Anda di halaman 1dari 4

Bimsalabim Piala Gubernur Jatim

LUCU. Itulah kata pembuka dari perhelatan kompetisi pra musim bernama Piala Gubernur Jatim 2013. Atau kalau di televisi biar lebih menjual bernama East Java Tournament.

Status turnamen hanya pra musim atau persiapan sebelum kompetisi, namun ributnya sudah seperti mau memperebutkan piala tertinggi kompetisi di sepakbola Indonesia. Siapa yang mengawali ribut ini? Tak perlu disebutkan, semuanya sudah tahu. Ya si Tetangga Berisik itu. Sekarang memang sedang musim hujan, biasanya diiringi badai tapi ya apa mungkin ini mempengaruhi keputusan tiba-tiba Persebaya yang takut bermain di stadion Kanjuruhan Malang sejak babak semifinal sampai babak final dan dengan berbagai alasan mulai huruf A-Z. Penulis jadi ingin membandingkan dengan kompetisi yang ada di luar negeri. Musim ini, Europa League-kompetisi dibawah Liga Champions-untuk babak final akan dihelat di Juventus Arena. Kebetulan juga Juventus terpaksa turun kasta dan bermain di Europa League. Mereka pun difavoritkan masuk final. Katakanlah, Juventus masuk final dan pasti akan bermain di kandang sendiri. Misal kemudian lawan yang akan dihadapi Tottenham Hotspurs. Tapi (selagi ini contoh saja) kemudian Spurs merengek meminta laga dipindah karena itu adalah kandang dari Juventus dan dibilang tidak adil. Aneh dan mungkin ini hanya sekedar dongeng kalau di ranah eropa.

Tapi kalau di Indonesia, ini bukan sekedar dongeng tapi sudah fakta. Saat Persebaya merengek meminta pertandingan final tak dihelat di stadion Kanjuruhan Malang padahal keputusan dihelatnya lokasi partai pamungkas itu sudah ditetapkan saat manager meeting. Alasannya beraneka ragam. Mulai dari menguntungkan Arema karena dianggap sebagai tuan rumah sampai alasan izin keamanan karena mendekati perayaan Natal. Soal alasan keamanan pun sudah dipatahkan setelah Polres Malang mengeluarkan izin pertandingan. Tapi bimsalabim seperti sulap, pertandingan final pun di pindah ke stadion Bumimoro komplek Angkatan Laut (AL) Surabaya dengan tanpa penonton. Bimsalabim ala sepakbola Indonesia. Semua yang tidak mungkin bisa jadi mungkin. Semua yang mustahil menjadi nyata. Bimsalabim ala panpel Piala Gubernur Jatim, dari Malang pindah ke Surabaya. Dari Kanjuruhan ke Bumimoro. Dari puluhan ribu penonton menjadi nol penonton. Bimsalabim ala Persebaya, dari nekad menjadi merengek. Dari away menjadi pertandingan home. Lantas dimana Arema? Tim kebanggaan Aremania ini menjadi korban bimsalabim. Beruntung tak sampai terhipnotis karena Ahmad Bustomi dkk mampu membuktikan sebagai Singo yang selalu Edan. Cukup 1-0 untuk membawa trofi piala Gubernur Jatim kepada Aremania. Tapi ini masih satu target tercapai karena target utama adalah mengangkat trofi ISL. Jika ingin jadi juara, maka Arema harus bersiap menghadapi bimsalabim sepakbola Indonesia yang lain. Bersiaplah Singo Edan.

