Anda di halaman 1dari 4

PENGARUH PEMBERIAN SARI BUAH KURMA (Phoenix dactylifera L) TERHADAP PERUBAHAN JUMLAH TROMBOSIT PADA TIKUS (Rattus norvegicus)

1 1 2

Asnah Marzuki , Nurhainun Ibrahim , dan Uslam


1 2

Fakultas Farmasi, Universitas Hasanuddin, Makassar Fakultas Kedokteran, Universitas Hasanuddin, Makassar

ABSTRACT Telah dilakukan penelitian tentang pengaruh pemberian sari buah kurma (Phoenix dactylifera L) terhadap perubahan jumlah trombosit pada tikus (Rattus norvegicus), dengan tujuan untuk mengetahui apakah sari buah kurma dapat meningkatkan jumlah trombosit tikus ( Rattus norvergicus) dengan menggunakan 15 ekor tikus kemudian dibagi menjadi 5 kelompok perlakuan. Kelompok pertama sebagai kontrol negatif, kelompok kedua, ketiga dan keempat diberi sari buah kurma 2,5 g/100 g BB tikus, 5 g/100 g BB tikus dan 10 g/100 g BB tikus, kelompok kelima sebagai kontrol positif heparin 270 UI/200 g BB tikus secara subkutan sebelum diberi sari buah kurma, kemudian dihitung kadar trombosit. Rata-rata kenaikan trombosit pada kelompok pertama (kontrol negatif) 37,7, kelompok kedua 235,7, kelompok ketiga 343,3, kelompok kempat 225,0 dan kelompok kelima (kontrol positif) 319,0 L/100 g. Berdasarkan hasil analisa statistik dengan metode rancangan acak lengkap memperlihatkan bahwa pemberian sari buah kurma secara nyata dapat meningkatkan jumlah trombosit pada tikus ( Rattus norvegicus). Kata kunci : sari kurma (Phoenix dactylifera L), trombosit

PENDAHULUAN Masyarakat Indonesia sejak dahulu telah mengenal dan menggunakan tanaman obat sebagai salah satu upaya penanggulangan masalah kesehatan, jauh sebelum pelayanan kesehatan formal dengan obat modern menyentuh masyarakat. Masyarakat mulai memahami bahwa penggunaan tumbuhan untuk obat sebenarnya dapat sejajar dan saling mengisi dengan pengobatan modern sehingga penggunaan tumbuhan obat dijadikan sebagai pilihan pertama dan utama untuk pengobatan. Pemakaian obat tradisional yang bersifat empiris ini hanya berdasarkan dosis dan efek yang didapatkan dari pengalaman sehingga perlu didukung dengan penelitian ilmiah agar dapat dilestarikan dan dikembangkan (1). Trombosit atau platelet bukan merupakan sel, melainkan pecahan granular sel, berbentuk piringan, dan tidak berinti. Trombosit adalah bagian terkecil dari unsur seluler sumsum tulang dan sangat penting peranannya dalam hemostasis dan pembekuan darah (2). Dalam setiap mililiter darah pada keadaan normal terdapat sekitar 250.000 trombosit (kisaran 150.000 350.000/mm3. Jika jumlah trombosit menurun hingga kurang dari 3 100.000/mm maka disebut trombositopenia. Penurunan kadar trombosit dapat ditemui pada beberapa penyakit antara lain demam berdarah, tifus, ITP, DIC (Disseminatel Intravascular Coagulation), 85

biasa juga terjadi pada pasien yang mengalami penyakit yang berat misalnya pasien sirosis hati, shock, serta penyakit lupus (3). Salah satu buah yang dapat digunakan untuk meningkatkan trombosit adalah buah kurma. Kurma (Phoenix dactylifera L) adalah sejenis tumbuhan palem yang buahnya dimakan karena rasanya manis. Pohon kurma memiliki tinggi sekitar 1525 meter dan daun menyirip dengan panjang 35 meter. Pohon kurma tidak hanya tumbuh di negara Arab karena banyak juga tumbuh di gurun California yang beriklim tropis (4). Buah kurma telah menjadi makanan pokok di Timur Tengah selama ribuan tahun. Orangorang Timur Tengah percaya bahwa kurma dapat menghilangkan rasa sakit. Hal ini disebabkan oleh adanya kandungan kalium dan asam salisilat yang berfungsi sebagai antinyeri. Kurma juga mengandung karbohidrat, glukosa, fruktosa, sukrosa, magnesium, kalsium, fosfor, folat, protein, besi, dan beberapa vitamin antara lain vitamin A, tiamin (B1), riboflavin (B6), niasin, dan vitamin E. Kandungan antioksidan pada kurma berbeda antara varietas yang satu dengan yang lainnya (5). Karena banyaknya kandungan senyawa tersebut maka kurma memiliki banyak manfaat, antara lain dapat meningkatkan kadar hemoglobin darah pada tikus putih jantan (6). Pada penelitian lain dijelaskan bahwa glukan yang diisolasi dari kurma asal Libya, lalu dimurnikan dan dikarakter-

