda transportasimassal berupa bus yang dikenal dengan nama 1rans 7ogja. keberadaan 1rans 7ogja diharapkanmampu mengeliminir permasalahan yang timbul akibat semakin tingginya penggunaan modatransportasi pribadi di jalan. !onsep < buy the ser;i(e: yang ditawarkan moda 1rans 7ogja berusaha untuk memberikan =asilitas9 =asilitas tambahan seperti kenyamanan bertransportasi,kemananan dan keterjangkauan
#arga ekonomis 7am operasional yang panjang 'anyak pilihan jalurChalte !eamanan dan kenyamanan lebih terjamin
Har'a ek&n&m,$ Dengan beberapa pilihan tiket, 1rans 7ogja bisa dikatakan (ukup ekonomis. 1iket tersedia mulai dari harga $p. 3.444,9 sampai dengan $p. ..444,9 untuk sekali jalan *single trip+. 2ihat in=ormasi lebih detail tentang tiket 1rans 7ogja. #al yang menjadikan 1rans 7ogja ini bisa menjadi alternati= lebih murah karena adanya sistim transit antar bis di halte. Ini berbeda dengan moda bis dalam kota yang mengharuskan membayar lagi jika ingin berganti bis. Sebagai (atatan, jalur bis kota di dalam kota 7ogja menerapkan tari= sebesar $p. 3. 44,9 Jam &pera$,&na) -an' pan(an' 1rans 7ogja beroperasi setiap hari mulai pukul 4 ..4 sampai dengan 31..4 non9stop. 7am operasi ini adalah jam operasi normal, dengan pengertian bahwa dalam kondisi tidak ada kejadianChal9hal khusus. Dalam beberapa waktu tertentu, 1rans 7ogja mengalami penyesuaian jadwal. @isalnya ketika pelaksanaan Pemilu dan #ari $aya Idul &dha. Penyesuaian jam operasi ini semata9mata untuk memberikan kesempatan kepada pihak yang memiliki keperluan di hariCjam tersebut.
%Y&'-akar a ,n, merupakan k& a -an' 5ukup 6ua$ !an kuran'n-a" ,!ak $emua *,)a-ah%*,)a-ah !, k& a (&'(a ,n, !apa !,(an'kau &)eh +u$ ran$%(&'(a. Dari segala route yang di tempuh oleh bus trans9jogja ini, tidak semuanya men(akup di semua wilayah Yogyakarta, tetapi hanya wilayah tertentu saja yang dilalui oleh bus trans9 jogja. Sebagai komponen dari sistem transportasi terpadu bagi !ota Yogyakarta dan daerah9 daerah pendukungnya, sistem ini menghubungkan hanya enam titik penting moda perhubungan di sekitar kota8
Stasiun !& 7ogjakarta, 1erminal 'us Diwangan sebagai pusat perhubungan jalur bis antarpropinsi dan juga regional, 1erminal &ngkutan Desa 1erminal -ondong -atur, 1erminal $egional 7ombor di sebelah utara kota, 'andar 0dara &disu(ipto, dan 1erminal Prambanan.
!e(uali Diwangan dan Stasiun Yogyakarta, titik9titik terletak di wilayah !abupaten Sleman. 1erdapat pula halte yang berada di dekat obyek wisata serta tempat publik penting, seperti sekolah, uni;ersitas, rumah sakit, bank, Samsat, serta perpustakaan+. Peren(anaan 1rans 7ogja (ukup mendesak karena sistem transportasi Yogyakarta dan sekitarnya sebelumnya dinilai tidak e=isien. Pada tahap peren(anaan banyak tantangan mun(ul dari pengelola bus yang telah ada serta para pengemudi be(ak. Penerapan sistem ini semula diren(anakan pada tahun 344%, namun ben(ana gempa bumi Yogyakarta pada bulan 7uni 3446 menyebabkan pergeseran waktu pelaksanaan.
%78,$,en$, *ak u un uk men''unakan +u$ ran$%(&'(a ma$,h kuran' e8ek ,8 Dalam hal ini untuk e=isiensi waktu mengguakan bus trans9jogja masih kurang, karena banyak pengalaman di shelter9shelter bus di jogja banyak yang memakan waktu yang lama untuk menunggu bus yang akan datang.
