Anda di halaman 1dari 35

BAB I PENDAHULUAN 1.

1 Latar Belakang K3 adalah suatu ilmu pengetahuan dan penerapan guna mencegah kemungkinan terjadinya kecelakaan dan penyakit yang disebabkan oleh pekerjaan dan lingkungan kerja. Menurut America Society of safety and Engineering (ASSE) K3 diartikan sebagai bidang kegiatan yang ditujukan untuk mencegah semua jenis kecelakaan yang ada kaitannya dengan lingkungan dan situasi kerja. Masalah keselamatan dan kesehatan kerja (K3) secara umum di Indonesia masih sering terabaikan. Hal ini ditunjukkan dengan masih tingginya angka kecelakaan kerja. Di Indonesia, setiap tujuh detik terjadi satu kasus kecelakaan kerja (K3 Masih Dianggap Remeh, Warta Ekonomi, 2 Juni 2006). Hal ini tentunya sangat memprihatinkan. Tingkat kepedulian dunia usaha terhadap K3 masih rendah. Padahal karyawan adalah aset penting perusahaan. Minimnya hal tersebut sebagian besar disebabkan oleh masih adanya anggapan bahwa program K3 hanya akan menjadi tambahan beban biaya perusahaan. Di samping itu, yang masih perlu menjadi catatan adalah standar keselamatan kerja di Indonesia ternyata paling buruk jika dibandingkan dengan negara-negara Asia Tenggara lainnya, termasuk dua negara lainnya, yakni Bangladesh dan Pakistan. Sebagai contoh, data terjadinya kecelakaan kerja yang berakibat fatal pada tahun 2001 di Indonesia sebanyak 16.931 kasus, sementara di Bangladesh 11.768 kasus. Masalah umum mengenai K3 ini juga terjadi pada penyelenggaraan konstruksi dan bangunan. Sektor jasa konstruksi dan bangunan adalah salah satu sektor yang paling berisiko terhadap kecelakaan kerja, disamping sektor utama lainnya yaitu pertanian, perikanan, perkayuan, dan pertambangan. Jumlah tenaga kerja di sektor konstruksi yang mencapai sekitar 4.5 juta orang, 53% di antaranya hanya mengenyam pendidikan sampai dengan tingkat Sekolah Dasar, bahkan sekitar 1.5% dari tenaga kerja ini belum pernah mendapatkan pendidikan formal apapun.
Kesehatan dan Keselamatan Kerja | 1

Kenyataan ini tentunya mempersulit penanganan masalah K3 yang biasanya dilakukan dengan metoda pelatihan dan penjelasan-penjelasan mengenai Sistem Manajemen K3 yang diterapkan pada perusahaan konstruksi dan bangunan. 1.2 Rumusan Masalah 1. Faktor apa saja yang dapat menimbulkan kecelakaan kerja? 2. Bagaimana cara mencegah kecelakaan kerja guna meningkatkan kesehatan dan keselamatan kerja? 3. Apa saja Dampak yang ditimbulkan dari kecelakaan kerja?

Kesehatan dan Keselamatan Kerja | 2

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Keselamatan dan Kesehatan Kerja Keselamatan Kerja Menurut Mondy dan Noe (2005:36) keselamatan kerja adalah

perlindungan karyawan dari cedera yang disebabkan oleh kecelakaan yang terkait dengan pekerjaan. Resiko keselamatan merupakan aspek-aspek dari lingkungan kerja yang dapat menyebabkan kebakaran, konslet dari aliran listrik, luka memar, keseleo, dan lain-lain Kesehatan Kerja Menurut Mondy dan Noe (2005:360) kesehatan adalah kebebasan dari kekerasan fisik. Resiko kesehatan merupakan faktor-faktor dalam lingkungan kerja yang bekerja melebihi periode waktu yang telah ditentukan, lingkungan yang dapat membuat stress emosi atau gangguan fisik. Kesehatan pekerja bisa terganggu karena penyakit, stress, maupun karena kecelakaan. Program kesehatan yang baik akan menguntungkan para pekerja secara material, selain itu mereka dapat bekerja dalam lingkungan yang lebih nyaman, sehingga secara keseluruhan para pekerja akan dapat bekerja secara lebih produktif. Menurut Mondy dan Noe (2005) terdapat beberapa program kesehatan yang dapat dilakukan oleh perusahaan, diantaranya : a) Manajemen stress. b) Program kebugaran fisik. c) Program penanggulangan penyalagunaan alkohol dan obat-obatan.

Kesehatan dan Keselamatan Kerja | 3

Kesehatan dan Keselamatan Kerja Dari pengertian diatas dapat di simpulkan bahwa Kesehatan,

Keselamatan, dan Keamanan Kerja, biasa disingkat K3 adalah suatu upaya guna memperkembangkan kerja sama, saling pengertian dan partisipasi efektif dari pengusaha atau pengurus dan tenaga kerja / karyawan dalam tempat kerja untuk melaksanakan tugas dan kewajiban bersama dibidang keselamatan, kesehatan, dan keamanan kerja dalam rangka melancarkan usaha berproduksi.

Melalui Pelaksanaan K3 ini diharapkan tercipta tempat kerja yang aman, sehat, bebas dari pencemaran lingkungan, sehingga dapat mengurangi atau terbebas dari kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja. Jadi, pelaksanaan K3 dapat meningkatkan Efisiensi dan Produktivitas Kerja.

2.2 Fokus Program Keselamatan Menurut Mondy dan Noe (2006) Program keselamatan kerja difokuskan pada dua aspek: Perilaku Kerja: Membentuk sikap karyawan yang pro-keselamatan kerja. Mendorong upaya seluruh karyawan untuk mewujudkan keselamatan kerja, mulai dari manajemen puncak hingga karyawan level terendah. Menekankan tanggung jawab para manajer dalam melaksanakan program keselamatan kerja. Kondisi Kerja: Mengembangkan dan memelihara lingkungan kerja fisik yang aman, misalnya dengan penyediaan alat-alat pengaman.

Kesehatan dan Keselamatan Kerja | 4

2.3 Pencurian Identitas Pencurian identitas dalam arti sempit berarti bahwa seseorang mengambil suatu kartu pengenal/segala jenis pengenal milik orang lain untuk kemudian dia gunakan pada dirinya sendiri sebagai identitas pengenal orang yang dicuri tersebut. Saat ini pencurian identitas yang terjadi banyak dilakukan karena motif yang beragam, dimulai dari kepentingan untuk mencapai tujuan ekonomi yang mereka inginkan, penipuan, sampai sekedar melampiaskan motif dendam semata dengan cara merusak imej orang tersebut. Pencurian identitas dalam arti luas berarti bahwa seseorang telah menjadi sangat depresi atau mengalami gangguan kejiwaan (psikopat) dengan meniru atau mencuri identitas orang lain yang dia ingat, benci, atau sukai. Pencurian identitas sangat merugikan karena orang yang dicuri identitasnya mungkin citranya akan buruk di mata orang lain. Cara mencegah pencurian identitas : 1. Menjaga data pribadi Anda baik secara online maupun offline.
o

Pastikan setiap berkas apapun yang di buang telah aman. Bisa di sobek-sobek dahulu atau dengan menyamarkan isinya.

Guna melindungi diri, pertimbangkan untuk menyobek dokumen yang berisi informasi pribadi seperti laporan rekening, mengunci kotak pesan, dan mengosongkan dompet dari segala berkas yang tidak penting dibawa.

