Anda di halaman 1dari 3

REVIEW JURNAL

Alasan peneliti melakukan percobaan ini yaitu untuk mengevaluasi pati sagu yang digunakan sebagai glidant dalam proses pembuatan tablet . Glidant yang digunakan peneliti adalah Formula Ketiga parasetamol 300 mg / tablet sebagai bahan aktif dan Tepung sagu pada konsentrasi dari 2,5 , 5 , dan 10 %. Glidant ini adalah bahan yang dapat menaikkan kemampuan mengalir serbuk, umumnya digunakan dalam proses kempa langsung tanpa proses granulasi. Glidanta sendiri merupakan salah satu Bahan pelicin yang digunakan sebagai bahan pembantu yang ditambahkan dalam proses pembuatan tablet yang terdiri atas Lubricant untuk mengurangi gesekan selama proses pengempaan tablet antara dinding ruang cetak dengan tepi tablet selama penabletan berlangsung serta Antiadheren untuk mencegah agar bahan yang dikempa tidak melekat pada permukaan stempel dan matris. Pada umumnya lubrikan bersifat hidrofobik sehingga cenderung menurunkan disintegrasi dan dissolusi tablet, oleh karena itu kadar lubrikan yang berlebihan harus dihindari. Contoh bahan pelicin : talk (5 %), magnesium stearat (1 %), derivat-derivat silika (0,25-3%), dan amilum jagung (5-10%) (9,2,1). Amilum merupakan cadangan makanan utama pada tanaman, yang merupakan gabungan dari dua polisakarida, yaitu amilopektin (a-amilosa) yang merupakan polimer rantai bercabang dan amilosa (b- amilosa) merupakan molekul berantai lurus. Amilum pada sumber asalnya terdapat dalam bentuk granul (butiran kecil). Granul amilum dapat diperoleh dari kebanyakan tanaman dengan menyaring bagian tanaman yang sudah dihancurkan dengan menggunakan kain kasar dan kemudian mengendapkan granul-granul amilum dari filtrat. Dalam bidang farmasi, amilum yang sudah sering digunakan adalah amilum jagung, kentang, beras, tapioka, dan gandum. Amilum diketahui tersebar banyak di batang, rhizoma, buah, dan biji-bijian. Pada percobaan ini peneliti menggunakan amilum sagu. Penambahan amilum dapat berfungsi sebagai bahan penghancur, bahan pengikat, dan bahan pengatur aliran. Menurut Evans amilum telah biasa digunakan sebagai disintegrant. Banker dan Anderson mengatakan bahwa amilum dalam proses penabletan dapat berfungsi sebagai bahan pengisi, bahan pengikat, bahan penghancur, dan sebagai bahan pelicin. Bahan-bahan yang digunakan penelitin dalam penelitian ini adalah Parasetamol (Farmasetis), Laktosa (Farmasetis), Amprotab (Farmasetis), dan Amilum sagu (dibuat dari pohon Metroxylon rumphii (Wild.) Mart.) Alat yang digunakan adalahMesin tablet Single Punch (Korsch), Motorized Tapping, Hardness Tester (model Stokes), Friabilator (Erweka), Disintegrator (Erweka), Granulator

(Erweka), Dehumidifier (Sanyo), Stopwatch, alat uji penyerapan air, timbangan tipe LS. GDT (Ohauss), spektrofotometer ( Spectronic 601, Milton Roy). Adapun untuk mengevaluasi fungsi amilum sebagai bahan pelicin, dibuat 3 macam formula dengan parasetamol sebagai model obatnya. Masing-masing formula mengandung bahan pelicin sebesar 2,5; 5, dan 10 %. Cara kerja atau metode yang dilakukan peneliti yaitu Parasetamol dicampurkan dengan laktosa sampai homogen, kemudian ditambah musilago Amprotab 10 % sampai terbentuk massa granul. Massa granul selanjutnya diayak dengan ayakan no.10 dan dikeringkan dalam almari pengering selama 24 jam. Granul yang telah kering diayak dengan ayakan no. 12/35. Fraksi granul no.12/35 ditimbang dan ditambah bahan pelicin (amilum sagu kering masing-masing dengan kadar 2,5 %; 5 % dan 10 %), dicampur sampai homogen. Campuran granul dan amilum kering selanjutnya dikempa menjadi tablet. Dilakukan pengukuran dan uji waktu alir granul, pengetapan granul, kekerasan tablet, kerapuhan tablet, keseragaman bobot, keseragaman kadar, waktu hancur dan daya serap air. Hasil yang diperoleh peneliti dalam pengukuran waktu alir terlihat bahwa kecepatan alir semakin meningkat (waktu alir semakin rendah) dengan semakin besarnya konsentrasi amilum sagu yang ditambahkan. adanya kemampuan amilum sagu dalam memperbaiki sifat alir disebabkan karena partikel amilum berbentuk oval dan permukaan partikelnya licin, sehingga akan lebih mudah mengalir. Disimpulkan bahwa amilum sagu mampu memperbaiki sifat alir granul atau dapat berfungsi sebagai glidan. Bila diamati permukaan tablet yang dihasilkan oleh ketiga formula tersebut, baik yang menggunakan bahan pelicin 2,5 %, 5 % maupun yang 10 %, semuanya menghasilkan permukaan tablet yang halus dan relatif mengkilat. Selain itu pada saat pencetakan tablet, tablet yang tercetak tidak melekat, baik pada dinding cetakan maupun pada matris. Dalam hal ini juga dapat dikatakan bahwa amilum sagu yang ditambahkan tersebut, juga dapat berfungsi sebagai lubricant dan antiadheren. Salah satu keuntungan penggunaan bahan pelicin yang bersifat hidrofilik adalah dapat mempercepat waktu disintegrasi dan pelarutan obat . Amilum sagu bersifat sangat suka air danmampu mengabsorbsi air dalam jumlah yang cukup besar. Hasil pengujian waktu hancur (disintegrasi)tablet pada tabel 2 dapat dilihat bahwa kecepatan hancurnya tablet meningkat dengan meningkatnya kadar bahan pelicin (amilum Sagu) yang bersifat suka air. Peningkatan jumlah amilum sagu sebagai bahan pelicin yang mampu menyerap air, akan meningkatkan kecepatan disintegrasi tablet yang akhirnya diharapkan akan mampu meningkatkan kecepatan pelarutan obat. yang ditambahkan, maka kecepatan dan jumlah air yang diserap juga bertambah besar. Hal ini akan lebih jelas dengan melihat jumlah air yang diserap oleh tablet

baik total maupun per-mg tablet , terus meningkat sebanding dengan makin besarnya amilum sagu sebagai pelicin yang ditambahkan.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pati sagu , yang dihasilkan dari batang M. rumphii digunakan pada konsentrasi 2 , 5 % menghasilkan fungsi yang baik dari glidant , bisa meningkatkan laju aliran , dan mencegah lampiran tablet untuk mati dan pukulan . Ketika konsentrasi pati sagu , meningkat menjadi 5 dan 10 % , itu dapat meningkatkan kemampuan aliran butiran parasetamol dan fungsi glidants nya menjadi lebih baik . kapan konsentrasi pati sagu , peningkatan itu dapat meningkatkan waktu hancur

Anda mungkin juga menyukai