Nggak salah juga sih punya "selera" tinggi, ya.. walaupun akhirnya terbentur dengan sebuah ikatan yang dinamakan persahabatan. Dulu waktu kita berdua masih duduk di bangku sekolah menengah pertama, kita cuma sebatas kenal aja. Atau lebih tepatnya ngaku-ngaku kenal, maklum lah bisa di bilang dia itu salah satu pusat perhatian di masa ku :D . Namanya aja cewek, cantik pula , waktu masih esempe belum kelihatan "kematangan"nya aja udah segitu banyak nya yang terpesona apalagi kalo udah esema gini. , Indahnya masa esempe tak seindah masa esema. Sebelumnya mau mengklarifikasi, saya itu orang nya gak punya bakat, gak rajin, malas pula. Ujung-ujung nya waktu pengumuman kelulusan, lulus sih lulus tapi nilai gak seberapa. Alhasil, harus sekolah di luar kota, dan yang pasti nambah beban orang tua, baik fisik, batin, maupun finansial. Dari situ udah timbul niatan buat sungguh-sungguh belajar, walau dalam kondisi jauh sanak saudara dan orang tua pastinya. singkat kisah, setelah satu semester aku di pindahkan kedalam kota lagi. Waktu itu ayah (ayah ? biasae bapak ae kok ayah-ayah an -_-) jemput saya jauh-jauh dari Banyuwangi ke Blitar buat ngurus suratsurat pindah dan segala macam yang perlu di selesaikan. setelah beberapa hari kami berangkat "mudik" ke kota yang terkenal dengan santetnya ini. nah dari situ kisah ini mulai dimuai. Cewek pertama yang menarik perhatianku adalah teman lama ku semasa esempe itu. Saat itu dia memang melihatku, namun karna memang saat esempe kami tidak begitu akrab, kami hanya sebatas menyapa bak dua orang yang baru kenal. Kurang lebih satu setengah tahun lamanya aku sudah melanjutkan sekolahku di sini, setelah pembagian rapot kami hanya tinggal menunggu dimana nasip kami akan ditentukan selama setahun mendatang dalam mempersiapkan ujian nasional guna meneruskan ke jenjang perkuliahan. Oang-orang berkerumun bagai menyerbu sembako murah :D , saat kulihat namaku aku agak terperangah, bagaimana bisa aku terdampar dikelas orang-orang yang bisa di bilang kutu buku ini. Lebih mengherankannya, di sudut kanan bawah tertuis salah satu nam guru agama sebagai wali kelas yang aku tempati. waduhhh........!!! Karena seorang guru agama ? Bukan perkara beliau seorang guru agama, melainkan isu dari para senior menyebutkan bahwa beliau ini termasuk guru killer. "Lebih baik jadi orang bodoh diantara para jenius, daripada jadi orang pandai diantara pemalas", aku mencoba meyakinkan diri dan terus menegaskan bahwa aku tidak bisa terus-terusan jadi pecudang. seteah saat itu aku mulai akrab dengannya karena letak tempat duduk kami yang agak berdekatan. Suatu ketika saat aku sedang di perjalanan menuju sekolah, aku melihatnya di tepi jalan. Langsung saja aku menepikan motorku dan "menginterogasinya". Ternyata dia mencari tumpangan untuk pergi kesekolah (yang tidak lain dan tidak bukan adalah sekolahku juga). Aku tawarkan saja dia untuk berangkat bersamaku, dan dia juga meng"iya"kan. Entah jawaban itu karna memang sudah siang, atau apa yang jelasku aku berniat baik itu saja dalam benakku. Yaa.. bisa dibilang setelah pertemuan saat itu, kami jadi terus berangkat bersama, entah itu saat berangkat ataupun pulang sekolah. Awalnya aku tidak punya ketertarikan apa-apa padanya, namun setelah ku cermati ada sebuah rasa "care" yang terselib padanya. Sejak saat itu aku mulai memperhatikannya entah saat di sekolah atau saat di luar sekolah. Bisa dibilang entah kemanapun ,aku selalu mengajaknya atau dia yang mengajakku. Pernah suatu ketika dia dan 2 temannya merencanakan untuk renang,dan tak mengejutkan dia mengajakku juga. setelah itu kami menyetujuinya, tapi semalam sebelum acara itu aku merasa agak bimbang.

bagaimana tidak, rencana yang dari awalnya hanya kami berempat menjadi berdelapan. "apakah ini tidak apa?" dalam benakku, bagaimana aku tidak bimbang, ibu, kakak, dan kedua kerabatnya juga ikut. malahan aku juga sempat di tawari di buatkan bekal "kamu dibuatno bekal po nggak bang ?" aku jadi maki nggak enak dengan dia, terlebih keluarganya. Awalnya aku masih tetap ragu tentang hal itu, tapi ternyata ibu dan kakaknya menanggapinya dengan santai. Bahkan setelah itu aku jadi merasa seperti menjadi anaknya juga. pasalnya beliau terbilang tidak terlalu "jaim" sebagai orang tua pada umumnya. Beliau terkesan blak-blak'an. sebenarnya aku juga tidak terlalu "mempermasalahkan" hal itu, tapi jadi salah tingkah sendiri begitu berbincang dengannya karena aku dianggap seperti sudah kerabat sendiri yang tidak perlu menyembunyikan apapun dariku. Entah perasaanku saja atau bagaimana, aku merasa setelah itu beliau agak N N G R A I N I

Anda mungkin juga menyukai