2. Abaikan email atau panggilan telepon yang meminta informasi rekening. Karena penipu bisa menggunakan cara-cara di bawah ini:
o

Email phising. Email phishing (email palsu) adalah email yang dibuat agar terlihat seperti dikirim dari perusahaan resmi, namun sebenarnya dari pencuri identitas. Biasanya email tersebut berisi

Kesehatan dan Keselamatan Kerja | 5

peringatan bahwa rekening Anda bermasalah atau persoalan darurat lainnya untuk menipu agar mengklik situs web spoof atau menghubungi nomor layanan pelanggan palsu.
o

Situs web spoof. Situs web palsu ditujukan untuk meniru situs web dari perusahaan ternama. Situs web ini akan meminta memasukkan nama pengguna dan sandi atau informasi account lainnya. Jika hal ini dilakukan, berarti kita telah memberikan informasi kepada seseorang yang mungkin akan menggunakan data tersebut untuk hsl yang merugikan.

Panggilan Telepon. Kita harus berhati-hati terhadap panggilan telepon yang menyatakan dari pusat layanan pelanggan dan meminta memberikan informasi penting pribadi. Tutup panggilan telepon tersebut dan cobalah menghubungi nomor yang tertera di situs web perusahaan resmi.

3. Melindungi akses komputer. Cara perlindungan ini meliputi:


o

Perlindungan terhadap perangkat lunak/software. Sebaiknya gunakan password di akses komputer. Jika menggunakan perangkat lunak, usahakan selalu rutin memperbaruinya/update. Yang terpenting atur konfigurasikan firewall komputer agar penyusup tidak dapat masuk ke jaringan atau komputer.

Perlindungan sandi/password. Selalu gunakan password/sandi yang kuat untuk apapun, terutama yang berhubungan dengan informasi penting. Sandi/password yang kuat adalah dengan memadukan huruf besar, kecil, angka, atau bahkan simbol.

Kesehatan dan Keselamatan Kerja | 6

4. Selalu waspada.
o

Bertindaklah Cepat. Jika merasa ada kejanggalan pada sesuatu hal, terutama pada hal-hal yang sangat privasi (data, informasi, atau yang lain) segera mungkin lakukan tindakan yang diperlukan. Jangan menunda hal itu, karena semakin lama menunda kerugian yang ditimbulkan akan semakin besar.

Selalu memeriksa account secara rutin. Terutama yang berkaitan dengan masalah keuangan. Pastikan tidak ada transaksi

mencurigakan dan kejanggalan di sana. Segera mungkin kroscek dan ambil tindakan saat merasa terjadi kejanggalan

2.4 Ergonomic K3 dan ergonomi adalah dua hal yang tidak dapat dipisahkan. Dua-duanya sama-sama membahas tentang kerja dan dua-duanya sama-sama membahas keselamatan dan kesehatan. Lalu apa bedanya ergonomi dan K3? Hubungan antara ergonomi dan K3 ini memang sering cukup membingungkan bahkan ada suatu riset yang sengaja meneliti hal ini dengan judul The relation between OSH and ergonomics: a mother-daughter or sister-sister relation? oleh Hermans V, dan Peteghem J. Maka dari itu sebelum nya kita harus memahami apa yg di maksud dengan ergonomi itu sendiri. Menurut Mondy dan Noe (2006) Ergonomics is the study of human interaction with task, equipment, tools and the physical environment (ergonomi adalah ilmu yang mempelajari hubungan manusia / pekerja dengan pekerjaan nya, peralatan, perlengkapan dan lingkungan fisik lainnya). Dari pengertian tersebut dapat kami tarik kesimpulan bahwa ergonomi merupakan suatu ilmu tentang merancang bagaimana agar seseorang / pekerja bisa bekerja dengan baik yang didukung dengan kondisi lingkungan fisik sekitar seperti peralatan, perlengkapan dan benda fisik lainnya. ergonomi

Kesehatan dan Keselamatan Kerja | 7

mengedepankan bagaimana agar suatu pekerjaan dapat dilakukan dengan efektif, aman / selamat, nyaman, sehat. Indikator suatu kerja dikatakan baik adalah jika tercapai keselamatan kerja, kesehatan kerja, produktivitas kerja, kualitas kerja, dan kepuasan kerja. 2.5 Cedera Karena Stress Yang Berulang Cedera regangan berulang-ulang (Repetitive Stess Injuries{RSI}) adalah gangguan umum dari anggota badan atas yang terjadi terutama karena sikap yang buruk di tempat kerja. Umumnya ada rasa sakit saraf, tendon dan otot-otot yang terjadi karena berlebihan atau gerakan berulang-ulang. Cedera regangan berulang-ulang ini juga dikenal sebagai gangguan Trauma kumulatif (CTD). Penyebab RSI RSI dikatakan terjadi ketika berlebihan mengakibatkan trauma

mikroskopis di otot dan tendon. Faktor-faktor lain yang mempengaruhi daerah meliputi:

kelelahan ligamen, tendon dan jaringan lunak karena atas penggunaan kurangnya suplai darah ke saraf menyebabkan iskemia dan otot kerusakan beberapa psikososial kerja terkait kondisi dan. (1-6)

Gejala RSI RSI umumnya mempengaruhi pergelangan tangan, siku, lengan, tangan dan bahkan leher dan bahu. Rasa sakit mungkin juga menghasilkan dari pembengkakan dan peradangan dan otot kekakuan yang mendasari.

Kesehatan dan Keselamatan Kerja | 8

Gejala umum kondisi termasuk rasa sakit, pembengkakan, kekakuan, mati rasa atau kesemutan, gerakan bersama yang terbatas dan memburuknya gejala dengan waktu. Jenis RSI RSI adalah biasanya dari dua jenis: tipe 1 RSI dan tipe 2 RSI. Tipe 1 RSI dikatakan terjadi ketika gejala semua menunjuk ke arah diagnosis kondisi medis yang diakui. Ada khas kekakuan, pembengkakan dan peradangan terkena otot dan tendon. Tipe 1 RSI termasuk kondisi seperti radang kandung lendir yang terjadi ketika ada peradangan dan pembengkakan kantung berisi cairan dekat bersama (biasanya bahu, siku dan lutut) dan tendonitis yang terjadi ketika tendon meradang. Persyaratan lain adalah Carpal tunnel syndrome di mana pembengkakan dan peradangan pada otot-otot pergelangan tangan yang mengarah ke kompresi saraf penting disebut saraf median. Kondisi lain termasuk Dupuytren's contracture, Epicondylitis atau 'tennis elbow', 'Aqidah 's lutut' atau 'mengalahkan kondisi' dll. Dalam tipe 2 RSI kondisi medis ini tidak jelas. Hal ini terutama karena ada gejala tidak jelas, selain dari rasa sakit. Ini disebut "sindrom nyeri non-spesifik". Postur dan RSI RSI sering disebabkan karena sikap yang buruk di tempat kerja atau lebih lama dari waktu. RSI umumnya terjadi pada orang-orang yang bekerja dengan komputer atau melaksanakan pekerjaan manual yang berulang-ulang.

Kesehatan dan Keselamatan Kerja | 9

Siapa yang beresiko tinggi RSI? RSI terjadi pada orang-orang yang melakukan suatu aktivitas tertentu untuk waktu yang lama tanpa istirahat, melakukan aktivitas berat,

mempertahankan sikap miskin untuk waktu yang lama, bekerja di iklim dingin, dengan bergetar peralatan dan menderita dari pekerjaan terkait stres. Pekerjaan di risiko tertentu meliputi:

komputer berat pekerja stik ultrasonographers penjahit ahli bedah dokter gigi perawat memasak Pembersih staf pemeliharaan jalan tukang kayu driver atlet berkuda perenang seniman bela diri musisi dll.

