Anda di halaman 1dari 17

PROPOSAL PRAKTIKUM

BUDIDAYA TANAMAN SEMUSIM


BUDIDAYA TANAMAN SORGHUM (Sorghum bicolor (L) Moench)

DISUSUN OLEH:
RACHMA A.

PN/11764

KINANTI SHINTA D.

PN/11899

ROI YANUAR M. M.

PN/11906

GEMBONG GILANG H.

PN/11915

INDAH PURWIYATI

PN/11925

DEWI KURNIYAWATI

PN/11929

ISTI KONAH

PN/11934

AIDA KUSUMASTUTI

PN/11940

NOVIANY

PN/11963

MUH. HASAN I.

PN/12228

GOL / KEL :

C2/ 1

ASISTEN :

AGUS BUDI SETIAWAN, SP.

LABORATORIUM MANAJEMEN DAN PRODUKSI TANAMAN


JURUSAN BUDIDAYA PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2012

LEMBAR PENGESAHAN
PROPOSAL PRAKTIKUM BUDIDAYA TANAMAN SEMUSIM
TAHUN AKADEMIK 2012/2013
BUDIDAYA TANAMAN SEMUSIM SORGHUM (Sorghum bicolor (L) Moench) DI
KEBUN BANGUNTAPAN BANTUL
DISUSUN OLEH:
RACHMA A.

PN/11764

KINANTI SHINTA D.

PN/11899

ROI YANUAR M. M.

PN/11906

GEMBONG GILANG H.

PN/11915

INDAH PURWIYATI

PN/11925

DEWI KURNIYAWATI

PN/11929

ISTI KONAH

PN/11934

AIDA KUSUMASTUTI

PN/11940

NOVIANY

PN/11963

MUH. HASAN I.

PN/12228

disetujui untuk dilaksanakan


Asisten

Tanda tangan

Agus Budi Setiawan, SP.

I.

PENDAHULUAN

Tanggal

A. Latar Belakang
Tanaman sorgum telah lama dibudidayakan di Indonesia, namun dalam areal
yang masih terbatas. Pertanaman sorgum banyak dijumpai di daerah-daerah tertentu
yang memiliki curah hujan rendah. Pada umumnya tanaman ini ditumpangsari dengan
padi gogo, kedelai atau tanaman palawija lainnya. Sorgum dapat digunakan sebagai
pangan atau pakan dan umumnya memiliki produksi relatif rendah, produksi sorgum
perlu ditingkatkan untuk memenuhi kebutuhan pangan atau pakan tersebut. Sorgum
mempunyai daerah adaptasi yang sangat luas, toleransi terhadap kekeringan dan tahan
terhadap genangan air, serta mempunyai resiko gagal oleh hama penyakit relatif kecil.
Selain itu daun dan batang sorgum merupakan pakan hijauan yang baik karena
kandungan nutrisinya lebih baik dibandingkan dengan rumput gajah.
Produksi sorgum perlu ditingkatkan untuk memenuhi kebutuhan pangan atau pakan
tersebut. Keberhasilan dalam meningkatkan produksi sorgum dapat melalui kegiatan
intensifikasi peranan sarana produksi, antara lain pemupukan yang sesuai dengan
kebutuhan tanamannya. Unsur hara sangat diperlukan bagi tanaman untuk
meningkatkan pertumbuhan dan hasilnya. Sesuai dengan peranannya yang cukup
penting, penggunaan pupuk N, P dan K diharapkan dapat meningkatkan ketersediaan
unsur-unsur hara yang diperlukan tanaman sehingga dapat meningkatkan pertumbuhan
dan produksinya. Oleh karena itu, perlu dilakukan percobaan untuk mengetahui respon
dari pemberian berbagai dosis pupuk N, P dan K terhadap pertumbuhan dan
produktivitas tanaman sorgum. Sehingga diharapkan hasil percobaan ini dapat menjadi
acuan untuk memperluas teknis budidaya tanaman sorgum.
B. Tujuan
Praktikum.budidaya pertanian yang.kami lakukan bertujuan untuk :
1. Mengetahui karasteristik tanaman Sorghum
2. Mempelajari pengaruh perbedaan pemberian pupuk pada tanaman sorghu
3. Mempelajari praktik budidaya secara menyeluruh

