Anda di halaman 1dari 61

Nama Umur Agama Pekerjaan Tanggal pemeriksaan

: Tn. J : 30 tahun : Islam : Buruh : 24 Maret 2014

Auto anamnesis pada tanggal 24 Maret 2014

Keluhan utama Mata kanan merah sejak 2 minggu lalu Keluhan tambahan Penglihatan buram, berair, terasa ganjal, dan silau

Pasien datang ke Klinik Mata RSUD Ciawi dengan keluhan pandangan buram pada mata kanan sejak 2 minggu SMRS. Awalnya pasien merasa seperti kelilipan, dan terasa ganjal(+), namun disertai dengan penglihatan berkurang. Mata kanannya mulai merah, disertai berair (+), rasa silau(+), dan bengkak (+). Nyeri, gatal, dan demam disangkal oleh pasien. Gangguan pendengaran dan nyeri kepala juga disangkal oleh pasien.

Riwayat TB (-) Riwayat HIV (-) Riwayat penyakit kelamin (-) Riwayat nyeri perut maupun diare berdarah (-) Riwayat trauma mata (-) Riwayat sakit gigi (+) diakui sejak 2 minggu lalu hingga saat periksa Riwayat DM (-) Riwayat Hipertensi (-) Riwayat Alergi (-)

Riwayat Riwayat Riwayat Riwayat Riwayat

Diabetes Mellitus (-) Hipertensi (-). Asma (-) Alergi Makanan dan Obat (-) TB dan HIV (-)

Status Generalis Keadaan umum : Tampak sakit ringan Kesadaran : Compos mentis Tanda Vital: Tekanan Darah : 120/80 mmHg Nadi : 80 kali/menit RR : 22 kali/menit Kepala/leher : pembesaran KGB preauriukuler (-) Thorax,Jantung : dalam batas normal Abdomen : dalam batas normal Ekstremitas : dalam batas normal

KETERANGAN VISUS

OD

OS

Visus

6/12,5

6/6

Koreksi

Addisi
Distansia Pupil Kacamata Lama

58mm -

58mm -

KEDUDUKAN BOLA MATA Eksoftalmus -

Endoftalmus
Deviasi Gerakan Bola Mata

Baik ke segala arah

Baik ke segala arah

SUPERSILIA Warna Simetris Hitam Normal Hitam Normal

PALPEBRA SUPERIOR DAN INFERIOR Edema Nyeri tekan Ekteropion Entropion Blefarospasme Trikiasis Sikatriks Punctum lakrimal Fissure palpebral Tes anel Normal Normal Tidak dilakukan Normal Normal Tidak dilakukan -

KONJUNGTIVA SUPERIOR DAN INFERIOR Hiperemis Folikel Papil -

Sikatriks
Hordeolum Kalazion

KONJUNGTIVA BULBI Sekret -

Injeksi Konjungtiva
Injeksi Siliar Perdarahan Subkonjungtiva

+ -

Pterigium Pinguekula Nevus Pigmentosus Kista Dermoid

SKLERA
Warna Ikterik Nyeri Tekan Putih Putih -

KORNEA

Kejernihan
Permukaan

Jernih
Rata

Keruh
Rata

Ukuran
Sensibilitas Infiltrat Keratik Presipitat Sikatriks Ulkus Perforasi Arcus senilis Edema

12 mm
Baik + -

12 mm
Baik -

BILIK MATA DEPAN Kedalaman Kejernihan Hifema Hipopion Efek Tyndall cukup keruh + cukup Jernih -

IRIS Warna Kripte Sinekia Kolobama Cokelat + Cokelat + -

PUPIL Letak Bentuk Ukuran Refleks Cahaya Langsung Refleks Cahaya Tidak Tengah Bulat 4 mm + + Tengah Bulat 4 mm + +

Langsung
LENSA

Kejernihan
Letak Test Shadow

Jernih

Jernih

Tengah Negatif

Tengah
Negatif

BADAN KACA

FUNDUS OCULI

Fundus Refleks
Batas Warna Rasio A/V CD ratio Makula Lutea Eksudat Perdarahan

+, kurang terang
Tegas
Kuning kemerahan

+
Tegas
Kuning kemerahan

2/3 0,3 Reflek + -

2/3 0,3 Reflek + _

Eksudat
Sikatrik Ablatio

PALPASI Nyeri tekan Masa tumor Tensi Occuli Tonometry Schiotz N/palpasi 6/5,5gr14,3 N/Palpasi 5/5,5gr 17,3

Anjuran pemeriksaan pada pasien ini adalah: Darah rutin Rontgen Thorax Slit lamp Test ANA

