DISUSUN OLEH:
RACHMA A.
PN/11764
KINANTI SHINTA D.
PN/11899
ROI YANUAR M. M.
PN/11906
GEMBONG GILANG H.
PN/11915
INDAH PURWIYATI
PN/11925
DEWI KURNIYAWATI
PN/11929
ISTI KONAH
PN/11934
AIDA KUSUMASTUTI
PN/11940
NOVIANY
PN/11963
MUH. HASAN I.
PN/12228
GOL / KEL :
C2/ 1
ASISTEN :
LEMBAR PENGESAHAN
PROPOSAL PRAKTIKUM BUDIDAYA TANAMAN SEMUSIM
TAHUN AKADEMIK 2012/2013
BUDIDAYA TANAMAN SEMUSIM SORGHUM (Sorghum bicolor (L) Moench) DI
KEBUN BANGUNTAPAN BANTUL
DISUSUN OLEH:
RACHMA A.
PN/11764
KINANTI SHINTA D.
PN/11899
ROI YANUAR M. M.
PN/11906
GEMBONG GILANG H.
PN/11915
INDAH PURWIYATI
PN/11925
DEWI KURNIYAWATI
PN/11929
ISTI KONAH
PN/11934
AIDA KUSUMASTUTI
PN/11940
NOVIANY
PN/11963
MUH. HASAN I.
PN/12228
Tanda tangan
I.
PENDAHULUAN
Tanggal
A. Latar Belakang
Tanaman sorgum telah lama dibudidayakan di Indonesia, namun dalam areal
yang masih terbatas. Pertanaman sorgum banyak dijumpai di daerah-daerah tertentu
yang memiliki curah hujan rendah. Pada umumnya tanaman ini ditumpangsari dengan
padi gogo, kedelai atau tanaman palawija lainnya. Sorgum dapat digunakan sebagai
pangan atau pakan dan umumnya memiliki produksi relatif rendah, produksi sorgum
perlu ditingkatkan untuk memenuhi kebutuhan pangan atau pakan tersebut. Sorgum
mempunyai daerah adaptasi yang sangat luas, toleransi terhadap kekeringan dan tahan
terhadap genangan air, serta mempunyai resiko gagal oleh hama penyakit relatif kecil.
Selain itu daun dan batang sorgum merupakan pakan hijauan yang baik karena
kandungan nutrisinya lebih baik dibandingkan dengan rumput gajah.
Produksi sorgum perlu ditingkatkan untuk memenuhi kebutuhan pangan atau pakan
tersebut. Keberhasilan dalam meningkatkan produksi sorgum dapat melalui kegiatan
intensifikasi peranan sarana produksi, antara lain pemupukan yang sesuai dengan
kebutuhan tanamannya. Unsur hara sangat diperlukan bagi tanaman untuk
meningkatkan pertumbuhan dan hasilnya. Sesuai dengan peranannya yang cukup
penting, penggunaan pupuk N, P dan K diharapkan dapat meningkatkan ketersediaan
unsur-unsur hara yang diperlukan tanaman sehingga dapat meningkatkan pertumbuhan
dan produksinya. Oleh karena itu, perlu dilakukan percobaan untuk mengetahui respon
dari pemberian berbagai dosis pupuk N, P dan K terhadap pertumbuhan dan
produktivitas tanaman sorgum. Sehingga diharapkan hasil percobaan ini dapat menjadi
acuan untuk memperluas teknis budidaya tanaman sorgum.
B. Tujuan
Praktikum.budidaya pertanian yang.kami lakukan bertujuan untuk :
1. Mengetahui karasteristik tanaman Sorghum
2. Mempelajari pengaruh perbedaan pemberian pupuk pada tanaman sorghu
3. Mempelajari praktik budidaya secara menyeluruh
yang mempunyai potensi untuk dikembangkan di Indonesia karena luas lahan yang luas.
Batang tanaman sorgum mengandung 10% gula sehingga dapat digunakan sebagai sirup
dan bijinya dapat dimasak sebagai makanan ( Sucipto, 2010 ).