&palagi dalam armada yang di sediakan dalam 1rayek9trayek bus yang sudah disediakan juga tidak berbanding sama dengan yang lain, (ontohnya8 7ika kita menunggu bus di salah satu shelter, dan kita memiliki tujuan yang yang ber;ariati=. @isalnya kita menunggu jalur bus untuk trayek 3&, tetapi bus yang kita tunggu tak kunjung datang (epat, tetapi untuk bus dengan trayek 1& sudah berkali9 kali datang menghampiri shelter. Dar, +er+a'a, pen(e)a$an a$pek%a$pek er$e+u ". #an-ak perma$a)ahan -an' a!a !a)am $-$ em ran$p&r a$, ,n,". 9eper , -an' erma$uk !a)am '&)&n'an 2 +enar% +enar". %Aman%4ah.. %Ter ,+%4ah.. %6an5ar%4ah.. %Ter ,+%4ah.. %9e$ua,%4ah.. Dari ;ariable tersebut sering kita berpendapat jika semuanya saling berhubungan satu sama lain. Dan dengan kondisi di atas juga memperhatikan kedudukan kota, maka perlunya pendekatan yang dilakukan dalam peren(anaan kota yaitu dengan mengembangkan sistem Eonasi tata guna lahan *land use+ yang masing9masing lahan diarahkan untuk dipergunakan sesuai dengan =ungsinya masing9masing dan dilengkapi dengan =asilitas dan utilitas kota sesuai dengan peruntukannya. @elalui pendekatan Eonasi ini diharapkan lalu lintas orang dan barang tidak terpusat pada satu simpul, tetapi merata. 'eberapa lokasi sistem Eonasi tata guna lahan tersebut dapat diterapkan sebagai berikutF 1. Te&r, 6e!akan 1en!u!uk Th&ma$ R&+er Ma) hu$
2.
Te&r, Da-a 9en r,8u'a) !an 9en r,pen a) :har)e$ O. :&)+Isi pokok teori yang menyebabkan pada masyarakat kota terjadi daya dan sentri=ugal
adalah sebagai berikut 8 1erdapat ganguan yang sering berulang, seperti kema(etan lalulintas serta polusi udara dan bunyi menyebabkan penduduk kota merasa tidak nyaman bertempat tinggal di tempat itu. 3. 1. Te&r, 4& a 4&n$en r,$ #ur'e$ Gona pusat daerah kegiatan *-entral 'usiness Distri(t+, yang merupakan pusat
pertokoan besar, gedung perkantoran yang bertingkat, bank, museum, hotel restoran dan sebagainya. 3. Gona peralihan atau Eona transisi, merupakan daerah kegiatan. Penduduk Eona ini tidak stabil, baik dilihat dari tempat tinggal maupun sosial ekonomi. Daerah ini sering ditemui kawasan permukiman kumuh yang disebut slum karena Eona ini dihuni penduduk miskin. "amun demikian sebenarnya Eona ini merupakan Eona pengembangan industri sekaligus menghubungkan antara pusat kota dengan daerah di luarnya. .. Gona permukiman kelas proletar, perumahannya sedikit lebih baik karena dihuni oleh para pekerja yang berpenghasilan ke(il atau buruh dan karyawan kelas bawah, ditandai oleh adanya rumah9rumah ke(il yang kurang menarik dan rumah9rumah susun sederhana yang dihuni oleh keluarga besar. 'urgess menamakan daerah ini workingmenHs homes. 4. Gona permukiman kelas menengah *residential Eone+, merupakan kompleks perumahan para karyawan kelas menengah yang memiliki keahlian tertentu. $umah9 rumahnya lebih baik dibandingkan kelas proletar. . ,ilayah tempat tinggal masyarakat berpenghasilan tinggi. Ditandai dengan adanya kawasan elit, perumahan dan halaman yang luas. Sebagian penduduk merupakan kaum eksekuti=, pengusaha besar, dan pejabat tinggi. 6. Gona penglaju *(ommuters+, merupakan daerah yang yang memasuki daerah belakang *hinterland+ atau merupakan batas desa9kota. Penduduknya bekerja di kota dan tinggal di pinggiran.