Telah diperiksa pasien laki-laki 30 tahun dengan keluhan pandangan buram pada mata kanan sejak 2 minggu SMRS. Mata kanannya merah(+), terasa mengganjal(+), berair (+), rasa silau(+), dan bengkak (+). Nyeri(-), gatal(-), dan demam(-). Riwayat Penyakit Dahulu : Riwayat sakit gigi (+) Riwayat Penyakit Keluarga Status Generalis : Tampak sakit ringan

VOD 6/12,5 N/palpasi. 6/5,5=14,3 Tenang Tenang Inj silier(+) Keruh, Keratic Precipitat(+) Efek tyndall(+) 4mm, RC(+) Sinekia (-) Jernih Jernih RF (+), kurang terang Visus TIO CTS CTI CB C CoA P I L Vitreous F

VOS 6/6 N/palpasi. 5/5,5=17,3 Tenang Tenang Tenang Jernih Cukup 4mm, RC(+) Sinekia(-) Jernih Jernih dbn

Uveitis Anterior OD

Keratitis OD Sindroma Vogt Koyanagi-Harada

Prednisolone Acelate Micronized ED 10mg/ml 6 dd gtt I Siklopegik / Midriatikum : Cyclopentholat 1% ED 3 dd gtt 1

OD Ad Vitam Ad Fungsionam Ad Sanationam Bonam Dubia Dubia

OS Bonam Bonam Bonam

Uveitis adalah radang pada uvea Uveitis : 1. bagian anterior iritis, siklitis atau iridosiklitis 2. bagian posterior koroiditis Uveitis anterior/iridosiklitis biasanya terjadi mendadak (selama 6-8 minggu)

Penyebab uveitis reaksi imunologik, infeksi, trauma, pascabedah, dll Diagnosis tepat + penatalaksanaan adekuat mencegah komplikasi seperti glaukoma sekunder, sinekia, katarak, dan ablasio retina.

Anatomi

Uvea

Uvea adalah lapis vaskular di dalam bola mata yang terdiri dari iris, badan siliar dan koroid. Dilindungi oleh kornea dan sklera. Berfungsi untuk memberikan nutrisi ke mata. Uvea : - anterior iris dan badan siliar - posterior koroid

Anatomi uvea

Iris terdiri atas bagian pupil dan bagian tepi siliar. Iris reaksi pupil (kemampuan mengatur masuknya sinar ke dalam bola mata ) indikator untuk fungsi saraf simpatis (midriasis) dan fungsi saraf parasimpatis (miosis) oleh nerves kranialis III. Iris sebagai pembatas antara kamera anterior dari kamera posterior yang berisi akuous humor

Korpus siliaris berbentuk seperti segitiga Terdiri dari : -pars korona (diliputi oleh 2 lapisan epitel sebagai kelanjutan dari epitel iris) -pars plana Memproduksi akuous humor sebagai pemberi nutrisi Dari processus siliar keluar serat-serat zonula zinii sebagai penggantung lensa.

Koroid merupakan bagian dari segmen posterior uvea, yang terletak diantara retina dan sklera Tersusun dari tiga lapis pembuluh darah yang besar, sedang dan kecil Semakin dalam letak pembuluh darah, semakin lebar lumennya

Uveitis anterior adalah peradangan yang mengenai iris dan badan siliaris yang disebut juga iridosiklitis.
15 : 100.000 penduduk 75 % uveitis anterior usia 20 50 tahun kebanyakan pada ras kaukasian
Epidemiologi

Definisi

Berdasarkan spesifitas penyebab: Penyebab spesifik (infeksi) virus, bakteri, fungi, parasit spesifik, (Sifilis, Tuberkulosis, Herpes Zoster, Herpes simpleks, Morbus Hansen, Adenovirus).

Penyebab non spesifik (non infeksi)/reaksi hipersensitivitas reaksi hipersensitivitas terhadap mikroorganisme atau antigen yang masuk kedalam tubuh dan merangsang reaksi antigen antibodi dengan predileksi pada traktus uvea.

BACTERIAL/ SPIROCHETAL

VIRAL

FUNGAL

PARASITIC

Atypical mycobacteria Brucellosis Catscratch disease Leprosy Leptospirosis Lyme disease Propionibacteri-um Syphilis Tuberculosis

Cytomegalovirus Epstein-Barr Herpes simplex Herpes zoster Human T cell leukemia virus Mumps Rubeola Vaccinia HIV-1 West Nile virus

Aspergillosis Blastomycosis Candidiasis Coccidioido-

Acanthamoeba Cystercercosis Onchocerciasis Pneumocystis

mycosis
Cryptococcosis Histoplasmosis Sporotrichosis

carinii
Toxocariasis Toxoplasmosis

Whipple's disease

Berdasarkan asalnya: Eksogen karena trauma, operasi intra okuler, ataupun iatrogenik.

Endogen karena fokal infeksi di organ lain / reaksi autoimun.