II. TINJAUAN PUSTAKA

Sorghum (Sorghum bicolor (L) Moench), adalah tanaman tropikal yang


termasuk ke dalam keluarga Poaceae, merupakan salah satu tanaman yang penting di
Afrika, Asia, dan Amerika Latin. Lebih dari 35% sorghum dibudidayakan untuk
konsumsi manusia, sedangkan sisanya digunakan sebagai pakan ternak, bahan dasar
alcohol, dan produk industri. S. bicolor merupakan tanaman serelia penting ke lima
setelah gandum, padi, jagung dan barley. Sorghum memiliki ketinggian 0 6 meter,
akar yang dalam dan tersebar dengan batang yang keras. Daunnya panjang (0.3-1.4 m)
dan lebar (1-13 cm), dengan tepi daun yang datar atau berombak (Dicko et al., 2006).
Sorgum (Sorghum bicolour) merupakan salah satu sumber daya alam yang
penting untuk keperluan pangan, pakan , energi dan industri. Total luas tanaman
sorghum dari hari ke hari terus meningkat untuk keperluan pangan, pakan dan energi,
misal di USA telah mencapai 5,7 Juta Ha, India 15, 8 juta Ha, Australia 2,5 juta Ha,
China 8,7 juta Ha dan di Indonesia baru mencapai 8000 Ha yang tersebar diberbagai
daerah. Sorgum cocok dikembangkan di lahan kering karena kebutuhan airnya sangat
sedikit (House, 1985). Untuk menghasilkan 1 Kg bahan kering kebutuhan air untuk
sorgum, jagung , barley, gandum dan padi adalah sebagai berikut ( Supriyanto, 2010 ) :
1. Sorgum butuh 322 Kg Air
2. Jagung butuh 368 Kg Air
3. Barley butuh 434 Kg Air
4. Gandum butuh 514 Kg Air
5. Padi butuh lebih banyak lagi
Sorghum adalah tanaman yang toleran terhadap suhu tinggi dan kekeringan, bisa
menjadi tanaman alternatif selain jagung di area irigasi marginal dimana suplay air
irigasi sangat terbatas selama pertumbuhan. Sorghum masih memiliki kapasitas
produksi lapang waluapun berada pada keadaan yang terbatas. Hal ini terjadi karena
pada kondisi irigasi kurang memadai kerapatan tanaman akan rendah, maka tanaman
akan meningkatkan pembentukan bulir dalam setiap malai begitu pula beratnya
(Berenguer dan Faci, 2001).
Tanaman sorgum ( Shorgum bicolor ) merupakan tanaman yang potensial untuk
dikembangkan, terutama untuk lahan kering. Bijinya dimanfaatkan untuk bahan pangan
dan makanan ternak, daunnya untuk pakan ternak hasil tanaman sorgum manis yang
berupa batang sebagai bahan baku industri gula. Tanaman sorgum merupakan tanaman

