Anda di halaman 1dari 30

STATIKA DAN MEKANIKA BAHAN I PENDAHULUAN

Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas 17 Agustus 1945 Samarinda Edisi Revisi 2013
1
HENCE MICHAEL WUATEN, ST., M.Eng
1.1 Satuan
1.1.1 Besaran
Besaran dapat didefinisikan dengan dua cara, yaitu definisi besaran secara umum dan secara
fisika. Definisi besaran secara umum adalah segala sesuatu yang dapat diukur, misalnya warna,
indah, cantik, panjang, luas, volume dan lain-lain. Definisi besaran secara fisika adalah segala
sesuatu yang dapat diukur dan dinyatakan dengan angka eksak, misalnya panjang, luas, volume, dan
kecepatan sedangkan warna, indah, cantik bukan termasuk besaran secara fisika karena ketiganya
tidak dapat dinyatakan dengan angka eksak.
Dalam ilmu fisika besaran terbagi atas besaran dasar atau besaran pokok, besaran turunan
dan besaran pelengkap. Besaran dasar adalah besaran yang tidak tergantung pada besar-besaran
lain, dimana berdasarkan konferensi International Bureu of Weights and Measures di Paris pada
tahun 1960 disepakati tujuh besaran dasar atau besaran pokok dalam sistem Satuan Internasioanal
yaitu, panjang, massa, waktu, arus listrik, temperatur, intensitas penyinaran dan jumlah zat.
Besaran turunan adalah besaran yang diturunkan dari besaran-besaran dasar yang merupakan
kombinasi dari besaran dasar. Sebagai contoh besaran turunan adalah kecepatan, gaya, kerja,
kecepatan putar, frekuensi, luas, volume, kecepatan linier, kerapatan, gaya, momen, tekanan,
tegangan, kerja, energi, daya dan lain sebagainya. Sedangkan besaran pelengkap adalah besaran
yang diperlukan untuk membentuk besaran turunan.
Dari bermacam-macam besaran ini, terdapat besaran yang harganya tidak tergantung pada
sistem koordinat dan ada juga besaran yang harganya sangat tergantung pada sistem koordinat.
Sebagai contoh besaran yang harganya tidak tergantung pada sistem koordinat adalah skalar,
sedangkan contoh besaran yang harganya tergantung pada sistem koordinat adalah vektor. Dengan
demikian macam besaran dibagi menjadi tiga yaitu, skalar, vektor dan tensor.
1.1.2 Dimensi dan Analisis Dimensi
Dimensi adalah cara penulisan dari besaran-besaran dengan menggunakan simbol-simbol atau
lambang-Iambang dari besaran dasar. Sebagai contoh penulisan atau notasi dari dimensi adalah,
panjang [L], massa [F] dan waktu [T]. Secara umum dimensi berfungsi untuk menurunkan satuan
dari suatu besaran dan untuk meneliti kebenaran suatu rumus atau persamaan. Dalam dunia
konstruksi dimensi merupakan variabel yang sering dijumpai dan menentukan, karena dimensi
kemudian membentuk persamaan-persamaan untuk mendapatkan sebuah nilai yang akan dicari.
Pada umumnya, dimensi yang ada dapat dianalisis dengan cara menyamakan ruas kiri dengan
dimensi ruas kiri dan setiap suku harus berdimensi yang sama. Sebagai contoh, dimensi dari gaya
adalah F, dimana gaya merupakan hasil perkalian antara massa (m) dengan percepatan (a).
STATIKA DAN MEKANIKA BAHAN I PENDAHULUAN
Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas 17 Agustus 1945 Samarinda Edisi Revisi 2013
2
HENCE MICHAEL WUATEN, ST., M.Eng
Dengan melakukan analisis dimensi, maka akan dapat diketahui jenis persamaan atau rumus
yang sedang digunakan atau akan dicari, apakah termasuk persamaan homogen atau persamaan non
homogen. Persamaan homogen adalah persamaan yang memenuhi persyaratan ruas kiri sama dengan
ruas kanan. Sedangkan persamaan non homogen adalah persamaan yang tidak memenuhi
persyaratan tersebut atau ruas kiri tidak sama dengan ruas kanan.
Dalam dunia konstruksi, persamaan non homogen biasanya didapat berdasarkan hasil
penelitian dan eksperimen di laboraturium yang kemudian disepakati sebagai sebuah persamaan
untuk mendapatkan nilai pendekatan dari sebuah masalah yang dicari, sehingga persamaan non
homogen pada umumnya mengandung kaidah-kaidah numeris dan statistik.
Contoh 1.1 :
Buktikan bahwa persamaan untuk tegangan normal akibat beban aksial yang merupakan hasil
pembagian antara gaya yang bekerja dengan luas penampang, apakah termasuk persamaan homogen
atau persamaan tidak homogen !
Penyelesaian :
o =
A
P
FL
-2
=
2
L
F
FL
-2
= FL
-2
persamaan homogen
1.1.3 Sistem Satuan
Secara umum bentuk satuan terdiri dari bentuk metrik dan non metrik. Sedangkan sistem
satuan yang berlaku di dunia adalah sistem satuan Inggris (British Unit) dan sistem satuan
Internasional (International Unit). Sistem satuan Inggris pada umumnya digunakan di Amerika
Serikat dan beberapa negara Eropa lainnya, sedangkan di Indonesia mengadopsi sistem satuan
internasional.
Tabel 1.1 Satuan ukuran Inggris (Classical Physics, 1992)
Panjang Massa Waktu
Inchi (in)
Foot (ft)
Yard (yd)
Mile (mil)
Ounce
Pound (lbs)
Ton (t)
Detik (sec)
Menit (min)
Jam (hr)
Hari (day)
Bulan
Tahun
Dalam sistem satuan internasional terbagi menjadi dua sistem yaitu, mks (meter-kilo-second)
dan cgs (centi-gram-second). Untuk selengkapnya dapat melihat dalam tabel-tabel di bawah ini.
STATIKA DAN MEKANIKA BAHAN I PENDAHULUAN
Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas 17 Agustus 1945 Samarinda Edisi Revisi 2013
3
HENCE MICHAEL WUATEN, ST., M.Eng
Tabel 1.2 Satuan mks dalam satuan SI (Classical Physics, 1992)
Panjang Massa Waktu
Milimeter (mm)
Meter (m)
Kilometer (km)
Miligram (mg)
Gram (g)
Kilogram (kg)
Detik (sec)
Menit (min)
Jam (hr)
Hari (day)
Bulan
Tahun
Tabel 1.3 Satuan cgs dalam satuan SI (Classical Physics, 1992)
Panjang Massa Waktu
Centimeter (cm)
Meter (m)
Kilometer (km)
Miligram (mg)
Gram (g)
Kilogram (kg)
Detik (sec)
Menit (min)
Jam (hr)
Hari (day)
Bulan
Tahun
Tabel 1.4 Kelipatan metric dalam satuan SI (Classical Physics, 1992)
Besar Prefix Simbol
10
-18
Atto a
10
-15
Fento f
10
-12
Pico p
10
-9
Nano n
10
-6
Micro
10
-3
Milli m
10
-2
Centi c
10
-1
Deci d
10
0
Satuan dasar -
10
-6
Deca D
10
2
Hecto H
10
3
Kilo K
10
6
Mega M
10
9
Giga G
10
12
Tera T
1.1.4 Konversi Satuan
Konversi satuan pada umumnya dilakukan untuk mendapatkan keseragaman dalam proses
perhitungan. Untuk berbagai notasi dan nilai konversi satuan dapat dilihat dalam tabel di bawah ini.
STATIKA DAN MEKANIKA BAHAN I PENDAHULUAN
Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas 17 Agustus 1945 Samarinda Edisi Revisi 2013
4
HENCE MICHAEL WUATEN, ST., M.Eng
Tabel 1.5 Nilai konversi satuan (Classical Physics, 1992)
Besaran Nilai Konversi
Panjang
1 yard (yd)
1 yard (yd)
1 feet (ft)
1 mile (mil)
1 mile (mil)
1 meter (m)
1 inchi (in)
=
=
=
=
=
=
=
0,9144 m
3 ft
12 in
5280 ft
1609 m
3,281 ft
0,0254 m
Waktu
1 hour
1 menit (min)
=
=
3600 sec
60 sec
Massa
1 pound mass (lbm)
1 pound forces (lbf)
1 slug
1 kilogram (kg)
1 kilogram (kg)
1 kilogram forces (kgf)
1 dyne (dyn)
=
=
=
=
=
=
=
0,4535 kg
4,4480 N
14,59 kg
2,2050 lbm
1000 g
9,807 N
10
-5
N
Luas
1 feet
2
(ft
2
)
1 meter
2
(m
2
)
1 yard
2
(yd
2
)
1 mile
2
(mil
2
)
=
=
=
=
144 in
2
10,764 ft
2
9 ft
2
3,098 10
6
yd
2
Volume
1 feet
3
(ft
3
)
1 galon (gal) US
1 galon (gal) UK
1 barrel (bar) US
1 barrel (bar) UK
1 liter (lt)
=
=
=
=
=
=
7,48 gal
3,785 lt
4,546 lt
42 gal
31,50 gal
1000 cm
3
Kecepatan
1 mile/jam
1 knot
1 feet/second (ft/s)
=
=
=
1,609 km/jam
1,852 km/jam
0,3048 m/s
Untuk melakukan proses konversi dari suatu satuan ke satuan yang lain, maka perlu diketahui
hubungan ekivalen antara nilai konversi satuan yang akan dikonversi tersebut. Sebagai contoh, akan
dilakukan konversi dari feet ke inchi, maka perlu diketahui hubungan ekivalen dari keduanya.
Misalnya berapa nilai konversi dari 5 feet ke dalam satuan inchi, apabila diketahui 1 feet sama
dengan 12 inchi.
ft 1
ft 1
=
ft 1
in 12
STATIKA DAN MEKANIKA BAHAN I PENDAHULUAN
Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas 17 Agustus 1945 Samarinda Edisi Revisi 2013
5
HENCE MICHAEL WUATEN, ST., M.Eng
1 =
ft 1
in 12
Selanjutnya dengan mengalikan nilai yang akan dikonversikan dengan nilai di atas sehingga
menjadi :
5 1 =
ft 1
in 12
5 ft
ft 1
in 12
= 60 inchi
Sehingga dari hasil perhitungan di atas didapat bahwa apabila 1 ft sama dengan 12 inchi,
maka 5 feet sama dengan 60 inchi.
Contoh 1.2 :
Berapa nilai konversi dari 795 meter ke satuan feet !
Berapa nilai konversi dari 2,91 mil
2
ke satuan m
2
!
Penyelesaian :
Konversi 795 m ke ft :
1 m = 3,281 ft
1 m =
|

