Anda di halaman 1dari 32

1

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Dasar Istirahat dan Tidur Kesempatan istirahat dan tidur sama pentingnya dengan kebutuhan makan, aktivitas, maupun kebutuhan dasar lainnya. Setiap individu membutuhkan istirahat dan tidur untuk memulihkan kembali kesehatan. 1. Pengertian Istirahat dan Tidur Istirahat adalah suatu keadaan di mana kegiatan jasmaniah menurun yang berakibat badan menjadi lebih segar. Tidur adalah suatu keadaan relatif tanpa sadar yang penuh ketenangan tanpa kegiatan yang merupakan urutan siklus yang berulang ulang dan masing masing menyatakan fase kegiatan otak dan badaniah yang berbeda (Tarwoto & Wartonah, 2010). Istirahat adalah perasaan relaks secara mental, bebas dari kecemasan dan tenang secara fisik. Istirahat tidak selalu bebaring ditempat tidur. Namun dapat berupa membaca buku, melihat televisi. Seusia istirahat, mental dan fisik menjadi segar. Tidur merupakan perubahan status kesadaran berulang-ulang pada periode tertentu. Tidur merupakan waktu perbaikan dan penyembuhan sistem tubuh. Perawat membantu klien mengembangkan perilaku kondusif untuk istirahat dan relaksasi (Saryono & Anggriyana, 2010).

2.

Fisiologis tidur Menurut Saryono & Anggriyana (2010), fisiologis tidur adalah sebagai

berikut : a. Irama sirkardian Irama siklus 24 jam siang malam disebut irama sirkardian. Irama sirkardian mempengaruhi perilaku dan pola fungsi biologis utama seperti suhu tubuh, deyut jantung, tekanan darah, sekresi hormon, kemampuan sensorik dan suasana hati. Irama sirkardian dipengaruhi cahaya, suhu dan faktor eksternal (aktivitas sosial dan rutinitas pekerjaan). Setiap individu memiliki jam biologis sendiri. Kecemasan, kurang istirahat, mudah tersinggung, dan gangguan penilaian merupakan gejala gangguan tidur. RAS (Reticular Activating System) merupakan sel khusus yang mempertahankan kewaspadaan dan terjaga. Pengeluaran serotonin dari pons dan otak bagian tengah menimbulkan rasa kantuk yang selanjutnya tidur. Terjaganya seseorang bergantung dari keseimbangan impuls, reseptor sensori perifer dan sistem limbik. b. Tahap tidur EEG (Elektroensefalogram), EMG (Elektromiogram), dan EOG

(Elektrookulogram) dapat mengidentifikasi perbedaan signal pada level otak, otot, dan aktivitas mata. Normalnya, tidur dibagi menjadi dua yaitu Nonrapid Eye Movement (NREM) dan Parid Eye Mmovement (REM). Selama masa NREM seseorang terbagi menjadi empat tahap dan memerlukan kira kira 90 menit

selama siklus tidur. Sedangkan tahapan REM adalah tahapan kira kira 90 menit sebelum tidur berakhir. 1) Tahap 1 : NREM Merupakan tingkatan paling dangkal dari tidur. Tahapan ini berakhir beberapa menit sehingga orang mudah terbangun karena suara. Terjadi pengurangan aktivitas fisiologis seperti pengurangan tanda tanda vital dan metabolisme. Merasa telah melamun setalah bangun. a) Tingkat transisi b) Merespons cahaya c) Berlangsung beberapa menit d) Mudah terbangun dengan rangsangan e) Aktivitas fisik, tanda vital, dan metabolism menurun f) Bila terbangun terasa sedang bermimpi. 2) Tahap 2 : NREM Merupakan tidur bersuara. Terjadi relaksasi sehingga untuk bangun pun sulit. Tahap ini berakhir 10 20 menit. Fungsi tubuh menjadi lambat. a) Periode suara tidur b) Mulai relaksasi otot c) Berlangsung 10 20 menit d) Fungsi tubuh berlangsung lambat e) Dapat dibangunkan dengan mudah.

3) Tahap 3 : NREM Menjadi tahap awal tidur yang dalam. Otot otot menjadi relaks penuh sehingga sulit untuk dibangunkan dan jarang bergerak. Tanda tanda vital menurun namun teratur. Berakhir 15 30 menit. a) Awal tahap dari tidur nyenyak b) Sulit dibangunkan c) Relaksasi otot menyeluruh d) Tekanan darah menurun e) Berlangsung 15 30 menit 4) Tahap 4 : NREM Menjadi tahap tidur terdalam. Individu menjadi sulit dibangunkan. Jika kurnag tidur, individu akan menyeimbangkan porsi tidurnya pada tahap ini. Tanda tanda vital menurun secara bermakna. Pada tahap ini terjadi tidur sambil berjalan dan enuresis. Berakhir 15 30 menit. a) Tidur nyenyak b) Sulit untuk dibangunkan, butuh stimulus intensif c) Untuk restorasi dan istirahat, tonus otot menurun d) Sekresi lambung menurun e) Gerak bola mata cepat 5) Tidur REM Pada tahap ini, individu akan mengalami mimpi. Respon pergerakan mata yang cepat, fluktuasi jantung dan kecepatan respirasi dan peningkatan tekanan

