Anda di halaman 1dari 12

MENGUKUR AKTIVITAS ENZIM AMILASE

LAPORAN PRAKTIKUM Untuk Memenuhi Tugas Matakuliah Fisiologi Tumbuhan yang Dibina Oleh Drs. Sarwono, M.Pd dan Balqis, S.Pd, M.Si

Oleh: Kelompok 5 Offering: C Inti Firdaus 110341421567 Rena Liansari 110342421574 Arie Setyawati 309342417645 M. Chakim 110341421559 Sunarno Prayogo 110341421582 Riski Siska Rosalita 110341421569

UNIVERSITAS NEGERI MALANG FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM PROGRAM STUDI S1 PENDIDIKAN BIOLOGI Februari 2013

A. TOPIK Mengukur Aktivitas Enzim Amilase. B. TUJUAN 1. Membuktikan pengaruh pH terhadap aktivitas amilase. 2. Membuktikan pengaruh konsentrasi enzim terhadap aktivitas enzim amilase.

C. DATA Tabel 1: Pengaruh pH


Kode 1 2 3 Warna Awal 10 ungu tua biru muda +IKI=>putih 3a. hijau muda +Bndct=> 3a. biru putih keruh keruh +IKI=> 4a. hijau tua +Bndct=> putih kekuningan +IKI=> +Bndct=> putih kekuningan 4a. biru kehitaman 5a. ungu 5a. Biru bening kehijauan 20 3b. hijau muda 3a. biru keruh 4b. hijau muda 4b. biru kehitaman 5b. hijau tua 5b. bening kehijauan 30 3c. hijau 3a. biru keruh 4c. jernih 4c. biru kehitaman 5c. ungu 5c. bening kehijauan 4 3 8 8 7 7 7 tts 3 tts 2 tts 3 tts pH NaOH HCl

Tabel 2: Pengaruh Konsentrasi


Konsentrasi (%) 25 50 75 100 waktu 2 + 1

2 +

2 +

2 +

2 +

2 +

2 +

28 +

29 +

210 211 212 213 214 215 + + + + + +

Keterangan: + : ada perubahan warna - : tidak ada perubahan warna

D. ANALISIS DATA Pengaruh konsentrasi terhadap aktivitas enzim amilase Pada pengamatan tentang pengaruh konsentrasi terhadap aktivitas enzim amilase, memasukkan 1-2 tetes campuran amilum dan ekstrak enzim yang sudah diinkubasi pada setiap lubang dari plat tetes. Pada pengamatan pertama, plat tetes diisi dengan campuran larutan amilum dan ekstrak enzim 25% yang telah diinkubasikan selam 10 menit. Setiap 2 menit dilakukan pengujian dengan IKI. Segera setelah pencampuran atau pada 2 menit ke 0 (menit ke 10), terjadi perubahan warna yang terjadi pada campuran kedua larutan tersebut yang menunjukkan masih terdapat amilum pada larutan tersebut. Pada 2 menit pertama, meneteskan lagi campuran tersebut dengan IKI dan masih terdapat perubahan warna yang terjadi pada campuran tersebut. Sampai pengulangan 2 menit ke 14 pun masih terdapat reaksi perubahan warna, ketika kami meneteskan IKI ke campuran ekstrak enzim 25% dan amilum 0,5% tersebut. Pengamatan kedua menggunakan campuran larutan amilum dan ekstrak enzim 50% yang telah diinkubasikan selama 10 menit. Segera setelah 10 menit, meneteskan larutan tersebut ke dalam plat tetes dan menguji larutan tersebut dengan IKI. Padang pengujian pertama, campuran amilum dan ekstrak enzim 50% tidak terjadi perubahan warna yang menunjukkan bahwa pada larutan tersebut sudah tidak terdapat amilum karena amilum telah terhidrolisis oleh aktivitas amilase. Hal yang sama juga terjadi pada campuran amilum dan ekstrak enzim 75% dan 100% yang seluruhnya langsung berubah warna pada 2 menit ke 0 (10 menit sejak diinkubasi). Pengaruh pH terhadap aktivitas enzim amilase Pada praktikum pengaruh pH terhadap aktivitas enzim amilase dilakukan dengan menambahkan 0,5 ml amilum 0,5% didalam tabung reaksi dengan beberapa larutan yang berbeda. Pada tabung pertama, larutan amilum ditambahkan dengan 10 tetes larutan IKI maka terbentuklah warna ungu tua yang menunjukkan keberdaan amilum pada larutan. Pada tabung reaksi kedua, larutan amilum kami tambahkan dengan benedict yang kemudian kami

