SKRIPSI
Oleh
Nama : Rr Nanny Pratiwi
NIM : 4150401037
Program studi : Matematika
Jurusan : Matematika
ii
PENGESAHAN
Hari :
Tanggal :
Panitia Ujian
Ketua, Sekretaris,
iii
ABSTRAK
iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
MOTTO
PERSEMBAHAN
saudara-saudaraku tercinta.
sayangi.
5. Teman-teman seperjuangan
(Matematika ’01).
v
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT., atas limpahan
Pascal”.
2. Drs. Kasmadi Imam S., M.S, Dekan FMIPA Universitas Negeri Semarang.
Semarang.
7. Papa dan Mama yang senantiasa mendoakan serta memberikan dorongan baik
vi
9. Asa yang telah memberiku semangat dan membantu dalam proses
10. Sayangku Denis, Kakak dan adik - adikku yang telah memberikan dorongan
11. Teman-temanku Rina, Mey, Woro, Eli, Dwi, Taufik, Sigit, Pardi, Bowo, Aris,
Doni dan semua angkatan 2001 yang selalu memberiku semangat dan
12. Dan orang-orang yang telah memberikan inspirasi, baik disengaja maupun
penyusunan skripsi ini berjalan dengan lancar sampai terselesainya skripsi ini.
Penulis
vii
DAFTAR ISI
viii
BAB IV PEMBAHASAN ................................................................................42
A. Menyelesaikan Integral Lipat dua dengan Metode Trapesium ......42
B. Menyelesaikan Integral Lipat dua dengan Metode Trapesium –
Kuadratur Gauss Legendre ............................................................43
C. Aplikasi Pada Kasus Momen Inersia …………………………… 46
ix
BAB I
PENDAHULUAN
lain. Hal ini tidak dapat dipungkiri dengan munculnya berbagai aplikasi
maupun integral lipat. Penerapan integral lipat dua yang paling jelas
terdapat penerapan lain yaitu massa, pusat massa, momen Inersia dari
radius kitaran.
x
b
I= ∫ f ( x)dx
a
definisi kamus, makna persamaan diatas adalah jumlah total atau asumsi f(x)
hubungan yang dekat antara integrasi dan sumasi (Thomas dan Finney,1979).
(2) Suatu fungsi kontinu yang rumit, yakni sukar atau tidak mungkin untuk
(3) Suatu fungsi yang ditabulasikan di mana harga x dan f(x) diberikan pada
pendekatan sederhana dan intuitif ialah dengan memplot fungsi tersebut pada
Jumlah ini dilakukan oleh luas setiap kotak, dan akan memberikan sebuah
xi
taksiran kasar dari luas total di bawah kurva. Taksiran ini dapat diperbaiki
dengan melakukan upaya tambahan, yakni menggunakan kisi yang lebih halus.
Pendekatan lain yang masuk akal ialah membagi luas tersebut ke dalam
segmen – segmen vertikal, atau bilah – bilah (strips) yang tingginya sepada
dengan harga fungsi pada titik tengah pada setiap bilah. Luas beberapa empat
luas total. Pada pendekatan ini dianggap bahwa harga yang terletak ditengah
memberikan suatu aproksimasi yang berlaku untuk tinggi fungsi rata – rata
menaksir secara cepat, teknik – teknik alternatif, yakni integrasi numerik atau
metode kuadratur, tersedia untuk keperluan yang serupa. Metode – metode ini
kisi, bertujuan sama seperti metode bilah (strip method). Artinya, tinggi fungsi
dikali dengan lebar bilah lalu dijumlahkan untuk menaksir integralnya. Tetapi,
melalui pemilihan faktor – faktor bobot yang baik, hasil taksiran dapat dibuat
dengan tekhnik penyelesaian dan metode yang lebih baik. Artinya perlu
xii
waktu proses yang lebih cepat. Dalam tulisan ini, akan diteliti tingkat
B. PERUMUSAN MASALAH
pascal.