darah. Terjadi tonus otot skelet penurunan. Sekresi lambung meningkat. Berakhir dalam waktu 90 menit. Terjadi peningkatan tidur REM tiap siklus dalam waktu 20 menit. Selama tidur, deyut jantung menurun mencapai 60 x per menit dan tubuh mengeluarkan hormon untuk pertumbuhan tubuh dengan memperbaiki sel sel epitel, sel otak. Sekresi hormon Kortisol dan Adrenokartikotropik (ACTH) mengikuti irama sirkadian, dengan puncaknya di pagi hari (6 8 jam tidur sampai 1 jam setelah setelah bangun tidur) dengan titik terendah pada larut berhubungan dengan irama sirkadian dengan puncaknya pada larut malam dan awal dari siklus tidur. Melatonin atau hormon tidur, dapat membantu mengontrol ritme atau hormon tidur bangun. Fluktuasi hormon bergantung pada irama sirkadian (terang atau gelap). Adanya cahaya akan menghambat pelepasan melatonin dari kelenjar pineal, oleh karena itu sekresi hormon ini lebih banyak pada malam hari dari pada siang hari. Hormon ini disekresi secara teratur sebelum bayi umur 6 bulan. Tidur untuk memperbaiki proses biologis secara rutin, tidur sebagai penyimpanan energi, pemulihan kognitif dan mempengaruhi perilaku. Mimpi dari tidur REM penting untuk konsolidasi memori jangka panjang. Kepribadian mempengaruhi kualitas mimpi seseorang. Sebuah teori mengatakan bahwa mimpi menghapus fantasi tertentu dan memori nonesensial.

6) Karakteristik tidur REM a) Mata b) Otot otot c) Pernafasan d) Nadi e) Tekanan darah f) Sekresi gaster g) Metabolisme h) Gelombang otak i) Siklus tidur c. Pengaturan tidur Tidur merupakan aktivitas yang melibatkan susunan saraf pusat, saraf perifer, endokrin, kardiovaskuler, respirasi dan muskoloskletal (Robinson 1993, dalam Potter). Tiap kejadian tersebut dapat diindetifikasi atau direkam dengan Elektroensefalogram (EEG) untuk aktivitas listrik otak, pengukuran tonus otot dengan menggunakan Elektromiogram (EMG), dan Elektrookulogram (EOG) untuk mengukur pergerakan mata. Pengaturan dan kontrol tidur tergantung dari hubungan antara dua mekanisme serebral yang secara bergantian mengaktifkan dan menekan otak untuk tidur dan bangun. Reticular Activating System (RAS) di bagian batang otak atas diyakini mempunyai sel sel khusus dalam mempertahankan kewaspadaan dan kesadaran. RAS memberikan stimulus visual, auditori, nyeri, dan sensori raba. Juga menerima stimulus dari kortek serebri (emosi proses piker). : Cepat tertutup dan terbuka : Kejang otot kecil, otot besar imobilisasi : Tidak teratur, kadang dengan apnea : Cepat dan ireguler : Meningkat atau fluktuasi : Meningkat : Meningkat, temperature tubuh naik. : EEG aktif : Sulit dibangunkan

Pada keadaan sadar mengakibatkan neuron neuron dalam RAS melepaskan katekolamin, misalnya norepinefrin. Saat tidur mungkin disebabkan oleh pelepasan serum serotonin dari sel sel spesifik di pons dan batang otak tengah yaitu Bulbar Synchronizing Regional (BSR). Bangun dan tidurnya seseorang tergantung dari keseimbangan implus yang diterima dari pusat otak, reseptor sensorik perifer misalnya bunyi, stimulus cahaya, dan sistem limbic seperti emosi. Seseorang yang mencoba untuk tidur, mereka menutup matanya dan berusaha dalam posisi rileks. Jika ruangan gelap dan tenang aktivitas RAS menurun, pada saat itu BSR mengeluarkan serum serotonin. d. Faktor yang mempengaruhi tidur

Menurut Saryono & Anggriyana (2010), faktor yang mempengaruhi tidur yaitu : 1) Penyakit Seseorang yang mengalami sakit memerlukan waktu tidur lebih banyak dari normal. Namun demekian, keadaan sakit menjadikan pasien dengan gangguan pernafasan atau tidak dapat tidur. Misalnya pada pasien dengan gangguan pernafasan seperti asma, bronchitis, penyakit kardiovaskuler, dan penyakit pernafasan 2) Lingkungan Pasien yang biasa tidur pada lingkungan yang tenang dan nyaman, kemudian terjadi perubahan suasana seperti gaduh maka akan menghambat tidurnya.

3) Motivasi Motivasi dapat mempengaruhi tidur dan dapat menimbulkan keinginan tetap bangun dan waspada menahan kantuk. 4) Kelelahan Kelelahan dapat memperpendek periode dari tahap REM. 5) Kecemasan Pada keadaan cemas seseorang mengkin meningkatkan saraf simpatis sehingga mengganggu tidurnya. 6) Alkohol Alkohol menekan REM secara normal, seseorang yang tahan minum alkohol dapat mengakibatkan insomnia dan lekas marah 7) Obat obatan Beberapa jenis obat yang dapat menimbulkan gangguan tidur antara lain : a) Diuretic b) Antidepresan c) Kafein d) Beta-bloker e) Narkotika : Menyebabkan insomnia : Menyupresi REM : Meningkatkan saraf simpatis : Menimbulkan insomnia : Menyupresi REM

8) Stres psikologis Kondisi stres psikologis dapat terjadi pada seseorang akibat ketegangan jiwa. Seseorang yang memiliki masalah psikologis akan mengalami kegelisahan sehingga sulit untuk tidur. 9) Nutrisi Terpenuhi kebutuhan nutrisi yang cukup dapat mempercepat proses tidur. Konsumsi protein yang tinggi maka seseorang tersebut akan mempercepat proses terjadinya tidur, karena dihasilkan triptofan yang merupakan asam amino hasil pencernaan protein yang dicerna dapat membantu mudah tidur. e. Kebutuhan tidur pada setiap usia Menurut Potter & Perry 2009 kebutuhan tidur setiap usia adalah : 1) Neonatus Sifat tidur pada neonatus adalah pola tidur yang tidak teratur (hingga usia 6 8 minggu) yang berhubungan dengan rasa lapar, periode tidur yang multiple pada siang dan malam hari, tidurnya bersifat aktif : terseyum, menghisap, pergerakan badan. 2) Bayi Jumlah tidur yang dibutuhkan : 14 15 jam/hari. Sifat tidurnya jumlah tidur malam bertambah, pola tidur mulai terlihat, tidur siang yang awalnya berjumlah 3 4 kali berubah menjadi 1 2 kali di akhir tahun pertama.