\
|
m 1
ft 3,281
795 m
|

\
|
m 1
ft 3,281
=
|

\
|
1
m 795

\
|
m 1
ft 3,281
= 795 m 3,281 ft = 2608, 395 ft
Konversi 2,91 mil
2
ke m
2
:
1 mil
2
= 3,098 10
6
yd
2
1 yd
2
= 9 ft
2
1 m
2
= 10,764 ft
2
2,91 mil
2

|
|

\
|

mil 1
yd 10 3,098
2
2 6

|
|

\
|
yd 1
ft 9
2
2

|
|

\
|
ft 10,764
m 1
2
2
10,764
m 1 (9) ) 10 (3,098 (2,91)
2 6

10,764
m 10 8,114
2 7

= 7,538 10
6
m
2
Untuk nilai-nilai konversi satuan massa dan panjang selengkapnya disajikan dalam tabel-tabel
di bawah ini
STATIKA DAN MEKANIKA BAHAN I PENDAHULUAN
Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas 17 Agustus 1945 Samarinda Edisi Revisi 2013
6
HENCE MICHAEL WUATEN, ST., M.Eng
Tabel 1.6 Faktor konversi satuan massa (Classical Physics, 1992)
gram (g) kilogram (kg) ton (t) pound mass (lbm)
1 gram (g) 1 0,001 10
-6
2,2046 10
-3
1 kilogram (kg) 1000 1 0,001 2,2046
1 metric ton (t) 10
6
1000 1 2204,6
1 pound mass (lbm) 453,59 0,45359 4,5359 10
-4
1
1 slug 14,594 14,594 0,014594 32,174
Tabel 1.7 Faktor konversi satuan panjang (Classical Physics, 1992)
centimeter
(cm)
meter
(m)
kilometer
(km)
inchi
(in)
foot
(ft)
mile
(mil)
1 centimeter
(cm)
1 0,01 10
-5
0,39370 0,032808 6,2137 10
-6
1 meter (m) 100 1 0,001 39,370 3,2808 6,2137 10
-4
1 kilometer (km) 10
5
1000 1 39,370 3280,8 0,62137
1 inchi (in) 2,5400 0,025400 2,5400 10
-5
1 0,083333 1,5783 10
-5
1 foot (ft) 30,4800 0,30480 3,0480 10
-4
12 1 1,8939 10
-4
1 mile (mil) 1,6093 10
5
1609,3 1,6093 63,360 5280 1
1.2 Mekanika dan Statika
1.2.1 Definisi Mekanika
Mekanika dapat didefinisikan sebagai ilmu yang mengambarkan kondisi benda dalam keadaan
diam atau bergerak karena pengaruh gaya yang beraksi pada benda tersebut. Mekanika sendiri
dibagi menjadi tiga bagian yaitu, mekanika benda tegar (mechanics of rigid bodies), mekanika
benda berubah bentuk (mechanics of deformable bodies) dan mekanika fluida (mechanics of fluids).
Dalam ilmu sipil, kecenderungan jenis mekanika yang banyak digunakan adalah mekanika
benda tegar dan mekanika fluida. Pada umumnya benda dianggap tegar sempurna walaupun
sesungguhnya benda atau struktur tidak pernah benar-benar tegar tetapi tetap mengalami
deformasi atau perubahan bentuk. Mekanika adalah cabang dari ilmu fisika karena berhubungan
dengan studi mengenai gejala fisis dari suatu benda, walaupun sebagian orang menghubungkan
mekanika dengan matematika. Kedua pandangan mengenai ilmu mekanika tersebut adalah benar
dan mekanika merupakan dasar bagi banyak ilmu-ilmu teknik yang merupakan prasyarat dasar yang
tidak dapat dihilangkan. Sedangkan tujuan ilmu mekanika sendiri adalah untuk menerangkan atau
meramalkan gejala fisis yang terjadi pada suatu benda atau partikel.
1.2.2 Konsep Dasar Mekanika
Konsep dasar dari ilmu mekanika sudah sejak lama diketahui, hal ini terbukti dengan adanya
studi mengenai ilmu mekanika sejak jaman Aristoteles (384 SM 322 SM) dan jaman Archimedes
(287 SM 212 SM) tetapi baru sesudah Newton (1642 1727) muncul perumusan yang memuaskan
STATIKA DAN MEKANIKA BAHAN I PENDAHULUAN
Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas 17 Agustus 1945 Samarinda Edisi Revisi 2013
7
HENCE MICHAEL WUATEN, ST., M.Eng
tentang prinsip dasar mekanika. Prinsip dasar ini kemudian dinyatakan dalam bentuk yang telah
dimodifikasi oleh DAlembert, Langrange dan Hamilton. Validitas tentang prinsip dasar di atas tidak
ada yang menyanggah sampai Einstein (1905) muncul dengan teori relativitasnya. Sedangkan
keterbatasan mekanika Newton tetap menjadi dasar dari ilmu teknik. Adapun beberapa studi
mekanika pendahuluan yang bertolak dari prinsip dasar mekanika diperoleh dari hasil percobaan
oleh para penemu yang akan diuraikan secara singkat dalam bab selanjutnya.
1.2.3 Jenis Mekanika Benda Tegar
Mekanika benda tegar dibagi menjadi dua yaitu, statika dan dinamika. Statika adalah bagian
ilmu mekanika yang mempelajari tentang semua benda yang tetap, diam dan statis. Dalam
beberapa referensi lain, statika didefinisikan sebagai ilmu yang mempelajari tentang semua yang
tidak bergerak atau akan bergerak dengan ketentuan khusus. Dalam ilmu statika, pergerakan yang
terjadi dalam bentuk pergerakan v = 0. Hal ini berarti bahwa dalam ilmu statika, hanya bekerja
dengan gaya-gaya yang tidak bergerak atau dengan pergerakan sama dengan nol dan kondisi ini
dapat terjadi, apabila semua gaya yang membebani suatu benda dengan jarak antara gaya dan
benda, sama dengan momen yang saling menutupi, sehingga semua gaya dapat seimbang. Oleh
sebab itu ilmu statika sering disebut dengan ilmu keseimbangan gaya. Sedangkan dinamika adalah
ilmu yang mempelajari tentang gerak dengan cara menganalisis penyebab gerak tersebut. Secara
umum dinamika meliputi, hubungan antara massa dengan gaya berdasarkan Hukum Newton tentang
gerak, momentum, Impuls, hukum kekekalan momentum, kerja, energi dan hukum kekekalan
energi.
1.2.4 Mekanika Dalam Konstruksi
Pada dasarnya untuk mengetahui suatu proses keseimbangan yang pada awalnya
keseimbangan tersebut tidak ada, sehingga apabila jika terjadi suatu keseimbangan, maka akan
terjadi perubahan bentuk keseimbangan yang dapat disebabkan oleh gravitasi bumi. Dalam ilmu
keseimbangan, beban akibat gravitasi lebih dikenal dengan berat sendiri yang dapat berasal dari
berat sendiri konstruksi ataupun oleh faktor alam seperti berat air hujan, tekanan angin, tekanan
tanah, perubahan suhu dan lain sebagainya. Adanya gaya dari luar yang bekerja pada bagian dari
suatu benda, dapat menyebabkan pada benda tersebut timbul kekuatan atau kekakuan yang
berfungsi untuk melawan adanya gaya-gaya yang bekerja dari luar yang disebut dengan tegangan.
Benda yang diam atau tidak bergerak sekalipun tidak dapat dikatakan bahwa benda tersebut dalam
keadaan yang diam dan kaku, karena hal tersebut hanya menjadi ketentuan yang tidak dapat selalu
cocok dengan keadaan ataupun kondisi dimana benda itu berada. Dengan demikian efek dari adanya
gaya luar tersebut, menimbulkan perubahan bentuk yang dapat berupa pertambahan ukuran,
pengurangan ukuran, perputaran sudut dan pelengkungan dari benda tersebut dengan nilai toleransi
yang diperbolehkan melalui hasil perhitungan dengan cara statika dan mekanika yang tepat.
STATIKA DAN MEKANIKA BAHAN I PENDAHULUAN
Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas 17 Agustus 1945 Samarinda Edisi Revisi 2013
8
HENCE MICHAEL WUATEN, ST., M.Eng
1.3 Teori Awal Statika
1.3.1 Hukum Jajaran Genjang
Hukum jajaran genjang untuk penjumlahan gaya menyatakan bahwa dua gaya yang beraksi
pada suatu partikel dapat diganti dengan sebuah gaya yang disebut resultan (R) dan dapat diperoleh
dengan cara mengambarkan diagonal jajaran genjang dengan sisi kedua gaya tersebut.
Gambar 1.1 Aplikasi hukum jajaran genjang untuk penjumlahan gaya (Sumber : Beer F., et. al, 2006)
1.3.2 Prinsip Transmisibilitas
Prinsip ini menyatakan bahwa, kondisi seimbang atau gerak suatu benda tegar tidak akan
berubah apabila gaya yang beraksi pada suatu titik diganti dengan gaya yang lain yang sama besar
dan sama arahnya, tetapi beraksi pada titik yang berbeda asalkan kedua gaya tersebut terletak pada
garis aksi yang sama.
1.3.3 Hukum Dasar Newton
Tiga hukum dasar Newton dirumuskan oleh Sir Issac Newton, seorang ilmuwan asal Inggris,
pada akhir abad ke tujuh belas. Adapun ketiga hukum dasar Newton berbunyi sebagai berikut :
Hukum pertama Newton :
Apabila resultan gaya yang beraksi pada suatu partikel sama dengan nol, maka partikel
tersebut akan tetap diam apabila mula-mula diam atau akan bergerak pada kecepatan yang sama
pada suatu garis lurus apabila mula-mula bergerak.
Pengertian yang sama dari hukum ini adalah sebuah benda akan berada dalam keadaan diam
atau bergerak lurus beraturan apabila resultan gaya yang bekerja pada benda sama dengan nol.
Dimana pernyataan ini dapat dinyatakan dalam bentuk persamaan :
0 F
n
1 i
=
_
=

