SKRIPSI
Disusun Oleh :
Nama : Budi Raharjo
NIM : 3353403029
Jurusan : Ekonomi Pembangunan
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2009
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
Motto
The only thing that matters is just following your heart, and eventually
you’ll finally get it right. (Kristopher Lee Roe)
Carpe Diem (Horace)
PERSEMBAHAN
1. Ayah
2. Keluarga
3. Teman-teman Ekonomi Pembangunan
2003
ABSTRAK
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
nasional yang tidak saja mampu memberikan kontribusi keluaran yang besar
Kabupaten Semarang.
Dalam struktur PDRB dapat dilihat andil tiap sektor terhadap pertumbuhan
urutan teratas sejak tahun 2000 dengan nilai berkisar antara 43 sampai 46
persen.
1
Tabel 1.1
Pertumbuhan PDRB Atas Dasar Harga Konstan 2000
Kabupaten Semarang
2001 2002 2003 2004 2005 2006
No Sektor
(%) (%) (%) (%) (%) (%)
13,38 15,45 14,76 14,01 13,34 13,25
1 Pertanian
Pertambangan 0,12 0,11 0,11 0,11 0,12 0,12
2 dan
Penggalian
Industri 46,89 45,69 45,99 46,33 47,03 46,81
3
Pengolahan
Listrik, Gas 0,75 0,73 0,78 0,80 0,81 0,84
4
dan Air Bersih
3,50 3,57 3,53 3,63 3,79 3,77
5 Bangunan
Perdagangan, 22,52 21,79 22,01 21,85 21,78 21,87
6 Hotel dan
Restoran
Angkutan dan 1,78 1,87 1,87 1,96 2,08 2,11
7
Komunikasi
Keuangan, 3,00 2,96 2,95 3,19 3,15 3,22
Persewaan dan
8
Jasa
Perusahaan
8,06 7,90 7,94 8,11 7,91 8,01
9 Jasa-Jasa
Total PDRB 100% 100% 100% 100% 100% 100%
Sumber: BPS Jawa Tengah
adalah sektor pertanian dengan 13,25 % pada tahun 2006. Hal itu berarti
tenaga kerja yang bekerja pada sektor industri berjumlah 93.101 jiwa atau
Tabel 1.2
Perkembangan Jumlah Unit Usaha Industri di Kabupaten Semarang
Tahun 2003 sampai dengan 2007
Jenis data Satuan 2003 2004 2005 2006 2007
Industri Kecil
- Formal Unit 818 923 1.003 1.108 1.240
- Non Formal
a. Sentra Unit 7.450 7.549 7.648 7.850 7.975
b. Non Sentra IRT Unit 12.962 12.975 12.986 12.992 13.000
Industri Menengah
Unit 113 132 149 167 183
Besar
Sumber: Dinas Perindustrian, Perdagangan & PM Kab. Semarang
tahun 2004, 116 unit usaha menjadi 157 unit usaha tahun 2007 diharapkan
akan menjadi pemicu tumbuhnya sektor industri kecil sampai dengan tahun
2010.
Sesuai dengan kondisi yang ada pada sektor industri kecil di
industri kecil meubel memiliki potensi untuk lebih berkembang. Pada tahun
Tabel 1.3
Daftar Industri Kecil Meubel di Kecamatan Suruh Kabupaten
Semarang
Jumlah
Jumlah Nilai
Tenaga Produksi/Tahun
Desa/Kelurahan Unit Investasi
Kerja (unit)
Usaha (Rp)
(orang)
Medayu 6 18 60.000.000 1.080
Dadapayam 13 45 130.000.000 2.600
Reksosari 6 15 60.000.000 900
Ketanggi 5 15 50.000.000 900
Sumber: Dinas Perindustrian, Perdagangan & PM Kab. Semarang
potensi yang besar untuk menjadi salah satu industri unggulan di Kabupaten
Semarang.
pelaku industri kecil meubel di Kecamatan Suruh. Selain itu perlu dikaji
Semarang ?
C. Tujuan Penelitian
sebagai berikut :
Kabupaten Semarang.
1. Manfaat Teoritis
2. Manfaat Praktis
LANDASAN TEORI
daya yang ada dan membentuk suatu pola kemitraan antara pemerintah
daerah dengan sektor swasta untuk menciptakan suatu lapangan kerja baru
tenaga kerja yang ada untuk menghasilkan produk dan jasa yang lebih baik,
perusahaan-perusahaan.
