Anda di halaman 1dari 13

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Sistem politik adalah suatu bagian yang pasti ada di setiap Negara.

Sistem politik sendiri berfungsi sebagai pengatur dan membuat peraturan untuk dipatuhi oleh seluruh warga negaranya. Ada beberapa sistem politik yaitu sistem politik komunis, liberal dan demokrasi dari beberapa sistem politik tersebut dan terdapat sistem politik Islam. Setiap Negara pasti memiliki sistem politiknya masing - masing. Seperti misalnya Negara Indonesia yang menggunakan sistem politik demokrasi yang berarti sistem tersebut didasarkan pada nilai, prinsip, prosedur, dan kelembagaan yang demokratis. Disini kita akan membahas tentang peranan agama Islam dalam perkembangan politik di dunia saat ini, dengan mengkaji berbagai informasi berdasarkan Al-Quran, Al Hadits dan sejarah sistem politik di masa Rasulullah SAW.

1.2 BATASAN MASALAH Untuk menghidari adanya kesimpangsiuran dalam penyusunan makalah ini, maka penulis membatasi masalah-masalah yang akan di bahas diantaranya:

1.3 RUMUSAN MASALAH Berdasarkan uraian latar belakang masalah diatas, maka penulis merumuskan permasalahan yang ada dalam beberapa pertanyaan sebagai berikut : 1. Bagaimana hukumnya menurut islam,apabila dalam pemilu ada yang golput(tidak memilih)? 2. Kriteria seorang pemimpin dalam islam ? 3. Bagaimana kepemimpinan pada jaman Nabi Muhammad dan pada zaman sekarang ?

1.4 TUJUAN Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini adalah : 1. Mengetahui hukum golput menurut islam. 2. Mengetahui kriteria pemimpin dalam islam. 3. mengetahui kepemimpinan pada jaman Nabi Muhammad dan pada zaman sekarang.

1|KELOMPOK 3 (ISLAM DAN P OLITIK)

1.5 SISTEMATIKA PENULISAN Dalam penyelesaian penyusunan makalah ini penulis menggunakan study kepustakaan, yaitu penulis mencari buku-buku dan browsing bacaan yang berhubungan dengan Agama Islam, Al-Quran dan Al Hadits. Kemudian wawancara kepada tokoh yang lebih paham tentang politik islam.

2|KELOMPOK 3 (ISLAM DAN P OLITIK)

BAB II PEMBAHASAN

2.1 PENGERTIAN POLITIK Politik adalah proses pembentukan dan pembagian kekuasaan dalam masyarakat yang antara lain berwujud proses pembuatan keputusan, khususnya dalam negara. Pengertian ini merupakan upaya penggabungan antara berbagai definisi yang berbeda mengenai hakikat politik yang dikenal dalam ilmu politik. Politik adalah seni dan ilmu untuk meraih kekuasaan secara konstitusional maupun nonkonstitusional. Komponen-komponen yang diperlukan dalam politik yaitu : a. Masyarakat b. Kekuasaan c. Negara

Fungsi Politik adalah Perumusan kepentingan Pemaduan kepentingan Pembuatan kebijakan umum Penerapan kebijakan Pengawasan pelaksanaan kebijakan

2.2 PENGERTIAN POLITIK ISLAM Politik dan agama adalah sesuatu yang terpisah. Dan, sesungguhnya pembentukan pemerintahan dan kenegaraan adalah atas dasar manfaatmanfaat amaliah, bukan atas dasar sesuatu yang lain. Jadi, pembentukan negara modern didasarkan pada kepentingankepentingan praktis, bukan atas dasar agama. Pemerintahan yang berlaku pada masa Rasulullah dan khalifah bukanlah diturunkan Allah dari langit. Wahyu Allah hanya mengarahkan Rasul dan kaum muslimin untuk menjamin kemaslahatan umum, tanpa merenggut kebebasan mereka untuk memikirkan usaha-usaha menegakkan kebenaran, kebajikan, dan keadilan. Alquran sendiri tidak mengatur urusan politik secara khusus, tetapi hanya memerintahkan untuk menegakkan keadilan, kebajikan, membantu kaum lemah, dan melarang perbuatan yang tidak senonoh, tercela, serta durhaka. Alquran hanya meletakkan
3|KELOMPOK 3 (ISLAM DAN P OLITIK)

garis besar pada kaum muslimin, kemudian memberikan kebebasan untuk memikirkan halhal yang diinginkan dengan ketentuan tidak sampai melanggar batas-batas yang telah ditetapkan.