Persiapan budidaya tanaman rumput hermada untuk keperluan konsumsi
meliputi kegiatan kegiatan pengolahan lahan, pembuatan bedengan, penyiapan benih
dan penanaman. Pengolahan lahan sebaiknya dilakukan pada saat tanah agak kering.
Tanah dicangkul sedalam 20-30 cm, diangin anginkan, dan digemburkan kembali
dengan menggunakan cangkul hingga benar benar gembur. Pada jenis tanah liat yang
padat, mungkin diperlukan 3-4 kali pengolahan tanah agar benar benar gembur.
Selanjutnya dilakukan pemupukan menggunakan pupuk kandang matang dengan dosis
500 kg/ha (Maheldaswara, 2003).
Sorgum biasanya ditanam melalui biji. Akan tetapi juga dapat diperbanyak
dengan stek batang, jika mau harus dengan memunculkan premordia akar pada buku.
Pupuk yang utama diperlukan tanaman sorgum adalah pupuk nitrogen dengan dosis
mencapai 90 kg Nitrogen atau sama dengan 2 kwintal urea per hektar. Penambahan
Pupuk PROS sebanyak 45 kg atau 1 kwintal TSP perhektar akan memberikan hash yang
lebih baik. Pemupukan dengan kalium dilakukan dengan dosis 30 kg K20 per/hektar.
Pupuk N diberikan dua kali yaitu 1/3 bagian pada waktu tanam bersama-sama dengan
seluruh pupuk. P dan K, dan 2/3 bagian sisanya diberikan pada umur 1 bulan setelah
tanam. Seluruh Pupuk diberikan dengan cara menyebarnya dalam larikan sedalam 1
cm. Untuk pemupukan pertama jaraknya 7 cm di kiri kanan barisan tanaman, sedangkan
pemupukan kedua jaraknya 15 cm ( Anonim, 1990 ).
Pemupukan pertama diberikan saat tanaman berumur 21 hari. Biasanya
ketinggiannya sekitar 20-30 cm. Menggunakan pupuk NPK 200 kg/ha dicampur dengan
UREA 100kg/ha. Pemupukan ke dua menggunakan UREA 100 kg/ha saat tanaman
berumur 45 hari, dan pemupukan ke tiga menggunakan UREA 100 kg/ha saat tanaman
berumur 65-75 hari. Pemberian pupuk yang benar adalah pupuk ditabur dibawah
sorgum berjarak 15 cm kemudian dilakukan penyaeran atau pembumbunan sehingga
tanah makin tinggi dan pupuk tertutup (Anonim, 2011).
Penanaman sorgum sebaiknya diatur jarak tanamnya sehingga populasinya
berkisar antara 100.000 150.000 tanaman perhektar. Jarak tanamn yang dianjurkan
adalah 75x25 cm atau 75x20 cm, masing masing dengan 2 tanaman perlubang. Hasil
B=
xnx
pupuk =
Perlakuan pupuk NPK yang dilakukan adalah dengan 4 perlakuan yakni A : tanpa
pemupukan, B: dengan pupuk
pupuk
, C: dengan pupuk
, dan D: dengan
2. Penyiraman
Walaupun tanaman tahan terhadap kekeringan, namun pada fase awal pertumbuhan
membutuhkan air yang cukup. Penyiraman tanaman sorghum dapat dilakukan pada pagi
dan sore hari.
3. Penyiangan
Penyiangan pertama dilakukan pada saat tanaman sorgum berumur 10 - 15 hari setelah
tanam untuk menghindari gulma. Penyiangan kedua dilakukan bersama-sama
pembumbunan setelah pemupukan kedua. Pembubunan dimaksud untuk memperkokoh
batang. Penyiraman juga di lakukan untuk menjaga keadaan airnya.
4. Pengelolaan HPT
a. Helmithosporium turcicum Pass (Penyakit Blight)
Penyakit ini menyerang sorgum secara luas, terutama pada kondisi yang lembab.