Berdasarkan perjalanan penyakit: Akut serangan terjadi satu atau dua kali, dan penderita sembuh sempurna diluar serangan tersebut. Residif serangan terjadi lebih dari dua kali disertai penyembuhan yang sempurna di antara seranganserangan tersebut. Kronis serangan terjadi berulang kali tanpa pernah sembuh sempurna di antaranya.

Berdasarkan reaksi radang yang terjadi: Non granulomatosa Infiltrat yang terjadi terdiri dari sel plasma dan limfosit.

Granulomatosa Infiltrat yang terjadi terdiri dari sel epiteloid dan makrofag.

Patofisiologi
dilatasi

pembuluh darah kecil , hiperemi perikorneal (pericorneal

Permeabilitas pembuluh darah eksudasi, iris edema, pucat, pupil reflex sampai dgn hilang,pupil miosis Migrasi sel-sel radang dan fibrin ke COA, COA keruh, flare (+) Sel radang menumpuk di COA, hipopion (bila proses akut)

vascular injection)

Sel-sel radang, fibrin, fibroblast menyebabkan iris melekat pada kapsul lensa anterior (sinekia posterior) dan pada endotel kornea (sinekia anterior) Sel-sel radang, fibrin, fibroblas menutup pupil (seklusio pupil / oklusio pupil) Gangguan aliran aquous humor dan peningkatan tekanan intra okuler dan terjadi glaukoma sekunder Gangguan metabolisme pada lensa, lensa jadi keruh, katarak komplikata Peradangan menyebar bisa menjadi endoftalmitis dan panoftalmitis

Klasifikasi

Secara Klinis

Granulomatosa
- Terdapat invasi mikroba ke jaringan uvea oleh organisme
penyebab (Toxoplasma gondii, Mycobacterium tuberculosis). - Reaksi seluler >> reaksi vaskular - Injeksi silier tidak hebat iris bengkak dan gambaran radiernya kabur - Di tepi pupil dapat terbentuk Koeppe nodule (penimbunan sel di tepi pupil) - Keratik presipitat besar mutton fat deposit (makrofag dan pigmen-pigmen) memberikan gambaran seperti berminyak. - COA terlihat keruh, lebih banyak sel dibanding fibrin. - Badan kaca keruh - Visus media refrakta terganggu - Rasa sakit sedang dan fotofobia sedikit - Pemeriksaan PA sel limfosit, epiteloid, dan makrofag.

Non granulomatosa
- Lebih sering pada uveitis anterior - Penyebabnya diduga alergi - Timbulnya akut - Reaksi vaskular >> reaksi seluler - Injeksinya hebat - Badan kaca tidak keruh - Cairan COA mengandung lebih banyak fibrin daripada sel dapat terbentuk hipopion. - Nyeri lebih hebat, fotofobia, dan visus lebih menurun - Pemeriksaan PA sel plasma dan sel mononuklear pada iris dan badan silier.

Non Granulomatosa Onset Sakit Fotofobia Penglihatan kabur Merah Sirkumkorneal Akut Nyata Nyata Sedang Nyata

Granulomatosa Tersembunyi Tak ada atau ringan Ringan Nyata Ringan

Keratitik presipitat

Putih halus

Kelabu besar

Pupil
Sinekia Posterior Nodul iris Tempat

Kecil dan tak teratur


Kadang kadang Kadang kadang Uvea anterior

Kecil dan tak teratur


Kadang kadang Kadang kadang Uvea anterior dan posterior

Perjalanan Rekurensi

Akut Sering

Menahun Kadang- kadang

Manifestasi

Keluhan subyektif : - nyeri, terutama di bulbus okuli, spontan - sakit kepala di frontal yang menjalar ke temporal - blefarospasme - fotofobia (hebat pada keadaan akut) - lakrimasi - gangguan visus, unilateral Pada keadaan kronis gejala dapat minimal sekali, dan merupakan episode rekuren.

Pemeriksaan

Fisik

Edema palpebra disertai dengan ptosis ringan Injeksi konjuntiva dan silier COA: normal atau dangkal, bila terdapat iris bombe. Jika terdapat sinekia posterior, maka COA terlihat dalam. Pada pemeriksaan slit lamp, menunjukkan efek Tyndal/flare positif sehingga berkas sinar di COA menjadi tampak karena dipantulkan oleh sel-sel radang yang ada di COA.

Derajat berat ringannya flare 0 tidak ditemukan 1+ flare terlihat dengan pemeriksaan yang teliti 2+ flare tingkat sedang, iris masih terlihat bersih 3+ kekeruhan lebih berat, iris dan lensa sudah keruh 4+ flare sangat berat, fibrin menggumpal pada akuous humor

Iris terlihat suram, gambaran radier menjadi tidak nyata karena pelebaran pembuluh darah di iris, gambaran kripta tidak nyata, edema dan warna dapat berubah, terkadang didapatkan iris bombe. Pupil miosis, bentuknya irregular (sinekia posterior), refleks pupil menurun sampai tidak ada.