2.3

PEMILU DALAM SISTEM PEMERINTAHAN ISLAM Dalam sistem pemerintahan Islam, pemilu merupakan media untuk memilih anggota

majelis ummat, serta salah satu cara (uslub) untuk memilih seseorang yang akan dicalonkan sebagai kepala negara (khalifah). Pada dasarnya, fakta majelis umat dalam pemerintahan Islam berbeda dengan fakta parlemen yang ada di dalam sistem pemerintahan demokratik. Keanggotaan, mekanisme pengambilan pendapat, dan wewenang majelis umat berbeda dengan kenggotaan mekanisme pengambilan pendapat dan wewenang yang ada dalam parlemen demokratik. Keanggotaan. Dari sisi keanggotaan, majelis umat terdiri dari muslim dan nonmuslim, baik laki-laki maupun wanita. Akan tetapi, nonmuslim tidak diperkenankan memberikan aspirasi dalam hal pemerintahan maupun hukum. Mereka hanya berhak menyampaikan koreksi atau aspirasi-aspirasi yang berhubungan dengan penyelenggaraan dan penerapan hukum negara. Sedangkan dalam sistem demokrasi, muslim maupun nonmuslim diberi hak sepenuhnya untuk menyampaikan aspirasi dalam hal apapun secara muflak. Mekanisme pengambilan pendapat. Dari sisi mekanisme pengambilan pendapat, majelis umat terikat dengan ketentuan-ketentuan berikut ini: 1. Tidak ada musyawarah dalam perkara-perkara yang berhubungan dengan hukum syara dan pendapat-pendapat syariyyah. Sebab, perkara-perkara semacam ini telah ditetapkan berdasarkan nash-nash al-Quran dan sunnah. Kaum muslim hanya diwajibkan untuk berijtihad menggali hukum-hukum syara dari keduanya. Pengambilan pendapat dalam masalah hukum, harus ditempuh dengan jalan ijtihad oleh seorang mujtahid yang memiliki kemampuan, bukan disidangkan kemudian ditetapkan berdasarkan suara mayoritas. 2. Perkara-perkara yang berhubungan dengan definisi dari suatu perkara, baik definisi yang bersifat syariiyyah maupun non syariiyyah; misalnya, definisi tentang hukum syara, masyarakat, akal, dan lain sebagainya; harus dikembalikan kepada definisi yang paling sesuai dengan fakta yang hendak didefinisikan. Tidak ada pengambilan pendapat dalam masalah ini. Pada perkara-perkara semacam ini prinsip suara mayoritas tidak berlaku bahkan tidak boleh diberlakukan.
4|KELOMPOK 3 (ISLAM DAN P OLITIK)

3. Perkara-perkara

yang

membutuhkan

keahlian

dan

pengetahuan,

maka

pengambilan keputusan dalam masalah ini harus dirujukkan kepada orang yang memang ahli dalam masalah ini. Rasulullah SAW. menganulir pendapat beliau, dan mengikuti pendapat Khubaib bin Mundzir. Sebab, Rasulullah SAW. memahami, bahwa Khubaib adalah orang yang lebih ahli dalam menetapkan posisi yang harus ditempati kaum muslim untuk bertahan. Dalam perkaraperkara semacam ini, pengambilan keputusan dikembalikan kepada orang yang ahli. 4. Setiap hal yang termasuk dalam kategori masyurah (perkara-perkara yang bisa dimusyawarahkan; misalnya masalah teknis dan perkara yang tidak