86

Majalah Farmasi dan Farmakologi , Vol. 16, No.2 Juli 2012, hlm. 85 88

isasi menggunakan metode derivasi dan periodate oksodasi potensial digunakan sebagai antitumor yang diuji cobakan pada tikus (7). Selain itu, pada penelitian yang lain juga dijelaskan ekstrak etanol dari kurma dapat meningkatkan jumlah trombosit pada tikus (8). Banyak produk sari kurma yang beredar di pasaran, yang biasa digunakan masyarakat untuk meningkatkan jumlah trombosit namun hanya sebatas empiris saja sehingga dibutuhkan penelitian secara ilmiah mengenai aktivitas sari buah kurma (Phoenix dactylifera L) terhadap peningkatan jumlah trombosit pada tikus (Rattus norvegicus) sehingga dapat membantu argumen masyarakat. Penelitian ini dilakukan untuk mengembangkan pengobatan alternatif dengan pemanfaatan sari buah kurma, karena sari buah kurma dapat meningkatkan kadar trombosit sehingga dapat digunakan dalam penanganan penyakit yang kurang jumlah trombositnya.

HASIL DAN PEMBAHASAN Trombositopenia merupakan kelainan hematologis yang ditandai dengan penurunan kadar trombosit dalam darah perifer, biasanya disebabkan oleh kegagalan sumsum tulang dalam memproduksi secara memadai dan peningkatan dekstruksi trombosit perifer atau sekuestrasi trombosit dalam limpa. Pada pasien trombositopenia terdapat perdarahan baik kulit seperti petekia atau perdarahan mukosa mulut. Hal ini mengakibatkan kehilangan kemampuan tubuh untuk melakukan mekanisme hemoestatis secara normal. Trombositopenia disebabkan oleh beberapa faktor, di antaranya adalah induksi obat yang mengakibatkan trombositopenia dan juga adanya proses autoimun pada trombosit seperti pada idiopatic/ Immune Thrombocytopenia Purupura (ITP). Pada penelitian ini, digunakan sari buah kurma (P.dactylifera L) yang diberikan per oral dengan 3 variasi dosis yaitu 2,5 g/100 g BB tikus, 5 g/100 g BB tikus, 10 g/100 g BB tikus. Hewan coba yang digunakan adalah tikus yang memiliki berat badan antara 150 200 g yang dikelompokkan secara acak berdasarkan bobot badan. Hewan coba ini kemudian dibagi dalam 5 kelompok dengan jumlah tikus tiap kelompok sebanyak 3 ekor. Perlakuan I (kontrol air suling), perlakuan II (sari buah kurma 2,5 g/100 g BB tikus), perlakuan III (sari buah kurma 5 g/100 g BB tikus), perlakuan IV (sari buah kurma 10 g/100 g BB tikus) dan perlakuan II (kontrol Remufit) kemudian diadaptasikan di lingkungan sekitarnya selama 1 minggu dan sebelum perlakuan hewan uji dipuasakan 8 jam terlebih dahulu. Penginduksi yang digunakan untuk menurunkan trombosit adalah heparin (10). Merupakan senyawa yang bersifat asam kuat dan terdiri dari glukosamin dan asam glukoronat. Heparin mencegah koagulasi darah karena penggabungan dengan kofaktor antitrombin-heparin, yang membuat faktor ini bergabung dengan thrombin 1000 kali lebih cepat dari normal. Jika digunakan melebihi dosis maka dapat menurunkan trombosit. Pada penelitian ini, mula-mula semua tikus diukur trombosit awalnya sebelum diberi perlakuan. Hal ini dilakukan untuk mengetahui jumlah trombosit tikus pada keadaan normal. Kemudian tikus diinduksi dengan heparin 270 Ul/200 g BB untuk menurunkan jumlah trombositnya, selanjutnya diberi sari buah kurma untuk menaikkan kembali jumlah trombositnya. Hasil perhitungan perubahan jumlah trombosit setelah pemberian heparin menunjukkan adanya penurunan jumlah trombosit dibandingkan dengan trombosit awal dan adanya kenaikan kadar trombosit setelah perlakuan. Hasil pengukuran disajikan dalam tabel 1.