10

3) Toddler Jumlah tidur yang dibutuhkan : 12 14 jam (tidur siang 1,5 3,5 jam) / harinya. Sifat tidur : tidur di pagi hari semakin berkurang pada usia + 18 bulan, kebanyakan dapat tidur sepanjang malam dengan jadwal yang teratur. 4) Prasekolah Kebutuhan tidur untuk usia 3 5 tahun. Jumlah tidur yang dibutuhkan : 11 13 jam / hari. Sifat tidur : tidur siang biasanya tidak ditemukan lagi pada akhir tahun kelima, mungkin dapat timbul ketakutan di malam hari. 5) Sekolah Jumlah tidur yang dibutuhkan : 10 11 jam / hari. Sifat tidur : semakin meningkatnya kegiatan anak dapat mengakibatkan berkurangnya tidur, pengaruh televise, komputer, kafein, dan keadaan remaja dewasa muda. Tidur pada remaja dewasa muda (16 30 tahun) mempunyai pola yang berbeda dibandingkan usia lainnya. Ini disebabkan oleh perubahan hormonal yang terjadi masa pubertas. Pada masa ini mereka mengalami pergeseran irama sirkadian, sehingga jam tidur pun bergeser. Kebutuhan tidur meningkat menjadi 8,5 9,25 jam setiap harinya. Tetapi waktu tidurnya berubah, rasa kantuk baru menyerang sekitar tengah malam. Saat orang lain mulai mengantuk pada pukul 21:00 atau 22:00, orang muda justru baru semangat untuk berkarya, baik itu belajar ataupun menyelesaikan pekerjaan.

11

Sementara di pagi hari sudah harus bangun awal untuk mempersiapkan diri ke sekolah, kuliah atau bekerja. 6) Dewasa tengah Waktu yang digunakan untuk tidur mulai menurun. Periode tahapan tidur pada tahap 4 mulai menurun. Seringkali ditemukan gangguan tidur yang disebabkan oleh perubahan dan stres di usia menengah. Penggunaan obat tidur sering digunakan oleh dewasa tengah untuk membantu cepat tidur. 7) Lansia (lanjut usia) Kualitas tidur pada lansia mengalami perubahan. Tidur REM mulai memendek. Penurunan progresif pada tahap NREM 3 dan 4 dan hampir tidak memiliki tahap 4. Perubahan pola tidur lansia disebabkan perubahan sistem saraf pusat yang mempengaruhi pengaturah tidur. f. Gangguan tidur

Menurut Hidayat 2006, gangguan tidur adalah sebagai berikut : 1) Insomnia Insomnia yaitu kesukaran dalam memulai atau mempertahan tidur. Keadaan ini adalah keluhan tidur yang paling sering dapat bersifat sementara maupun persisen. Periode singkat insomnia paling sering berhubungan dengan kecemasan. Insomnia adalah ketidakmampuan memperoleh secara cukup kualitas tidur. Tiga macam insomnia, yaitu : insomnia inisial (initial insomnia) adalah tidak

12

adanya ketidakmampuan untuk tidur; insomnia intermiten (intermittent insomnia). Merupakan ketidakmampuan untuk tetap mempertahan tidur karena sering terbangun; dan insomnia terminal (terminal insomnia) adalah bangun lebih awal tetapi tidak pernah tertidur kembali. Penyebab insomnia adalah ketidakmampuan fisik, kecemasan, dan kebiasaan minum alkohol dalam jumlah banyak. 2) Narkolepsi Keinginan tidur yang kerterlaluan di siang hari, meskipun baru bangun tidur sejam yang lalu, bahkan secara tiba-tiba, mengalami kelumpuhan saat tidur dan mengalami khayalan sesaat (halusinasi hipnagogis), yakni kejadian mimpi saat saat awal tidur REM. Pemicunya kadang masalah luapan ekpresi emosi yang unik, semisal rasa bahagia atau tertawa yang berat. EDS (Excessive daytime Sleepiness) menjadi keluhan utama pada gangguan ini. Suatu keadaan atau kondisi yang ditandai oleh keinginan yang tidak terkendali untuk tidur. Gelombang otak penderita pada saat tidur sama dengan yang sedang tidak normal, juga terdapat gas darah atau endokrin. 3) Hipersomnia Yakni jumlah tidur yang berlebihan dan mengantuk yang berlabihan di siang hari. Sindro Kleine-Levin biasanya mengantuk berlebihan di siang hari ini harus dibedakan dengan mengantuk karena kelelahan fisik akibat bekerja terlalau keras. Gangguan lainnya bisa dikategorikan hipersomnia idiopatik ini dikenal mirip dengan narkolepsi, di mana klien tidak dapat menghindari keinginan untuk tidur. Dimana pun, kapanpun sangat mudah tidur. Banyak kecelakaan dilaporkan