membutuhkan penelitian dan kajian) yang berhubungan dengan urusan dalam negeri harus diambil berdasarkan pendapat majelis umat, misalnya, urusan ketatanegaraan, pendidikan, kesehatan, ekonomi, dan lain-lain. 5. Hukum-hukum yang akan diberlakukan khalifah dalam perundang-undangan disampaikan kepada majelis umat. Kaum muslim yang menjadi anggota majelis umat berhak mendiskusikan dan mengeluarkan pendapat, tetapi pendapatnya tidak mengikat. 6. Kaum muslim yang menjadi anggota majelis umat berhak membatasi calon khalifah, dan pendapat mereka dalam hal ini bersifat mengikat, sehingga calon lain tidak dapat diterima.

2.4

HUKUM GOLPUT Golput disini berarti orang yang dengan sengaja tidak menggunakan hak suaranya dalam sebuah PEMILU karena ada alasan tertentu ataupun karena acuh dengan adanya pesta demokrasi tersebut. Lalu bagaimana perspektif hukum Islam dengan adanya para pelaku golput ini, Haram atau Halalkah? Dalam dimensi hukum Fiqh pada dasarnya Golput memiliki 5 hukum yang dikenakan kepadanya yaitu: 1. Haram Golput duhukumi haram ( terlarang ) apabila prilaku Golput diniatkan untuk mengacaukan PEMILU yang akan dilaksanakan. Para pelaku bertujuan untuk membuat kerusakan dan menggagalkan jalanya PEMILU melalui indikasi politik yang tidak dibenarkan dalam Syariat Islam dengan mencoba menghasut mempengaruhi dan memerintahkan orang lain untuk tidak menggunakan hak pilihnya. Prilaku Golput

5|KELOMPOK 3 (ISLAM DAN P OLITIK)

semacam ini dihukumi HARAM dan pelakunya berdosa atas apa yang telah dilakukanya. Sebagaimana Firman Allah SWT Mannatbaa nafsahu hawaahaa watamannaa alallohi alaamaaniya Artinya : Dan orang-orang yang lemah adalah orang yang mengikuti hawa nafsunya dan mengharap kepada allah anugerah

2. Makruh Apabila prilaku Golput ini didasarkan pada sikap acuh tak acuh dan perasaan tidak perduli dengan adanya pesta demokrasi. Golput seperti ini dihukumi MAKRUH yang apa bila dijauhi dan ditinggalkan oleh pelaku akan mendapatkan pahala dari Allah SWT. Firman Allah SWT Wajaalnaahum aimmatan yahduuna biamrinaa lammaa shobaruu Artinya : Dan jadikanlah diantara mereka itu pemimpin pemimpin yang memberi petunjuk dengan perintah kami ketika mereka bersabar.

3. Mubah Mubah berarti boleh-boleh saja yang apabila dilaksanakan atau ditinggalkan pelaku tidak mendapatkan pahala ataupun dosa. Golput dihukumi MUBAH apabila dilakukan karena keaawaman seseorang teradap fisi misi yang dimiliki Partai, Caleg, atau Calon Presiden yang akan dipilih, Ia melakukan Golput karena takut salah memilih, Nabi Muhammad SAW telah bersabda : Damaa yariibuka ilaa aayuriibuka Artinya : Tinggalkan sesuatu yang meragukanmu, kepada sesuatu yang tidak meragukanmu.

4. Sunah Hukum SUNAH berlaku apabila semua Partai dan Calon pemimpin yang akan dipilih dicurigai memiliki tujuan menyebarkan kezaliman dan membuat kerusakan dimuka bumi serta mendukung kemaksiatan merajalela, membuka pabrik-pabrik narkotika dan minuman keras, melegalkan perjudian, membiarkan prostitusi dengan dalih menambah penghasilan negara. Firman Allah menyatakan, Wattaquu fitnatan laatusibannalladziina dzolamuu mingkum khooshotan Artinya: Dan peliharalah dirimu dari siksa yang tidak khusus menimpa orang-orang zalim .