(1.1)
Gambar 1.2 Aplikasi hukum pertama Newton
STATIKA DAN MEKANIKA BAHAN I PENDAHULUAN
Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas 17 Agustus 1945 Samarinda Edisi Revisi 2013
9
HENCE MICHAEL WUATEN, ST., M.Eng
Hukum kedua Newton :
Apabila gaya yang beraksi pada suatu partikel tidak sama dengan nol, partikel tersebut akan
memperoleh kecepatan sebanding dengan besarnya gaya resultan dan dalam arah yang sama dengan
arah gaya resultan tersebut.
Dengan perngertian lain bahwa benda akan mengalami percepatan jika ada gaya yang bekerja
pada benda tersebut, dimana gaya ini sebanding dengan suatu konstanta massa dan percepatan
benda. Hukum ini dapat dinyatakan dalam bentuk persamaan gaya sebagai berikut :
F = m.a (1.2)
Dimana :
F = gaya resultan yang bereaksi pada partikel.
m = massa partikel.
a = percepatan masing-masing partikel yang dinyatakan dalam satuan yang konsisten.
Gambar 1.3 Aplikasi hukum kedua Newton
Hukum ketiga Newton :
Gaya aksi dan reaksi antara benda yang berhubungan mempunyai besar dan garis aksi yang
sama dan berlawanan arah. Dengan pengertian lain bahwa apabila terdapat dua benda yang
berinteraksi, maka akan timbul gaya pada masing-masing benda yang arahnya berlawanan arah dan
besarnya sama.
Gambar 1.4 Aplikasi hukum ketiga Newton
1.3.4 Hukum Gravitasi Newton
Hukum ini menyatakan bahwa dua partikel dengan massa M dan m akan saling tarik menarik
yang sama dan berlawanan dengan gaya F dan F, yang besarnya F dinyatakan dalam bentuk :
F = G =
2
r
m . M
(1.3)
STATIKA DAN MEKANIKA BAHAN I PENDAHULUAN
Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas 17 Agustus 1945 Samarinda Edisi Revisi 2013
10
HENCE MICHAEL WUATEN, ST., M.Eng
Dimana :
r = merupakan jarak antara dua variabel.
G = konstanta universal yang disebut sebagai gravitasi bumi.
Hukum gravitasi Newton memperkenalkan suatu ide aksi yang timbul pada suatu jarak
tertentu (action at distance) yang merupakan perluasan dari penerapan hukum Newton yang ketiga,
seperti yang terlihat dalam gambar di bawah ini. Dalam gambar tersebut terlihat bahwa, gaya aksi F
dan reaksi F mempunyai besar yang sama, namun berlawanan arah dan terletak ada garis aksi yang
sama.
F
' F
r
m
M
Gambar 1.5 Aplikasi hukum Newton tiga
Sebagai contoh adalah gaya tarik bumi pada suatu partikel yang terletak pada permukaan
bumi. Gaya F yang dilakukan oleh bumi pada partikel tersebut kemudian didefinisikan sebagai berat
partikel W. Apabila, dengan mengambil M sebagai massa partikel dan r sama dengan R sebagai jari-
jari bumi, maka gravitasi bumi dapat dituliskan dalam bentuk persamaan :
g =
2
R
M . G
(1.4)
Dimana nilai R dalam persamaan di atas, tergantung pada titik ketinggian yang ditinjau dan
tergantung pada kedudukan garis lintang mengingat bentuk bumi yang tidak bulat seperti bola,
sehingga nilai g berubah pada setiap titik yang ditinjau. Apabila letak titik yang ditinjau berada
pada permukaan bumi, maka nilai gravitasi yang dipakai secara universal adalah sebesar 9,81
m/detik
2
atau 32,2 ft/sec
2
. Dengan demikian besarnya W yang merupakan berat partikel dengan
massa M dapat dinyatakan dalam bentuk persamaan berikut ini :
W = m . g (1.5)
Dimana :
m = massa benda.
g = gravitasi bumi.
1.4 Vektor Resultan dan Gaya
1.4.1 Vektor Resultan
Vektor dapat didefinisikan sebagai pernyataan matematis yang mempunyai besar (magnitude)
dan arah (direction) yang penjumlahannya mengikuti Hukum jajaran genjang gaya.
STATIKA DAN MEKANIKA BAHAN I PENDAHULUAN
Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas 17 Agustus 1945 Samarinda Edisi Revisi 2013
11
HENCE MICHAEL WUATEN, ST., M.Eng
Vektor pada umumnya menggunakan simbol panah di atas huruf atau dengan garis di bawah
huruf. Vektor dapat dibagi menjadi tiga jenis secara garis besar yaitu vektor terikat, vektor bebas
dan vektor geser. Apabila terdapat suatu vektor yang menyatakan suatu gaya yang bekerja pada
sebuah partikel dan mempunyai titik tangkap yang pasti yaitu partikel itu sendiri, maka disebut
sebagai vektor tertentu atau terikat. Sedangkan vektor yang dapat diubah dengan bebas dalam
ruang seperti kopel gaya disebut dengan vektor bebas. Apabila terdapat gaya yang bekerja pada
sebuah benda tegar yang kemudian dinyatakan dalam bentuk vektor dan vektor tersebut dapat
dipindahkan atau bergerak sepanjang garis aksi dari vektor tersebut, maka vektor demikian disebut
dengan vektor geser.
1.4.2 Gaya
Gaya adalah sesuatu yang menyebabkan terjadinya perubahan gerak pada suatu benda. Pada
umumnya gaya menimbulkan dua buah pengaruh yaitu, pengaruh dari luar (external effect) yang
menyebabkan benda akan bergerak apabila benda tersebut dalam keadaan diam atau perubahan
gerak apabila benda telah bergerak. Pengaruh kedua, adalah pengaruh dari dalam (internal effect)
yang menyebabkan terjadinya perubahan bentuk pada benda atau deformasi.
Gaya merupakan besaran yang memiliki besar (magnitude) dan arah (direction), sehingga
gaya merupakan sebuah vektor. Oleh karena itu, sifat-sifat dari gaya mengikuti sifat sebuah vektor,
dimana gaya dapat dijumlahkan dan dapat dikurangi. Selain itu, gaya dapat dipindah sepanjang
garis kerjanya dengan tidak merubah besar gaya tersebut. Tetapi apabila terjadi pergeseran gaya
yang tidak searah atau sepanjang garis kerjanya akan menimbulkan momen (M) yang besarnya
sebanding dengan gaya dikalikan dengan jarak pergeseran atau jarak yang tegak lurus terhadap garis
kerjanya.
Gambar 1.11 Penguraian gaya
Garis di sepanjang gaya tersebut bekerja dinamakan garis kerja gaya, sedangkan pada titik
tangkap dimana gaya tersebut bekerja, maka gaya tersebut dapat dipindahkan di sepanjang garis
kerja gaya tersebut tanpa mempengaruhi kinerja dari gaya tersebut.
Apabila terdapat beberapa gaya yang bekerja pada suatu benda, maka gaya-gaya tersebut
dapat dinyatakan sebagai suatu sistem gaya (force system). Sistem gaya yang kemudian bekerja
