Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PROBLEM BASED LEARNING 2 BLOK COMMUNITY HEALTH AND ENVIRONMENTAL MEDICINE II Keracunan Karbon Monoksida

Tutor: dr. Pamela Kusuma KELOMPOK TUJUH (7) Tomy Gyanovan Davira Az Zahra Firjananti Ummu Nur Fathonah Regina Wahyu Apriani Melati Nuretika Dimitri Iman Prawira Ririn Widya Ningrum Azka Rizki Hidayat Weni Rakhmayanti Maulida Indri Puspasari G1A012066 G1A012067 G1A012068 G1A012069 G1A012070 G1A012071 G1A012072 G1A012073 G1A012074 G1A012075

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU-ILMU KESEHATAN JURUSAN KEDOKTERAN PURWOKERTO 2013

A. SKENARIO Seorang wanita, 30 tahun dirawat di RS kesadaran dengan muntah-muntah. Sejak 8 bulan yang lalu, setiap hari pasien mengeluhkan nyeri kepala yang berdenyut pada kepala sisi kanan dan kiri, kadang disertai dengan perasaan letih hebat, mual dan muntah. Selama di RS, penderita tidak didapatkan adanya gejala. Hasil pemeriksaan neurofisiologik, cardiologik dan neuroimaging dalam keadaan normal. Sehari setelah pulang dari RS, penderita kembali dengan keluhan sama. Penderita tinggal bersama teman perempuannya di rumah juga karena penurunan

kontrakan. Teman penderita yang tinggal serumah tersebut mengeluhkan hal yang sama.

Di rumah mereka memiliki kebiasaan merokok, menyalakan obat nyamuk bakar di malam hari, dan memasak dengan menggunakan kayu bakar. Keduanya juga sering membakar sampah di belakang rumah. Pemeriksaan kadar carboxyhemoglobin pada kedua pasien tersebut adalah 30.4% dan 31,2%.

B. KLARIFIKASI ISTILAH 1. Neurofisiologik Fisiologi sistem saraf 2. Cardiologik a. Ilmu yang mempelajari tentang jantung dan fungsinya. (Dorland et al, 2012) b. Ilmu yang mempelajari seluk beluk jantung dan gangguannya. (KBBI) 3. Neuroimaging Penggunaan ilmu radiografi dan pencitraan resonansi magnetik untuk mendeteksi abnormalitas structural dalam sistem sarf pusat. 4. Mual Rasa ingin muntah atau seperti ada gejolak di dalam lambung.

Penyebabnya adalah karena terganggunya fungsi beberapa organ dalam tubuh, misalnya lambung, limpa, usus besar, dan hati. ( Sukanta, 2001 ) 5 Muntah a. Cara traktus GI membersihkan dirinya sendiri dari isinya ketika hampir seluruh bagian atas GTI teriritasi secara luas, sangat mengembang atau terlalu terangsang distensi / iritasi yang

berlebih dari duodenum menyebabkan rangsangan khusus yang kuat untuk muntah. (Guyton, 2007) b. Emesis/vomitu yang merupakan eksplusi paksa isi 1 ambung keluar melalui mulut, tidak terjadi karena peristaltic ke balik di lambung, seperti yang mungkin diperkirakan. (Sherwood, 2011) 6. Kelelahan Kelelahan atau keletihan adalah suatu mekanisme perlindungan tubuh agar tubuh terhindar dari kerusakan lebih lanjut sehingga terjadi pemulihan setelah istirahat. Istilah kelelahan biasanya menunjukkan kondisi yang berbeda-beda dari setiap individu, tetapi semuanya bermuara kepada kehilangan efisiensi dan penurunan kapasitas kerja serta ketahanan tubuh. (Grandjean, 1988) Kelelahan merupakan mekanisme pertahanan tubuh sebagai tanda agar tubuh istirahat sehingga tidak terjadi kerusakan atau gangguan lebih lanjut dalam tubuh. (Sherwood, 2011) 7. Nyeri Kepala a. Berasa sakit sekali, seperti ditusuk-tusuk jarum atau seperti dijepit pada bagian tubuh (kepala), atau rasa yang

menimbulkan penderitaan pada bagian kepala. (KBBI) b. Nyeri kepala adalah nyeri di kepala yang ditandai dengan nyeri unilateral dan bilateral disertai dengan flushing dan mata dan

hidung yang berair. (Kamus Kedokteran Dorland, 2004) 8. Carboxyhemoglobin Hemoglobin yang bergabung dengan karbon monoksida, yang menempati daerah pada molekul hemoglobin yang normalnya terikat dengan oksigen dan tidak mudah dilepaskan dari molekul tersebut. (Dorland, 2010)