8
pertumbuhan ekonomi sendiri erat kaitannya dengan strategi pembangunan
ekonomi.
pertumbuhan.
usaha daerah.
Sistem atau cara-cara ini disusun berdasarkan kekuatan dan kelemahan yang
masing sektor.
pengembangan.
patut dikembangkan.
5. Menentukan strategi untuk pengembangan sektor yang dapat menarik
C. Pengertian Industri
Industri adalah bagian dari proses produksi di mana bagian ini tidak
bahan/barang lain yang berbeda bentuk dan sifatnya dan mempunyai nilai
tambah.
dasar menjadi barang yang lebih bernilai daripada bahan dasarnya untuk
dijual.
memproduksi barang jadi dari bahan baku atau bahan mentah melalui proses
dengan harga satuan yang serendah mungkin tetapi dengan mutu setinggi
mungkin.
Menurut Undang-Undang No.5 Tahun 1984 tentang Perindustrian,
baku, barang setengah jadi dan/atau barang jadi menjadi barang dengan nilai
setengah jadi, dan/atau barang jadi menjadi barang dengan nilai lebih tinggi
untuk penggunaannya.
D. Industri Kecil
tidak terikat jam kerja dan tempat. Bahwa industri kecil adalah usaha
(Wibowo,1988:3).
menambah modal dan pada umumnya industri kecil didirikan tanpa izin
8. Pola kegiatan yang tidak teratur, baik dalam arti waktu dan pemasaran.
lain :
usaha.
2. Sebagian besar tenaga kerja yang bekerja di industri ini adalah pekerja
sophisticated.
dan karakter tentang industri kecil, antara lain memiliki modal kecil, usaha
(Kabul,1990:28)
E. Studi Kelayakan
Baik itu untuk proses produksi maupun investasi. Namun banyak usaha
kontinuitas bahan baku, dan sebagainya. Untuk itulah studi kelayakan suatu
disebut dengan studi kelayakan proyek adalah suatu penelitian tentang layak
investasi itu – dilaksanakan. Maksud layak (atau tidak layak) di sini adalah
dengan berhasil.
F. Strategi Pengembangan
1. Pengertian Strategi
2. Konsep Strategi
a. Distinctive Competence
dibandingkan pesaingnya.
b. Competitive Advantage
menjadi :
a. Strategi Manajemen
b. Strategi Investasi
c. Strategi Bisnis
G. Kerangka Berpikir
Gambar 2.1
Kerangka Pemikiran Penelitian
Net Present Value (NPV) dari suatu proyek merupakan nilai sekarang
(Present Value) dari selisih antara Benefit (manfaat) dengan Cost (biaya)
Jika present value benefit lebih besar dari present value biaya, berarti
dilaksanakan, apabila nilai BCR(i) lebih besar daripada satu. Jika nilai
:145).
IRR adalah tingkat diskon yang akan menyamakan nilai sekarang dari
arus kas bersih dengan biaya awal proyek. Jika nilai sekarang dari arus
kas bersih melebihi biaya awal proyek, kita menaikkan tingkat diskon
bersih dari proyek lebih rendah dari biaya awalnya, kita menurunkan
4. Analisis SWOT
dan ancaman (treaths). Hal ini disebut dengan analisis situasi. Model
yang paling popular untuk analisis situasi adalah analisis SWOT (Freddy
Rangkuti, 2006:18).
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Populasi Penelitian
penelitian ini adalah unit-unit usaha industri kecil meubel di Kecamatan Suruh
B. Variabel Penelitian
merupakan gejala yang menjadi obyek penelitian atau apa yang menjadi
perhatian dalam suatu penelitian. Adapun variabel dalam penelitian ini adalah:
latar belakang dari penelitian yang dilakukan dalam hal ini mencakup hal-
1. Metode Dokumentasi
jalan melihat kembali sumber tertulis yang lalu baik berupa angka atau
2006:155).
Tabel 3.1
Tabel Analisis Data Penelitan
No. Permasalahan Metode Analisis
Profil sektor industri kecil Dokumentasi,
1 Deskriptif
meubel wawancara
Analisis kelayakan finansial Wawancara, NPV, IRR, Net
2
industri kecil meubel Kuesioner B/C Ratio
Strategi pengembangan sektor Wawancara,
3 SWOT
industri kecil Kuesioner
Metode yang digunakan dalam menganalisis data pada penelitian ini
1. Analisis Deskriptif
Kabupaten Semarang.