pada suatu benda tetapi, tidak menimbulkan pengaruh luar pada benda tersebut, maka gaya-gaya
yang terjadi berada dalam kondisi setimbang (balance), sehingga benda tersebut berada dalam
kondisi kesetimbangan (equilibrium).
STATIKA DAN MEKANIKA BAHAN I PENDAHULUAN
Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas 17 Agustus 1945 Samarinda Edisi Revisi 2013
12
HENCE MICHAEL WUATEN, ST., M.Eng
Apabila terdapat bermacam-macam gaya bekerja pada suatu benda, maka gaya-gaya tersebut
dapat digantikan oleh satu gaya yang memberi pengaruh sama seperti yang dihasilkan dari
bermacam-macam gaya tersebut, yang disebut sebagai resultan gaya. Sebagai contoh adalah
penjumlahan gaya yang tidak searah dan membentuk sudut o satu sama lain. Sehingga dalam kasus
ini, dua gaya F
1
dan F
2
membentuk sudut o dan besarnya resultante (R) gaya tersebut adalah:
R = o + + cos . F . F 2 F F
2 1
2
2
2
1
(1.6)
Gaya dapat didefinisikan sebagai aksi sebuah benda yang bekerja atau beraksi pada benda
lainnya dengan besaran berupa titik kerja gaya, arah gaya dan besar gaya. Gaya yang bekerja pada
setiap partikel mempunyai titik kerja gaya yang sama dan besarnya suatu gaya yang bekerja dapat
ditentukan oleh suatu satuan. Satuan yang dipakai dalam menentukan besarnya gaya, dapat berupa
sistem Satuan Internasional (SI) atau Satuan Inggris.
Arah kerja gaya yang bekerja pada sebuah partikel ditentukan oleh garis aksi dan arah gaya
tersebut, dimana garis aksi adalah suatu garis tidak berhingga yang menunjukan kerja gaya tersebut
yang ditentukan oleh sudut yang dibentuk oleh garis kerja gaya terhadap suatu sumbu tertentu.
Apabila terdapat dua buah gaya yang bekerja dengan arah dan besar yang berbeda, maka kedua
gaya tersebut dapat digabungkan menjadi satu buah gaya yang menggambarkan komposisi dari
kedua gaya awal sebelum digabungkan. Gaya baru yang dihasilkan dari proses penggabungan kedua
gaya awal disebut dengan resultan gaya (R).
Gaya yang bekerja pada bidang datar, dapat diuraikan dalam komponen vertikal dan
horizontal untuk mempermudah proses penguraiannya. Sebagai contoh apabila terdapat gaya F yang
bekerja seperti dalam gambar di bawah ini, maka gaya tersebut dapat diuraikan dalam sumbu x dan
y. Dengan menuliskan F sebagai suatu harga gaya F, u sudut antara F dan sumbu x dan F
x
serta F
y
menyatakan harga komponen F
x
dan F
y
diperoleh :
F
x
= F.cos u
F
y
= F.sin u
Harga F
x
dan F
y
dan komponen F disebut sebagai komponen skalar F, sedangkan F
x
dan F
y
disebut komponen vektor F. Reaksi yang timbul pada struktur agar tetap dalam kondisi stabil dalam
mendukung beban-beban yang bekerja dapat dibedakan menjadi dua yaitu, reaksi tumpuan dan
gaya-gaya dalam. Reaksi tumpuan adalah reaksi-reaksi yang timbul pada tumpuan, tergantung dari
tipe tumpuannya yang dapat berupa gaya-gaya atau momen. Sedangkan gaya-gaya dalam pada
elemen struktur akan dapat berupa gaya (normal forces), gaya geser (shear forces) dan momen
(moment). Dalam proses perancangan struktur, perlu diketahui besarnya gaya-gaya dalam yang
terjadi pada setiap elemen struktur yang diakibatkan oleh sistim pembebanan maksimum. Gaya-
gaya dalam tersebut dipergunakan untuk merancang ukuran dan stabilitas setiap elemen struktur.
STATIKA DAN MEKANIKA BAHAN I PENDAHULUAN
Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas 17 Agustus 1945 Samarinda Edisi Revisi 2013
13
HENCE MICHAEL WUATEN, ST., M.Eng
Gambar 2.12 Statika partikel pada bidang datar
Contoh 1.3 :
Sebuah gaya F sebesar 800 N beraksi pada suatu titik A, apabila sudut yang terbentuk antara F
dan sumbu x sebesar 35
0
, maka tentukanlah komponen F
x
dan F
y
.
Penyelesaian :
F
x
= F.cos u F
y
= F.sin u
= 800. cos 35 = 800. sin 35
= 665 N = 459 N
1.4.3 Resultan Gaya
Sejumlah gaya yang bekerja pada suatu struktur dapat direduksi menjadi satu resultan gaya,
sehingga konsep ini dapat membantu di dalam menyederhanakan permasalahan. Dalam proses
menghitung resultan gaya yang bekerja tergantung dari jumlah dan arah dari gaya-gaya tersebut.
Adapun beberapa cara atau metode yang dapat digunakan untuk menghitung atau mencari besarnya
resultan gaya antara lain :
1. Metode penjumlahan dan pengurangan vektor gaya.
Metode ini menggunakan konsep bahwa dua gaya atau lebih yang terdapat pada garis kerja
gaya yang sama atau segaris dapat langsung dijumlahkan apabila mempunyai arah sama
atau searah dan dapat dikurangkan apabila mempunyai arah yang berlawanan.
Gambar 1.6 Metode penjumlahan dan pengurangan vektor gaya
2. Metode segitiga dan segi banyak vektor gaya
Metode ini menggunakan konsep apabila gaya-gaya yang bekerja tidak segaris, maka dapat
digunakan cara Paralellogram dan Segitiga Gaya. Metode ini cocok, apabila gaya-gayanya
tidak banyak.
STATIKA DAN MEKANIKA BAHAN I PENDAHULUAN
Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas 17 Agustus 1945 Samarinda Edisi Revisi 2013
14
HENCE MICHAEL WUATEN, ST., M.Eng
Gambar 1.7 Resultan dua vektor gaya yang tidak segaris
Apabila terdapat lebih dari dua gaya, maka harus disusun suatu segi banyak (poligon) gaya.
Gaya-gaya kemudian disusun secara berturutan, mengikuti arah jarum jam. Apabila telah
terbentuk poligon tertutup, maka penyelesaiannya adalah tidak ada resultan gaya atau
resultan gaya sama dengan nol. Namun jika terbentuk poligon tidak tertutup, maka garis
penutupnya adalah resultan gaya (R).
Gambar 1.8 Resultan dari beberapa vektor gaya yang tidak searah
3. Metode proyeksi vektor gaya
Metode proyeksi menggunakan konsep bahwa proyeksi resultan dari dua buah vektor gaya
pada setiap sumbu adalah sama dengan jumlah aljabar proyeksi masing-masing
komponennya pada sumbu yang sama dan sebagai contoh dapat dilihat pada gambar di
bawah ini.
Gambar 2.9 Proyeksi sumbu
STATIKA DAN MEKANIKA BAHAN I PENDAHULUAN
Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas 17 Agustus 1945 Samarinda Edisi Revisi 2013
15