C. BATASAN PERMASALAHAN 1. 2. 3. 4. 5. Apa yang dimaksud dengan CO? Berapa kadar carboxyhemoglobin yang normal? Bagaimana mekanisme dan gejala keracunan CO? Dari mana sajakah sumber gas CO diperoleh? Faktor risisko apa yang mungkin ada berdasarkan kasus keracunan CO? 6. Apa hubungan antara pohon gersang dengan risiko keterpaparan CO? 7. 8. 9. Apa saja yang mempengaruhi CO di udara? Apa saja pemeriksaan penunjang pasien keracunan CO? Bagaimana pencegahan dan penanganan keracunan CO?

D. BRAINSTORMIN 1. Apa yang dimaksud dengan CO? Karbonmonoksida (CO) adalah hasil pembakaran tidak sempurna bahan karbon atau bahan-bahan yang mengandung karbon. Setiap pembakaran atau peledakan bahan kimia organis cenderung untuk menghasilkan gas CO. (Suma mur, 2009) Gas CO dapat berbentuk cairan pada suhu dibawah -129C dan bert jenis CO sedikit lebih ringan dari udara. (Saputra,2009) Terdiri dari satu atom karbon yang secara kovalen berikatan dengan satu atom oksigen. Dalam ikatan ini, terdapat dua ikatan kovalen dan satu ikatan kovalen koordinasi antara atom karbon dan oksigen. (Tortora dan Derickson, 2006).

2.

Berapa kadar carboxyhemoglobin yang normal? Konsentrasi carboxyhemoglobin yang melebihi dari 15 % dapat menyebabkan iskemia. Hal ini karena karboksihemoglobin menyebabkan penghambatan pelepasan oksigen dari

oxyhaemoglobin, hambatan fungsi sitokrom (misalnya, oksidase sitokrom) dan asidosis metabolik. Iskemia pada paru menyebabkan paru tidak bisa menjalankan fungsinya menjadi tidak maksimal, akibatnya kapasitas vital bisa menurun. (Sherwood, 2011) Orang dewasa yang tidak merokok kandungan co dalam tubuh tidak lebih dari 1 % sedangkan orang yang merokok 2-5 % (BPOM)

3. a.

Bagaimana mekanisme dan gejala keracunan CO? Keracunan gas karbon momoksida gejala didahului dengan sakit kepala, mual, muntah, rasa lelah, berkeringat banyak, pyrexia, pernafasan meningkat, confusion, gangguan penglihatan,

kebinganan, hipotensi, takikardi, kehilangan kesadaran dan sakit dada mendadak juga dapat muncul pada orang yang menderita nyeri dada. Kematian kemungkinan disebabkan karena sukar bernafas dan edema paru. Kematian akibat keracunan karbon monoksida disebabkan oleh kurangnya oksigen pada tingkat seluler (seluler hypoxia). Sel darah tidak hanya mengikat oksigen melainkan juga gas lain. Kemampuan atau daya ikat ini berbeda untuk satu gas dengan gas lain. Sel darah merah mempunyai ikatan yang lebih kuat terhadap karbon monoksida (CO) dari pada oksigen (O2). Sehingga kalau terdapat CO dan O2, sel darah merah akan cenderung berikatan dengan CO. Bila terhirup, karbon monoksida akan berikatan dengan Hemoglobin (Hb) dalam darah membentuk karboksihemoglobin sehingga oksigen tidak dapat terbawa. Ini disebabkan karbon monoksida dapat mengikat 250 kali lebih cepat dari oksigen. Gas ini juga dapat mengganggu aktifitas seluler lainnya yaitu dengan

mengganggu fungsi organ yang menggunakan sejumlah besar oksigen seperti otak dan jantung. Efek paling serius adalah terjadi keracunan secara langsung terhadap sel-sel otot jantung, juga menyebabkan gangguan pada sistem saraf. (Sherwood, 2011) Gejala-gejala klinis dari saturasi darah oleh karbon monoksida dapat dilihat pada tabel 1.