Net Present Value (NPV) dari suatu proyek merupakan nilai sekarang
(biaya).
Jika present value benefit lebih besar dari present value biaya, berarti
t=n
NPV = ∑ ( NetBenefit)(DF )
t =0
Keterangan :
DF = Discount Factor
layak dilaksanakan, apabila nilai BCR(i) lebih besar daripada satu. Jika
nilai BCR(i) lebih kecil daripada satu, maka proyek industri akan
2002 :145).
IRR adalah tingkat diskon yang akan menyamakan nilai sekarang dari
arus kas bersih dengan biaya awal proyek. Jika nilai sekarang dari arus
kas bersih melebihi biaya awal proyek, kita menaikkan tingkat diskon
3. Analisis SWOT
ancaman (treaths). Hal ini disebut dengan analisis situasi. Model yang
Rangkuti, 2006:18).
pengumpulan data. Pada tahap ini data dapat dibedakan menjadi dua, yaitu
data eksternal dan data internal. Model yang digunakan dalam tahap ini
Internal.
(EFAS) :
ancaman).
2. Beri bobot masing-masing faktor dalam kolom 2, mulai dari 1,0
strategis.
+4, tetapi jika peluangnya kecil diberi rating +1). Pemberian nilai
pembobotannya dihitung.
Tahapnya adalah :
pembobotannya dihitung.
a. Strategi SO
dan internal yang baik ini tidak boleh dilepaskan begitu saja, tetapi
c. Strategi WO
berbagai peluang dan kekurangan yang ada. Peluang yang besar di sini
yang ada.
d. Strategi WT
yang ada. Strategi ini didasarkan pada kegiatan yang bersifat defensif
ancaman.
BAB IV
E. Hasil Penelitian
Semarang.
dari penelitian yang dilakukan dalam hal ini mencakup hal-hal yang
a. Lama Usaha
meubel ini sudah ada sejak belasan bahkan puluhan tahun yang lalu.
lama menjadi tenaga kerja pada usaha meubel milik orang lain.Usaha
ini semakin lama makin berkembang hingga menjadi salah satu mata
10 tahun. Usaha yang paling lama telah berdiri selama 10 tahun atau
sejak 1998, sedangkan usaha yang paling baru telah berdiri selama 5
tahun atau sejak 2003. Data tentang lama berdirinya usaha industri
ada di lampiran 1.
b. Modal Usaha
usaha ini menggunakan modal yang berasal dari mereka sendiri dan
usaha modalnya berasal dari pribadi dan pinjaman dan hanya 1 unit
lampiran 2.
c. Tenaga Kerja
1) Jenis Kelamin
. Adapun data yang diperoleh mengenai komposisi tenaga
Tabel 4.2
Distribusi Tenaga Kerja Industri Meubel Menurut Usia
Jumlah Persentase
No Usia
(orang) (%)
1 ≤ 20 tahun 2 1,9
2 21 – 30 tahun 38 36,5
3 31 – 40 tahun 43 41,3
4 > 40 tahun 21 20,2
Total 104 100
Sumber : Data primer diolah
3) Tingkat Pendidikan
kerja tetap dan tenaga kerja sambilan. Status tenaga kerja pada
tabel berikut :
Tabel 4.4
Status Tenaga Kerja Pada Industri Meubel
di Kecamatan Suruh Kabupaten Semarang
Jumlah Persentase
No Tingkat pendidikan
(orang) (%)
1 Tenaga kerja tetap 82 78,8
2 Tenaga kerja sambilan 22 21,2
Jumlah 104 100
Sumber : Data primer diolah
orang atau 68.6 % tenaga kerja berstatus tenaga kerja tetap pada
tenaga tambahan. Pada saat itu, tenaga kerja yang bekerja di bidang
jam kerja. Hal ini disebabkan proses pembuatan meubel yang tidak
d. Produksi
ada dua jenis, yaitu produksi massal dan pesanan. Produksi massal
konsumen.
dihasilkan cukup beragam antara lain meja, kursi, kusen jendela, pintu
dan lemari.
baku merupakan faktor yang sangat penting bagi proses produksi suatu
kebanyakan adalah kayu jati, kayu mahoni dan kayu akasia. Bahan
Suruh.