13

disebabkan Narkolepsi. Sementara lainnya termasuk hipersomnia traumatik, seperti orang yang senang tidur Karena pusing, usia sakit dan perlu penyembuhan. Ada individu yang memiliki hipersomnia namun bukan sebagai gangguan, karena memang porsi kebutuhan tidur individu tersebut banyak. Berlebihan jam tidur pada malam hari, lebih dari 9 jam, biasanya disebabkan oleh depresi, kerusakan saraf tepi, beberapa penyakit ginjal, liver, dan metabolisme. 4) Parasomnia Yaitu setengah tidur, setengah terjaga, biasanya merupakan fenomena gangguan tidur yang tidak umum dan tidak diinginkan yang tampak secara tibatiba selama tidur atau yang terjadi pada ambang antara terjaga dan tidur. Paling sering muncul dalam bentuk mimpi buruk yang ditnadai dengan mimpi lama dan menakutkan. Biasanya orang terduduk ditempat tidur dengan ekspresi ketakutan, bertiriak dengan keras seperti sedang mengalami teror yang kuat. Merupakan sekumpulan penyakit yang menggagung tidur anak seperti samnohebalisme (tidur sambil berjalan). 5) Somnabulisme Yakni tengah tertidur melakukan perbuatan orang yang tidak tidur. Sering kali duduk dan melakukan tindakan motorik seperti berjalan, berpakaian, pergi ke kamar mandi, berbicara bahkan mengemudikan kendaraan.

14

6) Apnea tidur dan mendengkur Disebabkan karena kurangnya aliran udara melalui hidung dan mulut selama 10 detik atau lebih saat tidur. Ada 3 jenis apnea : apnea sentral, obstruktif dan campuran (sentral dan obstruktif). Apnea obstruktif terjadi saat otot dan struktur rongga mulut relaks dan jalan nafas tersumbat. Apnea sentral melibatkan disfungsi pusat pengendalian nafas di otak. Periode apnea berlangsung selama 10 detik dampai 3 menit. Mendengkur bukan dianggap sebagai gangguan tidur, namun bila disertai apnea maka bisa menjadi masalah. Mendengkur disebakan oleh adanya rintangan pengeluaran udara di hidung dan mulut, misalnya amandel, adenoid, otot otot di belakang mulut dan mengendor dan bergetar. 7) Mengigau Hampir semua orang pernah mengigau, hal itu terjadi sebelum tidur REM. B. Insomnia 1. Pengertian Insomnia merupakan suatu keadaan ketidakmampuan mendapatkan tidur yang adekuat, baik kualitas maupun kuantitas, dengan keadaan tidur yang hanya sebentar atau susah tidur. Insomnia terbagi menjadi 3 jenis, yaitu : initial insomnia, merupakan ketidakmampuan untuk jatuh tidur atau awali tidur; intermeten insomnia, merupakan ketidakmampuan tetap tidur karena selalu terbangun pada malam hari; dan terminal insomnia, merupakan ketidakmampuan

15

untuk tidur kembali setelah bangun tidur pada malam hari. Proses gangguan tidur ini kemungkinan besar disebabkan oleh adanya rasa khawatir, tekanan jiwa ataupun stres (Hidayat, 2006). Orang yang mengalami transien akibat hasil dari stres situasional seperti keluarga, pekerjaan, atau makalah sekolah, jet lag, penyakit, atau kehilangan orang yang dicintai. Insomnia kadang kadang berulang, tetapi klien dapat tidur dengan baik diantara episode insomnia. Namun, kasus insomnia sementara akibat stres mungkin akan menimbulkan kesulitan kronis dalam memperoleh tidur yang cukup, mungkin karena khawatir dan kecemasan yang berkembang tentang mendapatkan tidur yang cukup (Potter & Perry, 2009). 2. Penyebab Insomnia

Menurut Meiliana dkk (2011), sebab sebab terjadinya insomnia antara lain : a. Suara atau bunyi : Biasanya orang dapat menyesuaikan dengan suara atau bunyi sehingga tidak mengganggu tidurnya. Misalnya seseorang yang takut diserang atau dirampok, pada malam hari terbangun berkali kali hanya suara yang halus sekalipun. b. Suhu udara : Kebanyakan orang akan berusaha tidur pada suhu udara yang menyenangkan bagi dirinya. Bila suhu udara rendah memakai selimut dan bila suhu tinggi memakai pakaian tipis, insomnia ini sering dijumpai didaerah tropik.

16

c. Tinggi suatu daerah ; Insomnia merupakan gejala yang sering dijumpai pada mountain sickness (mabuk udara tipis), terjadi pada pendaki gunung yang lebih dari 3500 meter diatas permukaan air laut. d. Penggunaan bahan yang mengganggu susunan saraf pusat : insomnia dapat terjadi karena penggunaan bahan-bahan seperti kopi yang mengandung kafein, tembakau yang mengandung nikotin dan obat obat pengurus badan yang mengandung anfetamin atau yang sejenis. e. Penyakit psikologi : Beberapa penyakit psikologi ditandai antara lain dengan adanya insomnia seperti pada gangguan afektif, gangguan neurotic, beberapa gangguan kepribadian, gangguan stres pascatrauma dan lain-lain. 3. Tipe Tipe Insomnia

Menurut Meiliana dkk (2011), insomnia terdiri atas tiga tipe : a. Tidak bisa masuk atau sulit masuk tidur yang disebut juga insomnia inisial dimana keadaan ini sering dijumpai pada orang-orang muda. Berlangsung selama 1 3 jam dan kemudian karena kelelahan ia bisa tertidur juga. Tipe insomnia ini bisa diartikan ketidakmampuan seseorang untuk tidur. b. Terbangun tengah malam beberapa kali, tipe insomnia ini dapat masuk tidur dengan mudah, tetapi setelah 2 3 jam akan terbangun dan tertidur kembali, kejadian ini dapat terjadi berulang kali. Tipe insomnia ini disebut jaga intermitent insomnia. c. Terbangun pada waktu pagi yang sangat dini disebut juga insomnia terminal, dimana pada tipe ini dapat tidur dengan mudah dan cukup nyenyak, tetapi pada saat dini hari sudah terbangun dan tidak dapat tidur lagi.

17

4.