(2) Bagaimanakah metode Trapesium - Kuadratur Gauss Legendre dalam penerapannya pada masalah integral
C. BATASAN PERMASALAHAN
(1) Integral lipat dua dengan metode Trapesium dengan program pascal.
(2) Integral lipat dua dengan metode Trapesium - Kuadratur Gauss Legendre
xiii
D. TUJUAN PENULISAN
E. MANFAAT PENULISAN
terapan.
pemrograman pascal.
F. SISTEMATIKA SKRIPSI
Penulisan sistematika dimaksud untuk memberi arah yang jelas dan lebih
xiv
Adapun sistematika penulisan skripsi yang penulis susun ini terdiri dari
3 (tiga) bagian besar yang merupakan rangkaian dari bab – bab pada setiap bab
1. Bagian Pendahuluan
abstrak, Halaman Pengesahan, motto dan peruntukan prakata dan daftar isi.
penulisan.
penulisan.
xv
a. Lampiran – lampiran
digunakan.
xvi
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Integral Tunggal
metode numeric. Untuk itu, perlu dipahami bahwa integral tidak lain
limit dari penjumlahan suatu partisi kecil pada suatu interval. Untuk
lebih jelasnya, perhatikan interval [ a,b ] yang dibagi atas n partisi kecil
sangat kecil, jumlah dari luas persegi panjang yang berada di bawah
kurva y = f(x) ( f(x) > 0 ) dan terbatas dalam interval [ a,b ] dapat
dinyatakan.
n (1)
lim
|P |→ 0
∑ f (X
k =1
k )∆ X k
∫ f ( x)dx
a
xvii
a. Integral Lipat Dua Atas Persegi Panjang
R = {(x,,y); a ≤ x ≤ b,c ≤ y ≤ d }
DEFINISI
n
lim
|P | → 0
∑ f (x
k =1
k y k )∆ A 1
∫∫ f (x, y)dA ,
R
disebut sebagai integral lipat dua dari f pada R yang
dinyatakan dengan :
xviii
Pernyataan Keujudan
TEOREMA
a.
b.
2. Integral lipat dua adalah aditif pada persegi panjang yang saling
R,maka
xix
Semua sifat – sifat ini berlaku pada himpunan – himpunan yang
pertama – tama perhatikan bahwa jika f(x,y) = 1 pada R, maka integral lipat
bidang.
BAB II
LANDASAN TEORI
integral, yakni dengan metode eksak atau numerik dengan bantuan komputer.
Dalam hal ini, masalah integral akan diselesaikan dengan metode numerik.
Untuk itu, perlu dipahami bahwa integral tidak lain limit dari penjumlahan
suatu partisi kecil pada suatu interval. Untuk lebih jelasnya, perhatikan fungsi f
fungsi nonnegatif kontinu y = f(x) dan x berada pada a ≤ x ≤ b (gambar 1). Kita
xx
y = f(x)
Gambar 1
Setelah memilih satu angka tj secara acak pada masing – masing interval maka
n
Sn = ∑ f (t )∆x
j =1
j j
sebagai bentuk dari partisi ||Pn|| → 0, adalah daerah hasil. Hal ini
b n
y
(tj,f(tj))
a = x0x1 xj-1 xj xn = b
Gambar 2
xxi
Untuk fungsi dengan dua variabel, alasan utama membentuk
integral lipat dua yang akan lebih sesuai untuk perhitungan volume daripada
luas. Ini karena a daerah Q pada daerah asal Z = f(x,y) dan grafik f pada bidang
Q menghubungkan garis pada ruang nyata. Kita akan mendekati volume secara
z
f(sj , tk)
yk t
yk
c d y
a
x–t
xf ∆xf
∆yk
x (sf, tk)
Gambar 3
xxii
xy, dan pada keempat sisi datar yang tegak x = a, x = b, y = c, dan y = d (lihat
gambar 3).