Tabel 4.5
Daerah Pemasaran Produk Industri Meubel
Kecamatan Suruh Kabupaten Semarang
Jumlah Persentase
No Daerah Pemasaran Produk
Industri (%)
1 Luar Negeri 0
2 Luar Jawa Tengah 6 20,0
3 Luar daerah Kabupaten Semarang 16 53,3
4 Di daerah Kabupaten Semarang 8 26,7
Total 30 100
Sumber : Data primer diolah
Berdasarkan tabel di atas dapat kita lihat bahwa produk
yang diselenggarakan.
dapat dikatakan baik. Hanya saja dalam harga jual meubel Suruh kalah
Tabel 4.6
Rata-Rata Pendapatan dan Biaya Industri Kecil Meubel
Tahun 2004 Tahun 2005 Tahun 2006 Tahun 2007
No Keterangan
(Rp) (Rp) (Rp) (Rp)
1. Pendapatan 429.246.685 447.131.963 465.762.462 485.169.231
2. Biaya 272.452.558 286.571.923 301.426.923 317.053.846
Biaya Variabel
- Upah tenaga 52.471.350 55.233.000 58.140.000 61.200.000
kerja
- Bahan baku 196.431.208 206.769.692 217.652.308 229.107.692
- Transportasi 20.138.462 21.157.692 22.223.007 23.334.615
- Lain-lain
Biaya Tetap
- Biaya 3.007.692 3.007.692 3.007.692 3.007.692
penyusutan
- Perawatan 403.846 403.846 403.846 403.846
peralatan
- lain-lain
3. Profit (1-2) 156.794.127 160.560.040 164.335.538 168.115.385
Sumber : Data primer diolah
Rata-rata pendapatan pengusaha meubel di Kecamatan Suruh
menguntungkan.
sebagai berikut:
a. Perhitungan Net Present Value
Value) dari selisih antara benefit (manfaat) dengan cost (biaya) pada
diusahakan.
Tabel 4.7
Perhitungan Net Present Value
Tahun Benefit Cost Net Benefit DF NPV
(Rp) (Rp) (2 - 3) 12% (4 x 5)
(Rp) (Rp)
1 2 3 4 5 6
2004 394.324.587 255.217.399 139.107.188 0,893 124.222.719,23
2005 414.040.816 267.813.519 146.227.298 0,797 116.543.156,35
2006 434.742.857 281.039.444 153.703.413 0,712 109.436.829,84
2007 456.480.000 294.926.667 161.553.333 0,636 102.747.920,00
Jumlah 1.699.588.260 1.098.997.028 600.591.232 452.950.625,43
Sumber : Data penelitian diolah
nilai NPV lebih besar daripada nol, maka industri kecil meubel
dilakukan.
b. Perhitungan Benefit-Cost Ratio
layak dilaksanakan, apabila nilai BCR lebih besar daripada satu. Jika
nilai BCR lebih kecil daripada satu, maka proyek industri akan
2002 :145).
Tabel 4.8
Perhitungan Benefit-Cost Ratio
DF PV (B) PV (C)
Benefit Cost
Tahun 12% (2 x 4) (3 x 4)
(Rp) (Rp)
(Rp) (Rp) (Rp)
1 2 3 4 5 6
2004 394.324.587 255.217.399 0,893 352.131.856,17 227.909.136,94
2005 414.040.816 267.813.519 0,797 329.990.530,61 213.447.374,26
2006 434.742.857 281.039.444 0,712 309.536.914,29 200.100.084,44
2007 456.480.000 294.926.667 0,636 290.321.280,00 187.573.360,00
Jumlah 1.699.588.260 1.098.997.028 1.281.980.581,07 829.029.955,64
= 1.281.980.581,07/ 829.029.955,64
= 1,55
adalah 1,55. Nilai BCR tersebut berarti bahwa nilai manfaat yang
diperoleh dalam usaha ini adalah sebesar 1,55 kali lipat dari nilai biaya
yang dikeluarkan pada tingkat bunga sebesar 12%. Karena nilai BCR
sekarang dari arus kas bersih dengan biaya awal proyek. Jika nilai
sekarang dari arus kas bersih melebihi biaya awal proyek, kita
nilai sekarang arus kas bersih dari proyek lebih rendah dari biaya
2005 : 277).