Pengobatan RSI Perawatan RSI berfokus pada pencegahan kondisi sedini mungkin. Hal ini dilakukan oleh identifikasi dan menghentikan tugas atau kegiatan yang menyebabkan gejala.

Kesehatan dan Keselamatan Kerja | 10

Rasa sakit dan bengkak mungkin lega oleh obat-obatan anti-inflamasi seperti Aspirin atau Ibuprofen. Kadang-kadang dukungan dalam bentuk Sling, karet gelang atau panas dan dingin paket adalah berguna. Lebih parah kasus mungkin memerlukan suntikan steroid untuk mengurangi peradangan. Pemulihan membutuhkan bantuan seorang fisioterapis nasihat pada postur. 2.6 Kekerasan di tempat Kerja Dibawah ini akan dijelaskan beberapa penjelasan tentang kekerasan di tempat kerja. Pengertian Kekerasan di tempat kerja Kekerasan tempat kerja dapat diperoleh dari faktor Internal yaitu di dalam ruang lingkup organisasi/perusahaan juga bisa didapatkan dari faktor eksternal, yaitu di luar ruang lingkup orgasnisasi/perusahaan. Kekerasan di tempat kerja sangatlah bervariasi, mulai dari tindakan yang menyinggung atau ucapan yang mengancam sampai pembunuhan. NIOSH (National Institute of Occupational Safety and Health Lembaga Nasional Kesehatan dan Keselamatan Kerja Amerika Serikat) mendefinisikan kekerasan di tempat kerja sebagai tindak kekerasan (termasuk ancaman dan kekerasan fisik) yang ditujukan kepada seseorang yang sedang bekerja atau sedang bertugas. Berikut merupakan variasi dari perilaku kekerasan ditempat kerja: pembunuhan, pemerkosaan, perampokan, membuat luka, serangan fisik, menendang, menggigit, memukul, meludahi, mencakar, meremas, mencubit, pelecehan (termasuk seksual dan merendahkan asal/suku), pemarah, intimidasi, ancaman, pengasingan dari pergaulan, meninggalkan pesan yang menyinggung, postur yang mengancam, gerakan yang kasar, mengganggu dengan alat kerja,

Kesehatan dan Keselamatan Kerja | 11

sikap yang bermusuhan, sumpah serapah, teriakan, memanggil dengan sebutan nama yang buruk, sindiran, dan mendiamkan dengan sengaja. Kekerasan di tempat kerja dapat digolongkan menjadi beberapa kategori: Pertama, kekerasan yang dilakukan oleh penjahat yang tidak memiliki hubungan dengan tempat kerja, yang bertujuan untuk melakukan perampokan ataupun kejahatan lainnya. Kedua, kekerasan pada pekerja oleh pelanggan, klien, pasien, murid, ataupun oleh orang yang diberikan jasanya oleh perusahaan. Ketiga, kekerasan yang dilakukan oleh sesama pekerja, supervisor, atau manajer yang masih bekerja ataupun mantan pekerja. Keempat, kekerasan yang dilakukan di tempat kerja oleh orang yang tidak bekerja di sana, namun mempunyai hubungan dengan pemberi kerja, seperti kerabat dan teman yang suka menyiksa. Menurut Mondy&Noe (1996) forty percent of occupational deaths for women are homicides. This high percentage reflects the fact that women normally are not employed in high risk occupations but do work in retail, where the homicide rate is high due to easy access by strangers.nevertheless, workplace violence of all types, including beating, serious injury, rape, and harassment, cost employers and others $4.2 billions in 1942. Violence results in lost business, lost productivity from injured workers, and increases in lawsuits stemming from negligentsecurity claims. Workers compensation insurance premiums are also typically increased in companies that have experienced violence. 2.7 Program Kesehatan Kerja Seperti yang dikutip dari buku Marwansyah, yang berjudul Manajemen Sumber Daya Manusia, Program kesehatan Kerja yang bisa diselenggarakan adalah Manajemen Stres. Stres adalah the pattern of emotional states and physiological reactions occuring in response to demands from within or outside organizations (i.e., stressors) yang artinya pola kondisi emosi dan reaksi fisik yang terjadi sebagai respons terhadap tuntutan dari dalam atau luar organisasi (yakni, stressor). Stres dapat juga diartikan sebagai the adverse reaction people

Kesehatan dan Keselamatan Kerja | 12

have to excessive pressure or other typess of demand placed on them yang artinya reaksi buruk yang di berikan seseorang terhadap tekanan atau bentuk tuntutan yang berlebihan lainnya, terhadap dirinya. Dalam konteks pekerjaan, job stres dapat didefinisikan sebagai the harmful physical and emotional responses that occur when the requirements of the job do not match the capabilities, resources, or needs of the worker (respon fisik dan emosi yang merugikan, yang terjadi bila tuntutan pekerjaan tidak sesuai dengan kapabilitas sumber daya, atau kebutuhan pekerja.) Stres tidak selalu berdampak negatif. Stres yang dialami pada tingkat tertentu adalah sesuatu yang normal. Dalam kenyataannya, stres seringkali memberikan energi motivasi kepada kita untuk menghadapi tantangan hidup sehari-hari, baik di rumah maupun di tempat kerja. Stres dalam tingkat sedang (mils stres) pada dasarnya dapat meningkatkan produktifitas dan dapat membantu pengembangan gagasan-gagasan kreatif. Tentu saja, seperti kebanyakan hal lainnya, stres yang berlebihan akan berdampak negatif. Bila rasa puas berubah menjadi keletihan, frustasi atau ketidakpuasan, atau ketika tantangan di tempat kerja terlalu berat, kita mulai merasakan tanda-tanda negatif dari stres. Terjadinya stres yang kronis seringkali dipandang sebagai efek samping dari tindakan-tindakan manajemen yang dilakukan di banyak negara, termasuk Indonesia, dalam kurun waktu dua puluh tahun belakangan ini, langkah-langkah manajemen ini diantara lain perampingan organisasi, pengurangan jumlah pekerja, intensifikasi pekerjaan, peningkatan pengawasan pada karyawan, dan tender terbuka. Sekretaris, pramusaji, manajer madya, polisi, auditor, dan calon dokter yang sedang magang adalah contoh beberapa pekerjaan yang paling tinggi stresnya, yang ditandai dengan kebutuhan untuk merespon tuntutan/ permintaan orang lain dengan jadwal kerja, dengan sedikit kendali atas kejadian-kejadian yang berlangsung dihadapan mereka.