Dampak Insomnia Menurut Rafknowledge (2004), insomnia dapat memberi efek pada

kehidupan seseorang, antara lain : a. Efek fisiologis : Karena kebanyakan insomnia diakibatkan oleh stres b. Efek psikologis : Dapat berupa gangguan memori, gangguan berkonsentrasi, kehilangan motivasi, depresi dan lain-lain. c. Efek fisik/somatic : Dapat berupa kelelahan, nyeri otot, hipertensi dan sebagainya. d. Efek sosial : Dapat berupa kualitas hidup yang terganggu, seperti susah mendapat promosi pada lingkungan kerjanya, kurang bisa menikmati hubungan sosial dan keluarga. e. Kematian orang yang tidur kurang dari 5 jam semalam memiliki angka harapan hidup lebih sedikit dari orang yang tidur 7-8 jam semalam. Hal ini mungkin disebabkan karena penyakit yang mengindiksi insomnia yang memperpendek angka harapan hidup atau karena high arousal state yang terdapat pada insomnia. Selain itu, orang yang menderita insomnia memiliki kemungkinan 2 kali lebih besar untuk mengalami kecelakaan lalu lintas jika dibandingkan dengan orang yang normal. 5. Klasifikasi Insomnia

Menurut Meiliana dkk 2011, klasifikasi insomnia dibagi menjadi dua yaitu a. Insomnia Primer Insomnia primer ini mempunyai faktor penyebab yang jelas. insomnia atau susah tidur ini dapat mempengaruhi sekitar 3 dari 10 orang yang menderita

18

insomnia. Pola tidur, kebiasaan sebelum tidur dan lingkungan tempat tidur seringkali menjadi penyebab dari jenis insomnia primer ini. b. Insomnia Sekunder Insomnia sekunder biasanya terjadi akibat efek dari hal lain, misalnya kondisi medis. Masalah psikologi seperti perasaan bersedih, depresi dan dementia dapat menyebabkan terjadinya insomnia sekunder ini pada 5 dari 10 orang. Selain itu masalah fisik seperti penyakit arthritis, diabetes dan rasa nyeri juga dapat menyebabkan terjadinya insomnia sekunder ini dan biasanya mempengaruhi 1 dari 10 orang yang menderita insomnia atau susah tidur. Insomnia sekunder juga dapat disebabkan oleh efek samping dari obat-obatan yang diminum untuk suatu penyakit tertentu, penggunaan obat-obatan yang terlarang ataupun

penyalahgunaan alkohol. Faktor ini dapat mempengaruhi 1-2 dari 10 orang yang menderita insomnia. 6. Tanda dan Gejala Insomnia

Menurut Meiliana dkk 2011 tanda dan gejala insomnia adalah : a. Kesulitan untuk memulai tidur pada malam hari b. Sering terbangun pada malam hari c. Bangun tidur terlalu awal d. Kelelahan atau mengantuk pada siang hari e. Iritabilitas, depresi atau kecemasan f. Konsentrasi dan perhatian berkurang g. Peningkatan kesalahan dan kecelakaan h. Ketegangan dan sakit kepala

19

i. Gejala gastrointestinal 7. Faktor Resiko Insomnia Menurut Meiliana dkk 2011, hampir setiap orang memiliki kesulitan untuk tidur pada malam hari tetapi resiko insomnia meningkat jika terjadi pada: a. Wanita. Perempuan lebih mungkin mengalami insomnia. Perubahan hormon selama siklus menstruasi dan menopause mungkin memainkan peran. Selama menopause, sering berkeringat pada malam hari dan hot flashes sering mengganggu tidur. b. Usia lebih dari 60 tahun. Karena terjadi perubahan dalam pola tidur, insomnia meningkat sejalan dengan usia. c. Memiliki gangguan kesehatan mental. Banyak gangguan, termasuk depresi, kecemasan, gangguan bipolar dan post-traumatic stres disorder, mengganggu tidur. d. Stres. Stres dapat menyebabkan insomnia sementara, stres jangka panjang seperti kematian orang yang dikasihi atau perceraian, dapat menyebabkan insomnia kronis. Menjadi miskin atau pengangguran juga meningkatkan risiko terjadinya insomnia. e. Perjalanan jauh (Jet lag) dan Perubahan jadwal kerja. Bekerja di malam hari sering meningkatkan resiko insomnia.

20

8.

Cara Menilai

Skala Insomnia Pittsburgh Menurut Saryono 2010, Kualitas tidur secara keseluruhan : pertimbangan kualitas tidur diukur Anda selama tujuh hari terakhir. Kemudian tandai sepanjang garis untuk memberi gambaran terbaik tentang kualitas tidur anda selama tujuh hari terakhir. Sistem penilaiannya yaitu dengan menjumlahkan keseluruhan pertanyaan yang ada dan penilaiannya yaitu 0 50 yaitu tidak ada gangguan insomnia, 51 99 yaitu insomnia ringan, 100 148 yaitu insomnia sedang dan 149 202 yaitu insomnia berat. C. Stres 1. Pengertian Stres adalah suatu kekuatan yang memaksa seseorang untuk berubah, bertumbuh, berjuang, beradaptasi atau mendapatkan keuntungan. Semua kejadian dalam kehidupan, bahkan yang bersifat positif juga menyebabkan stres (Judith, 2006). Stres merupakan bentuk reaksi tubuh terhadap situasi yang terlihat berbahaya atau sulit. Keadaan stres ini akan membuat tubuh memproduksi hormon adrenalin yang berfungsi untuk mempertahankan diri. Bila berlebihan hormon ini menyebabkan penderitanya rawan penyakit fisik, sesuai dengan kondisi fisik, sesuai dengan kondisi masing (Mumpuni, 2010).