Tabel 1 Konsentrasi CO dalam darah Kurang dari 20% Tidak ada gejala 20% 30% Nafas menjadi sesak Sakit kepala, lesu, mual, nadi dan pernafasan meningkat sedikit 30% 40% Sakit kepala berat, kebingungan, hilang daya ingat, lemah, hilang daya koordinasi gerakan 40% - 50% 60% - 70% Kebingungan makin meningkat, setengah sadar Tidak sadar, kehilangan daya mengontrol faeces dan urin 70% - 89% Koma, nadi menjadi tidak teratur, kematian karena kegagalan pernafasan Gejala-gejala

b.

Gas CO sebanyak 30 ppm apabila dihisap manusia selama 8 jam akan menimbulkan rasa pusing-pusing dan mual, gejala keracunan seperti sesak nafas, pucat, penurunan kesadaran sehingga kurang dapat memperhatikan sekitarnya (Slamet, 2007), fungsi sistem kontrol saraf turun, fungsi jantung dan paru-paru menurun, rasa sesak nafas, pingsan pada 250 ppm, dan akhirnya dapat menyebabkan kematian pada 750 ppm. (Saputra, 2009)

- Mekanisme masuknya CO kedalam tubuh Masuknya CO ke dalam tubuh manusia melalui jalur inhalasi sebagaimana masuknya O2 ke dalam tubuh manusia. Saluran penghantar udara yang membawa udara ke dalam paru adalah hidung, faring, laring, trakea, bronkus, dan bronkiolus. Di dalam bronkiolus ada yang disebut membran pernapasan yaitu tempat pertukaran gas antara udara alveolus dan darah paru. Pada keadaan normal, 97% oksigen yang diangkut dari paru ke jaringan dibawa dalam campuran kimiawi dengan hemoglobin di dalam sel darah merah. Hemoglobin ini selain dapat mengikat O2, dapat mengikat CO. Dan ikatan hemoglobin dan CO ini pada tempat yang sama dengan ikatan hemoglobin dan O2 tetapi kekuatannya lebih kuat, yaitu sekitar 250-300 kali kekuatan O2 (Price, 2005). Mekanisme penyebaran karbonmonoksida dalam darah Karbon monoksida adalah sejenis gas yang tidak berwarna dan tidak berbau yang merupakan hasil daripada pembakaran bahan yang mengandung karbon seperti arang, gas dan kayu. Ia terdiri dari satu atom karbon yang secara kovalen berikatan dengan satu atom oksigen. Dalam ikatan ini, terdapat dua ikatan kovalen dan satu ikatan kovalen koordinasi antara atom karbon dan oksigen.Gas karbon monoksida dapat ditemukan di dalam asap pembakaran, asap dari kendaraan dan juga asap rokok (Tortora dan Derickson, 2006). Apabila gas karbon dioksida memasuki sirkulasi darah, ia akan berikatan dengan hemoglobin sama seperti oksigen. Tetapi, ikatan karbon monoksida terhadap hemoglobin adalah 250 kali lebih kuat berbanding pengikatan oksigen terhadap hemoglobin (Guyton dan Hall, 2006). Maka, pada konsentrasi sekecil 0.1% sahaja pun (P co= 0.5mmHg), karbon monoksida akan berikatan dengan separuh daripada total hemolgobin di dalam darah dan mengurangkan kapasitas membawa oksigen

darah sebesar 50% (Tortora dan Derickson, 2006). Apabila hal ini berlanjutan, tubuh akan menjalankan mekanisme kompensasi berupa peningkatan proses

erythropoiesis sebagai usaha untuk meningkatkan kadar penghantaran oksigen ke jaringan. Maka, kadar hemoglobin akan meningkat dan menjadi lebih tinggi berbanding pada kondisi normal. Salah satu penyebab terjadinya hipoksia akibat peningkatan kadar karbon monoksida adalah merokok

(Adamson dan Longo, 2006).