Kesehatan dan Keselamatan Kerja | 13

Penyebab Stres (Stressor) Stressor adalah sesuatu yang menyebabkan stres pada seseorang. Stressor dapat juga diartikan sebagai faktor-faktor lingkungan yang membuat seseorang memberikan respons untuk menghadapinya, karena faktor-faktor ini mengandung ancaman atau bahaya. Bahaya (Hazard) dapat berupa: kurangnya kendali atas cara melakukan pekerjaan, kelebihan beban kerja (atau kekurangan beban/ underload), kurangnya dukungan dari manajer/ atasan, peran yang tidak jelas, atau buruknya hubungan dengan rekan kerja (termasuk bullying). DeCenzo dan Robbins(2007) menyebutkan dua kelompok besar penyebab stres (stressor) dalam organisasi, yakni: faktor personal dan faktor organisasi. Untuk faktor organisasi, mereka membagi stressor kedalam 5 kategori, yakni: tuntutan tugas, tuntutan peran, tuntutan intrepersonal, struktur organisasi, dan kepemimpinan organisasi. Tuntutan tugas (task demands) terkait dengan pekerjaan seseorang, ini meliputi rancangan pekerjaan (otonomi, keragaman tugas, tingkat otomasi), kondisi kerja, dan tata letak tempat kerja. Tuntutan Peran (role demands) berhubungan dengan tekanan yang diterima seorang karyawan yang berasal dari perannya di organisasi. Konflik peran (role conflict) menciptakan harapanharapan yang sulit diwujudkan atau dipenuhi. Konflik ini juga terjadi apabila seseorang berada dalam posisi mengejar tujuan-tujuan yang saling bertentangan. Kelebihan peran (role overload) dialami ketika karyawan diharapkan untuk melakukan sesuatu melebihi yang dimilikinya. Ambiguitas peran (role ambiguity) terjadi bila seorang karyawan tidak memahami isi pekerjaan atau tugas-tugas yang harus dijalankannya (harapan tidak jelas dan karyawan ragu apa yang harus dilakukan). Tuntutan interpersonal (interpersonal demands) adalah tekanan-tekanan yang berasal dari karyawan lain. Kurangnya dukungan sosial dari rekan kerja dan buruknya hubungan antar-pribadi dapat menyebabakan banyak stres, terutama di kalangan karyawan dengan kebutuhan sosial yang tinggi.
Kesehatan dan Keselamatan Kerja | 14

Stuktur organisasi dapat meningkatkan stres. Aturan yang terlalu banyak dan kurangnya kesempatan bagi karyawan untuk berperan serta dalam pengambilan keputusan yang mempengaruhi dirinya adalah contoh variabel struktural yang berpotensi menyebabkan stres. Kepemimpinan manggambarkan gaya supervisi para pemimpin formal atau manajer perusahaan. Sejumlah manajer menciptakan budaya yang dicirikan oleh ketegangan, ketakutan, dan kecemasan di kalangan karyawan. Mereka menciptakan tekanan-tekanan yang tak realistis untuk segera menunjukan hasil dalam waktu singkat, memberlakukan pengawasan yang terlalu ketat, dan sering memecat karyawan yang berkinerja buruk. Dampak daya kepemimpinan seperti ini menyebar di seluruh organisasi dan sampai kepada seluruh karyawan. Meskipun setiap orang hidup di bawah stres dengan tingkatan tertentu, stres yang cukup berat dan bertahan lama bisa berbahaya. Bahkan gangguan yang timbul dari kecelakaan. Stres bisa berdampak pada kehadiran yang buruk, penggunaan minuman keras dan obat secara berlebihan, kinerja yang buruk, atau bahkan memburuknya kesehatan secara menyeluruh. Makin banyak bukti yang menunjukkan bahwa stres yang tidak ditangani dengan benar berhubungan dengan penyakit-penyakit yang menjadi penyebab utama kematian yaitu jantung koroner stroke, hipertensi, kanker dan diabetes serta bunuh diri. Selain alasan-alasan diatas, faktor-faktor ekonomi dan hukum juga mendorong meningkatnya perhatian manajer untuk membantu karyawannya dalam mengelola stres. Alternatif penanggulangan Stres Strategi untuk mengurangi atau mencegah stres bisa sangat beragam, bergantung pada penyebabnya. Sebagai contoh, ketika stres diakibatkan oleh faktor-faktor fisik cara terbaik adalah mengendalikan sumbernya. Misalnya, bila suara mesin di tempat kerja menganggu karena terlalu keras, perangkat pengendali kebisingan bisa dipasang dimana perlu. Bila pekerja mengalami nyeri karena

Kesehatan dan Keselamatan Kerja | 15

ketegangan otot yang berulang-ulang,tempat kerja bisa dirancang ulang untuk mengurangi gerakan yang sulit dan berulang. Perancangan jabatan / pekerjaan juga merupakan faktor penting. Rancangan pekerjaan yang baik adalah yang mengakomodasikan kemampuan fisik dan mental pekerja. Secara umum, pedoman perancangan jabatan berikut ini dapat membantu meminimalkan atau mengendalikan sters di tempat kerja. Pekerjaan harus memiliki tuntutan atau persyaratan yang wajar dan memberikan variasi tugas yang cukup bagi pekerja Pekerja harus mampu mempelajari pekerjaan dan diberi peluang untuk terus belajar sejalan dengan perkembangan karirnya Pekerjaan hendaknya memberi sejumlah peluang kepada pekerja untuk mengambil keputusan atas bidang tertentu Di tempat kerja, hendaknya ada dukungan sosial dan pengakuan secara memadai Pekerja hendaknya dapat merasakan bahwa pekerjaannya akan mengarah pada masa depan yang mereka harapkan Pengusaha atau atasan harus melaukan penilaian atas tempat kerja untuk mengetahui resiko stres. Mereka juga harus mengidentifikasikan tekanan-tekanan dalam pekerjaan yang dapat mengakibatkan tingkat stres yang tinggi dan berkepanjangan, dan siapa saja yang mungkin mengalami tekanan tersebut.

Kemudian, menentukan langkah-langkah apa yang bisa ditempuh untuk mencegah tekanan-tekanan tadi menjadi stressor negatif. Berikut ini adalah sejumlah alternatif cara yang bisa ditempuh pengusaha atau atasan untuk menangani stres kerja. Perlakukan semua karyawan secara adil dan terhormat. Jangan mengabaikan pelecehan atau bullying, apapun bentuknya Tangani stres secara serius dan pahami staf yamg berada di bawah terlalu banyak tekanan.

Kesehatan dan Keselamatan Kerja | 16

Kenali tanda-tanda dan gejala yang menunjukan bahwa seseorang mungkin mengalami kesulitan menghadapi stres.

Libatkan karyawan dalam pengambilan keputusan dan beri kesempatan kepada mereka untuk memberikan masukan baik secara langsung atau melalui panitia atau komisi dan sebagainya..

Sediakan program-program kesehatan dan kebugaran yang terkait langsung dengan sumber stres. Sumber stres di tempat kerja dapat berasal dari banyak sebab-keamanan, ergonomika, tuntutan pekerjaan, dan sebagainya. Lakukan survei kepada karyawan dan mintalah mereka agar membantu identifikasi penyebab stres yang sesungguhnya.

Rancang pekerjaan yang memberikan beban kerja yang seimbang. Berikan peluang kepada karyawan untuk sebanyak mungkin mengendalikan tugastugas.

Buatlah persyaratan atau tuntutan pekerjaan tetap wajar dengan memberikan tenggat waktu (deadline) dan jam kerja yang mampu dikelola dengan baik,begitu juga tugas-tugas yang jelas dan menarik serta bervariasi.

Jangan mengabaikan tanda-tanda bahwa karyawan sedang berada dibawah tekanan atau merasa tertekan.

Jangan lupa bahwa unsur-unsur tempat kerja itu sendiri dapat menyebabkan stres.