Saat penelitian ini dilakukan jumlah trayek 1rans 7ogja sebayak enam trayek terdiri daritrayek 1&9', 3&9', .&9', namun saat ini jumlah trayek telah bertambah menjadi delapandengan tambahan trayek 4&9'. @asing9masing trayek melayani panjang rute yang berbeda, dantiap trayek di=asilitasi dengan delapan bus, adapun jarak yang dilayani oleh masing9masingtrayek dapat dilihat pada 1abel.1 berikut8
2. Ha) e Tran$ J&'(a Dari beberapa komponen yang mendukung kegiatan operasional 1rans 7ogja, haltemerupakan bagian yang paling =undamental dan sangat krusial dalam operasionalisasi 1rans7ogja. hal ini disebabkan halte menjadi pintu awal dan akhir penumpang dalam menggunakan1rans 7ogja, pengguna tidak dapat menggunakan bus 1rans 7ogja bila tidak melalui halte terlebihdahulu, dan juga tidak dapat turun ke(uali di halte. Pentingnya peran halte sebagai bagian yang paling mendukung operasional 1rans 7ogja menjadi salah satu alasan dilakukannya penelitian ini,selain itu kondisi halte yang diidenti=ikasi berada di daerah9daerah yang tidak potensial baik sebagai lokasi tarikan maupun sebagai lokasi bangkitan juga menjadi sebab dilakukannya penelitian ini. Dalam penelitian ini jumlah halte yang beroperasi sebanyak %6 halte, dari seluruh haltetersebut sebanyak delapan halte merupakan halte P>S. masing9masing trayek melayani haltedengan jumlah yang ber;ariati=, lebih jelasnya dapat dilihat pada 1abel.3 berikut8
Penempatan halte harus menga(u pada pedoman teknis perekayasaan halte seperti yangdikeluarkan oleh Direktorat 7enderal Perhubungan Darat, dengan mempertimbangkan lokasi tataguna lahan dan jaraknya dari masing9masing tata guna lahan tersebut, beberapa pertimbangantersebut antara lain adalah sebagai berikut8 1.Pada lokasi pusat kegiatan seperti pasar dan pertokoan yang terletak di pusat kota jarak halte 3449.44 meter 3.Pada lokasi padat yang terdiri dari guna lahan untuk pertokoan, sekolah dan jasa yangterletak di kota, jarak halte antara .449444 meter ..Pada kegiatan permukiman di kota, jarak halte antara .449444 meter 4.Pada lokasi (ampuran padat, yang peruntukan lahan sebagai permukiman, sekolah dan jasa namun terletak di pinggiran, maka jarak halte antara .449 44 meter .Pada lokasi (ampuran jarang, yang peruntukkan lahan sebagai lading, sawah dan tanahkosong dan terletak di pinggiran, maka jarak halte antara 4491444 meter Dalam dokumen peren(anaan lokasi halte 1rans 7ogja diuraikan beberapa ketentuan dansyarat yang harus dipenuhi dalam menentukan lokasi halte 1rans 7ogja diantaranya adalah *1+terletak pada jalur pejalan kaki *3+ dekat dengan pusat kegiatan *.+ aman terhadap gangguan(riminal *4+ aman terhadap ke(elakaan lalu lintas * + tidak menggangu kelan(aran lalu lintas.Selain itu setiap halte atau tempat pemberhentian bus 1rans 7ogja terdapat terdapat spesi=ikasi=asilitas utama yang diantaranya adalah8 a+ 1empat menunggu penumpang tidak mengganggu pejalan kaki dan aman dari lalu lintas b+ 1erdapat tempat berteduh (+ 1erdapat rambu dan marka jalan d+ terdapat in=ormasi tentang jadwal dan rute angkutan umum e+ 1erdapat pagar pengaman 9e!an'kan un uk peran5anaan p&$,$, ha) e Tran$ J&'(a !,)e akkan !en'an +e+erapa per ,m+an'an $e+a'a, +er,ku 2 a+ 1erletak pada sisi jalan atau trotoar b+ Dilengkapi dengan (elukan (+ Dilengkapi dengan Eebra (roEE d+ Dilengkapi dengan rambu in=ormasi
MUHAMMAD ANGGORO WIJAYANTO 10512145 Tran$ J&'(a ,!ak menun(ukkan pr&$pek a au ren! -an'men,n'ka " namun $e+a),kn-a $emak,n +erkuran'.