5. Wajib Golput juga bisa dihukumi WAJIB jika semua Partai, Caleg atau Calon Presidenya telah nyata-nyata mempunyai fisi dan misi mengembangkan kezaliman dan membawa kehancuran Negara serta membuat kerusakan dimuka bumi misalnya, berencana
6|KELOMPOK 3 (ISLAM DAN P OLITIK)

menciptakan peperangan tanpa alasan yang jelas, mengembangkan senjata yang berbahaya bagi umat manusia, mengganti idiologi pancasila dengan komunisme, bertujuan memberantas agama, mengadakan pembunuhan masal pada suatu etnis dan lain sebagainya. Seperti sabda Nabi SAW Man mingkummungkaron fal yughoyyir biyadihi Artunya : Barang siapa melihat kemungkaran maka hendaklah ia dengan kekuasaanya dalam hal ini rakyatlah yang menentukan kekuasaanya.

2.5 KRITERIA PEMIMPIN DALAM ISLAM Setiap manusia yang terlahir dibumi dari yang pertama hingga yang terakhir adalah seorang pemimpin, setidaknya ia adalah seorang pemimpin bagi dirinya sendiri. Bagus tidaknya seorang pemimpin pasti berimbas kepada apa yang dipimpin olehnya. Karena itu menjadi pemimpin adalah amanah yang harus dilaksanakan dan dijalankan dengan baik oleh pemimpin tersebut,karena kelak Allah akan meminta pertanggung jawaban atas kepemimpinannya itu. 4 sifat yang harus dimiliki oleh seorang pemimpin, yaitu: 1. Shiddiq, berarti selalu berkata dan bersikap jujur serta benar. 2. Tabligh, artinya menyampaikan apa yang seharusnya disampaikan. 3. Amanah, pemimpin harus bisa dipercaya. 4. Fathanah, pemimpin harus pandai dan cerdas. Dalam Alquran, Allah SWT memerintahkan umat Islam untuk memilih pemimpin yang baik dan beriman. Adapun firman-firmannya antara lain : Kabarkanlah kepada orang-orang munafik bahwa mereka akan mendapat siksaan yang pedih, (yaitu) orang orang yang mengambil orang-orang kafir menjadi teman-teman penolong dengan meninggalkan orang-orang mukmin. Apakah mereka mencari kekuatan di sisi orang kafir itu? Maka sesungguhnya semua kekuatan kepunyaan Allah. (An Nisaa 4:138-139) "Hai orang-orang y ang beriman, janganlah kamu mengambil orang-orang Y ahudi dan Nasrani menjadi pemimpin-pemimpin (mu): sebahagian mereka adalah pemimpin bagi sebahagian y ang lain. Barang siapa diantara kamu mengambil mereka sebagai pemimpin, maka sesungguhny a orang itu termasuk golongan mereka. Sesungguhny a Allah tidak memberi petunjuk kepada oarng-orang y ang zalim " (QS. Al-Maidah: 51 ) Qs at-taubah ayat 23 :

7|KELOMPOK 3 (ISLAM DAN P OLITIK)