yang mempunyai potensi untuk dikembangkan di Indonesia karena luas lahan yang luas.
Batang tanaman sorgum mengandung 10% gula sehingga dapat digunakan sebagai sirup
dan bijinya dapat dimasak sebagai makanan ( Sucipto, 2010 ).
Persiapan budidaya tanaman rumput hermada untuk keperluan konsumsi
meliputi kegiatan kegiatan pengolahan lahan, pembuatan bedengan, penyiapan benih
dan penanaman. Pengolahan lahan sebaiknya dilakukan pada saat tanah agak kering.
Tanah dicangkul sedalam 20-30 cm, diangin anginkan, dan digemburkan kembali
dengan menggunakan cangkul hingga benar benar gembur. Pada jenis tanah liat yang
padat, mungkin diperlukan 3-4 kali pengolahan tanah agar benar benar gembur.
Selanjutnya dilakukan pemupukan menggunakan pupuk kandang matang dengan dosis
500 kg/ha (Maheldaswara, 2003).
Sorgum biasanya ditanam melalui biji. Akan tetapi juga dapat diperbanyak
dengan stek batang, jika mau harus dengan memunculkan premordia akar pada buku.
Pupuk yang utama diperlukan tanaman sorgum adalah pupuk nitrogen dengan dosis
mencapai 90 kg Nitrogen atau sama dengan 2 kwintal urea per hektar. Penambahan
Pupuk PROS sebanyak 45 kg atau 1 kwintal TSP perhektar akan memberikan hash yang
lebih baik. Pemupukan dengan kalium dilakukan dengan dosis 30 kg K20 per/hektar.
Pupuk N diberikan dua kali yaitu 1/3 bagian pada waktu tanam bersama-sama dengan
seluruh pupuk. P dan K, dan 2/3 bagian sisanya diberikan pada umur 1 bulan setelah
tanam. Seluruh Pupuk diberikan dengan cara menyebarnya dalam larikan sedalam 1
cm. Untuk pemupukan pertama jaraknya 7 cm di kiri kanan barisan tanaman, sedangkan
pemupukan kedua jaraknya 15 cm ( Anonim, 1990 ).
Pemupukan pertama diberikan saat tanaman berumur 21 hari. Biasanya
ketinggiannya sekitar 20-30 cm. Menggunakan pupuk NPK 200 kg/ha dicampur dengan
UREA 100kg/ha. Pemupukan ke dua menggunakan UREA 100 kg/ha saat tanaman
berumur 45 hari, dan pemupukan ke tiga menggunakan UREA 100 kg/ha saat tanaman
berumur 65-75 hari. Pemberian pupuk yang benar adalah pupuk ditabur dibawah
sorgum berjarak 15 cm kemudian dilakukan penyaeran atau pembumbunan sehingga
tanah makin tinggi dan pupuk tertutup (Anonim, 2011).
Penanaman sorgum sebaiknya diatur jarak tanamnya sehingga populasinya
berkisar antara 100.000 150.000 tanaman perhektar. Jarak tanamn yang dianjurkan
adalah 75x25 cm atau 75x20 cm, masing masing dengan 2 tanaman perlubang. Hasil

percobaan di LP3 menunjukkan bahwa dengan peningkatan populasi diatas 150.000


tanaman per hektar, hasil masih cenderung meningkat, akan tetapi tidaklah begitu besar.
Kebutuhan benih per hektar adalah diantara 8 10 kg. Penyulaman yang mungkin perlu
dilakukan adalah dapat diperlukan dengan biji atau dengan pemindahan tanaman
( transplanting ) yang berumur sama dengan cara putaran. Untuk waktu tanam sorgum,
diatur sedemikian rupa sehingga pembuangaan terjadi pada saat musim hujan mulai
kurang dan masaknya biji jatuh pada musim kemarau. Karena hujan akan merusak
proses pembentukan biji sehingga menurunkan hasilnya. Hujan juga mengakibatkan biji
sorgum mudah terserang cendawan ( Ismail et al, 1977 ).
Di wilayah SADC, shorgum dan millet diserang oleh sejumlah serangga dan
penyakit. Secara umum, kerugian rendah dan beberapa petani menggunakan praktekpraktek khusus untuk perlindungan tanaman. Serangga penyebab kerugian potensial
menarik perhatian terbesar. Termasuk belalang lapis baja, yang dapat menghancurkan
pada populasi yang besar, dan serangga penyimpanan. Situasi ini dapat mengubah hasil
adopsi tinggi menghasilkan kultivar baru dan meningkatkan komersialisasi produksi.
Jelas bahwa perbaikan dalam produktivitas shorgum dan millet dalam sistem pertanian
yang ada, dan sistem intensif produksi, cenderung menimbulkan kerugian meningkat
karena serangan hama. Peningkatan teknologi perlindungan tanaman akan diperlukan,
termasuk ketahanan tanaman inang, kontrol budaya, dan penggunaan bahan kimia /
biocides dalam pengelolaan hama terpadu ( Leuschner et al., 1993 ).
Tanaman sorgum sudah dapat dipanen pada umur 3 4 bulan tergantung
varietas. Penentuan saat panen sorgumdapat dilakukan dengan berpedoman pada umur
setelah biji terbentuk atau dengan melihat ciri ciri visual biji. Pemanenan juga dapat
dilakukan setelah terlihat adanya ciri ciri seperti daun daun berwarna kuning dan
mengering, biji biji bernas serta berkadar tepung maksimal. Panen yang dilakukan
terlambat atau melampaui stadium buah tuadapat menurunkan kualitas biji. Biji biji
akan berkecambah bila kelembaban udara cukup tinggi. Pemanenan sebaiknya
dilakukan pada keadaan cuaca cerah/ terang. Pada saat pemanenan sebaiknya
pemotongan dilakukan pada pangkal malai buah sorgum dengan panjang sekitar 15 -25
cm ( Anonim, 2011 ).
III. METODE PELAKSANAAN PRAKTIKUM