Pelatihan manajemen stres dan layanan penyuluhan dapat membantu para karyawan, tapi jangan lupa mencari menanganinya sesegera mungkin. Para manager lini memainkan peran vital dalam mengidentifikasi dan akar penyebab stres dan

mengelola stres di dalam orgasnisasi. Mereka cenderung dapat melihat secara langsung masalah yang menjadi penyebab stres seringkali akan menjadi orang pertama yang dihubungi apabila karyawan merasakan stres. Dengan demikian, penting bagi para manajer lini untuk memiliki keterampilan dan perilaku yang tepat agar mampu mengelola situasi semacam ini.

Kesehatan dan Keselamatan Kerja | 17

2.8 Program Kebugaran Fisik Program Kebugaran Fisik seperti yang dikutip dari buku Marwansyah berjudul Manajemen Sumber Daya Manusia, adalah sebuah program yang disponsori oleh perusahaan, yang berfokus pada pencegahan munculnya masalahmasalah pada diri karyawan. Program kebugaran dapat juga di artikan sebagai Organizational programs designed to keep employee healthy. Ada beberapa program kebugaran yang dapat dirancang seperti pengendalian berat badan, penghentian kebiasaan merokok, latihan kebugaran fisik, pendidikan tentang nutrisi, pngendalian tekanan darah tinggi. Programprogram kebugaran dapat membantu menekan biaya pemeliharaan karyawan, mengurangi turnover dan ketidakhadiran melalui pencegahan timbulnya masalahmasalah kesehatan. Tujuan wellnese program bukan untuk menghilangkan gejala dan penyakit, melainkan untuk membantu para pekerja mengembangkan gaya hidup yang akan memungkinkan mereka mewujudkan sepenuhnya potensi fisik dan mental. Sebuah program kebugaran yang lengkap memiliki tiga komponen berikut ini: 1. Membantu karyawan mengidentifikasi resiko kesehatan yang potensial melalui pemerikasaan dan pengiujian/tes 2. Mendidik karyawan tentang resiko kesehatan seperti tekanan darah tinggi, merokok, diet yang buruk, dan strees. 3. Mendorong karyawan agar mengubah gaya hidup mereka melalui olah raga, nutrisi yang baik, dan pemantauan kesehatan. Di perusahaan dengan pola kerja industrial, manusia akan memegang peran paling menentukan dalam seluruh sistem produksi. Disana manusia diharapkan dapat bekerja dengan memanfaatkan keterampilan dan

pengetahuannya, dengan motivasi kerja yang tinggi dan dipandu oleh wawasannya yang mantap dan luas. Untuk menjaga agar pola kerja yang demikian

Kesehatan dan Keselamatan Kerja | 18

dapat berjalan lancar, maka para pelakunya perlu memiliki kondisi fisik yang bugar dan kondisi psikologik yang stabil serta mantap. Program kebugaran jasmani berperan besar dalam menjaga kondisi tersebut. Kehidupan bisnis modern menuntut stamina yang prima dari para pelakunya, karena mereka harus bekerja dengan ritme kerja yang cepat, jadwal ketat dan tidak teratur, perubahan rencana yang tidak terduga, dan jam kerja yang panjang. Situasi dan kondisi kerja semacam ini menimbulkan stres kerja yang mengakibatkan berbagai penyakit psikosomatis seperti tukak lambung, penyakit kardiovaskuler, dll. Penyakit tersebut membutuhkan waktu penyembuhan yang lama dan biaya yang tidak sedikit. Selain itu penderita juga terpaksa tidak masuk kerja, sehingga kerugian ganda akan diderita oleh karyawan maupun perusahaan yaitu pemasukan berkurang dan pengeluaran bertambah. Program kebugaran jasmani selain akan meningkatkan status kebugaran, juga akan menambah semangat kerja, mencegah berbagai penyakit, menghilangkan ketegangan, menambah rasa percaya diri, membentuk jiwa sportif, mengajarkan sikap sabar, gembira dan melatih konsentrasi.

2.9 Merokok di tempat Kerja Banyak perusahaan yang menerapkan aturan larangan merokok di tempat kerja. Spanduk No Smoking Area banyak terpampang di pintu masuk Instansiinstansi pemerintah maupun perusahaan-perusahaan swasta. Bisa jadi Instansi instansi itu mulai menyadari pentingnya lingkungan sehat di tempat kerja karena dengan adanya lingkungan sehat akan berpengaruh ke kesehatan karyawannya dan apabila karyawan sehat akan meningkatkan kinerja dan produktivitas perusahaaan. Dalam sebuah penelitian yang dilakukan WHO melaporkan bahwa jika para pekerja masih merokok maka asap rokok tersebut dapat meningkatkan risiko kanker sebanyak 20 sampai 30%. Perokok pasif adalah menghirup karsinogen yang sama seperti perokok aktif dan ini mempengaruhi kesehatan mereka.

Kesehatan dan Keselamatan Kerja | 19

Perokok aktif dan pasif memiliki risiko yang sama yaitu terkena kanker ginjal, hati, leher rahim dan perut juga. Seperti yang di kutip dari buku Mondy&Noe yang berjudul Human Resource Management Numerous studies have concluded that workplace smoking not only is hazardous to employees health, but also is detrimental to the firms financial health. Increased costs of insurance premiums, higher absenteeism, and lost productivity cost the U.S economy $65 billion a year. These factors, along with rising opposition from nonsmokers and widespread local and state laws, have spurred many firms into action, and the trend continues. For example, one recent survey indicated that in 1991, 32 percent of all companies banned smoking at work. By 1993, 56 percent had eliminated workplace smoking. A separate study indicated that by the year 2002, no less than 96 percent of the companies surveyed had a goal to be smoke-free. Banyak studi telah menyimpulkan bahwa merokok di tempat kerja bukan hanya berbahaya bagi kesehatan karyawan, namun juga membahayakan kesehatan keuangan perusahaan. program-program berhenti merokok biasanya efektif dari sisi biaya dan dewasa ini 36 persen pemberi kerja menawarkan program tersebut. Hingga saat ini, 14 negara bagian melarang merokok di tempat kerja dan negara bagian lainnya memastikan untuk mengikuti hal tersebut. Aturan-aturan antimerokok tampaknya juga meningkatkan kesehatan jantung. Tingkat serangan jantung turun sebesar 27 persen dalam 18 bulan setelah larangan merokok di seluruh ruang publik diberlakukan di Pueblo, Colorado, yang merupakan kota dengan penduduk 104.000 jiwa pada tahun 200 2.10 AIDS di tempat Kerja Pengertian HIV/AIDS di Tempat Kerja dan 10 Prinsip Kaidah ILO tentang HIV/AIDS dan Dunia Kerja Human Immunodeficiency Virus (HIV) adalah virus yang menyerang sistem kekebalan tubuh manusia dan kemudian menimbulkan AIDS. Acquired