Seperti yang tampak pada (gambar 4), partisi ini membedakan garis
yang membagi daerah R menjadi persegi – persegi Rjk dari daerah ∆Ajk =
oleh partisi P1 dan P2, dan kita melihat bentuk ||P|| dari partisi ini menjadi lebih
luas dari bentuk ||P1|| dan ||P2|| dari partisi P1 dan P2 yaitu
||P|| = max{||P1||,||P2||}
persegi Rjk dan dibawah grafik f dengan volume prisma segiempat dengan
daerah awal ∆Ajk = ∆xj∆yk. Untuk tinggi prisma digunakan fungsi nilai f(sj,tk)
dimana titik (sj,tk) ini secara acak pada persegi Rjk. Yang akan mendekati
n m
Sn,m = ∑∑
j =1 k =1
f(sj,tk) ∆Ajk, ∆Ajk = ∆Xj ∆Yk. (1)
R. Seperti pada bentuk satu variabel, kita sekarang bertanya apakah batas dari
penjumlahan Riemann seperti ukuran persegi Rjk menjadi sangat kecil. Berikut
xxiii
adalah definisi dari apa yang kita maksud dengan batas penjumlahan Riemann
Definisi.1
n m
S= lim ∑∑
|| P || → 0 j =1 k =1
f(sj,tk) ∆Ajk, .
menggunakan jumlah S sebagai jumlah persegi Rjk dalam partisi P menjadi tak
terhingga dan seperti dalam kedua dimensi (∆xj dan ∆yk) dari masing – masing
pada persamaan (1) akan memiliki batas S ketika fungsi f continu pada persegi
Teorema 1
Jika f adalah fungsi dari dua variabel tunggal pada persegi R dan f
kontinu pada R dan P dengan partisi dari R, seperti penjelasan di atas, maka
batas
n m
S= lim ∑∑
|| P || → 0 j =1 k =1
f(sj,tk) ∆Ajk, ada.
xxiv
Definisi 2
jumlah dari:
n m
∫∫ f(x,y) dA = lim ∑∑
|| P || → 0 j =1 k =1
f(sj,tk) ∆Ajk, ∆Ajk = ∆Xj ∆Yk
R
Pada symbol ∫∫
R
f(x,y) dA,
ini menyatakan hasil dari proses limit ganda. Interval x [a,b] dan interval y
Riemann, kita simpulkan bahwa volum V dari garis yang pada bagian atas
V= ∫∫R
f(x,y) dA. (2)
xxv
Tetapi bagaimana kita mengevaluasi Integral pada persamaan (2)? Pada
dasarnya akan ada hasil yang sama dengan dasar teori kalkulus yang
b
V= ∫
a
A(x) dx, a<b (3)
Dimana A(x) adalah daerah persilangan tegak lurus terhadap garis x- axis.
Sekarang x0 ε [ a,b ] adalah sesuai / tepat maka daerah dari persilangan ini
menjadi
d
A(x0) = ∫
c
f(x0,y)dA, c<d (4)
( lihat gambar 4 )
z=f(x0,y)
c d y
x
R A(xo)
x =xo
Gambar 4
xxvi
Dengan mengkombinasikan persamaan (3) dan (4) kita dapat
menyimpulkan bahwa
b d
V = ∫ ∫ f ( x, y )dy dx , a < b, c < d. (5)
a c
Maksud dari persamaan (5) adalah bahwa volume V telah dihitung pada
5 tampak bahwa kita telah mulai dengan mengubah yo dan memperoleh daerah
b
A( yo) = ∫
a
f(x,y0) dx, a<b
d
b
V= ∫c ∫a f ( x, y )dxdy, a < b, c < d
(6) z
z = f(x,yo) A(yo)
d
a
b
x y = yo R
Gambar 5
xxvii
Integral pada persamaan (5) dan (6) disebut sebagai integral iterated / iterasi,
b d b
d
∫∫
a c
f ( x, y )dydx = ∫a ∫c f ( x, y)dy dx (7)
dan
d b
d b
∫∫
c a
f ( x, y )dxdy = ∫ ∫ f ( x, y )dx dy .
c a
(8)
dari dalam ke luar “, seperti yang dijelaskan pada persamaan (7) dan (8).
