Anda di halaman 1dari 2

DAKWAH DIPUSARAN DEMOKRASI Dakwah juga menikmati demokrasi. Para juru dakwah bebas berinteraksi dengan objek dakwah.

Tapi, para pelaku kemungkaran pun bebas melakukan kemungkaran. Yang berlaku dinegeri demokrasi adalah bukan hukum benar-salah, tapi hukum legalitas. Sesuatu itu harus legal, walaupun salah. Sesuatu yang benar tapi tidak legal adalah salah. Begitulah aturan main demokrasi. Yang kemudian adalah mengintegrasikan kebenaran dengan legalitas. Bagaimana membuat sesuatu yang salah dalam pandangan agama menjadi tidak legal dalam pandangan hukum positif. Akankah kemenangan dakwah didapat? Paling tidak ada tiga dilema yang sedang dihadapi oleh para juru dakwah yakni pertama pragmatisme, kedua apatisme dan ketiga mempertahankan idealisme. Jika tiga dilema di atas mampu diselesaikan dengan baik saya yakin kemenangan dakwah bisa terjadi. Penyeru dakwah (dai) adalah orang yang menyeru kepada kebaikan, tidak mencampuradukkan antara kebaikan (Al-Haq) dan keburukan (Al-Bathil). Dalam demokrasi pragmatisme menjadi sesuatu yang sangat menggoda bagi seorang dai. Jangan sampai hanya mengharap sejumlah uang, ia rela mengganti atau mengaburkan nilai-nilai kebenaran. Sedangkan dai yang apatis bisa dilihat dari ceramah-ceramah yang disampaikannya, tidak ada nilainilai optimisme, dampaknya hanya akan menambah kekecewaan-kekecewaan dan ini akan meningkat dari waktu ke waktu. Persoalan-persoalan yang dihadapi umatnya misalnya kemiskinan, kebersihan, tanggung jawab, sampai masalah kepemimpinan umat seolah-olah tidak ada yang beres. Dilema ketiga terkait dengan idealisme. Seorang dai harus tetap tegar, manusiawi kalau mengalami shok dan down jika berhadapan dalam kondisi seperti diatas, akan tetapi ia tidak sampai melemah atau futur, lupa diri apalagi suudzon kepada Allah. Semua dibalik itu ada hikmah yang sama-sama bisa diambil. Dalam era demokrasi seperti saat ini, semua orang bebas untuk berekspresi, berargumentasi dan berstrategi termasuk dalam agenda-agenda demokrasi yang ada didalam kehidupan masyarakat kita misalnya pilkada, pilgub, pilpres dan pemilu legislatif. Salah satu yang ingin penulis uraikan secara singkat adalah tentang partai politik yang mengusung jargon partai dakwah yaitu Partai Keadilan Sejahtera (PKS). Sebagaimana ditulis dalam bukunya Menikmati Demokrasi, Strategi Dakwah Meraih Kemenangan, dalam tataran teori dan konsep, dakwah adalah sesuatu hal yang suci dan sakral untuk menciptakan suasana kehidupan kemanusiaan, kemasyarakatan, kebangsaan, pemerintahan dan kepemimpinan yang diridhoi dan dibimbing oleh petunjuk dari Tuhan yang Maha Suci sehingga manusia hidup dalam keadilan, kedamaian, dan kesejahteraan. Sementara disisi lain sistem politik dan demokrasi kita terikat kepada koridor hukum positif atau hukum formal yang berlaku di dalam kehidupan berbangsa dan bermasyarakat. Sehingga dalam merealisasikan cita-cita politik sebuah entitas politik bisa saja berusaha mencari celah hukum dan berusaha menggunakan segenap kemampuannya serta menghalalkan segala cara demi mencapai citacita dan tujuan politiknya. Selama tidak tersentuh oleh hukum yang ada atau berusaha dengan sengaja untuk mempermainkan hukum demi kepentingannya.

Lalu bagaimana partai dakwah seharusnya berkiprah dalam memenangkan cita-cita politiknya di tengah-tengah masyarakat yang belum melek politik serta kehidupan ekonomi dan kesejahteraan yang masih kurang, sehingga masyarakat pemilih cenderung pragmatis dan rawan politik uang, Tunjukkan idiologi dan idealisme masing-masing sebagaimana telah digambarkan oleh Anis matta dalam bukunya di atas yaitu Menikmati Demokrasi. Sehingga dari demokrasi ini lahir kesejahteraan bukan kesenjangan, lahir pemimpin sejati bukan pemimpin bayaran, lahir masyarakat yang berperadaban bukan masyarakat yang pragmatis apalagi anarkis. Bagaimana caranya. Pertama, menangkanlah wacana publik agar opini publik berpihak kepada kita. Inilah kemenangan pertama yang mengawali kemenangan-kemenangan selanjutnya. Kedua, formulasikan wacana itu wacana itu ke dalam draf hukum untuk dimenangkan dalam wacana legalislasi melalui lembaga legislatif. Kemenangan legislasi ini menjadi legitimasi bagi negara untuk mengeksekusinya. Ketiga, pastikan bahwa para eksekutif pemerintah melaksanakan dan menerapkan hukum tersebut. Begitulah salah satu resep yang diberikan Anis Matta untuk memenangkan agenda dakwah di era demokrasi. DAFTAR PUSTAKA Anis Matta. 2002. Menikmati Demokrasi. Jakarta: Pustaka Saksi Nashir Fahmi. 2006. Menegakkan Syariat Islam Ala PKS. Solo: Era Intermedia.

Anda mungkin juga menyukai