Kesehatan dan Keselamatan Kerja | 20

Immune Deficiency Syndrome (AIDS) adalah suatu kondisi medis berupa kumpulan tanda dan gejala yang diakibatkan oleh menurunnya atau hilangnya kekebalan tubuh karena terinfeksi HIV, sering berwujud infeksi yang bersifat ikutan (oportunistik) dan belum ditemukan vaksin serta obat penyembuhannya. Pencegahan dan Penanggulangan HIV/AIDS merupakan upaya yang dilakukan untuk mencegah penularan HIV dan menanggulangi dampak negatif dari HIV/ AIDS. Untuk memastikan apakah seseorang telah terinfeksi virus HIV perlu dilakukan tes HIV dengan memeriksa darah orang yang dites. Pekerja dengan HIV/AIDS adalah pekerja yang terinfeksi HIV dan atau mempunyai gejala AIDS. Mereka bisa menularkan kepada pekerja yang lain, terutama di tempat-tempat kerja beresiko. Untuk itu, perlu ada upaya pencegahan dan penanggulangan yang salah satunya adalah dengan kegiatan konseling, yakni kegiatan konsultasi yang bertujuan membantu mempersiapkan mental pekerja dan mengatasi masalah-masalah yang mungkin atau sedang dihadapi yang terkait dengan HIV/AIDS. Berbagai pihak perlu mengutamakan program pencegahan HIV/ AIDS di tempat kerja termasuk mendorong pengusaha dan serikat pekerja untuk mendukung program tersebut. Selain itu, perlu pula ada dukungan untuk upaya penghapusan stigma dan diskriminasi terhadap pekerja yang hidup dengan HIV/ AIDS. Seperti yang dikutip dari buku Mondy&Noe, the problem is that workers are not always rational. Their fear of the disease can result in the employer facing business interruption (if employees refuse to work with an AIDS victim) or unlawful discrimination under the Americans with Disabilities Act (if the employer discharges the ill person). The need for educating employees is obvious. They must understand how the AIDS virus is transmmited through casual contact. Only then can employees be assured that they are protected from this awful disease.

Kesehatan dan Keselamatan Kerja | 21

Upaya Pencegahan dan Penanggulangan HIV/AIDS di Tempat Kerja Menyadari bahwa HIV/AIDS saat ini di Indonesia bukan hanya menjadi masalah kesehatan akan tetapi juga menjadi masalah dunia kerja yang berdampak pada produktivitas dan profitabilitas perusahaan. Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi telah mengeluarkan Keputusan Menteri No.68/Men/IV/2004 tentang Pencegahan dan Penanggulangan HIV/AIDS di Tempat Kerja. Dalam Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi tersebut mewajibkan pengurus/pengusaha melakukan upaya pencegahan dan

penanggulangan HIV/AIDS di tempat kerja melalui; 1) Pengembangan kebijakan tentang upaya pencegahan dan penanggulangan HIV/AIDS di tempat kerja yang dapat dituangkan dalam Peraturan Perusahaan (PP) atau Perjanjian Kerja Bersama (PKB). 2) Pengkomunikasian kebijakan dengan cara menyebarluaskan informasi dan menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan. 3) Pemberian perlindungan kepada pekerja/buruh dengan HIV/AIDS dari tindak dan perlakuan diskriminatif. 4) Penerapan prosedur keselamatan dan kesehatan kerja khusus untuk pencegahan dan penanggulangan HIV/AIDS sesuai dengan peraturan perundang-undangan dan standar yang berlaku.

Kesehatan dan Keselamatan Kerja | 22

BAB III PEMBAHASAN


3.1 Ringkasan Kasus Dua orang pekerja bangunan tewas kesetrum saat sedang bekerja memindahkan batu bata di bangunan lantai dua di salah satu bangunan di Jl. HM Bachroen, Purwokerto Wetan. Menurut saksi, korban bekerja melangsir (memindah) batu bata. Korban berada di lantai dua bangunan gudang yang ada di bagian depan. Tugasnya adalah menerima batu bata yang di lempar dari bawah, setelah terkumpul, oleh Korban dipindahkan ke tempat tukang batu yang sedang memasang batu bata di tangga menuju lantai dua. Dan saat membawa batu bata menuju ke tukang batu, korban melewati kabel listrik PLN yang terdapat di atas bangunan lantai dua. Karena posisi kawat rendah, kepala menyentuh kawat listrik, secara reflek, tangan kanannya justru memegang kawat listrik. Melihat kejadian tersebut, korban kedua yang berada paling dekat, bermaksud memberikan pertolongan dengan memegang tangan kiri korban pertama. Namun yang terjadi, korban kedua pun ikut kesetrum. Dalam waktu singkat, kedua korban tersebut langsung jatuh terkulai ke dasar bangunan lantai dua berupa lembaran seng dan besi yang akan dicor. Belasan pekerja yang berada di sekitar korban berhamburan keluar sambil berteriak ada orang kesetrum, mereka tak berani mendekat karena takut. Begitu Mandor datang, kedua korban pun langsung dibawa ke RS Sinar Kasih Purwokerto. Wakapolsek yang ada di lokasi kejadian bersama petugas identifikasi Polres Banyumas mengecek ketinggian kawat listrik yang tepat ada di bagian atas bangunan lantai dua yang sedang dikerjakan. Kawat listrik yang membentang arah selatan-utara itu ketinggian dari lantai dasar bangunan lantai dua bagian depan hanya sekitar 140 cm.

Kesehatan dan Keselamatan Kerja | 23

Sementara pekerja yang sedang menggarap lantai dua, seperti korban Pertama, tinggi badannya sekitar 160 cm. Saat membawa batu bata dia harus membungkuk ketika melewati kawat listrik. Menurut Wakapolsek tersebut, jarak lantai dasar bangunan yang sedang digarap dengan kawat listrik yang lebih rendah dari tinggi orang saat berdiri sangat membahayakan para pekerja. Warga yang ada di samping bangunan gudang sudah pernah ada yang mengingatkan jaraknya terlalu dekat dengan kawat. Tetapi peringatan itu tak diperhatikan. ( Sigit Oediarto / CN26 / JBSM /Suara Merdeka)

Analisis masalah Dua orang pekerja bangunan tewas kesetrum saat sedang bekerja memindahkan batu bata di bangunan lantai dua yang ada di Jl HM Bachroen, Purwokerto Wetan, Purwokerto Timur, Kamis (17/3) pagi.

3.2 Faktor Terjadinya Kecelakaan Kerja Menurut teori yang ada, terjadinya kecelakaan kerja disebabkan oleh 2 faktor utama yakni faktor fisik dan faktor manusia. Kecelakaan kerja ini mencakup 2 permasalahan pokok, yakni: a. Kecelakaan akibat langsung pekerjaan (PAK) b. Kecelakaan terjadi pada saat pekerjaan sedang dilakukan (PAHK) Dalam perkembangan selanjutnya ruang lingkup kecelakaan ini diperluas lagi sehingga mencakup kecelakaan-kecelakaan tenaga kerja yang terjadi pada saat perjalanan atau transport ke dan dari tempat kerja. Dengan kata lain kecelakaan lalu lintas yang menimpa tenaga kerja dalam perjalanan ke dan dari tempat kerja atau dalam rangka menjalankan pekerjaannya juga termasuk