- Mekanisme kematian karena keracunan CO Karbon monoksida tidak mengiritasi tetapi berbahaya sangat (beracun) maka gas CO dijuluki sebagai silent

killer (pembunuh diam-diam). Keberadaan gas CO akan sangat berbahaya jika terhirup oleh manusia, karena gas itu akan menggantikan posisi oksigen yang berkaitan dengan haemoglobin dalam darah. Gas CO akan mengalir ke dalam jantung, otak, serta organ vital. Ikatan antara CO dan heamoglobin membentuk karboksihaemoglobin yang jauh

lebih kuat 200 kali dibandingkan dengan ikatan antara oksigen dan haemoglobin. Akibatnya sangat fatal. Pertama, oksigen akan kalah bersaing dengan CO saat berikatan dengan molekul haemoglobin. Ini berarti jantung akan memompa co ke sluruh bagian jaringan tubuh dan kadar oksigen dalam darah akan berkurang. Padahal seperti diketahui oksigen sangat diperlukan oleh sel-sel dan jaringan tubuh untuk melakukan fungsi

metabolisme. Kedua, gas CO akan menghambat komplek oksidasi sitokrom. Hal ini menyebabkan respirasi intraseluler menjadi kurang efektif. Terakhir, CO dapat berikatan secara langsung dengan sel otot jantung dan tulang. Efek paling serius adalah terjadi keracunan secara langsung terhadap sel-sel

tersebut, juga menyebabkan gangguan pada sistem saraf (BPOM, 2004). c. Efek toksisitas utama adalah hasil dari hipoksia seluler yang disebabkan olehgangguan transportasi oksigen. CO mengikat hemoglobin secara reversible, yang menyebabkan anemia relatif karena CO mengikat hemoglobn 230-270 kali lebih kuat daripada oksigen. Kadar HbCO 16% sudah dapat menimbulkan gejala klinis. CO yang terikat hemoglobin menyebabkan ketersediaan oksigen untuk jaringan menurun. (5,6) CO mengikat myoglobin jantung lebih kuat daripada mengikat hemoglobin yang

menyebabkan depresi miokard dan hipotensi yang menyebabkan hipoksia jaringan.Keadaan klinis sering tidak sesuai dengan kadar HbCO yang menyebabkan kegagalanrespirasi di tingkat seluler. CO mengikat cytochromes c dan P450 yang mempunyai daya ikat lebihlemah dari oksigen yang diduga menyebabkan defisit neuropsikiatris. CO dieliminasi di paru-paru. Waktu paruh dari CO pada temperatur ruangan adalah 3 - 4 jam. Seratus persen oksigen dapat menurunkan waktu paruh menjadi 30 90 menit, sedangkan dengan hiperbarik oksigen pada tekanan 2,5 atm dengan oksigen 100% dapat menurunkan waktu paruh samapai 15-23 menit. (Soekamto, 2007)

4.

Darimana sajakah sumber gas CO diperoleh? Setiap perangkat pembakar api atau perangkat lainya memiliki kemungkinan menghasilkan karbon monoksida dalam jumlah yang berbahaya. Contohnya adalah tungku pemanas, pemanas air bertenaga gas, tungku api, kompor kayu, kompor gas, pengering gas, pemanggang arang, pemotong rumput, pembersih es, dan mobil. ( Warner, 2002 ) Gas CO juga terdapat dalam tempat-tempat terisolasi , misalnya pada terowongan-terowongan atau pada sumur-sumur

yang sudah lama tidak dipergunakan. Di jalan-jalan raya berlalu lintas padat gas ini juga banyak kita jumpai ( Sumardjo, 2006 ) Sumber gas karbonmonoksida dapat dibagi menjadi dua, yaitu sumber alamiah dan sumber artificial. Alami (berasal dari alam) : Hydrozoa (siphonophores) (Laksana, 2013) Reaksikimia di atmosfir (Laksana, 2013) Gas hasilkegiatangunungberapi (Saputra, 2009) Proses biologi (Saputra, 2009)

Artificial (berasal dari aktivitas atau perbuatan manusia) : Asap dari pembakaran yang tidak sempurna dari bahan-bahan yang mengandung carbon. (Laksana, 2013) Asap dari pembakaran dibawah tekanan dan temperatur tinggi seperti yang terjadi di dalam mesin (internal combustion engine). (Slamet, 2007) Pembakaran bahan fosil dengan udara yang berupa gas buangan. (Saputra, 2009) Proses industri. (Saputra, 2009) Dari proses-proses yang artificial dan 80%-nya diduga berasal dari asap kendaraan bermotor. (Slamet, 2007) Pada beberapa perokok, terjadi peningkatan ringan kadar CO sampai 10% pada tubuhnya. Jadi rokok merupakan salah satu sumber CO (Soekamto dan Perdanakusuma, 2007).