Lensa keruh katarak komplikata. TIO normal, menurun atau meningkat jika telah terjadi glaukoma sekunder. Kornea keratik presipitat (kumpulan selsel yang menempel pada endotel kornea, biasanya di bagian bawah)

Ringan
Keluhan ringan sedang Visus 20/20 20/30 Kemerahan sirkumkorneal superficial

Sedang
Keluhan sedang berat Visus 20/30 20/100 Kemerahan sirkumkorneal dalam

Berat
Keluhan sedang berat Visus < 20/100 Kemerahan sirkumkorneal dalam

Tidak ada KPs


1 + sel dan flare

Tampak KPs
1-3 + sel dan flare

Tampak Kps
3-4 + sel dan flare

TIO berkurang < 4 mmHh

TIO berkurang 3-6 mmHg


Miosis, sluggish pupil, sinekia posterior ringan, udem iris ringan

TIO meningkat
Pupil terfiksasi (fibrous), tidak tampak kripta pada iris

Pemeriksaan

Penunjang

Umumnya tidak dilakukan terhadap pasien yang responsif terhadap terapi, pemeriksaan dilakukan untuk menentukan etiologi. Contoh : - skin test Tuberkulosis - hitung jenis, eosinofilia alergi, inf. parasit - foto rontgen Tuberkulosis, sarkoidosis - ANA autoimun - TORCH - IgG, IgM toxoplasma

Anamnesis Mata sakit, merah, sekret (-), silau, pandangan kabur/penurunan tajam penglihatan Perlu ditanyakan mengenai riwayat penyakit sekarang karena dapat menjadi faktor penyebab Pemeriksaan Oftalmologi - visus - perubahan TIO - injeksi silier - keratik presipitat pada kornea - flare pada COA - sinekia

Terapi tidak adekuat

UVEITIS ANTERIOR

KOMPLIKASI

Sinekia posterior perlekatan antara iris dengan kapsul lensa bagian anterior akibat sel-sel radang, fibrin, dan fibroblas. Sinekia anterior perlekatan iris dengan endotel kornea akibat sel-sel radang, fibrin, dan fibroblas. Seklusio pupil perlekatan pada bagian tepi pupil Oklusio pupil seluruh pupil tertutup oleh sel-sel radang

Iris bombe akibat terjadinya perlekatanperlekatan dan tertutupnya trabekular oleh sel-sel radang, maka aliran akuous humor dari COP ke COA akan terhambat dan mengakibatkan akuous humor terkumpul di COP dan akan mendorong iris ke depan. Glaukoma sekunder karena penimbunan akuous humor dan menyebabkan peningkatan tekanan bola mata. Katarak komplikata akibat dari gangguan metabolisme lensa

Endoftalmitis peradangan supuratif berat dalam rongga mata dan struktur di dalamnya dengan abses di dalam badan kaca akibat dari peradangan yang meluas. Panoftalmitis peradangan pada seluruh bola mata termasuk sklera dan kapsul tenon sehingga bola mata merupakan rongga abses. Ablasio retina

Topikal Midriatikum/sikloplegik untuk mengistirahatkan otot-otot iris dan badan silier, sehingga dapat mengurangi nyeri dan mempercepat panyembuhan dan mencegah terjadinya sinekia, atau melepaskan sinekia yang telah ada. Midriatikum yang biasa digunakan yaitu: - Sulfas atropin 1% sehari 3 kali tetes - Homatropin 2% sehari 3 kali tetes - Scopolamin 0,2% sehari 3 kali tetes Anti inflamasi Kortikosteroid diberikan untuk mengurangi peradangan yang terjadi. Kortikosteroid yang biasa digunakan ialah dexamethasone 0,1 % atau prednisolone 1 %. Perlu diwaspadai komplikasi-komplikasi yang mungkin terjadi pada pemberian kortikosteroid, yaitu glaukoma sekunder pada penggunaan lokal selama lebih dari dua minggu. Antibiotik

Sistemik Antibiotik

Kortikosteroid oral Dosis yang diberikan ialah 1 mg/ kg BB yang kemudian dosis tersebut diturunkan perlahan-lahan setiap 1 minggu.

Pada umumnya pasien dengan uveitis anterior akan berespon baik jika sudah didiagnosis dari awal dan diberikan pengobatan yang adekuat. Uveitis anterior ini mungkin akan berulang, terutama jika ada penyebab sistemik. Prognosis visual pada iritis kebanyakan akan pulih dengan baik, tanpa adanya katarak, glaukoma atau posterior uveitis maupun komplikasi lainnya. Apabila sudah terjadi komplikasi ablasio retina maka prognosisnya akan menjadi buruk.

Anda mungkin juga menyukai