Kesehatan dan Keselamatan Kerja | 24

kecelakaan kerja. Penyebab kecelakaan kerja pada umumnya digolongkan menjadi 2, yakni: a. Faktor Fisik Kondisi-kondisi lingkungan pekerjaan yang tidak aman atau unsafety condition misalnya lantai licin, pencahayaan kurang, silau, dan sebagainya. b. Faktor Manusia Perilaku pekerja itu sendiri yang tidak memenuhi keselamatan, misalnya karena kelengahan, ngantuk, kelelahan, dan sebagainya. Menurut hasil penelitian yang ada, 85 % dari kecelakaan yang terjadi disebabkan oleh faktor manusia. Dari teori yang telah dijabarkan kita berpendapat bahwa kasus tersebut terjadi disebabkan oleh ada nya kesalahan dari faktor manusia dan faktor fisik. Kesalahan yang terjadi dari faktor manusia nya, yaitu lengahnya pekerja bangunan sehingga secara tidak sengaja menyentuh kawat listrik yang mempunyai sengatan sampai ribuan volt. Selain itu teman dari pekerja bangunan tersebut pun lengah dan salah dalam memberikan pertolongan kepada yang kesetrum. hal ini bisa di sebabkan karena minim nya pengetahuan K3 yang dimiliki dari dua korban tersebut. Kesalahan yang terjadi dari faktor fisik yaitu minim nya peralatan kerja aman yang digunakan oleh dua korban tersebut seperti helm dan sarung tangan. Peralatan kerja ini sangat lah penting dan wajib digunakan oleh setiap pekerja bangunan agar terhindar dari kecelakaan kerja. Berdasarkan penjelasan diatas, kami menyimpulkan bahwa Sebab sebab kecelakaan dari kasus tersebut yaitu: Dikarenakan kelalaian dari pekerja yang tidak mengetahui letak kabel listrik. Letak kabel listrik PLN yang tidak strategis. Posisi kawat rendah sehingga kepala korban langsung mengenai kawat listrik tersebut. kurangnya pelatihan K3 pada pekerja sehingga para pekerja tidak mengetahui tentang masalah-masalah jika mengahadapi kecelakaan.

Kesehatan dan Keselamatan Kerja | 25

3.3 Cara pencegahan kecelakaan kerja guna meningkatkan kesehatan dan keselamatan kerja Untuk mencegah gangguan daya kerja, ada beberapa usaha yang dapat dilakukan agar para buruh tetap produktif dan mendapatkan jaminan perlindungan keselamatan kerja, yaitu: 1. Pemeriksaan kesehatan sebelum bekerja (calon pekerja) untuk mengetahui apakah calon pekerja tersebut serasi dengan pekerjaan barunya, baik secara fisik maupun mental. 2. Pemeriksaan kesehatan berkala/ulangan, yaitu untuk mengevaluasi apakah faktor-faktor penyebab itu telah menimbulkan gangguan pada pekerja 3. Pendidikan tentang kesehatan dan keselamatan kerja diberikan kepada para buruh secara kontinu agar mereka tetap waspada dalam menjalankan pekerjaannya. 4. Pemberian informasi tentang peraturan-peraturan yang berlaku di tempat kerja sebelum mereka memulai tugasnya, tujuannya agar mereka mentaatinya. 5. Penggunaan pakaian pelindung bila kita mengamati kasus diatas, lima faktor tersebut dapat dijadikan pedoman baik oleh pekerja bangunan maupun mandor yang bertugas. Bila faktorfaktor tersebut dijalankan dengan baik, maka kecelakaan seperti kasus diatas pun dapat diminimalisir ataupun tidak akan terjadi.

3.4 Kerugian atas kecelakaan kerja Kerugian akibat kecelakaan kerja sangat besar. Kecelakaan kerja tidak saja menimbulkan korban jiwa maupun kerugian materi bagi pekerja dan pengusaha atau perusahaan tetapi juga dapat mengganggu proses produksi secara menyeluruh, merusak lingkungan yang pada akhirnya akan berdampakpada masyarakat luas (Depkes RI, 2008). Menurut Soehatman Ramli (2010), kerugian akibat kecelakaan kerja dikategorikan atas dua kerugian, yaitu :

Kesehatan dan Keselamatan Kerja | 26

Kerugian Langsung Kerugian langsung adalah kerugian akibat kecelakaan yang langsung dirasakan dan membawa dampak terhadap organisasi atau perusahaan. Kerugian langsung dapat berupa: 1. Biaya Pengobatan dan Kompensasi. Kecelakaan mengakibatkan cedera, baik cedera ringan, berat, cacat atau menimbulkan kematian. Cedera ini akan mengakibatkan seorang pekerja tidak mampu menjalankan tugasnya dengan baik sehingga mempengaruhi produktivitas. Jika terjadi kecelakaan perusahaan harus mengeluarkan biaya pengobatan dan tunjangan kecelakaan sesuai ketentuan yang berlaku. 2. Kerusakan Sarana Produksi Kerusakan langsung lainnya adalah kerusakan sarana produksi akibat kecelakaan seperti kebakaran, peledakan, dan kerusakan. Kerugian Tidak Langsung Di samping kerugian langsung, kecelakaan juga menimbulkan kerugian tak langsung antara lain: 1. Kerugian jam kerja Jika terjadi kecelakaan, kegiatan pasti akan terhenti sementara untuk membantu korban yang cedera, penanggulangan kejadian, perbaikan kerusakan atau penyelidikan kejadian. Kerugian jam kerja yang hilang akibat kecelakaan jumlahnya cukup besar yang dapat mempengaruhi produktivitas. 2. Kerugian produksi Kecelakaan juga membawa kerugian terhadap proses produksi akibat kerusakan atau cedera pada pekerja. Perusahaan tidak bisa berproduksi sementara waktu sehingga kehilangan peluang untuk mendapat keuntungan. 3. Kerugian Sosial Kecelakaan dapat menimbulkan dampak sosial bagi keluarga korban yang terkait langsung maupun lingkungan sosial sekitarnya.

Kesehatan dan Keselamatan Kerja | 27

Dalam kasus tersebut jelas lah bahwa perusahaan mengalami kerugian baik kerugian secara langsung dan tidak langsung. Dari sisi kerugian langsung, perusahaan harus memberikan santunan kepada dua keluarga korban yang tewas karena kesetrum tersebut. Perusahaan harus mengeluarkan biaya yang cukup besar untuk hal ini. Dari sisi kerugian tidak langsung, yang pertama yaitu kerugian jam kerja. Kecelakaan tersebut pasti akan terhenti sementara untuk membantu korban yang cedera, penanggulangan kejadian penyelidikan kejadian. Kerugian jam kerja yang hilang akibat kecelakaan jumlahnya cukup besar yang dapat mempengaruhi produktivitas dan akan menghambat terselesaikan nya bangunan yang akan di bangun. Yang kedua yaitu kerugian Sosial. Dari kecelakaan yang dialami oleh dua orang tersebut dapat menimbulkan dampak sosial bagi keluarga korban yang terkait langsung maupun lingkungan sosial sekitarnya seperti pekerja bangunan lain akan lebih mudah untuk berhenti bekerja karena mengaggap lingkungan kerja nya yang tidak aman.

Kesehatan dan Keselamatan Kerja | 28

BAB IV PENUTUP
4.1 Simpulan Kasus ini terjadi karena kurangnya pelatihan K3 pada pekerja sehingga para pekerja tidak mengetahui tentang masalah-masalah jika mengahadapi kecelakaan. kita berpendapat bahwa kasus tersebut terjadi disebabkan oleh ada nya kesalahan dari faktor manusia dan faktor fisik. Dalam kasus tersebut jelas lah bahwa perusahaan mengalami kerugian baik kerugian secara langsung dan tidak langsung. Untuk mencegah gangguan daya kerja, ada beberapa usaha yang dapat dilakukan agar para buruh tetap produktif dan mendapatkan jaminan perlindungan keselamatan kerja, yaitu emeriksaan kesehatan sebelum bekerja (calon pekerja), Pemeriksaan kesehatan berkala/ulangan,

Pendidikan tentang kesehatan dan keselamatan kerja, Pemberian informasi tentang peraturan-peraturan yang berlaku di tempat kerja dan Penggunaan pakaian pelindung. 4.2 Saran Sebaiknya perusahaan memberi alat-alat perlindungan diri pada para pekerja. 1. Pada kasus ini terjadinya kecelakaan yang disebabkan oleh letak kabel listrik yang tidak strategis, oleh karena itu sebaiknya kabel tersebut diberi pelindung atau pengaman. 2. Sebaiknya pihak perusahaan memberikan pelatihan K3 kepada para seluruh pekerjanya. 3. Sebaiknya perusahaan juga memberikan dan mewajibkan pekerjanya untuk menggunakan alat pelindung diri, dan mengenakan sanksi bagi yang melanggar, karena jika sudah terjadi kecelakaan kerja, pihak yang

Kesehatan dan Keselamatan Kerja | 29

menanggung kerugian bukanlah hanya tenaga kerjanya saja, namun juga organisasi/perusahaan itu sendiri. 4. Seharusnya perusahaan memberi tanda peringatan/ bahaya di sekitar kabel tersebut.