21

2. Klasifikasi stres Macam-macam stres menurut psikologis manusia (Siregar, 2010). Ada berbagai macam jenis stres antara lain : 1. Stres kepribadian (Personality stres). Stres kepribadian adalah stres yang dipicu oleh masalah dari dalam diri seseorang yang berhubungan dengan cara pandang terhadap masalah dan kepercayaan atas dirinya. Orang yang selalu menyikapi positif segala tekanan hidup maka resiko kemungkinan seseorang terkena stres kecil. 2. Stres psikososial (Psychocial stres). Stres psikososial adalah stres yang dipicu oleh hubungan relasi dengan orang lain di sekitarnya atau akibat situasi sosial baru, dan masalah cinta, keluarga serta stres macet di jalan raya, atau di ejek orang lain, dan lain sebagainya. 3. Stres bioekologi (Bioecological stres). Stres bioekologi adalah stres yang dipicu oleh dua hal, pertama, yaitu ekologi/lingkungan, seperti polusi dan cuaca sedangkan kedua adalah akibat kondisi biologis, misalnya akibat datang bulan, demam, asma, jerwatan, penuaan, dan lain sebaginya. 4. Stres pekerjaan (Job stres). Stres pekerjaan adalah stres yang dipicu oleh pekerjaan seseorang, persaingan jabatan tekanan pekerjaan, deadline, terlalu kerjaan ancaman pemecatan, target tinggi, usaha gagal, dan persaingan bisnismerupakan beberapa hal umum yang dapat memacu munculnya stres akibat karier pekerjaan.

22

3.

Tanda dan Gejala Gejala-gejala stres juga bisa dikenali, adapun gejala stres yang wajib

diketahui antara lain (Siregar, 2010) : 1. Merasa berkeringat atau sering merasa menggigil. 2. Jantung berdebar. 3. Pergi ketoilet lebih sering dari pada biasanya. 4. Mulut kering. 5. Sakit perut (seperti sakit maag). 6. Mudah lelah. 7. Mengalami sakit yang tidak biasa. 8. Lebih banyak merokok dan minum. 9. Gampang lelah dalam bekerja. 10. Sakit kepala tanpa sebab. 4. Penyebab stres Stres memang di sebabkan oleh hal-hal yang tidak sesuai dengn keinginan orang terkena stres, apabila terperinci, berikut adalah sebab-sebab terjadi stres (Mumpuni, 2010). 1. Permasalahan menikah atau mempunyai anak yang tidak sesuai harapan. 2. Pindah tempat kerja atau lingkungan baru, terutama bagi mereka yang tidak mudah bersosialisasi. 3. Kehilangan orang-orang yang di cintai, baik karena yang meninggal, cerai, maupun putus cinta.

23

4. Masalah hubungan pribadi dengan orang-orang terdekat yang tidak harmonis. 5. Kondisi pelajaran di sekolah atau jenis pekerjaan dengan jadwal ketat sehingga pelaku harus bekerja ekstra keras tanpa jeda. 6. Kondisi badan yang tidak sehat juga dapat memicu stres. 7. Lingkungan yang terlalu ramai atau bising. 8. Terlalu banyak orang dengan kondisi yang tidak nyaman. 9. Masalah keuangan seperti utang atau pengeluaran yang di luar kemampuan. 10. Perasaan kurang percaya diri atau minder. Secara umum faktor penyebab stres di golongkan menjadi beberapa kelompok (Hartono, 2007). 1. Tekanan fisik : kerja otot/olahraga yang berat, kerja otak yang terlalu lama, dan sebagainya. 2. Tekanan psikologis : hubungan suami istri /orang tua anak, persaingan antar saudara/teman kerja, hubungan sosial lainnya, etika moral, sebagainya. 3. Tekanan sosial ekonomi : kesulitan ekonomi, rasialisme, dan sebagainya. 5. Akibat stres terhadap diri Dimasa modern yang ketat dengan persaingan dan kesulitan ini, stres sangat banyak melanda masyarakat. Setiap umur rawan stres. Apabila stres tidak di atasi dan di tangani dengan bijaksana maka dapat berakibat patal. Berikut ini adalah akibat-akibat yang timbulkan oleh stres.

24

1. Kelelahan akibat kerja Kelelahan akibat kerja meliputi kelehan fisik, emosional,dan mental yang di sebabkan oleh adanya keterlibatan dalam waktu yang lama dengan sistem yang menuntut secara emosional. Kelelahan emosional menjadi faktor utama dalam mengukur terjadinya kelelahan kerja atau yang biasa populer dengan burn out. 2. Psikomatis Psikomatis adalah penyakit yang berupa gejala-gejala fisik yang di sebabkan atau psikologis, sebenarnya segala penyakit melibatkan reaksi pikiran (psiko) dan (soma). Namun, beberapa penyakit dapat di perburuk oleh faktor mental, seperti stres atau kecemasan, misalnya penyakit jantung atau tekanan darah tinggi. Gangguan psikosomatis dapat muncul dalam bentuk sakit kepala, mual, gangguan lambung dan pencernaan, sesak nafas, pening, diare, nyeri sendi, gatal gatal, dan periode mentruasi terganggu atau terhenti dalam beberapa waktu atau justru frekuensinya bertambah menjadi semakin sering. 3. Trauma Peristiwa yang menyebabkan trauma disebut peristiwa traumatis, misalnya kematian anggota keluarga, kejadian kecelakaan, keguguran, ledakan bom, kebakaran rumah, dan bencana alam. Trauma dapat menyebabkan beberapa perubahan pada diri kita. Sebagai contoh orang yang mengalami kecelakan mobil mungkin menjadi sulit tidur, melihat kembali suasana saat mengalami kecelakaan, was was saat menyetir mobil bahkan tidak mau lagi menyetir mobil.