Praktikum Budidaya Tanaman Semusim dilaksanakan mulai September 2012 sampai


Desember 2012 di Laboratorium Manajemen dan Produksi Tanaman Jurusan Budidaya
Pertanian Fakultas Pertanian UGM dan di Kebun Percobaan dan Pendidikan milik Fakultas
Pertanian UGM di Banguntapan Bantul dengan tipe tanah Regosol dan berketinggian 113 mdpl.
Bahan yang digunakan adalah benih sorghum (Sorghum bicolor L.), pupuk kandang, NPK
Phonska (15:15:15), pestisida, furadan serta kertas bekas untuk membuat pola daun. Sedangkan
alat yang dibutuhkan adalah alat bercocok tanam yakni cangkul, gathul atau koret, ember,
gembor, tugal, tali bersimpul untuk menentukan jarak tanam, alat tulis, penggaris, neraca
anilitik, dan oven.

Rancangan percobaan yang digunakan adalah rancangan acak kelompok lengkap


dengan kelompok sorghum I, kelompok sorghum II, dan kelompok sorghum III sebagai blok.
Perlakuan pupuk NPK yang dilakukan adalah dengan 4 perlakuan yakni A : tanpa pemupukan,
B: dengan pupuk 100 Kg/ha, C: dengan pupuk 200 Kg/ha, dan D: dengan pupuk 300 Kg/ha.
Lahan yang digunakan berukuran 11,7 m x 5,4 m dengan jarak antar tanaman 40 cm. Luas
Lahan yang digunakan berukuran 63,18 m2 Lahan tersebut dibagi menjadi 4 petak sesuai dengan
jumlah perlakuan. Dengan ukuran panjang tiap petakan yakni 2,8 m x 5,4 m. Pada tiap petak
perlakuan ditentukan tanaman sampel dan tanaman korban masing-masing sejumlah 3 tanaman.
Praktikum dilaksanakan dalam empat tahap yaitu pengolahan tanah, penanaman, perlakuan
pupuk, pemeliharaan, dan panen.
A. Pengolahan tanah
Pengolahan tanah untuk sorgum sama dengan jagung, yaitu dibajak satu atau dua kali,
digaru lalu diratakan. Tanah yang telah siap ditanami harus bersih dari gulma karma fase
pertumbuhan sorgum agak lambat kira-kira 3 - 4 minggu sehingga pada awal pertumbuhan
tersebut kurang mampu bersaing terhadap gulma. Jika diperlukan, membuat saluran-saluran
drainase.
B. Penanaman
Jarak tanam yang dilakukan adalah 75 X 25 Cm dengan masing-masing 2 tanaman
perlubang.
Kebutuhan benih dihitung menggunakan rumus:

B=

xnx

B = kebutuhan benih (gr)


L = luas areal (m2)
d1 = jarak tanaman dalam baris (m)
d2 = jarak tanaman antar baris (m)
S = bobot 100 butir benih (gr)
n = jumlah biji per lubang tanam
G = gaya berkecambah
C. Pemeliharaan
1. Pemupukan
Penentuan kebutuhan pupuk untuk praktikum kali ini digunakan rumus kebutuhan

pupuk =

dosis pupuk anjuran per hektar

Perlakuan pupuk NPK yang dilakukan adalah dengan 4 perlakuan yakni A : tanpa
pemupukan, B: dengan pupuk

pupuk

, C: dengan pupuk

, dan D: dengan

2. Penyiraman
Walaupun tanaman tahan terhadap kekeringan, namun pada fase awal pertumbuhan
membutuhkan air yang cukup. Penyiraman tanaman sorghum dapat dilakukan pada pagi
dan sore hari.
3. Penyiangan
Penyiangan pertama dilakukan pada saat tanaman sorgum berumur 10 - 15 hari setelah
tanam untuk menghindari gulma. Penyiangan kedua dilakukan bersama-sama
pembumbunan setelah pemupukan kedua. Pembubunan dimaksud untuk memperkokoh
batang. Penyiraman juga di lakukan untuk menjaga keadaan airnya.