HENCE MICHAEL WUATEN, ST., M.Eng
X
i
dan X adalah masing-masing proyeksi gaya F
i
dan R terhadap sumbu x. Sedangkan Y
i
dan
Y adalah masing-masing proyeksi gaya F
i
dan R terhadap sumbu y. Dimana :
X
i
= F
i
cos o X = R cos o X = EX
i
Y
i
= F
i
sin o Y = R sin o Y = EY
i
Dengan demikian metode tersebut sebenarnya tidak terbatas untuk dua buah vektor gaya,
tetapi dapat lebih. Jika hanya diketahui vektor-vektor gaya dan akan dicari resultan gaya,
maka dengan mengetahui jumlah kumulatif dari komponen proyeksi sumbu, yaitu X dan Y,
maka dengan rumus pitagoras dapat dicari nilai resultan gaya (R).
Dimana :
R =
2 2
Y X + atau o = arc tan
Y
X
(1.7)
Contoh 1.4 :
Diketahui dua orang seperti yang terlihat pada gambar di bawah ini, sedang berusaha
memindahkan bongkahan batu besar dengan cara tarik dan ungkit. Hitunglah besar dan arah gaya
resultan yang bekerja pada titik bongkahan batu akibat kerja dua orang tersebut !
Gambar 1.10 Gaya resultan yang bekerja pada titik bongkahan batu (sumber : Pranata J.A)
1.4.4 Metode Analitis Gaya Konkuren
Gaya-gaya disebut konkuren apabila gaya-gaya tersebut bekerja pada titik O atau sumbu x-y
yang sama. Pada gambar di bawah ini terdapat sekumpulan gaya konkuren K
1
dan K
2
yang bekerja
pada titik O pada sumbu x dan y.
Gambar 1.11 Gaya-gaya konkuren pada bidang datar
Jika :
K
1x
= K
1
.cos o K
2x
= K
2
.cos |
K
1y
= K
1
.sin o K
2y
= K
2
.sin |
STATIKA DAN MEKANIKA BAHAN I PENDAHULUAN
Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas 17 Agustus 1945 Samarinda Edisi Revisi 2013
16
HENCE MICHAEL WUATEN, ST., M.Eng
Maka besarnya jumlah gaya pada sumbu x dan sumbu y dapat tuliskan dalam bentuk :
Rx = EK
x
= K
1x
- K
2x
= K
1
.cos o - K
2
.cos |
Ry = EK
y
= K
1y
+ K
2y
= K
1
.sin o + K
2
.sin |
Gaya-gaya diatas disusun dengan mengacu pada perjanjian tanda arah untuk arah gaya,
dimana, arah gaya ke atas dan ke kanan akan bertanda positif sedangkan arah gaya ke bawah dan ke
kiri akan bertanda negatif. Dengan berdasarkan hal tersebut maka nilai resultan gaya di atas yang
bekerja melalui titik O dapat disusun seperti yang dinyatakan dalam persamaan (1.7) di atas.
R =
2 2
Ry Rx +
Sedangkan arah gaya dinyatakan dalam bentuk :
tan =
x
y
R
R
1.4.5 Metode Analitis Gaya Non Konkuren
Gaya-gaya yang tidak konkuren adalah gaya-gaya yang tidak bekerja pada titik O yang sama,
namun demikian gaya-gaya tersebut tetap dapat disusun dan dicari nilai resultannya. Sebagai
contoh, pada gambar di bawah ini terdapat dua buah gaya yang tidak konkoren yaitu K
1
dan K
2
,
dimana gaya K
1
bekerja pada koordinat x
1
, y
1
sedangkan gaya K
2
bekerja pada koordinat x
1
, y
1
.
1.12 Gaya-gaya tidak konkuren pada bidang datar
STATIKA DAN MEKANIKA BAHAN I PENDAHULUAN
Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas 17 Agustus 1945 Samarinda Edisi Revisi 2013
17
HENCE MICHAEL WUATEN, ST., M.Eng
Gaya-gaya tersebut harus diuraikan terhadap sumbu x dan y terlebih dahulu, sehingga
komponen gaya pada sumbu x dan y dapat ditulis dalam bentuk :
K
1x
= K
1
.cos o
1
K
1y
= K
1
.sin o
1
K
2x
= K
2
.cos o
2
K
2y
= K
2
.sin o
2
Sedangkan resultannya dapat ditulis :
R
x
= EK
x
= K
1x
+ K
2x
= K
1
.cos o
1
+ K
2
.cos o
2
R
y
= EK
y
= K
1y
+ K
2y
= K
1
.sin o
1
+ K
2
.sin o
2
R =
2
y
2
x
R R +
Untuk mencari letak titik tangkap resultan R adalah dengan menghitung momen M
x
dan M
y
terhadap titik O atau pusat sumbu x-y, dimana momen merupakan hasil kali antara gaya dengan
lengan gaya, yang dapat ditulis dalam bentuk persamaan seperti berikut :
M
x
= K
1x
.y
1
+ K
2x
.y
2
= EK
x
.y
M
y
= K
1y
.x
1
+ K
2y
.x
2
= EK
y
.x
Titik tangkap resultan R dinamakan titik (s) dengan koordinat (x
s
, y
s
), maka momen akibat
resultan gaya :
M
x
= R
x
.y
s
y
s
=
x
x
R
M
M
y
= R
y
.x
s
x
s
=
y
y
R
M
Dengan mensubtitusikan nilai x
s
dan x
y
ke dalam persamaan M
x
dan M
y
, maka titik tangkap
resultan pada koordinat x dan y dapat ditulis dalam bentuk persamaan :
x
s
=
y
y
R
x . K
_
y
s
=
x
x
R
y . K
_
Sedangkan arah resultan yang bekerja dapat dihitung dengan persamaan :
tan =
x
y
R
R
Contoh 1.5 :
Diketahui gaya-gaya yang bekerja seperti pada gambar di bawah ini, jika diketahui besarnya
gaya-gaya yang bekerja tersebut, masing-masing K
1
= 6 ton, K
2
= 8 ton, K
3
= 3 ton, dengan koordinat
titik tangkap masing-masing K
1
= 2,2, K
2
= 4,4 dan K
3
= 5,3 terhadap sumbu x dan y, serta arah
STATIKA DAN MEKANIKA BAHAN I PENDAHULUAN
Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas 17 Agustus 1945 Samarinda Edisi Revisi 2013
18
HENCE MICHAEL WUATEN, ST., M.Eng
masing-masing gaya membentuk sudut o
1
= 140
0
, o
2
= 20
0
dan o
3
= 300
0
, maka hitunglah besarnya
resultan gaya-gaya tersebut dan letak titik tangkap resultan serta arah dari resultan gaya-gaya
tersebut !
1.13 Gaya-gaya tidak konkuren pada bidang datar
Penyelesaian :
Resultan pada sumbu x :
R
x
= EK
x
= K
1
.cos o
1
+ K
2
.cos o
2
+ K
3
.cos o
3
= 6.cos 140
0
+ 8.cos 20
0
+ 3.cos 300
0
= - 4,596 + 7,518 + 1,500
= + 4,422 ton Arah gaya ke kanan
Resultan pada sumbu y :
R
y
= EK
y
= K
1
.sin o
1
+ K
2
.sin o
2
+ K
3
.sin o
3
= 6.sin 140
0
+ 8.sin 20
0
+ 3.sin 300
0
= 3,857 + 2,736 2,598
= + 3,995 ton Arah gaya ke atas
STATIKA DAN MEKANIKA BAHAN I PENDAHULUAN
Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas 17 Agustus 1945 Samarinda Edisi Revisi 2013
19
HENCE MICHAEL WUATEN, ST., M.Eng
Resultan total :
R =
2
y
2
x
R R +
=
2 2
995 , 3 442 , 4 +
= 5,959 ton
Arah resultan gaya R :
tan =
x
y
R
R
=
422 , 4
995 , 3
= 0,90334
= arc tg
x
y
R
R
= arc tg . 0,90334
= 42
0
05 45
Letak titik tangkap gaya resultan pada sumbu x dan y :
Momen terhadap sumbu x :
M
x
= K
1x
.y
1
+ K
2x
.y
2
+ K
3x
.y
3
= 6.cos 140
0
.2 + 8.cos 20
0
.4 + 3.cos 300
0
.3
= - 9,193 + 30,070 + 4,500
= 25,378 ton.m
Momen terhadap sumbu y :
M
y
= K
1y
.x
1
+ K
2y
.x
2
+ K
3y
.x
3
= 6.sin 140
0
.2 + 8.sin 20
0
.4 + 3.sin 300
0
.5
= 7,713 + 10,945 12,990