METODE PENELITIAN Pemberian Perlakuan Pada Hewan Uji Semua hewan uji, tikus, mula-mula di ambil darahnya untuk mengukur kadar trombosit awal, lalu diinjeksi dengan heparin secara subkutan sebanyak 270 Ul/200 g untuk menurunkan jumlah trombositnya. Setelah 24 jam semua hewan diambil darah terinduksi trombositopenia, lalu hewan uji diberikan perlakuan lanjutan menurut kelompoknya, sebagai berikut : a. Kelompok pertama (kontrol negatif), diberi air suling sebanyak 5 ml/100 g BB b. Kelompok kedua, diberi sari buah kurma sebanyak 2,5 g/100 g BB c. Kelompok ketiga, diberi sari kurma sebanyak 5 g/100 g BB d. Kelompok keempat, diberi sari kurma sebanyak 10 g/100 g BB e. Kelompok kelima (kontrol positif), diberi Remufit sebayak 1,8 g/100 g BB Setelah 24 jam, sampel darah diambil untuk mengukur kadar trombosit akhirnya. Perhitungan Jumlah Trombosit Trombosit dihitung dengan menggunakan cara langsung dengan metode tabung. Darah diencerkan dengan larutan Ress Ecker dan jumlah trombosit dihitung dalam kamar hitung. Larutan Ress Ecker mengandung natrium sitrat 3,8 g; larutan formaldehid 40%; briliantcrestyblue 30 mg, air suling hingga 100 ml. Larutan disaring sebelum dipakai. Kamar hitung diamati dengan menggunakan mikroskop.

Asnah Marzuki, dkk., Pengaruh Pemberian Sari Buah Kurma (Phoenix Dactylifera L) Terhadap Perubahan Jumlah Trombosit

87

Tabel 1. Data perubahan trombosit darah tikus sebelum dan setelah induksi heparin dan pemberian sari buah kurma. Kadar trombosit (x 1000/mm ) Perlakuan Ulangan Awal 1 2
Kontrol negatif 424 384 483 430,3 422 612 476 503,3 476 458 538 490,7 470 508 518 498,0 459 439 316 404,0
3

Terinduksi trombositopenia
216 132 217 188,3 216 304 209 243,0 209 204 230 214,3 211 221 247 226,0 281 267 256 268,0

Setelah pemberian perlakuan


246 202 229 225,7 476 499 461 478,7 566 579 528 557,7 417 509 518 481,3 679 625 459 587,0

Kenaikan kadar trombosit setelah perlakuan 3 (x1000/mm )


30 70 12 37,3 260 195 252 235,7 357 375 298 343,3 206 288 271 225,0 398 358 203 319,7

3 Ratarata 1 2
Sari kurma 2,5 g/ 100g BB

3 Ratarata 1 2
Sari kurma 5 g/100 g BB

3 Ratarata 1 2
Sari Kurma 10 g/100 g BB

3 Ratarata 1 2
Kontrol positif

3 Ratarata

Analisis statistika dengan rancangan acak lengkap menunjukkan bahwa variasi dosis pemberian sari buah kurma dibandingkan dengan kontrol memberikan perbedaan efek perubahan jumlah trombosit yang sangat signifikan, yang dapat dilihat dari nilai F hitung lebih besar dari nilai F tabel pada taraf 1%. Untuk melihat hasil perbandingan yang nyata maka di lanjutkan ke Uji Beda Jarak Nyata Duncan diperoleh hasil bahwa sari kurma dengan dosis 2,5 g/100 g BB memberikan efek yang tidak berbeda nyata dengan kontrol positif, sari kurma dengan dosis 5 g/100 g BB memberikan efek tidak berbeda nyata dengan kontrol positif tetapi berbeda nyata dengan dosis 2,5 g/100 g BB, sedangkan sari kurma dengan dosis 10 g/100 g BB memberikan efek yang tidak berbeda nyata dengan Kontrol positif

DAFTAR PUSTAKA 1. Heyne, K. Tumbuhan Berguna Indonesia. ed.1. Badan Penelitian dan Pengembangan Departemen Kehutanan. Jakarta. 1680-1681 2. Sherwood, L. 2001. Fisiologi Manusia dari Sel Ke Sistem. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta. 1987. pp 356 3. Price, S.A. 1995. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-proses Penyakit. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta. 264 4. Alfred. Color Cyclopedia of Exotic Plants and Trees. Ed 2. Reehre Company Rublishers. East Rutherfoed N. J. 07073. U. S. A 5. Satuhu, S. 2010. Kurma Kasiat dan Olahannya. Ed I. Penebar Swadaya. Jakarta. 3 5.

88

Majalah Farmasi dan Farmakologi , Vol. 16, No.2 Juli 2012, hlm. 85 88

6. Pravitasari. 2009. Efek Ekstrak Buah Kurma terhadap Peningkatan Kadar Hemoglobin Darah secara in Vitro pada Tikus Putih Jantan. Fakultas Kedokteran. Universitas Airlangga. Surabaya. 7. Ishurd, O. and Kennedy, J.F. 2005. The Anticancer activity of polysacharide Prepared from Lybyan dates (Phoenix dactylifera L) carbohidrate Polymeres.

8. Tarwoto dan Wartonah. Keperawatan Medical Bedah Gangguan Sistem Hematologi. Trans Info Media. Jakarta.2008 9. Underwood, J.C.E. 2000. Patologi Umum dan Sistematik. ed. 2. Penerbit buku kedokteran. Jakarta. 10. Malole, M.B.M. dan Pramono, C.S.U. 1989. Penggunaan Hewan-hewan Percobaan di Laboratorium. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Pusat Antara, Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Anda mungkin juga menyukai