Tabel 4.9
Perhitungan Internal Rate Of Return
DF NPV1 DF NPV2
Arus Kas
Tahun 18% (2 x 3) 20% (2 x 5)
(Rp)
(Rp) (Rp) (Rp) (Rp)
1 2 3 4 5 6
2004 139.107.188 0,847 117.823.788,57 0,833 115.876.287,93
2005 146.227.298 0,718 104.991.199,83 0,694 101.481.744,68
2006 153.703.413 0,609 93.605.378,33 0,579 88.994.275,95
2007 161.553.333 0,516 83.361.520,00 0,482 77.868.706,67
Jumlah 600.591.232 399.781.886,72 384.221.015,23
i2 = tingkat bunga ke – 2
(0,20 – 0,18)
= 0,18+ (0,35)(0,02)
= 0,18 + 0,007
= 18,7 %
sebesar 18,7 %. Karena nilai ini lebih besar daripada tingkat bunga
3. Analisis SWOT
eksternal. Lingkungan internal adalah keadaan dari unit usaha itu sendiri
Untuk itu diperlukan analisis SWOT yang terdiri dari Strenght (Kekuatan),
Tabel 4.10
Faktor Strategi Internal
Bobot
Faktor Strategi Internal Bobot Rating x
Rating
1. Kekuatan
a. Bahan baku yang mudah didapat 0,10 3 0,30
b. Potensi SDM 0,10 4 0,40
c. Kualitas yang terjaga 0,08 3 0,24
d. Produktivitas yang cukup tinggi 0,20 4 0,80
e. Ciri khas produk dan segmentasi pasar 0,05 2 0,10
2. Kelemahan
a. Keterbatasan modal 0,10 3 0,30
b. Kurangnya kreativitas dalam hal desain produk 0,05 3 0,15
c. Kurangnya kemampuan promosi dan distribusi 0,20 1 0,20
d. Keterbatasan ketrampilan dan teknologi 0,10 2 0,20
e. Kurangnya motivasi pelaku usaha 0,02 2 0,04
Total 1,00 2,73
Tabel 4.11
Faktor Strategi Eksternal
Bobot
Faktor Strategi Eksternal Bobot Rating x
Rating
1. Peluang
a. Dukungan dan perhatian pemerintah 0,20 4 0,80
b. Peluang pasar yang cukup tinggi 0,10 4 0,40
c. Pengembangan klaster industri pengolahan 0,02 3 0,06
kayu
d. Kondisi sosial yang cukup kondusif 0,03 2 0,06
e. Meningkatnya pesanan jenis produk tertentu 0,08 3 0,24
2. Ancaman
a. Meningkatnya isu lingkungan 0,02 3 0,06
b. Meningkatnya persaingan regional dan 0,20 2 0,40
nasional
c. Pasar yang semakin selektif 0,15 2 0,30
d. Kontinuitas bahan baku 0,10 3 0,30
e. Perekonomian yang tidak stabil 0,10 2 0,20
Total 1,00 2,82
regional dan nasional dengan skor 0,40. Hal ini menunjukkan bahwa
jika tidak dapat bersaing dengan industri meubel lain, industri meubel
produk agar dapat bersaing dengan industri meubel dari daerah lain.
Skor total faktor strategi eksternal sebesar 2,82 lebih besar dari skor
nilai total skor faktor internal = 2,73 dan faktor eksternal = 2,82
stabilitas.