&nalisa ini menjadi bagian yang akan melihat tidak optimalnya penggunaan 1rans 7ogja bukan dari sudut pandangkuantitati=, namun lebih mengarah pada analisa realita lapangan yang diperoleh dari hasilobser;asi dan dikorelasikan dengan hasil pernyataan responden dari kuesioner. Pada analisa kualitati= ini diketahui bahwa =aktor waktu menunggu dan waktu tempuh menjadi =aktor yang paling signi=ikan yang menyebabkan penggunaanmasyarakat terhadap moda transportasi ini tidak terlalu optimal, oleh karena itu darisejumlah pengguna yang menjadi responden penelitian hampir sebagian besarnya merupakan wanita dengan tujuan utama perjalanan adalah rumah, kondisi ini mengindikasikan bahwa penggunaan 1rans 7>gja masih sebatas pada perjalanan dengan tujuan yang tidak membutuhkan ketepatan waktu, sehingga saat ini masyarakat masih (enderung memilih moda pribadi untuk memperlan(ar akti;itas atau perjalanannya. &dapun kondisi yang (ukup menarik perhatian adalah masyarakat (enderung memilih menggunakan bus umum dari pada bus 1rans 7ogja untuk memperlan(ar akti;itas pergerakannya, kondisi ini ter(ermin dari pilihan pengguna saat harus pergi ke tempat yang membutuhkan ketepatan waktu seperti berangkat sekolah di pagi hari, !ondisi ini tentu tidak terlepas dari berbagai =a(tor, beberapa =a(tor yang menyebabkan hal ini antara lain8 1+ Penumpang angkutan umum belum dapat sepenuhnya menghilangkan kebiasaan mereka untuk tidak naik turun dari bus angkutan umum di sembarang tempat, sehingga penerapan halte pada operasionalisasi trans jogja belum dapat se(ara langsung direspon atau diterima oleh penumpang yang telah terbiasa oleh model lama. 3+ Dari beberapa penumpang yang dijumpai, lebih memilih bus umum dibandingkan dengan trans jogja. !arena lebih (epat dan menjangkau tujuan pengguna dibandingkan dengan bus trans jogja artinya jaminan ketepatan waktu bus umum lebih baik. !ondisi ini juga memberikan in=ormasi kepada kita bahwa karakteristik penumpang angkutan umum khususnya di Yogyakarta (enderung mengutamakan ke(epatan kemudian kenyamanan, lalu biaya, setelah itu baru mementingkan keamanan. Menuru $a-a" +er!a$arkan ana),$a !a a !, a a$ #u$ Tran$ J&'(a #76UM +,$a !,(a!,kan $&)u$, -an' epa +a', perma$a)ahan 6a)u),n a$ !, Y&'-akar a ,n,". 4arena !ar, ,n(auan $e', 4e)e+,han $er a 4ekuran'ann-a. 4e$,mpu)an a+ Pengguna moda transportasi 1rans 7ogja menganggap bahwa lokasi halte 1rans 7ogjayang ada saat ini belum tepat dari sisi aksesibilitas, rata9rata responden menilailokasi halte belum aksesibel bila ditinjau dari =aktor jarak, waktu maupun biaya. b+ 1idak terdapat perbedaan yang terlalu signi=ikan pada masing9masing kawasan haltedalam tingkat kekuatan hubungan ;ariabel independen terhadap ;ariabel dependen,se(ara umum keseluruhan ;ariabel independen pada setiap kawasan berpengaruhsigni=ikan terhadap ;ariabel dependen, namun dari ketiga ;ariabel yang menjadi ukuran, jarak merupakan ;ariabel yang paling konsisten mempengaruhi persepsi penggunaterhadap aksesibilitas halte di seluruh kawasan.