Kesehatan dan Keselamatan Kerja | 30

DAFTAR PUSTAKA
Mondy, Wayne R., (2005). Human Resource Management. New Jersey. Pearson Education,. Rachmawati, Ike Kusdyah. 2008. Manajemen Sumber Daya Manusia. Yogyakarta:Andi. Barthos,Basir. 1999. Manajemen Sumber Daya Manusia Suatu Pendekatan Makro.Jakarta:Bumi Aksara Michael . 2013.,http://michaelmank25.blogspot.com/2013/02/makalah-kesehatandan-keselamatan-kerja.html. diakses pada tanggal 28 september 2013 Ida M. 2013.,http://iddamahfiroh.blogspot.com/2013/04/analisa-kasus-

kecelakaan-kerja-k3.html. Diakses pada tanggal 28 September 2013 Sigit Oerianto., http://www.suaramerdeka.com/v1/index.php/read/news/2011/03/17/80468/Kesetr um-Dua-Pekerja-Bangunan-Tewas- Diakses pada tanggal 28 September 2013 Arbel P.,http://arbelprasetyo.blogspot.com/. Diakses pada tanggal 28 Septemnber 2013 Agus H.,http://lingkungandank3.blogspot.com/2012/01/k3-dan-ergonomi.html. Diakses pada tanggal 28 Seotember 2013 Merulalia.,http://merulalia.wordpress.com/2011/01/17/pengertian-ergonomi/. Diakses pada tanggal 28 September 2013

Kesehatan dan Keselamatan Kerja | 31

Kuncoro, Wahyu.,http://wahyudikuncoro.blogspot.com/2008/11/tugas-pokokprogram-kesehatan-kerja.html Diakses pada tanggal 29 September 2013 http://www.sampoerna.com/id_id/tobacco_regulation/regulating_tobacco_product s/pages/public_place_smoking.aspx# Diakses pada tanggal 29 September 2013 Baktiansyah, Abdul. (2011). PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN HIV/AIDS DI TEMPAT KERJA tersedia: http://www.google.co.id/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=2&cad=rj a&ved=0CCsQFjAB&url=http%3A%2F%2Fxa.yimg.com%2Fkq%2Fgroups%2F 23645626%2F217144938%2Fname%2FAIDS%2Bdi%2BTempat%2BKerja.doc &ei=grZKUrDCOM6BrQfpj4GQBw&usg=AFQjCNEcOIs1FMDWzMKxzPbrX w2ohe5hAQ&sig2=j3Q3ju0-CvVtJLp78PY25w&bvm=bv.53371865,d.bmk. [29 september 2013] Kushartanti, Wara. KEBUGARAN JASMANI DAN PRODUKTIVITAS KERJA.Tersedia http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/tmp/KEBUGARAN%20JASMANI%20DA N%20PRODUKTIVITAS%20KERJA.pdf [29 september 2013] http://www.workcover.nsw.gov.au/formspublications/publications/Documents/vio lence_in_the_workplace_indonesian_2514.pdf

Kesehatan dan Keselamatan Kerja | 32

LAMPIRAN
1. Lampiran Kasus Kesetrum, Dua Pekerja Bangunan Tewas

Purwokerto, CyberNews. Dua orang pekerja bangunan tewas kesetrum saat sedang bekerja memindahkan batu bata di bangunan lantai dua yang ada di Jl HM Bachroen, Purwokerto Wetan, Purwokerto Timur, Kamis (17/3) pagi sekitar pukul 08.05. Kedua korban adalah Tasiran alias Ilud (25) warga Desa Karangnanas, Kecamatan Sokraja, dan Suwarno (30) asal Desa Banteran, Kecamatan Sumbang, Banyumas. Keduanya merupakan buruh yang ikut kerja pada proyek bangunan gudang untuk pakan ternak milik Hendi yang beralamat di Jl Martadireja, Purwokerto. Menurut Supriyatno (40), salah seorang pengawas bangunan, sekitar pukul 08.00, Ilud kerja melangsir (memindah) batu bata. Dia berada di lantai dua bangunan gudang yang ada di bagian depan. Tugasnya adalah menerima batu bata yang dilempar dari bawah. Setelah terkumpul, oleh Ilud dipindahkan ke tempat tukang batu yang sedang memasang batu bata di tangga menuju lantai dua. "Saat membawa batu bata menuju ke tukang batu, ia melewati kabel listrik PLN yang ada di atas bagunan lantai dua. Karena posisi kawat rendah, kepalanya menyentuh kawat listrik. Secara reflek, tangan kanannya justru memegang kawat listrik," kata saksi Supriyatno. Melihat kejadian itu, Suwarno yang berada paling dekat, bermaksud memberikan pertolongan dengan memegang tanan kiri Ilud. Namun yang terjadi, Suwarno pun ikut kesetrum juga. Dalam waktu lima menit, kedua pekerja bangunan itu langsung jatuh terkulai ke dasar bangunan lantai dua berupa lembaran seng dan besi yang akan dicor. Melihat kejadian itu, belasan pekerja bangunan yang saat itu sedang ada di lantai dua dan bagian bawah ketakutan dan berhamburan keluar sambil

Kesehatan dan Keselamatan Kerja | 33

teriak ada orang kesetrum. Mereka tak berani dekat-dekat karena takut. Begitu mandor datang, kedua korban pun langsung diturunkan dan dibawa ke RS Sinar Kasih Purwokerto. Wakapolsek yang ada di lokasi kejadian bersama petugas identifikasi Polres Banyumas mengecek ketinggian kawat listrik yang tepat ada di bagian atas bangunan lantai dua yang sedang dikerjakan. Kawat listrik yang membentang arah selatan-utara itu ketinggian dari lantai dasar bangunan lantai dua bagian depan hanya sekitar 140 cm. Sementara pekerja yang sedang menggarap lantau dua, seperti korban Ilud, tinggi badannya sekitar 160 cm. Saat membawa batu bata dia harus membungkuk ketika melewati kawat listrik. "Jarak lantai dasar bangunan yang sedang digarap dengan kawat listrik yang lebih rendah dari tinggi orang saat berdiri sangat membahayakan para pekerja. Warga yang ada di samping bangunan gudang sudah pernah ada yang mengingatkan jaraknya terlalu dekat dengan kawat. Tetapi peringatan itu tak diperhatikan," kata dia. ( Sigit Oediarto / CN26 / JBSM /Suara Merdeka)

Kesehatan dan Keselamatan Kerja | 34

2. Lampiran Slide Presentasi

Kesehatan dan Keselamatan Kerja | 35

Anda mungkin juga menyukai