panaskan. Setelah beberapa saat, muncullah warna biru tua yang menunjukkan bahwa pada larutan tersebut tidak terdapat glukosa. Pada tabung reaksi ketiga, larutan amilum kami tambahkan dengan ekstrak enzim 1 ml. Setelah itu kami menambah campuran tersebut dengan 2 tetes HCl encer dan muncullah warna putih dengan pH 4. Setelah itu kemudian kami membagi larutan tersebut ke dalam 3 tabung yang berbeda, yaitu tabung 3a, 3b, dan 3c. Setelah 10 menit, tabung 3a kami tambahkan larutan IKI dan muncullah warna hijau muda. Setelah 20 menit, tabung 3b kami tambahkan larutan IKI dan muncullah warna hijau muda. Setelah 30 menit, tabung 3c kami tambahkan larutan IKI, dan muncullah warna hijau. Pada percobaan lain dengan menggunakan indicator benedict diketahui setelah 10 menit, tabung 3a kami tambahkan larutan benedict dan muncullah warna biru keruh. Setelah 20 menit, tabung 3b kami tambahkan larutan benedict dan muncullah warna biru keruh. Setelah 30 menit, tabung 3c kami tambahkan larutan benedict, dan muncullah biru keruh pula yang menunjukkan tidak adanya glukosa pada larutan tersebut Pada tabung reaksi keempat, larutan amilum kami tambahkan dengan ekstrak enzim 1 ml. Setelah itu kami menambah campuran tersebut dengan 7 tetes NaOH dan muncullah warna putih dengan pH 8. Setelah itu kemudian kami membagi larutan tersebut ke dalam 3 tabung yang berbeda, yaitu tabung 4a, 4b, dan 4c. Setelah 10 menit, tabung 4a kami tambahkan larutan IKI dan muncullah warna hijau tua. Setelah 20 menit, tabung 4b kami tambahkan larutan IKI dan muncullah warna hijau muda. Setelah 30 menit, tabung 4c kami tambahkan larutan IKI, dan muncullah warna bening. Pada percobaan lain dengan menggunakan indicator benedict setelah 10 menit, tabung 4a kami tambahkan larutan benedict dan muncullah warna biru kehitaman. Setelah 20 menit, tabung 4b kami tambahkan larutan benedict dan muncullah warna biru kehitaman. Setelah 30 menit, tabung 4c kami tambahkan larutan benedict, dan muncullah warna biru kehitaman yang juga menunjukkan tidak adanya glukosa pada larutan tersebut

Pada tabung reaksi kelima, larutan amilum kami tambahkan dengan ekstrak enzim 1 ml. Setelah kami ukur, kami mendapatkan nilai pH 7 dengan warna putih. Setelah itu kemudian kami membagi larutan tersebut ke dalam 3 tabung yang berbeda, yaitu tabung 5a, 5b, dan 5c. Setelah 10 menit, tabung 5a kami tambahkan larutan IKI dan muncullah warna ungu. Setelah 20 menit, tabung 5b kami tambahkan larutan IKI dan muncullah warna hijau tua. Setelah 30 menit, tabung 5c kami tambahkan larutan IKI, dan muncullah ungu. Pada percobaan lain dengan menggunakan indicator benedict diketahui setelah 10 menit, tabung 5a kami tambahkan larutan benedict dan muncullah warna biru bening kehijauan. Setelah 20 menit, tabung 5b kami tambahkan larutan