= 5,668 ton.m
Titik tangkap resultan pada koordinat x dan y :
M
x
= R
x
.y
s
y
s
=
x
x
R
M
y
s
=
442 , 4
378 , 25
= 5,740 m
M
y
= R
y
.x
s
x
s
=
y
y
R
M
x
s
=
3,995
5,668
= 1,419 m
STATIKA DAN MEKANIKA BAHAN I PENDAHULUAN
Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas 17 Agustus 1945 Samarinda Edisi Revisi 2013
20
HENCE MICHAEL WUATEN, ST., M.Eng
Contoh 1.6 :
Tentukan besarnya resultan dan arah resultan pada gambar di bawah ini, jika diketahui
besarnya gaya P
1
= 1 ton, P
2
= 2 ton, P
3
= 3 ton dan jarak masing-masing gaya yang bekerja dari titik
O sama dengan a
1
= 1 meter, a
2
= 3 meter dan a
3
= 6 meter !
1.14 Gaya-gaya tidak konkuren pada bidang datar
Penyelesaian :
Besarnya resultan R :
R = P
1
+ P
2
+ P
3
= 1 + 2 + 3
= 5 ton
Letak titik tangkap resultan :
x =
R
) a . P ( ) a . P ( ) a . P (
3 3 2 2 1 1
+ +
=
5
) 6 . 3 ( ) 3 . 2 ( ) 1 . 1 ( + +
= 4,176 meter
1.4.6 Metode Grafis Poligon Gaya Konkuren dan Non Konkuren
Selain secara analitis, nilai resultan gaya dapat dicari dengan cara grafis atau penggambaran
dengan memperhatikan skala gaya tersebut. Sebagai contoh jika terdapat dua buah gaya K
1
dan K
2
seperti pada gambar di bawah ini, maka resultan gaya dapat dicari dengan cara membuat garis
proyeksi yang bersifat pararel dari kedua gaya.
Gambar 1.15 Poligon dua buah gaya
K
1
K
2
O
K
1
K
2
O
R
STATIKA DAN MEKANIKA BAHAN I PENDAHULUAN
Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas 17 Agustus 1945 Samarinda Edisi Revisi 2013
21
HENCE MICHAEL WUATEN, ST., M.Eng
Untuk mendapatkan besarnya resultan cukup dengan mengghubungkan titik O dengan ujung
dari perpotongan kedua garis proyeksi K
1
dan K
2
.
Apabila terdapat gaya-gaya yang konkuren, maka resultan dari gaya-gaya tersebut dapat
dicari berdasarkan prinsip poligon gaya. Sebagai contoh terdapat gaya K
1
, K
2
, K
3
, K
4
dan K
5
di bawah
ini.
Gambar 1.15 Poligon gaya-gaya konkuren
Pada contoh di atas dimulai dengan K
1
dimana titik akhir dari K
1
merupakan titik awal K
2
dan
titik akhir dari K
2
merupakan titik awal K
3
dan seterusnya, hingga semua gaya tersusun. Sedangkan
nilai resultan gaya R didapatkan dengan cara menghubungkan titik awal K
1
dengan titik akhir K
5
,
sehingga membentuk sebuah poligon tertutup.
Dalam menyusun gaya-gaya konkuren dengan poligon gaya yang harus diperhatikan bahwa,
penyusunan gaya tidak merubah besar dan arah gayanya tetapi gaya cukup disusun secara berurutan
sehingga membentuk poligon tertutup. Sedangkan pada gaya-gaya yang tidak konkuren tetap
berlaku prinsip yang sama hanya saja susunan gaya-gaya tersebut boleh berurutan ataupun tidak
berurutan.
1.4.7 Metode Grafis Poligon Batang
Metode poligon batang digunakan untuk mencari nilai resultan pada gaya-gaya yang non
konkuren dan bersifat pararel. Sebagai contoh pada gambar di bawah ini terdapat gaya-gaya yang
bekerja secara paralel secara vertikal seperti terlihat pada gambar.
Untuk mencari besarnya resultan dan titik tangkapnya, maka terdapat langkah-langkah
penggambaran yang harus dilakukan sebagai berikut :
K
1
K
2
O
K
3
K
4
K
5
K
1
K
2
K
5
K
4
K
3
R
STATIKA DAN MEKANIKA BAHAN I PENDAHULUAN
Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas 17 Agustus 1945 Samarinda Edisi Revisi 2013
22
HENCE MICHAEL WUATEN, ST., M.Eng
1. Susunlah gaya-gaya K
1
, K
2
dan seterusnya hingga K5 secara vertikal berdasarkan urutan
gaya-gaya tersebut.
2. Tentukanlah titik S sembarang, kemudian hubungkan titik sembarang S dengan awal dan
akhir dari masing-masing gaya tersebut. Sebagai contoh titik awal K
1
dengan S kemudian
diberi notasi 0, selanjutnya titik akhir gaya K
1
atau titik awal gaya K
2
dengan titik S dan
diberi notasi 1 dan seterusnya sampai semua titik-titik gaya tersebut terhubung dengan
titik S.
3. Setelah diagram kutub selesai, buat gambar a), dengan cara menarik garis yang sejajar
dengan garis 0 memotong gaya K
1
pada titik sembarang.
4. Pada titik perpotongan ini yaitu pada gaya K
1
, tarik garis sejajar engan garis 1 sampai
memotong gaya K
2
. Lakukan hal yang serupa dan seterusnya digambarkan sampai dengan
garis yang sejajar garis 5 yang memotong gaya K
5
.
5. Perpanjanglah garis 0 dan garis 5 sampai keduanya saling berpotongan satu sama lain.
Titik potong ini adalah merupakan titik tangkap gaya resultan R.
Gambar 1.16 Poligon gaya-gaya non konkuren
1.5 Momen
Gaya yang beraksi pada suatu massa kaku, secara umum selain menyebabkan terjadinya
deformasi atau perubahan bentuk, ternyata juga menyebabkan adanya rotasi atau massa tersebut
akan berputar terhadap suatu titik sumbu tertentu. Posisi vektor gaya yang menyebabkan
perputaran terhadap suatu titik sumbu tertentu tersebut, disebut sebagai momen. Dengan
pengertian lain bahwa momen merupakan produk yang dihasilkan dari hasil perkalian antara gaya
dengan jarak lengan gaya pada suatu titik tinjauan tertentu. Dalam suatu kasus tertentu, akibat
adanya momen untuk suatu beban yang memiliki eksentrisitas, maka akan menimbulkan suatu
putaran yang disebut dengan torsi atau puntir. Ilustrasi mengenai torsi adalah seperti yang terjadi
pada sebuah pipa dalam gambar di bawah ini, dimana apabila momen tersebut berputar pada sumbu
STATIKA DAN MEKANIKA BAHAN I PENDAHULUAN
Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas 17 Agustus 1945 Samarinda Edisi Revisi 2013
23
HENCE MICHAEL WUATEN, ST., M.Eng
aksial dari suatu batang pipa tersebut, maka akan disebut sebagai proses torsi atau puntir. Seperti
ilustrasi yang terlihat dalam gambar di bawah ini, dapat dilihat bahwa torsi terhadap sumbu z akan
menyebabkan puntir pada pipa. Besarnya momen ditentukan oleh besarnya gaya F dan lengan
momen atau jarak tegak lurus gaya terhadap titik putar yang ditinjau. Sedangkan momen terhadap
sumbu z akan menyebabkan momen lentur (bending) pada pipa.
Gambar 1.17 Momen terhadap sumbu z dan x (sumber : Pranata J.A)
1.6 Persamaan Statika