4. Pengelolaan HPT
a. Helmithosporium turcicum Pass (Penyakit Blight)
Penyakit ini menyerang sorgum secara luas, terutama pada kondisi yang lembab.
Serangan penyakit ini menimbulkan bintik-bintik ungu kemerah-merahan atau
kecoklatan yang akhirnya menyatu. Penyakit blight daun dapat menyerang
pembibitan maupun tanaman dewasa. Kultivar yang resisten belum diketahui.
b. Penyakit Bercak Daun
Penyakit ini menyebabkan bercak pada daun dengan warna kemerah-merahan atau
keungu-unguan dan menyebabkan busuk merah pada batang dimana jaringan
bagian dalam buku berair dan berubah warnanya. Penyakit ini menyebar secara
luas. Bercak daun mengakibatkan daun mengering, karena itu butir menjadi hampa,
sementara busuk merah menyebabkan batang berair dan patah.
D. Panen
Pemanenan Sorghum dilakukan dengan tujuan konsumsi dan menghasilkan benih dapat
dilakukan saat umur tanaman sekitar 50-55 hari. Adapun ciri-cirinya daun tanaman mulai
menguning dan kulit biji sudah bewarna kecokelatan. Pemanenan harus di usahakan tepat
waktu. Biji Sorghum yang terlalu muda di panen akan mudah berkeriput sehingga mudah
terserang hama bubuk,memiliki kualitas pati yang sangat rendah dan tidak tahan lama jika
disimpan. Biji Sorghum yang terlalu tua juga tidak akan tahan lama.
Pengamatan dilakukan terhadap 3 tanaman sampel untuk setiap unit . Parameter
pengamatan pada praktikum ini adalah :
1. Tinggi tanaman, tinggi tanaman diukur dari pangkal batang sampai daun tertinggi pada
tanaman sampel. Pengukuran dilakukan setiap minggu.
2. Jumlah daun, daun yang dihitung adalah daun yang telah membuka penuh pada
tanaman sampel. Penghitungan dilkukan setiap minggu.
3. Luas daun, pengukuran luas daun dilakukan menggunakan metode gravimetri dengan
cara membandingkan antara luas dan berat total pola dengan luas dan berat total daun.
4. Bobot segar, diperoleh dari tanaman korban yang diambil setiap 3 minggu sekali,
dengan menimbang tanaman korban yang telah dibersihkan
5. Bobot kering tanaman, diperoleh dari tanaman korban yang telah ditimbang bobot
segarnya. Kemudian dipisahkan antara akar batang dan daun. Lalu di oven, dan
ditimbang.
6. Morfologi akar, batang, daun, bunga, serta buah atau biji tanaman. Diamati sebelum
tanaman korban dimasukkan ke dalam oven.

Luas daun dihitung menggunakan metode gravimetri yaitu kertas dibuat bujur sangkar 10
cm x 10 cm (L 2 = 100 cm2) dan ditimbang (M2) dan dijadikan acuan untuk mencari luas
daun. Daun diletakkan pada kertas, dijiplak, kemudian ditimbang sehingga diperoleh
bobotnya (M1). Luas daun (L1) dicari dengan rumus sebagai berikut:
L1 =
L1 = luas daun (cm2)
M1 = berat total pola daun (gr)
L2 = luas pola kertas (100 cm2)
M2 = berat pola (gr)
Berat segar didapat dengan cara menimbang berat tanaman korban. Untuk mendapatkan
berat kering, tanaman korban kemudian dioven pada suhu 75C selama 48 jam, dan
ditimbang bobot keringnya. Kadar air organ tersebut ditentukan dengan rumus:
Kadar air (%) =

x 100%

Hasil yang diperoleh dimasukkan ke persamaan :


Bobot kering (gr) =

x berat segar

Data yang didapat kemudian ditampilkan dalam bentuk grafik, histogram, dan kurva
sigmoid pertumbuhan tanaman.

DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2011. Aspek Budidaya Prospek, Kendala, dan Solusi Pengembangan Sorgum
di Indonesia. < http://edysof.wordpress.com >. Diakses tanggal 28 September
2012.
Anonim. 1990. Teknologi Budidaya Shorgum. Departemen Pertanian, Irian Jaya.
Anonim. 2011. Potensi produksi dan besarnya pangsa pasar sorgum di Jawa Barat. PT
Sarottama Dharma Kalpariksa, Bandung.
Berenguer, M.J, and Faci, J.M. 2001. Sorghum (Sorghum Bicolor L. Moench) yield
compensation processes under different plant densities and variable water
supply. European Journal of Agronomy 15 : 43-44.
Dicko, Mamoudou H., Gruppen, H., Traore, Alfred S., Voragen, Alphons G.J.,and van
Berkel, Willem J.H. Sorghum grain as human food in Africa : relevance of
content of starch and amylase activities. African Journal of Biotechnology 5 :
384-386.
Ismail, Inu dan Abdul Kodir. 1977. Cara Bercocok Tanam Shorgum. Lembaga Pusat
Penelitian Pertanian, Bogor.
Leuschner, K.L., Rohrbarch, DD., and Osmanzai , M. 1993. Shorgum and millet in
south Africa.International Crops Research Institute, India 1 : 39-54.
Maheldaswara, Daru. 2003. Budidaya Rumput Hermada di Lahan Kering dan Kritis.
Penerbit Kanisius, Yogyakarta.
Supriyanto. 2010. Pengembangan sorgum di lahan kering untuk memenuhi kebutuhan
pangan, pakan, energi dan industri. Biotrop, Bogor 1 : 45.
Sucipto, 2010. Efektifitas cara pemupukan terhadap pertumbuhan dan hasil beberapa
varietas sorgum manis ( Shorgum bicolor L. ). Jurnal Embryo, Universitas
Trunojoyo 2 : 66-67.

LAMPIRAN
A. Penentuan Kebutuhan Benih Sorgum dengan Bobot 100 butir

Keterangan
B

: Kebutuhan benih (gram)

: Luas areal (60,48 m2 )

d1

: Jarak tanam dalam baris (0,25m)

d2

: Jarak tanam antar baris (0,7m)

: bobot 100 butir benih (4,6 g)

: jumlah biji per lubang tanam (2 butir)

GB: gaya berkecambah (minimal 80 %)


B. Penentuan Kebutuhan Pupuk
Kebutuhan pupuk NPK yang

direkomendasikan adalah 200 kg/ha. Jika

dikonversikan ke lahan dengan luas 60,48 m2 maka pupuk NPK yang dibutuhkan
untuk tanaman sorgum adalah:

/60,48 m2

Luas lahan tanam tiap unit adalah sebesar 15,12 m2, sehingga satu unitnya
memerlukan anjuran pupuk NPK sebanyak

= 0,30 kg/ 15,12 m2


Jadi kebutuhan pupuk per unit perlakuan:

Untuk petak A (0%)

= 0,0 kg

Untuk petak B (50%)

= 0,15 kg

Untuk petak C (100%)

= 0,30 kg

Untuk petak D (150%)

= 0,45 kg

C. Penentuan Luas Daun dengan Metode Gravimetri


Luas Daun pada praktikum ini dihitung menggunakan metode gravimetri, dengan
cara:
-

Disediakan kertas buram

Dibuat pola bujur sangkar 10 cm x 10 cm (L 2= 100 cm2) kemudian pola bujur


sangkar ditimbang (M2). Pola kertas bujur sangkar dijadikan acuan, karena sudah
diketahui luas maupun bobotnya

Daun diletakkan pada kertas kemudian dibuat pola dengan menjiplak daun lalu
semua pola daun yang ada (M1gram) ditimbang. Sehingga diperoleh rumus:

Keterangan:
1. L1= LD : Luas daun (cm2)
2. M2

: berat total pola daun (gram)

3. L2

: Luas pola kertas 100 cm2

4. M2

: berat pola (gram)

D. Pemecahan Blok dan Pemilahan dalam Unit Tanaman Percobaan

Tiap lahan untuk masing masing kelompok (blok ) dibagi menjadi bagian bagian
yang lebih kecil (sesuai dengan jumlah perlakuan). Dalam praktikum ini terdapat 4
perlakuan, maka layout unit percobaan dalam setiap blok kurang lebih akan tampak
seperti ini:
1. Pemecahan Blok

Keterangan :

Untuk petak A (0%)

= 0,00 gram

Untuk petak B (50%)

= 150 gram

Untuk petak C (100%)

= 300 gram

Untuk petak D (150%)