5.

Faktor risiko apa yang mungkin ada berdasarkan kasus keracunan CO? Lingkungan tempat tinggal yang tidak ada atau hanya sedikit lahan tanahnya. Atau dengan kata lain, tanah pada

lingkungan tempat tinggal sudah tertutupi oleh papan, keramik, semen, aspal, atau lainnya. Hal ini dikarenakan mikroorganisme tanah pada tanah tertutupi sehingga tidak dapat membantu

menghilangkan CO dari atmosfer. Berdasarkan penelitian diketahui bahwa udara yang mengandung CO sebesar 120 ppm dapat dihilangkan selama 3 jam dengan cara mengontakkan dengan 2,8 kg tanah (Human, 1971), dengan demikian dapat diketahui mikroorganisme dapat pula menghilangkan senyawa CO dari lingkungan. (Saputra, 2009). 6. Apa hubungan antara pohon gersang dengan risiko

keterpaparan CO? Memang CO tidak bisa di olah oleh tumbuhan. Namun semakin banyak tumbuhan hijau di sekelililng kita berarti akan semakin banyak kadar O2 di sekitar kita. Dimana kadar O2 dan CO yang ada di sekitar kita tidak berat ke arah CO. Sehingga kemungkinan kita teracuni CO semakin sedikit. Selain itu pula. Semakan banyak kadar O2 yang ada di udara. Bisa menyebabkan semakin cepat pula eleminasi kadar CO dalam tubuh kita.

7.

Apa sa ja yang mempengaruhi CO di udara? Yang mempengaruhi CO di udara adalah : 1. Kendaraan bermotor Kendaraan bermotor adalah salah satu sumber

karbonmonoksida terbesar di lingkungan. Semakin banyak jumlah kendaraan bermotor maka semakin banyak kadar karbonmonoksida. 2. Industri dan pembakaran batu bara Kegiatan pabrik dan industry pasti menghasilkan banyak sekali karbonmonoksida sebagai sisa pembakaran 3. Kebiasaan merokok Rokok yang mengandung karbonmonoksida turut serta menjadi sumber CO mengingat kebiasaan penduduk dalam menghisap rokok 4. Kondisi bangunan

Kondisi yang meliputi dan berpengaruh pada kadar CO adalah masalah ventilasi dan cerobong asap. Ventilasi yang kurang dan tidak memadai dan cerobong asap yang kurang tinggi menimbulkan penimbunan CO di udara. 5. Pergerakan udara Udara berperan dalam perpindahan bahan polutan dari satu tempat ke tempat lain. Jika pergerakan angin kuat dan aktif, polutan tidak memiliki cukup waktu untuk mengumpul karena cepat disebarkan. 6. Kelembaban Udara yang lembab membantu proses pengendapan bahan pencemar 7. Suhu Suhu yang tinggi akan membuat konsentrasi pencemar menjadi rendah, dan sebaliknya. 8. Tanaman hijau Jumlah tanaman hijau mempengaruhi banyaknya kadar CO di udara pada proses fotosintesis tumbuhan akan menghasilkan oksigen dan menyerap karbondioksida.

Mekanisme mengapa suhu yang tinggi konsentrasi CO lebih rendah karena suhu tinggi maka tekanan udaranya rendah dimana kita tahu sendiri angin berhembus dari tekanan udara tinggi ke rendah. Kita bisa menganalogikan peristiwa ini seperti terjadinya angin laut. Angin laut terjadi ketika pada pagi hingga menjelang sore hari, daratan menyerap energi panas lebih cepat dari lautan sehingga suhu udara di darat lebih panas daripada di laut. Sehingga tekanan udara di darat lebih rendah selain itu udara panas di daratan akan naik dan digantikan udara dingin dari lautan. Maka terjadilah aliran udara dari laut ke darat.