25

4. Trauma sekunder Gejala trauma juga dapat dialami orang yang tidak mengalami peristiwa traumatis secara langsung, misalnya seseorang yang menyaksikan liputan konflik. Setelah itu, ia mengalami gejala stres sperti sulit tidur, takut, dan waspada berlebihan. Orang yang mengalami trauma sekunder biasanya memiliki beberapa ciri, antara lain, (1) kewaspadaan berlebihan, gangguan tidur, dan mimpi buruk; (2) gangguan fisik seperti dakit kepala, sakit sendi, gangguan pernafasan, gangguan perut yang tidak jelas penyebabnya dan tidak kunjung sembuh; dan (3) perasaan tidak berdaya, sedih, bingung, mudah marah, dan cepat tersinggung. 5. Kelelahan kepedulian Kelelahan kepedulian merupakan kelelahan emosional. Ini disebabkan karena empati dan kepedulian yang terus menerus sebagai akibat dari tuntunan dan sifat pekerjaan yang terus menerus harus diperhatikan orang lain, misalnya menjadi pendamping bagi korban kekerasan atau konflik atau bencana alam. 6. Penyakit-penyakit yang di sebabkan oleh stres Stres di sebut juga penyakit kejiwaan. Pada tahan ringan, stres tidak akan menyebabkan penyakit fisik yang kronis dapat muncul. Ini karena sistem kekebalan tubuh berkurang dan menjadi ketidakseimbangan hormon pada orang mengalami stres. Berikut ini adalah penyakit-penyakit yang disebabkan adanya stres (Mumpuni, 2010).

26

1. Jantung koroner. Stres dianggap sebagai faktor dominan resiko penyakit jantung koroner. Apabila tingkat stres sudah sangat tinggi dan mencemaskan maka akan sangat membahayakan kesehatan, terutama bila usia sudah diatas 40 tahun. Pada usia ini semua kesehatan faktor resiko penyakit meningkat. Menurut penelitian para ahli kesehatan, stres dapat memicu semburan adrenalin dan zat katekolamin yang tinggi dan dapat mengakibatkan penyempitan pembuluh darah jantung serta meningkatkan denyut jantung. Dengan demikian akan terjadi gangguan suplai ke jantung. Cara yang mudah untuk mengendalikan stres yang berdasarkan kepribadian ini adalah cara menemukan hobi, olahraga, dan meditasi. Tujuan agar kondisi tubuh selalu dalam keadaan releks dan tidak tegang. 2. Kegemukan atau obesitas. Pada orang-orang tertentu, stres biasanya datang dengan diikuti nafsu makan yang tinggi. Apabila keinginan makan dibiarkan maka pasti kegemukan atau obesitas terjadi. Kalau seseorang menderita kegemukan atau obesitas maka penyakit-penyakit lain akan bermunculan, seperti jantung, kolestrol, diabetes militus, dll. Saat ketika menyantap makanan untuk merespon perasaan negatif, seperti rasa marah atau sedih, tanpa sadar kita membuat koneksi yang kuat dengan otak makanan itu akan dikenali oleh otak sebagai jawaban atas emosi yang kita alami. Akibatnya, bila situasi stres itu kita alami lagi maka otak akan memberi perintah untuk mencari cemilan. Pada hal, menghindari stres adalah hal yang sulit,

27

terutama untuk mereka yang aktif dan bekerja. Itulah sebabnya sangat penting mengendalikan keinginan makan ketika sedang stres. 3. Gangguan syaraf. Ketika seseorang stres, sinyal otak memicu kalenjar adrenal untuk melepaskan berbagai bahan kimia alami pada otak, termasuk epinefrin (adrenalin) dan kortisol. Tingginya kedua bahan kimia tersebut dalam tubuh dapat menggagu ingatan dan resiko stres yang sangat besar. 4. Masalah endokrin. Hormon stres (adrenalin dan kortisol) memicu hati untuk menghasilkan lebih banyak gula dalam darah untuk memberikan energi. Hal ini sangat berbahaya karna meningkatkan kadar gula atau glukosa bisa membuat seseorang terkena deabetes militus. 5. Gangguan penafasan. Saat mengalami stres tinggi, seseorang akan cenderung bernafas lebih cepat. Hal ini bisa memicu sesak nafas dan membuat tubuh lebih rentan terhadap virus, terutama virus yang menyerang sistem pernafasan. 6. Masalah reproduksi. Stres bisa memperpanjang atau memperpendek siklus menstruasi dan membuat menstruasi lebih sakit. Bahkan, stres bisa membuat siklus haid berhenti selama beberapa waktu. Tingkat stres yang tinggi juga membuat bakteri vaginosis (BV) selama kehamilan menjadi lebih tinggi levelnya. Hal ini membuat janin beresiko terhadap penyakit asma dan alergi.

28

7. Masalah pencernaan. Orang yang mengalami stres sering pula mengalami masalah pencernaan kadang-kadang ini bukan masalah menetap, tetapi sementara. Pada kondisi normal, pencernaannya tidak memiliki masalah. Namun begitu mengalami stres, pencernaan akan langsung bermasalah, baik diare, sakit perut, mulas, sembelit, muntah, dll. Penyakit ini dikenal dengan istilah gastrointestinal. 8. Penyakit psikologis. Stres sering menyebabkan gelisah panik, dan kecemasan. Stres pula menyebabkan seseorang menjadi kecanduan narkoba dan alkohol. Mereka mencari narkoba dan alkohol sebagai saran untuk meredam stres, kepanikan, maupun kecemasan mereka. Pada hal, apa yang mereka lakukan tidak dapat menyelesaikan masalah, justru menambah masalah, sebaiknya penderita stres mengenali keadaannya dan mencari orang terpercaya untuk membantu penyelasaian masalahnya atau melakukan konsultasi dengan psikiater. 9. Insomnia atau sulit tidur. Orang yang stres biasanya mengalami sulit tidur. Walaupun kondisi mereka sudah sangat lelah dan bekerja seharian, tetapi mereka yang stres tidak dapat langsung tidur nyenyak. Kalaupun bisa tidur, biasanya mereka akan mengalami mimpi buruk, gangguan dalam tidur, nafas terenge-enga ketika tidur, dan sering bangun secara mendadak.