benedict dan muncullah warna biru bening kehijauan. Setelah 30 menit, tabung 5c kami tambahkan larutan benedict, dan muncullah biru bening kehijauan hal ini menunjukkan pada larutan terdapat glukosa meskipun warna yang dihasilkan tidak sesuai dengan literatu. E. PEMBAHASAN Pada praktikum kali ini, kami melakukan pengamatan terhadap aktivitas enzim amylase. pH optimal enzim adalah sekitar pH 7 (netral) dan jika medium menjadi sangat asam atau sangat alkalis enzim mengalami inaktivasi. Akan tetapi beberapa enzim hanya beroperasi dalam keadaan asam atau alkalis. Sebagai contoh, pepsin, enzim yang dikeluarkan ke lambung, hanya dapat berfungsi dalam kondisi asam, dengan pH optimal 2 (Gaman & Sherrington, 1994). Kecepatan reaksi enzim dipengaruhi oleh berbagai kondisi fisik dan kimia. Beberapa faktor penting yang mempengaruhi kerja enzim adalah konsentrasi berbagai komponen (seperti substrat, produk, enzim, kofaktor, dll), pH, temperatur, dan gaya irisan. Kecepatan reaksi enzim sangat dipengaruhi oleh pH larutan baik secara in vivo maupun secara in vitro. Jenis hubungan antara kecepatan reaksi dan pH ditunjukkan dengan kurva berbentuk lonceng. Setiap enzim mempunyai pH optimum yang berbedabeda (Lee, 1992). Untuk mengetahui aktivitas amylase ini, kami melakukan 2 jenis praktikum, yaitu mengenai pengaruh PH terhadap aktivitas amylase dan konsentrasi terhadap aktivitas enzim ini. Amilase yang digunakan pada praktikum

ini yaitu kecambah kacang hijau yang sudah dihaluskan, yang kemudian diambil supernatanya. Supernatan tersebut dianggap sebagai enzim dengan konsentrasi 100 % (Kartasapoetra , 1994).

Pengaruh PH pada ekstrak enzim yang diberi IKI dan Benedict. Praktikum pertama dilakukan untuk mengetahui pengaruh pH terhadap

aktivitas enzim amylase. pH sangat berpengaruh terhadap aktivitas enzim, karena sifat ionik gugus karbosil dan asam amino mudah dipengaruhi pH. Hal ini menyebabkan konformasi enzim dan fungsi katalik enzim berubah, sehingga enzim bisa terdenaturasi dan kehilangan aktivitasnya. Aktivitas enzim tertinggi yang dapat dicapai umumnya disebut pH optimum. Apabila aktivitas enzim ini bekerja dengan baik maka larutan akan semakin kuning bening, karena amilum sebagai substrat enzim telah terhidrolisis secara sempurna, sedangkan apabila enzim ini kurang bekerja secara maksimal, maka larutan akan berwarna lebih gelap, karena amilum tidak dapat terhidrolisis secara sempurna. Pada tabung pertama, 5 ml amilum 0,5% ditambahkan larutan IKI dan dihasilkan warna ungu tua. Tabung pertama ini menjadi patokan untuk botol 3, 4, 5 yang pada perlakuannya diberi larutan IKI. Hasil ini kurang sesuai dengan literature yang menyebutkan bahwa pada uji tersebut jika terjadi reaksi positif yang ditunjukkan dengan perubahan warna larutan menjadi biru kehitaman. Amilum merupakan polimer saccarida yang berbantuk helix. Ion iodine masuk ke dalam spiral amilum membentuk kompleks sehingga menyebabkan warna biru kehitaman. Perbedaan yang terjadi karena kesalahan pengamatan dikarenakan setiap penglihatan menafsirkan warna berbedakarena kita tahu bahwa warna biru kehitaman dan ungu kehitaman sangat mirip, namun reaksi ini dikatakan bahwa larutan tersebut mengandung amilum. Kesalahan juga dpat dikarenakan bahan yang digunakan bukan merupakan kecambah berumur 2 hari melainkan kecampah yang umurnya tidak diketahui secara pasti dan ketika pembuatan enzyme pelaruta yang digunakan jumlahnya kurang sesuai. Amilase adalah sebuah enzim yang berfungsi untuk memecahkan ikatan glikosidik yang dimiliki oleh poliskarida. Ikatan glikosidik yaitu ikatan khas yang terdapat pada karbohidrat(monosakarida, disakarida , dan polisakarida). Dengan

perombakan oleh amilase, suatu bentuk polisakarida dapat diubah menjadi bentuk intermedietnya, yaitu disakarida. Semakin sedikit enzim yang berperan memecah amilum maka akan semakin banyak amilum yang tidak terhidrolisis dan warna yang dihasilkan juga akan semakin pekat (Hadiyanti, 2011). Reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut: Pati (amilum) + Enzim(amilase) Disakarida (maltosa)

Pada tabung kedua, 5 ml amilum 0,5% ditambahkan larutan Benedict kemudian dipanaskan, warna yang muncul adalah biru muda. Tabung kedua ini menjadi patokan untuk botol 3,4,5 yang pada perlakuannya diberi larutan