Artinya : "Hai orang-orang yng beriman! Janganlah kamu jadikan bapak-bapak dan saudara-saudaramu menjadi pemimpin-pemimpinmu, jika mereka lebih mengutamakan kekafiran atas keimanan. Dan siapa di antara kamu menjadikan mereka menjadi pemimpin, maka mereka itulah orang-orang y ang zalim" (At Taubah:23) "Hai orang-orang y ang beriman! Janganlah kamu mengambil orang-orang kafir menjadi wali (teman atau pelindung) selain orang iman, ....." (An Nisaa:144) "Janganlah orang-orang mukmin mengambil orang-orang kafir jadi pemimpin, bukan orang mukmin. Barang siapa berbuat demikian, bukanlah dia dari (agama) Allah sedikitpun..." (Ali Imran:28) Dalam Islam sudah ada aturan-aturan yang berkaitan tentang pemimpin yang baik diantaranya : 1. Beriman dan Beramal Shaleh Ini sudah pasti tentunya. Kita harus memilih pemimpin orang yang beriman, bertaqwa, selalu menjalankan perintah Allah dan rasulnya. Karena ini merupakan jalan kebenaran yang membawa kepada kehidupan yang damai, tentram, dan bahagia dunia maupun akherat. Disamping itu juga harus yang mengamalkan keimanannya itu yaitu dalam bentuk amal soleh. 2. Niat yang Lurus Sesungguhnya setiap amal perbuatan tergantung pada niatnya. Dan sesungguhnya setiap orang (akan dibalas) sesuai dengan niatnya. Barangsiapa yang hijrahnya karena Allah dan Rasul-Nya, maka hijrahnya kepada Allah dan Rasul-Nya. Dan barangsiapa yang hijrahnya karena urusan dunia yang ingin digapainya atau karena seorang wanita yang ingin dinikahinya, maka hijrahnya sesuai dengan apa yang diniatkannya tersebut Karena itu hendaklah menjadi seorang pemimpin hanya karena mencari keridhoan ALLAH saja dan sesungguhnya kepemimpinan atau jabatan adalah tanggung jawab dan beban, bukan kesempatan dan kemuliaan. 3. Laki-Laki Dalam Al-qur'an surat An nisaa' (4) :34 telah diterangkan bahwa laki laki adalah pemimpin dari kaum wanita. Kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita, oleh karena Allah telah melebihkan sebagian mereka (laki-laki) atas sebagian yang lain (perempuan), dan karena mereka (laki-laki) telah menafkahkan sebagian dari harta mereka. Sebab itu maka wanita yang saleh ialah yang taat kepada Allah lagi memelihara diri (maksudnya tidak
8|KELOMPOK 3 (ISLAM DAN P OLITIK)

berlaku serong ataupun curang serta memelihara rahasia dan harta suaminya) ketika suaminya tidak ada, oleh karena Allah telah memelihara Tidak akan beruntung suatu kaum yang menyerahkan urusan (kepemimpinan) mereka kepada seorang wanita.(Hadits Riwayat Al-Bukhari dari Hadits Abdur Rahman bin Abi Bakrah dari ayahnya). 4. Tidak meminta jabatan Rasullullah bersabda kepada Abdurrahman bin Samurah Radhiyallahuanhu, Wahai Abdul Rahman bin samurah! Janganlah kamu meminta untuk menjadi pemimpin. Sesungguhnya jika kepemimpinan diberikan kepada kamu karena permintaan, maka kamu akan memikul tanggung jawab sendirian, dan jika kepemimpinan itu diberikan kepada kamu bukan karena permintaan, maka kamu akan dibantu untuk menanggungnya. (Riwayat Bukhari dan Muslim) 5. Berpegang pada Hukum Allah Ini salah satu kewajiban utama seorang pemimpin. Allah berfirman, Dan hendaklah kamu memutuskan perkara diantara mereka menurut apa yang diturunkan Allah, dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu mereka. (al-Maaidah:49). 6. Memutuskan Perkara Dengan Adil Rasulullah bersabda, Tidaklah seorang pemimpin mempunyai perkara kecuali ia akan datang dengannya pada hari kiamat dengan kondisi terikat, entah ia akan diselamatkan oleh keadilan, atau akan dijerusmuskan oleh kezhalimannya. (Riwayat Baihaqi dari Abu Hurairah dalam kitab AlKabir). 7. Menasehati rakyat Rasulullah bersabda, Tidaklah seorang pemimpin yang memegang urusan kaum Muslimin lalu ia tidak bersungguh-sungguh dan tidak menasehati mereka, kecuali pemimpin itu tidak akan masuk surga bersama mereka (rakyatnya). 8. Tidak Menerima Hadiah Seorang rakyat yang memberikan hadiah kepada seorang pemimpin pasti mempunyai maksud tersembunyi, entah ingin mendekati atau mengambil hati.Oleh karena itu, hendaklah seorang pemimpin menolak pemberian hadiah dari rakyatnya. Rasulullah bersabda, Pemberian hadiah kepada pemimpin adalah pengkhianatan. (Riwayat Thabrani). 9. Tegas ini merupakan sikap seorang pemimpin yang selalu di idam-idamkan oleh rakyatnya. Tegas
9|KELOMPOK 3 (ISLAM DAN P OLITIK)

