ATURAN ETIKA
IKATAN AKUNTAN INDONESIA
KOMPARTEMEN AKUNTAN SEKTOR
PUBLIK
JANUARI 200 7
DAFTAR ISI
PENGANTAR
1
PENDAHULUAN
KEPENTINGAN MASYARAKAT
TUJUAN MENYELURUH
PRINSIP-PRINSIP DASAR
PENDAHULUAN
1.1
Aturan Etika ini harus diterapkan oleh anggota Ikatan Akuntan Indonesia
Kompartemen Akuntan Sektor Publik (IAI KASP) dan staf profesional
(baik anggota IAI KASP maupun bukan anggota IAI KASP) yang
bekerja untuk dan atas nama akuntan pada lembaga sektor publik.
1.2
1.3
1.4
Demi kepentingan masyarakat dan para akuntan itu sendiri maka aturan
etika yang diterapkan oleh anggota profesi dinyatakan secara jelas dan
dipahami oleh seluruh pihak yang berkepentingan.
KEPENTINGAN MASYARAKAT
2.1
2.2
Menunjukkan akuntabilitas.
TUJUAN MENYELURUH
3.1
PRINSIP-PRINSIP DASAR
Untuk mencapai tujuan di atas anggota profesi akuntan sektor publik,
selanjutnya disebut anggota profesi,
harus memperhatikan dan
berpegang pada prinsip-prinsip dasar. Prinsip-prinsip tersebut diuraikan di
bawah ini. Panduan untuk menerapkan prinsip-prinsip tersebut diuraikan
pada Lampiran A.
4.1
INTEGRITAS
Anggota profesi harus dapat dipercaya, menjunjung kebenaran dan
kejujuran.
4.2
OBYEKTIVITAS
Anggota profesi harus selalu mempertahankan obyektivitas profesinya. Ia
harus adil dan tidak boleh bertindak atas dasar prasangka atau bias,
pertentangan kepentingan, atau pengaruh dari pihak lain dalam mengambil
keputusan atau tindakan.
4.3
4.4
KERAHASIAAN
Walaupun dalam pelaksanaan seluruh kegiatan sedapat mungkin perlu
dilakukan secara terbuka dan transparan, namun anggota profesi harus
menjaga kerahasiaan informasi yang diperoleh selama pelaksanaan
layanan profesinya. Anggota profesi tidak boleh mengungkap informasi
tersebut tanpa persetujuan khusus kecuali terdapat hak hukum atau
profesi atau kewajiban untuk mengungkapkannya.
4.5
KETEPATAN BERTINDAK
Anggota profesi harus bertindak konsisten dalam mempertahankan
reputasi profesi dan lembaga profesi akuntan sektor publik serta menahan
diri dari setiap tindakan yang dapat mendiskreditkan lembaga profesi atau
dirinya dalam kapasitas profesinya.
4.6
5.1
5.2
5.3
5.4
Integritas
Obyektivitas
A.2.1 Objektivitas dilakukan ketika anggota profesi membuat keputusankeputusan berdasarkan seluruh bukti yang tersedia, tidak tergantung pada,
atau dipengaruhi oleh, pendapat atau prasangka pribadi, atau oleh
tekanan atau pengaruh yang tidak benar.
A.2.2 Anggota profesi mungkin dihadapkan pada situasi dimana ia mendapatkan
tekanan yang dapat mengancam obyektivitasnya. Demikian pula,
hubungan dengan pihak-pihak tertentu dapat menimbulkan prasangka,
bias atau pengaruh yang mengancam obyektivitas. Adalah tidak mungkin
untuk mendefinisikan dan menguraikan seluruh situasi dan keterkaitan
dimana tekanan-tekanan terjadi. Anggota profesi harus tetap menunjukkan
sikap rasional dalam mengidentifikasikan keadaan dan hubungan dengan
pihak-pihak
tertentu
yang
kemungkinan
akan
mengganggu
obyektivitasnya. Ketidakmampuan menegakkan satu atau lebih dari
prinsip-prinsip dasar Aturan Etika karena keadaan atau adanya hubungan
dengan pihak-pihak tertentu mengindikasikan kurangnya obyektivitas.
A.2.3 Anggota profesi tidak boleh secara bersamaan memegang jabatan atau
melakukan pekerjaan bisnis atau aktivitas lain yang mengganggu atau
mungkin dianggap mengganggu kemampuannya melaksanakan peran
layanannya kepada masyarakat dengan penuh integritas dan obyektivitas.
Ia harus memberikan pertimbangan kepada instansi tempat ia bekerja atas
seluruh kepentingan pihak luar, baik yang bersifat finansial maupun non
finansial, yang berkaitan dengan tanggungjawab pekerjaannya.
A.3
Mempertahankan kompetensi
Kerahasiaan
10
A.4.5 Apabila anggota profesi telah menentukan bahwa informasi rahasia harus
diungkapkan, hal-hal berikut ini harus diperhatikan :
A.4.6 Prinsip kerahasiaan tidak boleh digunakan secara salah oleh anggota
profesi dalam melaksanakan pekerjaannya, sehingga menghalangi
kepatuhan terhadap prinsip-prinsip dasar etika.
A5
12
Good Governance
Pelaporan tahunan
Manajemen risiko dan audit internal
Komite audit
Komite penelaah kinerja
Audit eksternal.
A.8
Kepemimpinan
Aturan perilaku
Pertentangan Kepentingan
14
A.10 Penerapan Aturan Etika bagi Anggota Profesi yang Bekerja di Luar
Indonesia.
A.10.1 Apabila anggota profesi memberikan layanan di negara lain di luar
Indonesia dan aturan etika yang diberlakukan di negara lain tersebut
berbeda dengan aturan etika ini, maka kondisi berikut harus diterapkan :
Apabila aturan etika di negara lain lebih lunak dari aturan etika ini,
anggota profesi harus menerapkan aturan etika ini.
Apabila aturan etika di negara lain lebih keras dari aturan etika ini,
anggota profesi harus menerapkan aturan etika yang berlaku di negara
lain tersebut.
15
Anggota profesi berkewajiban memperhatikan seluruh peraturan perundangundangan yang berkaitan dengan pengungkapan permasalahan tersebut.
Lampiran B ini meliputi dua studi kasus yang dirancang untuk membantu
anggota profesi dalam menerapkan Aturan Etika. Studi kasus dimaksudkan untuk
menggambarkan penerapan prinsip-prinsip dasar etika dalam format sebagai
berikut :
16
17
STUDI KASUS 1
Skema kasus
Prinsip-prinsip
dasar etika
terkait
Integritas
Obyektivitas :
Perilaku
Tindakan yang
disarankan
18
Komentar
19
STUDI KASUS 2
Skema kasus
Prinsip-prinsip
dasar etika
terkait
Obyektivitas :
Perilaku
Standar
Teknis &
Profesional :
Tindakan yang
disarankan
Diperlukan
kecermatan
dalam
pengambilan
kesimpulan, dan pimpinan organisasi perlu mendapatkan
informasi secara tepat.
20
21