Serangan penyakit ini menimbulkan bintik-bintik ungu kemerah-merahan atau
kecoklatan yang akhirnya menyatu. Penyakit blight daun dapat menyerang
pembibitan maupun tanaman dewasa. Kultivar yang resisten belum diketahui.
b. Penyakit Bercak Daun
Penyakit ini menyebabkan bercak pada daun dengan warna kemerah-merahan atau
keungu-unguan dan menyebabkan busuk merah pada batang dimana jaringan
bagian dalam buku berair dan berubah warnanya. Penyakit ini menyebar secara
luas. Bercak daun mengakibatkan daun mengering, karena itu butir menjadi hampa,
sementara busuk merah menyebabkan batang berair dan patah.
D. Panen
Pemanenan Sorghum dilakukan dengan tujuan konsumsi dan menghasilkan benih dapat
dilakukan saat umur tanaman sekitar 50-55 hari. Adapun ciri-cirinya daun tanaman mulai
menguning dan kulit biji sudah bewarna kecokelatan. Pemanenan harus di usahakan tepat
waktu. Biji Sorghum yang terlalu muda di panen akan mudah berkeriput sehingga mudah
terserang hama bubuk,memiliki kualitas pati yang sangat rendah dan tidak tahan lama jika
disimpan. Biji Sorghum yang terlalu tua juga tidak akan tahan lama.
Pengamatan dilakukan terhadap 3 tanaman sampel untuk setiap unit . Parameter
pengamatan pada praktikum ini adalah :
1. Tinggi tanaman, tinggi tanaman diukur dari pangkal batang sampai daun tertinggi pada
tanaman sampel. Pengukuran dilakukan setiap minggu.
2. Jumlah daun, daun yang dihitung adalah daun yang telah membuka penuh pada
tanaman sampel. Penghitungan dilkukan setiap minggu.
3. Luas daun, pengukuran luas daun dilakukan menggunakan metode gravimetri dengan
cara membandingkan antara luas dan berat total pola dengan luas dan berat total daun.
4. Bobot segar, diperoleh dari tanaman korban yang diambil setiap 3 minggu sekali,
dengan menimbang tanaman korban yang telah dibersihkan
5. Bobot kering tanaman, diperoleh dari tanaman korban yang telah ditimbang bobot
segarnya. Kemudian dipisahkan antara akar batang dan daun. Lalu di oven, dan
ditimbang.
6. Morfologi akar, batang, daun, bunga, serta buah atau biji tanaman. Diamati sebelum
tanaman korban dimasukkan ke dalam oven.
Luas daun dihitung menggunakan metode gravimetri yaitu kertas dibuat bujur sangkar 10
cm x 10 cm (L 2 = 100 cm2) dan ditimbang (M2) dan dijadikan acuan untuk mencari luas
daun. Daun diletakkan pada kertas, dijiplak, kemudian ditimbang sehingga diperoleh
bobotnya (M1). Luas daun (L1) dicari dengan rumus sebagai berikut:
L1 =
L1 = luas daun (cm2)
M1 = berat total pola daun (gr)
L2 = luas pola kertas (100 cm2)
M2 = berat pola (gr)
Berat segar didapat dengan cara menimbang berat tanaman korban. Untuk mendapatkan
berat kering, tanaman korban kemudian dioven pada suhu 75C selama 48 jam, dan
ditimbang bobot keringnya. Kadar air organ tersebut ditentukan dengan rumus:
Kadar air (%) =
x 100%
x berat segar
Data yang didapat kemudian ditampilkan dalam bentuk grafik, histogram, dan kurva
sigmoid pertumbuhan tanaman.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2011. Aspek Budidaya Prospek, Kendala, dan Solusi Pengembangan Sorgum
di Indonesia. < http://edysof.wordpress.com >. Diakses tanggal 28 September
2012.
Anonim. 1990. Teknologi Budidaya Shorgum. Departemen Pertanian, Irian Jaya.
Anonim. 2011. Potensi produksi dan besarnya pangsa pasar sorgum di Jawa Barat. PT
Sarottama Dharma Kalpariksa, Bandung.
Berenguer, M.J, and Faci, J.M. 2001. Sorghum (Sorghum Bicolor L. Moench) yield
compensation processes under different plant densities and variable water
supply. European Journal of Agronomy 15 : 43-44.
Dicko, Mamoudou H., Gruppen, H., Traore, Alfred S., Voragen, Alphons G.J.,and van
Berkel, Willem J.H. Sorghum grain as human food in Africa : relevance of
content of starch and amylase activities. African Journal of Biotechnology 5 :
384-386.