bukan berarti otoriter, tapi tegas maksudnya adalah yang benar katakan benar dan yang salah katakan salah serta melaksanakan aturan hukum yang sesuai dengan Allah, SWT dan rasulnya. 10. Lemah Lembut Doa Rasullullah : "Ya Allah, barangsiapa mengurus satu perkara umatku lalu ia mempersulitnya, maka persulitlah ia, dan barang siapa yang mengurus satu perkara umatku lalu ia berlemah lembut kepada mereka, maka berlemah lembutlah kepadanya" Selain poin- poin yang ada di atas seorang pemimpin dapat dikatakan baik bila ia memiliki STAF. STAF disini bukanlah staf dari pemimpin, melainkan sifat yang harus dimiliki oleh pemimpin tersebut. STAF yang dimaksud di sini adalah Sidiq(jujur), Tablig(menyampaikan), amanah(dapat dipercaya), fatonah(cerdas) Sidiq itu berarti jujur.

Selain menyampaikan seorang pemimpin juga tidak boleh menutup diri saat diperlukan rakyatnya karena Rasulullah bersabda, Tidaklah seorang pemimpin atau pemerintah yang menutup pintunya terhadap kebutuhan, hajat, dan kemiskinan kecuali Allah akan menutup pintu-pintu langit terhadap kebutuhan, hajat, dan kemiskinannya. (Riwayat Imam Ahmad dan At-Tirmidzi). Amanah berarti dapat dipercaya. Rasulullah bersabda, Jika seorang pemimpin menyebarkan keraguan dalam masyarakat, ia akan merusak mereka. (Riwayat Imam Ahmad, Abu Dawud, dan Al-hakim). Karena itu seorang pemimpin harus ahli sehingga dapat dipercaya.Fatonah ialah cerdas. Seorang pemimpin tidak hanya perlu jujur, dapat dipercaya, dan dapat menyampaikan tetapi juga cerdas. Karena jika seorang pemimpin tidak cerdas maka ia tidak dapat menyelesaikan masalah rakyatnya dan ia tidak dapat memajukan apa yang dipimpinnya.

2.6 SISTEM POLITIK ISLAM DI MASA RASULULLAH SAW a. Sejarah Politik Masa Nabi SAW. dan Khulafa al-Rsyidn Pemerintahan Islam sejak dari masa Nabi Muhammad SAW di Madinah pada 622 M hingga Khulafa al-Rsyidn yang berakhir pada sekitar 656 M merepresentasikan sebuah upaya penegakan kebajikan di muka bumi. Kepemimpinan Nabi Muhammad SAW adalah kepemimpinan moral yang sangat peduli pada perwujudan keadilan dan kesejahteraan masyarakat.
10 | K E L O M P O K 3 ( I S L A M D A N P O L I T I K )