Benedict. Warna biru muda yang muncul karena pada amilum mengandung enzim amilum yang belum terhidrolisis karena tidak mendapatkan ekstrak enzim amilase. Pada tabung ketiga, 5 ml amilum 0,5% ditambah ekstrak enzim 1ml dan 3tetes HCL encer dan saat di tes dengan pH-meter. HCl merupakan asam kuat, sehingga hanya dengan sedikit penambahan HCl suasana larutan menjadi asam sehingga PH-nya adalah 3 dengan warna awal putih keruh. Kemudian larutan dalam tabung 3 tersebut dibagi menjadi 3 tabung kecil (3a, 3b, dan 3c). Ketiga tabung tersebut dibiarkan selama 10 menit, kemudia diberi larutan Benedict pada tabung 3a, larutan menjadi biru keruh. Hal tersebut mengindikasikan bahwa enzim amilase tidak menghidrolisis amilum secara sempurna karena jika dibandingkan dengan tabung 1, warna larutannya lebih keruh. Jika amilum terhidrolisis sempurna seharusnya warnanya menjadi lebih jernih. Pada tabung 3b didiamkan selama 20 menit dan ditetesi Benedict, warnanya tetap biru keruh, begitu juga dengan tabung 3c didiamkan selama 30 menit dan ditetesi Benedict, warnanya biru keruh. Hingga 30 menit didiamkan, amilum belum juga terhidrolisis sempurna, hal ini menunjukkan bahwa enzim amilase tidak bekerja optimal pada pH 3. Ketika digunakan indicator IKI hasilnya, larutan berwarna hijau. Hal ini menunjukkan bahwa amilase tidak terhidrolisis sempurna karena enzim amilase tidak dapat bekerja pada suasana yang sangat asam. Enzim amilase bekerja optimum pada pH 7, namun penambahan sedikit asam akan menurunkan aktivitas enzim amilase.

Pada tabung keempat, 5 ml amilum 0,5% ditambah ekstrak enzim 1ml dan 3 tetes NaOH, pH-nya 8 dan warna awalnya putih kekuningan. Tabung 4 juga dibagi menjadi 3 tabung kesil dengan perlakuan yang sama seperti tabung 3, diberi larutan Benedict pada tabung 4a setelah 10 menit, 4b setelah 20 menit dan 4c setelah 30 menit. Pada ketiga tabung tersebut memiliki perubahan yang sama yaitu biru kehitaman, juga lebih keruh dibandingkan tabung 2. Hal ini mengindikasikan bahwa pada pH 8, enzim tidak bekerja secara optimal sehingga larutan amilum tidak terhidrolisis sempurna. Ketika digunakan indicator IKI reaksi positif menunjukkan bahwa amilum belum terhidrolisis sempurna menjadi disakarida (maltose) atau monosakarida (glukosa) dengan adanya enzim amilase. Pada suasana basa, enzim amilase tidak dapat menghidrolisis amilum dengan optimum Pada tabung kelima, 5 ml amilum 0,5% hanya ditambah ekstrak enzim 1ml sehinga pH-nya 7 dan warnanya putih kekuningan. Sama seperti sebelumnya, pada tabung 5a setelah 10 menit diberi larutan Benedict, tabung 5b setelah 20 menit dan tabung 5c setelah 30 menit. Ketiga tabung tersebut memiliki hasil yang sama yaitu warnanya berubah menjadi biru bening kehijauan. Jika dibandingkan dengan tabung 2, maka hasilnya lebih bening. Hal ini mengindikasikan bahwa enzin amilase telah menghindrolisis amilum dengan optimal pada pH 7. Hal tersebut sama dengan hasil yang ditunjukkan menggunakan indicator IKI dengan penambahan IKI larutan tetap berwarna jernih. Hal ini dikarenakan enzim amilase telah mengdidrolisis amilum dengan sempurna menjadi disakarida (maltose) dan monosakarida(glukosa). Dari praktikum di atas dapat dikatakan bahwa pada pH 3 dan 8 enzim tidak bekerja secara optimal dibuktikan dengan warna yang lebih keruh dibandingkan larutan amilum tanpa enzim. Seharusnya jika enzim bekerja optimal, warnanya menjadi lebih bening. Dan enzim bekerja secara optimal pada pH 7 ditandai dengan perubahan warna menjadi lebih bening pada perlakuan tanpa penambahan larutan yang membuat pH berubah. Praktikum tersebut sesuai dengan teori bahwa enzim adalah substansi yang dihasilkan oleh sel-sel hidup dan berperan sebagai katalisator pada reaksi kimia yang berlangsung dalam organisme. Katalisator adalah substansi yang mempercepat reaksi tetapi pada hasil