Tabel 4.12
Matrik Internal – Eksternal
Kuat Rata – Rata Lemah
(3 – 4) (2 – 3) (1 – 2)
GROWTH GROWTH
Kuat Konsentrasi Konsentrasi RETRENCHMENT
(3 – 4) melalui integrasi melalui integrasi Strategi turn-around
vertical horizontal
GROWTH
Konsentrasi
Rata – RETRENCHMENT
melalui integrasi
Rata STABILITY Strategi divestasi
horizontal atau
(2 – 3)
STABILITY
profit strategi
GROWTH GROWTH
Lemah
Diversifikasi Diversifikasi LIKUIDASI
(1 – 2)
konsentrik konglomerat
Tabel 4.13
Penentuan Strategi
Faktor Internal Kekuatan Kelemahan
a. Bahan baku yang a. Keterbatasan modal
mudah didapat b. Kurangnya
b. Potensi SDM kreativitas dalam hal
c. Kualitas yang desain produk
terjaga c. Kurangnya
d. Produktivitas yang kemampuan promosi
cukup tinggi dan distribusi
e. Ciri khas produk d. Keterbatasan
dan segmentasi ketrampilan dan
pasar teknologi
e. Kurangnya motivasi
Faktor Eksternal pelaku usaha
Peluang Strategi SO Strategi WO
a. Dukungan dan a. Meningkatkan a. Perhatian
perhatian pemerintah kualitas produk pemerintah dalam
b. Peluang pasar yang agar mampu bentuk pemberian
cukup tinggi menjaring lebih bantuan modal dan
c. Pengembangan banyak konsumen peralatan
klaster industri b. Memperkuat b. Meningkatkan
pengolahan kayu kerjasama baik promosi agar
d. Kondisi sosial yang antar industri mampu menjangkau
cukup kondusif maupun antara pasar yang lebih luas
e. Meningkatnya industri dengan
pesanan untuk jenis pemerintah
produk tertentu
Ancaman Strategi ST Strategi WT
a. Meningkatnya isu a. Meningkatkan a. Menciptakan desain
lingkungan kualitas produk baru agar calon
b. Meningkatnya agar mampu pembeli memiliki
persaingan regional bersaing dengan lebih banyak pilihan
dan nasional industri meubel b. Meningkatkan
c. Pasar yang semakin dari daerah lain motivasi pelaku
selektif b. Menjaga usaha untuk dapat
d. Kontinuitas bahan kontinuitas bahan mengembangkan
baku baku dengan usahanya
e. Perekonomian yang budidaya pohon
tidak stabil yang kayunya
menjadi bahan
baku pembuatan
meubel seperti jati
F. Pembahasan
jenis meubel dengan jumlah produksi 15 hingga 30 unit per bulan. Daerah
Banjarnegara dan Magelang, hingga luar Jawa Tengah yaitu DIY dan
Bali.
kurang baik dan ketatnya persaingan dengan industri meubel daerah lain
menguntungkan. Oleh karena itu, perlu ada sebuah kajian untuk meninjau
karena nilai NPV lebih besar daripada nol, maka industri kecil meubel
dilakukan.
tersebut berarti bahwa nilai manfaat yang diperoleh dalam usaha ini
adalah sebesar 1,55 kali lipat dari nilai biaya yang dikeluarkan pada
tingkat bunga sebesar 12%. Karena nilai BCR lebih besar daripada satu
layak dilakukan.
nilai ini lebih besar daripada tingkat bunga bank sebesar 12 % maka dapat
layak dilakukan.
3. Analisis SWOT
keuntungan dan mampu berkembang dengan baik. Oleh karena itu, perlu
dalam hal produktivitas yang tinggi dan potensi SDM yang cukup baik.
lain adalah adanya dukungan kuat dari pemerintah daerah dan peluang
produk masih kurang gencar sehingga peluang pasar yang ada tidak
konsumen.
mengembangkan usahanya.
BAB V
PENUTUP
A. Simpulan
wilayah Kabupaten Semarang hingga luar Jawa Tengah yaitu DIY dan
kurang baik dan ketatnya persaingan dengan industri meubel daerah lain.
(BCR) sebesar 1,55 dan nilai Internal Rate of Return (IRR) sebesar 18,7
konsumen.
luas.
mengembangkan usahanya.
B. Saran
Caranya melalui pelatihan bagi para tenaga kerja meubel, serta menambah
pihak.
Abdul Choliq, A. Rivai dan Sumarna Hasan. 1999. Evaluasi Proyek. Bandung :
Pionir Jaya
Gati Nurani, Indah. 2008. Kontribusi Industri Kecil Emping Mlinjo Terhadap
Pendapatan Tenaga Kerja di Desa Pungangan Kecamatan Limpung
Kabupaten Batang. Skripsi UNNES
Rangkuti, Freddy. 2006. Analisis SWOT Teknik Membedah Kasus Bisnis. Jakarta :
Gramedia
Suwarsono, dan Suad Husnan. 1994. Studi Kelayakan Proyek. Yogyakarta : UPP
AMP YKPN
Tambunan, Tulus. 1999. Perkembangan Industri Skala Kecil di Indonesia.
Jakarta : Salemba Empat