= 450 gram

2. Pemilahan Tanaman Sorgum (Sorgum- bicolor(L) Moech) dalam Unit


Percobaan
Tanaman tepi
Petak ubinan
Areal contoh

Tanaman Sorgum (Sorgum - bicolor (L) Moech) pada tiap unit percobaan dibagi
menjadi tanaman tepi (border rows), areal contoh (sampling area) dan petak
ubinan (harvest area) seperti gambar diatas. Tanaman tepi adalah 2 baris tanaman
Sorgum terluar. Pada areal contoh, dipilih tanaman Sorgum sampel untuk
pengukuran tinggi tanaman dan jumlah daun secara acak, juga tanaman Sorgum
korban I, II, dan III. Prinsip pengambilan tanaman korban

Sorgum adalah

tanaman saat diambil masih dikelilingi oleh 8 tanaman disekelilingnya. Tanaman


Sorgum pada petak ubinan digunakan untuk menentukan produktivitas tanaman
dalam satuan bobot ekonomi tanaman per satuan luas lahan.
E. Lampiran Penentuan bobot kering tanaman dari bobot segarnya dengan data
kadar airnya.
-

Penentuan bobot kering tanaman dengan cara:


1. Bobot segar tanaman kkorban ditimbang dengan memisahkan bagian akar,
batang, dan daun.
2. Potongan sampel diambil dari setiap organ dan ditimbang bobot segarnya.
3. Dioven pada suhu 75oC selama 48 jam, kemudian ditimbang bobot keringnya.
4. Ditentukan kadar air organ tersebut (akar, batang, dan daun), dengan formula:

5. Data kadar air yang diperoleh digunakan untuk penentuan bobot kering dari
bobot segarnya. Formulanya adalah:

Apabila kadar air yang diinginkan adalah 0% (kering mutlak), persamaannya


adalah:

F. Lampiran Teknik Pengubinan Berdasarkan Jarak Tanam


Luas lahan 60,48 m2 dibagi menjadi 4 blok penanaman masing masing blok
luasnya 15,12 m2 dengan panjang 5,4 m dan lebar 2,8 m, jarak tanam antar baris 70
cm dan jarak tanam dalam baris 25 cm manghasilkan lay out seperti di bawah ini:

2,8 m

5,4 m

x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x

x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x

x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x

x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x

Keterangan:
x

: tanaman tepi

: tanaman korban

: tanaman sampel

: tanaman petak ubinan (hasil)

dengan jarak tanam antar baris 70 cm maka diperoleh sebanyak 4 baris pada
tanah sepanjang 2,8 m, dan dengan jarak tanam dalam baris 25 cm maka
diperoleh 12 tanaman dalam setiap baris. Sehingga diperoleh 48 tanaman dalam
setiap blok penanaman. Luas standar ubinan sekitar 10 % dari total populasi, dan
diperoleh jumlah tanaman ubinan sebanyak 5 tanaman pada setiap blok
penanaman. Luas petak ubinan adalah 10% dari luas masing masing blok. Jadi
luas petak ubinannya adalah: 10% dari 8,4 m = 0,84 m.

G. Pemodelan Matematika Kurve Sigmoid Tinggi Tanaman dengan Software


Curve Expert

Apabila dibuat grafik, antara tinggi tanaman vs umur tanaman, maka diperoleh grafik
berbentuk S yang kemudian disebut sebagai kurve sigmoid pertumbuhan tanaman.
Kurve sigmoid tersebut dapat dirumuskan ke dalam suatu model matematika y =
f(x):

Tanpa mengubah arti , persamaan sigmoid pertumbuhan tanaman tersebut dapat


dituliskan sebagai:

Dimana y = tinggi tanaman, x = umur tanaman, a dan b = koefisien dalam persamaan


dan e = bilangan natural (e = 2,718282).
Nilai nilai a, b, c dan k dijelaskan lebih lanjut sebagai berikut:
A adalah ekspektasi nilai maksimum yang tercapai (ekspektasi tinggi tanaman
maksimum), k adalah nilai ln parameter intersep b (b= nilai y jika x = nol), dan c
adalah penentu laju pertambahan Y terhadap X (parameter c menjadi penting karena
dapat terpengaruh oleh perlakuan, pemupukan, dll) (Overman dan Scholtz, 2002).

Anda mungkin juga menyukai