Seperti dicatat dalam sejumlah riwayat, pemerintahan Nabi di Madinah adalah pemerintahan yang toleran. Dokumen tentang toleransi dapat dibaca dalam Piagam Madinah yang berintikan antara lain: penghormatan pada pemeluk agama yang berbeda, hidup bertetangga secara damai, kerja sama dalam keamanan, dan perlindungan bagi pihakpihak yang teraniaya. Isi Piagam Madinah tersebut dicatat sebagai dokumen politik pertama dalam sejarah yang mengadopsi prinsip-prinsip toleransi. Selain itu, Piagam Madinah dilihat dari kacamata teori politik, dianggap memiliki gagasan-gagasan HAM modern meskipun lahir di masa pra-modern. Pemerintahan Nabi di Madinah berhasil menyatukan sukusuku yang bertikai menjadi satu bangsa. Tidaklah mudah menyatukan suku-suku yang berkonflik ratusan tahun di sana. Tetapi dengan kekuatan integritas moral yang kuat seperti Nabi SAW., masalah konflik dapat diatasi. Maka gampanglah jalan bagi Nabi untuk melakukan pembangunan berdasarkan al-Quran sehingga terciptalah kesejahtraan rakyat. Menurut riwayat, tidak ada pemberontakan berarti selama Nabi memerintah di sana dari rakyatnya. Yang terjadi justru, ketaatan penuh rakyat pada kepemimpinan Nabi. Pernikpernik konflik terjadi hanya dengan negara-negara tetangga yang takut kehilangan pengaruh kekuasaannya. Jadi, selama Nabi Muhammad SAW menjadi pemimpin Negara Madinah, ia menjadi pemimpin yang adil dan menerapkan keagungan moral bagi rakyatnya. Itulah sebabnya Aisyah istri Nabi pernah mengatakan bahwa akhlaq Rasulullah adalah al-Quran. AlQuran dan Sunnahnya menjadi undang-undang negara yang mengikat kaum Muslimin di sana. Sekalipun begitu, umat-umat lain juga dilindungi. Dalam Q.s., al-Ambiy:107 disebutkan yang artinya, Tidaklah Kami utus engkau selain menjadi rahmat bagi seluruh alam. Konsep rahmatan lillamn adalah konsep 2 toleransi di dalam Islam yang hingga sekarang sering dikutip sebagai teologi toleransi yang amat penting dalam relasi Islam dan negara.

Perbandingan Politik Islam zaman Rasulullah dan zaman sekarang Politik zaman Rasulullah moral yang sangat dipedulikan pada perwujudan keadilan dan kesejahteraan masyarakat. Adanya Piagam Madinah yang berhasil menyatukan suku-suku yang bertikai menjadi satu bangsa. Politik zaman sekarang Para pemimpin kurang mampu menunjukkan sikap toleransi dan pengendalian diri,

11 | K E L O M P O K 3 ( I S L A M D A N P O L I T I K )

Para pemimpin sulit sekali untuk berkomunikasi antara satu sama lain secara kreatif dan akrab.

BAB III PENUTUP 3.1 KESIMPULAN Dengan demikian penyusun dapat menyimpulkan bahwa hubungan Islam dan Politik itu sangat berkaitan karena telah dijelaskan tentang aturan dan cara-cara dalam berpolitik yang sesuai tuntunan Al Quran dan Hadits. Oleh karena itu sistem politik Islam yang melihat dokumen-dokumen dari Al- Quran ini memuat prinsip-prinsip politik berupa keadilan, musyawarah, toleransi, hak-hak dan kewajiban, amar maruf dan nahi mungkar, kejujuran, dan penegakan hukum. Jadi dengan sistem dan peraturan-peraturan hukum yang sesuai dengan Al-Quran sudah pasti sistem politik Islam lebih baik dibandingkan dengan sistem Politik yang lain.

3.2 SARAN Dengan uraian di atas kita dapat menyadari bahwa apapun sistem politik yang di gunakan disetiap Negara akan percuma kalau tidak didasari dengan kesadaran Iman dan Taqwa kepada Allah oleh setiap pemimpin dan rakyatnya.

12 | K E L O M P O K 3 ( I S L A M D A N P O L I T I K )

DAFTAR PUSTAKA

http://dzikrullah-knight.blogspot.com/2011/12/golput-dalam-perspektif-hukum islam.html http://www.alquran-indonesia.com/web/quran/listings/details/9 wawancara ( kepada pihak MUI)

13 | K E L O M P O K 3 ( I S L A M D A N P O L I T I K )

Anda mungkin juga menyukai