8.

Apa saja pemeriksaan penunjang pasien keracunan CO? Meunurut Seokeanto (2007) pemeriksaan yang dilakukan adalah sebagai berikut : 1. Pemeriksaan Laboratorium a. Pemeriksaan Kadar HbCO b. Pemeriksaan Gas darah Arteri 2. Pemeriksaan Imaging a. CT Scan b. X foto Thorax c. Pemeriksaan MRI 3. Pemeriksaan Lainnya a. Elektrokardiogram b. Pulse Oxymetri Pemeriksaan laboratorium. Analisa kadar HbCO membutuhkan alat ukur spectrophotometric yang khusus. Kadar HbCO yang meningkat menjadi signifikan terhadap paparan gas tersebut. Sedangkan kadar yang rendah belum dapat menyingkirkan kemungkinan terpapar, khususnya bila pasien telah mendapat terapi oksigen 100% sebelumnya atau jarak paparan dengan pemeriksaan terlalu lama. Pada beberapa perokok, terjadi peningkatan ringan kadar CO

sampai 10%. Pemeriksaan gas darah arteri juga diperlukan. Tingkat tekanan oksigen arteri (PaO2) harus tetap normal. Walaupun begitu, PaO2 tidak akurat menggambarkan derajat keracunan CO atau terjadinya hipoksia seluler. Saturasi oksigen hanya akurat bila diperiksa langsung, tidak melaui PaO2 yang sering dilakukan dengan analisa gas darah. PaO2 menggambarkan oksigen terlarut dalam darah yang tidak terganggu oleh hemoglobin yang mengikat CO (Soekamto dan Perdanakusuma, 2007). Salah satunya adalah pemeriksaan neurofisiologis. Adapun pemeriksaan neurofisiologis yang dapat dikerjakan antara lain seperti : a. ENMG (Elektroneuromiografi) biasa sering disebut EMG saja b. EEG (Elektroensefalografi) c. EP (Evoked Potential)

9.

Bagaimana pencegahan dan penanganan keracunan CO?

1.

Perawatan sebelum tiba di rumah sakit Memindahkan pasien dari paparan gas CO dan memberikan terapi oksigen dengan masker nonrebreathing adalah hal yang penting. Intubasi diperlukan pada pasien dengan penurunan kesadaran dan untuk proteksi jalan nafas. Kecurigaan terhadap peningkatan kadar HbCO diperlukan pada semua pasien korban kebakaran dan inhalasi asa. Pemeriksaan dini darah dapat memberikan korelasi yang lebih akurat antara kadar HbCO dan status klinis pasien. Walaupun begitu jangan tunda pemberian oksigen untuk melakukan pemeriksaan-pemeriksaan tersebut.

2.

Perawatan di unit gawat darurat Pemberian oksigen 100 % dilanjutkan sampai pasien tidak menunjukkan gejala dan tanda keracunan dan kadar HbCO turun dibawah 10%. Pada pasien yang mengalami gangguan jantung dan paru sebaiknya kadar HbCO dibawah 2%. Lamanya durasi pemberian oksigen

berdasarkan waktu paruh HbCO dengan pemberian oksigen 100% yaitu 30-90 menit. Pertimbangkan untuk segera merujuk pasien ke unit terapi oksigen hiperbarik, jika kadar HbCO diatas 40 % atau adanya gangguan kardiovaskuler dan neurologis. Serta pasien tidak membaik dalam waktu empat jam. 3. Terapi oksigen hiperbarik. Secara teori HBO bermanfaat untuk terapi keracunan CO karena oksigen bertekanan tinggi dapat mengurangi dengan cepat kadar HbCO dalam darah, meningkatkan transportasi oksigen intraseluler, mengurangi aktifitas-daya adhesi neutrofil dan dapat mengurangi peroksidase lipid. Saat ini, indikasi absolut terapi oksigen hiperbarik untuk kasus keracunan gas CO masih dalam kontroversi. Alasan utama memakai terapi HBO adalah untuk mencegah defisit neurologis yang tertunda. Suatu penelitian yang dilakukan perkumpulan HBO di Amerika menunjukkan kriteria untuk HBO adalah pasien koma, riwayat kehilangan kesadaran , gambaran iskemia pada EKG, defisit neurologis fokal, test neuropsikiatri yang abnormal, kadar HbCO diatas 40%, kehamilan dengan kadar HbCO >25%, dan gejala yang menetap setelah pemberian oksigen normobarik. (Soekamto dan Perdanakusuma, 2007) o Cara pencegahan a. Sumber Bergerak i. Merawat mesin kendaraan bermotor