Sebuah struktur dikatakan berada pada kondisi statis atau diam apabila jumlah gaya-gaya
yang bekerja pada struktur tersebut adalah sama dengan nol. Dimana, gaya-gaya yang bekerja pada
struktur tersebut, dapat berupa gaya-gaya vertikal, gaya horisontal dan momen. Dalam proses untuk
menentukan persamaan keseimbangan gaya-gaya pada struktur, persamaan statika didasarkan pada
hukum Newton tiga yaitu, aksi sama dengan reaksi. Aksi yang bekerja di dalam struktur disebabkan
oleh adanya beban yang bekerja dari luar, sedangkan reaksi yang terjadi pada struktur, berfungsi
untuk melawan aksi yang bekerja dengan dukungan dari tumpuan yang menyebabkan pada setiap
titik dalam sebuah struktur berlaku ketentuan bahwa, jumlah gaya arah vertikal, horisontal dan
momen harus sama dengan nol. Gaya-gaya (F) yang bekerja pada struktur merupakan bentuk
perlawanan terhadap terjadinya translasi dan rotasi, sehingga struktur tetap pada kondisi statis.
Gaya-gaya (F) yang terjadi untuk melawan translasi dapat diuraikan menjadi gaya-gaya arah vertikal
(F
V
) dan gaya-gaya arah horisontal (F
H
). Sedangkan gaya-gaya yang terjadi untuk melawan rotasi
adalah berupa momen (M).
Kondisi statis berarti bahwa jumlah gaya-gaya tersebut adalah nol, dan dapat dituliskan
dalam bentuk persamaan keseimbangan statis (equations of statical equilibrium) :
FV = 0
FH = 0 (1.8)
M = 0
Sebuah struktur dikatakan stabil, apabila mampu menjaga keseimbangannya sehingga struktur
tidak bergerak (statis) karena struktur mampu mendukung beban-beban yang bekerja. Struktur yang
stabil akan tetap pada kondisi statis atau diam dalam mendukung beban-beban yang bekerja. Selain
itu, di dalam struktur akan timbul gaya-gaya perlawanan yang besarnya sebanding dengan beban-
beban yang bekerja.
STATIKA DAN MEKANIKA BAHAN I PENDAHULUAN
Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas 17 Agustus 1945 Samarinda Edisi Revisi 2013
24
HENCE MICHAEL WUATEN, ST., M.Eng
1.7 Perletakan
Sifat gaya-gaya dan reaksi yang timbul pada suatu benda yang dibebani sangat bergantung
pada bagaimana benda tersebut ditumpu atau dihubungkan dengan benda lain. Struktur merupakan
suatu benda atau massa yang terkekang sebagian atau seluruhnya sehingga tidak dapat bergerak
secara bebas dalam suatu ruang.
Salah satu pengekangan adalah berupa perletakan (support), dimana setiap perletakan
mempunyai batasan dan kondisi tertentu, sehingga jenis perletakan juga mempengaruhi reaksi yang
dihasilkan oleh struktur. Perletakan pada struktur dapat berupa sendi, rol, jepit serta pendel.
Adapun penjelasan secara singkat mengenai jenis-jenis perletakan adalah sebagai berikut :
1. Perletakan sendi
Perletakan sendi merupakan perletakan yang bentuknya seperti as dari suatu roda, dimana
pada perletakan ini batang tidak dapat mengalami translasi ke segala arah, tetapi batang
struktur dapat berotasi terhadap as sendi. Pada perletakan ini akan timbul dua reaksi yang
tidak diketahui, yaitu reaksi vertikal (R
V
) dan reaksi horisontal (R
H
) namun sendi tidak
dapat menahan momen yang bekerja.
Gambar 1.18 Perletakan sendi dan aplikasi pada struktur (sumber : Sulistyo D)
2. Perletakan Rol
Rol adalah jenis perletakan berbentuk silinder, pada perletakan ini struktur dianggap
dapat bergerak searah dengan bidang perletakan. Dimana pada perletakan ini akan timbul
satu reaksi yang tegak lurus terhadap bidang perletakan atau bidang gelincir rol dan
reaksinya merupakan bilangan yang tidak diketahui yang dapat dicari melalui konsep
keseimbangan gaya.
STATIKA DAN MEKANIKA BAHAN I PENDAHULUAN
Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas 17 Agustus 1945 Samarinda Edisi Revisi 2013
25
HENCE MICHAEL WUATEN, ST., M.Eng
Gambar 1.19 Perletakan roll dan aplikasi pada struktur (sumber : Sulistyo D)
2. Perletakan Jepit
Perletakan jepit adalah jenis perletakan yang dapat menahan gaya vertikal, horisontal dan
dapat menahan momen.
Gambar 1.20 Aplikasi perletakan jepit pada struktur (sumber : Sulistyo D)
1.8 Idealisasi Struktur
1.8.1 Idealisasi Balok Sederhana
Struktur balok sederhana banyak dijumpai pada struktur jembatan dimana, gelagar jembatan
yang berfungsi untuk mendukung beban dari pelat jembatan yang selanjutnya dialihkan ke
perletakan jembatan untuk diteruskan ke tanah.
Gambar 1.21 Idealisasi balok sederhana (sumber : Siswosukarto S, 2007)
Idealisasi
STATIKA DAN MEKANIKA BAHAN I PENDAHULUAN
Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas 17 Agustus 1945 Samarinda Edisi Revisi 2013
26
HENCE MICHAEL WUATEN, ST., M.Eng
1.8.2 Idealisasi Balok Menerus
Struktur balok menerus merupakan struktur yang mempunyai beberapa perletakan sekaligus,
dan mempunyai perilaku mekanika yang berbeda dengan balok sederhana. Struktur balok menerus
banyak juga dijumpai dan diaplikasikan pada struktur jembatan.
Gambar 1.22 Idealisasi balok menerus (sumber : Siswosukarto S, 2007)
1.8.3 Idealisasi Struktur Gantung
Struktur gantung (cantilever) dapat berupa struktur balok yang dijepit salah satu ujungnya
dan salah satu ujung lainnya menggantung yang dapat mendukung beban titik, beban merata atau
kombinasi beban seperti yang tergambar di bawah ini.
Gambar 1.23 Idealisasi kantilever (sumber : Siswosukarto S, 2007)
1.8.4 Idealisasi Struktur Rangka
Struktur rangka (frame) merupakan struktur yang terdiri dari kumpulan elemen-elemen
batang yang dapat berupa batang tarik atau batang tekan yang dihubungkan dengan sendi atau jepit
dimana beban dianggap bekerja pada setiap sambungan (joint).
Idealisasi
STATIKA DAN MEKANIKA BAHAN I PENDAHULUAN
Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas 17 Agustus 1945 Samarinda Edisi Revisi 2013
27
HENCE MICHAEL WUATEN, ST., M.Eng
Gambar 1.24 Idealisasi struktur rangka (sumber : Siswosukarto S, 2007)
1.8.5 Idealisasi Struktur Portal
Struktur portal merupakan struktur yang terdiri dari kumpulan elemen-elemen batang