reaksi, substansi tersebut tidak berubah. Enzim mempunyai ciri dimana kerjanya dipengaruhi oleh lingkungan. Salah satu lingkungan yang berpengaruh terhadap kerja enzim adalah pH. pH optimal enzim adalah sekitar pH 7 (netral) dan jika medium menjadi sangat asam atau sangat alkalis enzim mengalami inaktivasi. Faktor lain yang mempengaruhi kerja enzim adalah temperature (Gaman & Sherrington, 1994). Pengaruh konsentrasi enzim Peningkatan konsentrasi enzim akan meningkatkan kecepatan reaksi enzimatik. Dapat dikatakan bahwa kecepatan reaksi enzimatik (v) berbanding lurus dengan konsentrasi enzim [E]. Makin besar konsentrasi enzim, reaksi makin cepat (Hadiyanti, 2011). Semakin besar konsentrasi enzim maka makin banyak pula produk yang terbentuk dalam tiap waktu pengamatan. Dari pengamatan tersebut dapat dikatakan bahwa konsentrasi enzim berbanding lurus dengan kecepatan enzim. Dengan bertambahnya waktu, pada tiap konsentrasi enzim pertambahan jumlah produk akan menunjukkan penurunan, karena

setelah selang beberapa waktu, jumlah substrat yang tersedia sudah mulai berkurang, sehingga dengan sendirinya produk olahan enzim juga akan berkurang. Dari tabel hasil pengamatan dapat dilihat bahwa konsentrasi berpengaruh terhadap kecepatan kerja enzim. Saat konsentrasi 25%, enzim memerlukan waktu 30 menit untuk menghidrolisis amilum. Untuk konsentrasi enzim 50%, 75%, dan 100% waktu yang diperlukan enzim untuk menghidrolisis amilum hanya 10 menit. Laju reaksi tergantung dari jumlah benturan yang baik antar enzim dan substrat. Jika substrat cukup tersedia, kelipatan dua konsentrasi enzim menyebabkan peningkatan laju reaksi 2 kali lipat. Dengan penambahan enzim lebih banyak dapat imungkinkan kecepatannya konstan karena jumlah substrat yang terbatas (Salisburry,1995). Pada konsentrasi enzim konstan peningkatan konsentrasi substrat akan meningkatkan kecepatan reaksi sampai tercapai kecepatan maksimum. Pada konsentrasi substrat yang cukup tinggi semua sisi aktif enzim sudah terisi sehingga kecepatan reaksi menjadi maksimum. Namun ada kalanya kecepatan reaksi enzim akan menurun bila konsentrasi substrat turun begitu juga sebaliknya

hal tersebut dapat terjadi karena adanya denaturasi dari enzime yang tersusun atas protein dan adanya penimbunan produk (Stryer, 1995). Ketika konsentrasi enzim hanya 25% maka diperlukan waktu lebih lama bagi enzim untuk merubah amilum menjadi glukosa yang ditandai dengan berhentinya peruban warna. Hal ini dikarenakan konsentrasi enzim yang lebih sedikit daripada substrat yang harus dihidrolisis. Pada konsentrasi 50% hanya diperlukan waktu selama 10 menit hal ini dikarenakan konsentrasi enzim dan substrat sama sehingga semua sisi aktif enzim dapat berikatan dengan semua substrat, substrat dihidrolisis semuanya dalam waktu relatif singkat. Begitu juga saat konsentrasi 75%, sisi aktif enzim dapat mengikat semua substrat yang ada sehingga hidrolisis dapat terjadi dalam waktu singkat juga. Saat konsentrasi 100% sebenarnya tidak adanya perubahan warna terjadi karena enzim telah menghidrolisis substrat yang berupa amilum. F. KESIMPULAN pH mempengaruhi aktvitas enzyme amylase yaitu enzyme amylase akan bekerja optimal pada pH 7 dimana pada praktikum ini dibuktikan dengan menggunakan indicator benedict dan IKI. Jika pH lingkungan atau pH substrat sudah melebihi ph optimum maka aktivitas enzimnya akan menurun. Konsentrasi enzim amilase mempengaruhi kecepatan menghidrolisis amilum yang terdapat dalam larutan tersebut, pada praktikum ini dikethaui bahwa konsentrasi 50%, 75%, dan 100% memiliki kemampuan menghidrolisis paling cepat yaitu hanya 10 menit. G. DAFTAR RUJUKAN Sumber : Gaman, P.M & K.B. Sherrington.(1994). Ilmu Pangan, Pengantar Ilmu Pangan, Nutrisi dan Mikrobiologi. Universitas Gadjah Mada press. Yogyakarta. Hadiyanti, Meilina Rizky.2011.Pengaruh Konsentrasidan pH,(online),(http://mel-rizky.blogspot.com/2011/12/pengaruh-konsentrasi-dan-phterhadap.html), diakses tanggal 27 Februari 2013.