Ismail, Inu dan Abdul Kodir. 1977. Cara Bercocok Tanam Shorgum. Lembaga Pusat
Penelitian Pertanian, Bogor.
Leuschner, K.L., Rohrbarch, DD., and Osmanzai , M. 1993. Shorgum and millet in
south Africa.International Crops Research Institute, India 1 : 39-54.
Maheldaswara, Daru. 2003. Budidaya Rumput Hermada di Lahan Kering dan Kritis.
Penerbit Kanisius, Yogyakarta.
Supriyanto. 2010. Pengembangan sorgum di lahan kering untuk memenuhi kebutuhan
pangan, pakan, energi dan industri. Biotrop, Bogor 1 : 45.
Sucipto, 2010. Efektifitas cara pemupukan terhadap pertumbuhan dan hasil beberapa
varietas sorgum manis ( Shorgum bicolor L. ). Jurnal Embryo, Universitas
Trunojoyo 2 : 66-67.
LAMPIRAN
A. Penentuan Kebutuhan Benih Sorgum dengan Bobot 100 butir
Keterangan
B
d1
d2
dikonversikan ke lahan dengan luas 60,48 m2 maka pupuk NPK yang dibutuhkan
untuk tanaman sorgum adalah:
/60,48 m2
Luas lahan tanam tiap unit adalah sebesar 15,12 m2, sehingga satu unitnya
memerlukan anjuran pupuk NPK sebanyak
= 0,0 kg
= 0,15 kg
= 0,30 kg
= 0,45 kg
Daun diletakkan pada kertas kemudian dibuat pola dengan menjiplak daun lalu
semua pola daun yang ada (M1gram) ditimbang. Sehingga diperoleh rumus:
Keterangan:
1. L1= LD : Luas daun (cm2)
2. M2
3. L2
4. M2
Tiap lahan untuk masing masing kelompok (blok ) dibagi menjadi bagian bagian
yang lebih kecil (sesuai dengan jumlah perlakuan). Dalam praktikum ini terdapat 4
perlakuan, maka layout unit percobaan dalam setiap blok kurang lebih akan tampak
seperti ini:
1. Pemecahan Blok
Keterangan :
= 0,00 gram
= 150 gram
= 300 gram
= 450 gram
Tanaman Sorgum (Sorgum - bicolor (L) Moech) pada tiap unit percobaan dibagi
menjadi tanaman tepi (border rows), areal contoh (sampling area) dan petak
ubinan (harvest area) seperti gambar diatas. Tanaman tepi adalah 2 baris tanaman
Sorgum terluar. Pada areal contoh, dipilih tanaman Sorgum sampel untuk
pengukuran tinggi tanaman dan jumlah daun secara acak, juga tanaman Sorgum
korban I, II, dan III. Prinsip pengambilan tanaman korban
Sorgum adalah
5. Data kadar air yang diperoleh digunakan untuk penentuan bobot kering dari
bobot segarnya. Formulanya adalah:
2,8 m
5,4 m
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
Keterangan:
x
: tanaman tepi
: tanaman korban
: tanaman sampel
dengan jarak tanam antar baris 70 cm maka diperoleh sebanyak 4 baris pada
tanah sepanjang 2,8 m, dan dengan jarak tanam dalam baris 25 cm maka
diperoleh 12 tanaman dalam setiap baris. Sehingga diperoleh 48 tanaman dalam
setiap blok penanaman. Luas standar ubinan sekitar 10 % dari total populasi, dan
diperoleh jumlah tanaman ubinan sebanyak 5 tanaman pada setiap blok
penanaman. Luas petak ubinan adalah 10% dari luas masing masing blok. Jadi
luas petak ubinannya adalah: 10% dari 8,4 m = 0,84 m.
Apabila dibuat grafik, antara tinggi tanaman vs umur tanaman, maka diperoleh grafik
berbentuk S yang kemudian disebut sebagai kurve sigmoid pertumbuhan tanaman.
Kurve sigmoid tersebut dapat dirumuskan ke dalam suatu model matematika y =
f(x):