horisontal dan vertikal yang berhubungan secara kaku, dimana pada umumnya terdapat pelat untuk
kepentingan fungsional yang melimpahkan beban ke elemen horisontal selanjutnya dari elemen
horisontal dilimpahkan ke elemen vertikal untuk diteruskan ke tanah melalui pondasi.
Gambar 1.25 Idealisasi struktur portal (sumber : Siswosukarto S, 2007)
Di dalam struktur portal dikenal dua jenis portal yaitu, portal tidak bergoyang dan portal
bergoyang. Disebut sebagai portal tidak bergoyang apabila bentuk portal adalah simetris dan beban
yang bekerja juga simetris, selain itu portal dapat dikatakan tidak bergoyang apabila portal
mempunyai kaitan dengan struktur lainnya. Sedangkan dikatakan sebagai portal bergoyang apabila
beban yang tidak simetris bekerja pada portal yang tidak simetris dan portal simetris atau beban
simetris bekerja pada portal yang tidak simetris.
STATIKA DAN MEKANIKA BAHAN I PENDAHULUAN
Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas 17 Agustus 1945 Samarinda Edisi Revisi 2013
28
HENCE MICHAEL WUATEN, ST., M.Eng
Gambar 1.26 Jenis portal
1.9 Beban dan Perletakan Pada Struktur
1.9.1 Jenis Beban Pada Struktur
Faktor beban merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam perhitungan analisis
ataupun perancangan sebuah struktur. Dalam Standar Nasional Indonesia (SNI) untuk struktur baja,
beton bertulang, kayu dan jembatan, pada umumnya telah menggunakan metode ultimit (plastis)
untuk analisis dan perancangan, sedangkan analisis dan perancangan dengan metode elastis hanya
sebagai pilihan saja. Pada dasarnya agar suatu struktur dan komponennya dapat memenuhi syarat-
syarat keamanan dan kelayakan pakai terhadap bermacam-macam kombinasi beban yang ada, maka
harus diperhitungkan faktor-faktor beban tersebut, sesuai dengan sifat dan kebutuhan dari setiap
faktor.
Secara umum, struktur disebut sebagai himpunan dari elemen-elemen bahan yang berfungsi
menyalurkan beban dan gaya dengan aman, sehingga dalam proses perencanaan suatu struktur,
perhitungan akan kombinasi beban dan gaya yang bekerja dalam suatu struktur menjadi hal yang
sangat penting. Adapun jenis-jenis beban yang bekerja pada struktur sesuai dengan jenis dan fungsi
struktur, antara lain :
1. Beban mati (dead loads)
Adalah berat sendiri dari suatu struktur atau elemen-elemen struktur yang sifatnya tetap
dan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari struktur tersebut, termasuk segala
unsur-unsur tambahan yang ada di dalamnya.
2. Beban hidup (live loads)
Adalah beban yang sifatnya tidak tetap dan dapat bergerak yang terjadi akibat kegiatan
penghunian atau pengunaan suatu struktur atau bangunan yang di dalamnya termasuk
beban-beban yang disebabkan oleh barang-barang yang dapat berpindah-pindah atau dapat
bergerak seperti beban kendaraan pada struktur jembatan.
3. Beban angin (wind loads)
Adalah beban yang bekerja pada suatu struktur atau gedung yang diakibatkan oleh tekanan
ataupun pergerakan udara atau angin.
STATIKA DAN MEKANIKA BAHAN I PENDAHULUAN
Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas 17 Agustus 1945 Samarinda Edisi Revisi 2013
29
HENCE MICHAEL WUATEN, ST., M.Eng
4. Beban gempa (earthquake loads)
Beban gempa adalah beban yang terjadi akibat adanya pergerakan tanah yang disebabkan
oleh gempa yang bersifat lateral. Selain itu beban gempa menghasilkan goyangan terhadap
struktur arah lateral dan merupakan fungsi dari berat, tinggi dan bentuk struktur.
5. Beban tekanan (preassure loads)
Beban tekanan adalah beban yang dapat dihasilkan oleh adanya tekanan dari udara, gas,
air dan tanah. Pada umumnya penggunaan perhitungan terhadap beban tekanan hanya
pada struktur-struktur tertentu disesuaikan dengan letak, fungsi dan kondisi struktur
tersebut, seperti pada struktur dinding penahan tanah (retaining wall) dan pondasi yang
mengalami tekanan tanah, pada struktur pelat lengkung dan cangkang yang mengalami
tekanan udara, pada reaktor nuklir yang mengalami tekanan gas, pada struktur dam atau
bendungan yang mengalami tekanan air dan lain sebagainya.
6. Beban khusus (special loads)
Beban khusus adalah beban yang terjadi akibat perbedaan suhu, pengangkatan dan
pemasangan, penurunan pondasi (settlement), susut, gaya-gaya tambahan yang berasal
dari beban hidup seperti gaya rem, gaya sentrifugal, gaya dinamis akibat mesin-mesin dan
pengaruh-pengaruh khusus lainnya.
1.9.2 Bentuk Beban
Dalam idelisasi struktur, terdapat bermacam-macam bentuk beban yang merupakan idealisasi
dari faktor beban yang ada di sekitar kita. Komponen beban tersebut, kemudian diformulasikan
dalam bentuk-bentuk beban untuk mempermudah proses perhitungan dan distribusinya dalam
analisis struktur. Adapun bentuk- bentuk beban, antara lain :
1. Beban Titik
Beban titik atau beban terpusat adalah beban yang terkosentrasi pada satu titik atau satu
area. Sebagai contoh adalah beban roda, beban manusia, beban kolom atau pilar dan lain
sebagainya.
Gambar 1.27 Beban titik
2. Beban terbagi merata
Beban terbagi merata adalah beban yang terdistribusi secara merata sepanjang batang.
Sebagai contoh adalah berat sendiri struktur, berat dinding dan lain sebagainya.
STATIKA DAN MEKANIKA BAHAN I PENDAHULUAN
Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas 17 Agustus 1945 Samarinda Edisi Revisi 2013
30
HENCE MICHAEL WUATEN, ST., M.Eng
Gambar 1.28 Beban merata
3. Beban segitiga
Beban segitiga adalah beban berbentuk segitiga, biasanya dapat berupa beban tekanan
tanah atau tekanan air atau beban distribusi pelat lantai.
Gambar 1.29 Beban segitiga
4. Beban trapesium
Beban trapesium biasanya penyebaran beban pada lantai beton bertulang dan sebagainya.
Gambar 1.30 Beban trapesium
5. Beban merata yang besarnya berubah-ubah pada setiap titik.
Beban merata yang besarnya berubah-ubah pada setiap titik, dinyatakan dalam fungsi
jarak Q = Q(x).
Gambar 1.31 Beban merata berubah bentuk

Anda mungkin juga menyukai