Kartasapoetra,A.G. (1994). Teknologi Penanganan Pasca Panen. Rineka Cipta. Jakarta. Lee, J. M. (1992). Biochemical Engineering. Prentice Hall Inc. New Jersey. Stryer, Lubert.1995. Biokimia Volume 1.Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC Salisburry, Frank. 1995. Fisiologi Tumbuhan. Bandung: ITB H. DISKUSI a. Mengapa pada ekstrak enzim perlu disentrifugasi? Jawab: untuk mengendapkan zat-zat padat yang tidak dibutuhkan dan untuk memudahkan mengambilan enzim amilase (supernatan). b. Mengapa digunakan kecambah kacang hijau umur 2 hari? Jawab: karena pada saat itu masa-masa dimana kecambah aktif tumbuh dengan mengubah (menghidrolisis) cadangan makanan berupa amilum di kotiledon menjadi glukosa dengan bantuan enzim, sehingga jika dilakukan pengekstrakan pada umur tersebut diharapkan mendapatkan enzim dalam jumlah besar. c. Bagaimana bila digunakan kecambah kacang hijau umur 4 atau 6 hari unutk mendapatkan ekstrak enzim? Apakah efeknya akan sama dengan kecambah umur 2 hari? Jelaskan. Jawab: jika menggunakan kecambah selain umur 2 hari maka tidak mendapatkan enzim sebanyak pada umur 2 hari. Sehingga efeknya tidak akan sama dan aktivitas enzim tidak dapat diketahui secara pasti, seperti yang terjadi pada praktikum kali ini. d. Apa kegunaan dari larutan IKI, Fehling A dan B atau larutan Benedict? Jawab: larutan IKI untuk mengetahui kandungan amilum yang terdapat pada sampel yang belum dihidrolisis oleh amilase, sedangkan larutan Fehling A dan B atau larutan Benedict untuk mengetahui kandungan glukosa pada larutan yang di uji yang berasal dari hidrolisis amilum oleh amilase. e. Mengapa digunakan interval waktu 10, 20 dan 30 menit?

Jawab: untuk mengetahui pada menit keberapakah enzim dapat bekerja secara optimum dengan besar pH yang berbeda. f. Pada konsentrasi berapa amilase menunjukkan aktivitas paling cepat? Jawab: Pada praktikum ini belum dapat diketahui pada konsentrasi berapakah enzim bekerja optimal karena pada 3 konsentrasi yang berbeda menunjukkan hasil yang sama, namun jika diakitkan dengan teori konsentrasi yang paling baik adalah 100% karena jumlah enzim yang terkandung lebih banyak diabndingkan konsentrasi lain. g. Mengapa setelah warna campuran ekstrak enzim dan amilum tidak ada perubahan warna lagi, perlakuan dihentikan? Jawab: karena hal tersebut telah menunjukkan bahwa kerja optimal karena sudah tidak lagi terdapat amilum dalam larutan tersebut, dan amilum telah diubah menjadi glukosa h. Mengapa perubahan warna dijadikan sebagai indikator aktivitas enzim? Jawab: karena dengan perubahan warna menunjukkan ada perubahan konsentrasi amilum, sehingga dapat menunjukkan aktivitas hidrolisis amilum oleh enzim amilase. Jika menggunakan indicator IKI keberadaan amilum akan ditunjukkan perubahan warna menjadi biru pekat dan indicator benedict keberadaan glukosa ditunjukkan dengan perubahan warna merah bata.

Anda mungkin juga menyukai