ii. Memasang filter pada knalpot

b.

Sumber tidak bergerak i. Memasang scruber pada cerobong asap ii. Merawat mesin industri dan melakukan pengujian secara berkala iii. Menggunakan bahar bakar minyak atau batu bara dengan kadar CO rendah

Pencegahan keracunan CO a. Memeriksa saluran alat pemanas dirumah secara berkala, apakah tersumbat atau tidak, agar sirkulasi pembuangan lancar b. Memeriksa ac mobil apakah ada kebocoran, agar tidak terjadi keracunan saat mengendarai mobil c. Tidak menyalakan mobil didalam garasi atau tempat yang tertutup agar menghindari resiko keracunan gas CO

DAFTAR PUSTAKA

Dorland, W. A. Newman. 2010. Kamus Saku Kedokteran Dorland Edisi 28.

Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. Majid. 2011. Racun Gas Karbon Monoksida. Tersedia dalam

<http://xa.yimg.com/kq/groups/9413146/259254791/name/RacunGasKarbon Monoksida.pdf> [diakses pada 28 Mei 2013]. Muljadi, Sendjaja, dr. 2011. Neurofisiologi Sebagai Alat Bantu Diagnostik Dan Intraoperatif Monitoring Di Kamar Operasi. Tersedia dalam

<http://www.medistra.com/index.php?option=com_content&view=article&i d=111> [diakses pada 28 Mei 2013]. Info Badan POM. 2004. Keracunan Yang Disebabkan Gas Karbon Monoksida. Volume 5 No. 1 Januari 2004. Jakarta: Badan POM. Laksana, Agung S. Dwi. 2013. Konsep Dasar Terjadinya Penyakit. Available at : Lecture K01 blok CHEM II Kedokteran Unsoed pada Senin, 20 Mei 2013. Saputra, Yoky Edy. 2009. Karbonmonoksida dan Dampaknya terhadap Kesehatan. Available at: http://www.chem-is-

try.org/artikel_kimia/kimia_lingkungan/karbonmonoksida-dan-dampaknyaterhadap-kesehatan/ (diakses pada Senin, 27 Mei 2013). Sherwood, Lauralee. 2011. Fisiologi Manusia Dari Sel Ke Sistem. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. Slamet, Juli Soemirat. 2007. Kesehatan Lingkungan. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Soekamto, Tomie Hermawan dan David Perdanakusuma. 2007. INTOKSIKASI KARBON MONOKSIDA. Available at :

http://journal.unair.ac.id/filerPDF/CO%20Intoxication.pdf/ (diakses pada 27 Mei 2013). Sukanta, Putu Okta. 2001. Akupresur & Minuman untuk Mengatasi Gangguan Pencernaan. Jakarta : PT Elex Media Komputindo. Sumamur. 2009. HIGIENE PERUSAHAAN DAN KESEHATAN KERJA (HIPERKES). Jakarta: Sagung Seto. Sumardjo, Damin. 2006. Pengantar Kimia : Buku Panduan Kuliah Mahasiswa Kedokteran dan Program Strata 1 Fakultas Bioeksakta. Jakarta : EGC. Price, Sylvia A. 2005. Patofisiologi: Konsep klinis proses-proses penyaki. Jakarta:

EGC. Warner, Penny. 2002. 365 Baby Care Tips : Helpful Hints for The First Year. USA : Meadowbrook Press. Terjemahan Susi Purwoko. 2009. 365 Kiat Mengasuh Bayi : Segala Sesuatu yang Perlu Diketahui Pada Tahun Pertama. Jakarta : Arcan.

Anda mungkin juga menyukai