29

10. Sakit kepala dan migrain Ketidakseimbangan hormon ketika seseorang terkena stres dan tekanan yang terus menerus dapat menyebabkan sakit kepala dan migrain. Apabila kondisi ini terus menerus terjadi maka dapat membahayakan nyawa manusia. 11. Ketidakseimbangan fungsi ginjal Stres sering menyebabkan penderitanya tidak terkontrol dalam hal pola makan. Itulah hal yang menyebabkan metabolisme terganggu. Dengan demikian, gangguan itu juga akan menyebabkan terjadinya ketidakseimbangan pada kondisi ginjal. 12. Melemahnya sistem kekebalan tubuh Sangat jelas stres menyebabkan penderitanya tidak memiliki kontrol atas dirinya sendiri. Sistem kekebalan tubuh akan melemahkan dan menyebabkan tubuhnya mudah terserang oleh penyakit. 13. Pengecilan di bagian otak Otak adalah pengendali seluruh kegiatan tubuhnya selain jantung yang memiliki otaknya sendiri. Apabila terjadi pengecilan di bagian otak maka dapat di pastikan seluruh kegiatan dalam tubuh akan terganggu. Kesehatan dan sistem kinerja saraf tubuh pun juga akan terganggu.

30

7.

Cara Menilai Stres

Skala Holmes dan Rahe Skala stres merupakan adaptasi dari Wulandari 2012. Setiap pertanyaan diberi skor yang merupakan jumlah penyesuaian seseorang harus membuat dalam kehidupan sebagai akibat dari perubahan. Skala ini didasarkan pada premis bahwa peristiwa baik maupun buruk dalam kehidupan seseorang dapat meningkatkan tingkat stres dan membuat orang tersebut lebih rentang terhadap penyakit dan masalah kesehatan mental. Pada skala tersebut terdapat sejumlah peristiwa yang dialami seseorang selama 12 bulan terakhir. Beri tanda checklist pada peristiwa yang dialami. Selanjutnya nilai tersebut dijumlahkan untuk mengetahui berapa total nilai stres. Keterangan : Skor 0 26 Skor 27 53 Skor 54 80 D. Penelitian Terkait : 1. Berdasarkan penelitian Putra, 2014 (Hubungan antara intensitas perilaku merokok dengan tingkat insomnia), didapatkan hasil bahwa ada hubungan positif yang signifikan antara intensitas perilaku merokok dengan tingkat insomnia pada mahasiswa yang merokok sekaligus mengalami insomnia di angkringan sekitar Unnes. Tingginya intensitas perilaku merokok pada : Stres ringan : Stres sedang : Stres tinggi

31

mahasiswa yang merokok sekaligus mengalami insomnia diikuti dengan tingginya tingkat insomnia pada mahasiswa tersebut dan sebaliknya. Tingkat insomnia pada subyek berada pada kriteria sedang, yaitu sebesar 53,4%. Intensitas perilaku merokok pada subyek berada pada kriteria tinggi, yaitu sebesar 56,7%. 2. Berdasakan penelitian Ulumuddin, 2011 (Hubungan tingkat stres dengan kejadian insomnia pada mahasiswa program studi Ilmu Keperawatan Universitas Diponegoro), hasil penelitian ini adalah 34 responden (23,4%) mengalami stres ringan, 31 responden (21,4%) mengalami stres sedang, 3 responden (2,1%) mengalami stres berat, 1 responden (0,7%) mengalami stres sangat berat, dan 62 responden (42,8%) mengalami insomnia. Hasil penelitian ini menunjukan ada hubungan antara tingkat stres dengan kejadian insomnia pada mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan Univesitas Diponegoro. 3. Beradasarkan penelitian Wulandari, 2012 (Hubungan tingkat stres dengan gangguan tidur pada mahasiswa Skripsi di salah satu Fakultas Rumpun Scierce Technoligy UI), hasil penelitian ini menunjukan 61, 6 % responden mengalami stres sedang dan tidak ada yang mengalami stres berat, 44, 6% responden mengalami gangguan tidur, dan tidak ada hubungan yang signifikan antara tingkat stres dengan gangguan tidur pada mahasiswa skripsi.

32

E. Kerangka Teori Gambar 2.1 Stres kekuatan adalah yang suatu Kerangka Teori ketidakmampuan mendapatkan adekuat, tidur yang kualitas Insomnia suatu merupakan keadaan

memaksa

seseorang untuk berubah, bertumbuh, beradaptasi mendapatkan Semua berjuang, atau keuntungan. dalam yang juga Hubungan tingkat stres

baik

maupun kuantitas, dengan keadaan tidur yang sebentar atau susah tidur. Faktor terjadinya penyebab insomnia

kejadian bahkan positif

kehidupan, bersifat

menyebabkan stres (Judith, 2006). Faktor menyebabkan digolongkan beberapa (Hartono, 2007) : yang

(Meiliana dkk, 2011) yaitu : 1. Suara atau bunyi 2. Suhu udara 3. Tinggi suatu daerah 4. Penggunaan bahan

dengan kejadian insomnia stres menjadi kelompok

yang

mengganggu

susunan saraf pusat 1. Tekanan fisik 2. Tekanan psikologis 3. Tekanan ekonomi sosial 5. Penyakit psikologis

Anda mungkin juga menyukai