Pada akhirnya dapat kita catat bahwa definisi dari integral lipat dua
pada definisi ke 2 tidak berdasar pada fungsi f nonnegatif. Integral lipat dua
b d b
d
∫∫ f ( x, y)dA =
R
∫∫
a c
f ( x, y )dydx = ∫a ∫c f ( x, y )dy dx (9)
dan
d b
d b
∫∫ f ( x, y)dA =
R
∫∫
c a
f ( x, y )dxdy = ∫ ∫ f ( x, y )dx dy .
c a
(10)
xxviii
Persamaan (9) dan (10) benar –benar mengabaikan tanda f ( x,y ),
namun integral pada persamaan (9) dan (10) sama dengan volume daerah
antara persegi R dan grafik z = f ( x,y ) saat f ( x,y ) ≥ 0 untuk semua ( x,y )
pada R, a < b, dan c < d. untuk selanjutnya kita akan membahas lipat dua.
Integral lipat dua dapat ditunjukan dengan jelas melalui daerah pada
bidang yang lebih tak beraturan dari segi empat. Misal Q adalah region pada
bidang yang dibatasi ( dalam arti terdapat dalam beberapa persegi) dan garis
segi tiga, dan lingkaran atau mungkin sebuah region yang tak beraturan.
Jika f adalah suatu fungsi kontinu dari dua variabel tunggal pada Q
yang lainnya tidak. Missal R1, R2,…., Rm adalah urutan persegi yang berada
si ' ti ( )
dalam Q. untuk masing – masing seperti Ri, jika ( si, ti ) menjadi titik pada Ri.
y2
y1
maka akan muncul penjumlahan
c = y0 x
m
Sm =
a = x0
∑x f (s x, t )∆Ax ∆ Ai = area of Ri.
i =1 1
i i i
xn = 0
(1)
2 3
xxix
Dari keadaan pada Q dan f, pada m → ∞ dan ||P|| → 0 maka
pada keadaan ini, meskipun kita tidak menyatakan secara langsung karena
(i) Meskipun hanya satu penjumlahan yang muncul pada persamaan (2),
(ii) Saat f ( x,y ) ≥ 0 untuk semua ( x,y ) ε Q, integral lipat dua (2)
z = f ( x,y ) dan region Q. dengan alasan yang sama pada kasus yang
Ada dua macam region untuk integral lipat dua pada persamaan (2)
Definisi 3
xxx
Sebuah daerah Q pada bidang xy disebut y sederhana jika terdapat
Q = {( x, y ) | a ≤ x ≤ b, g1(x) ≤ y ≤ g2 (x) }
Q = {( x, y ) | c ≤ y ≤ d, h1(y) ≤ x ≤ h2 (y) }
berarti bahwa garis bagi vertical yang menghubungkan ( x, g1(x)) dan ( x g2 (x))
terbentang pada region Q. Dengan kata lain ini adalah garis paralel y – axis
y = g2(x)
y = g2(x)
Q x=a Q x=b
x y = g1(x) x
a y = g1(x) b a b
(a) (b)
kali
berarti bahwa garis paralel x – axis memotong Q hamper dua kali. Demikian
xxxi
y y
x = h1(y) y=d
d-
x c- x
y=c
(a) (b)
dua kali
Teorema 2
sederhana, maka
b g 2 ( x) b g 2 ( x )
∫∫ f ( x, y)dA = ∫ ∫ f ( x, y )dydx = ∫a g ∫( x)f ( x, y )dy dx . (3)
R a g1 ( x ) 1
sederhana, maka
d h2 ( y ) d h2 ( y )
∫∫ f ( x, y)dA = ∫ ∫ f ( x, y )dxdy = ∫c h ∫( y )f ( x, y)dx dy . (4)
R c h1 ( y ) 1
xxxii
Persamaan (3) menyatakan jika Q adalah y sederhana, kita
pertama – tama integrasi f sebagai fungsi dari y sendiri, diantara limit g1(x)
dan g2 (x). fungsi hasil dari x sendiri kemudian kita integrasi menggunakan
h2 ( y )
persilangan dari bentuk tersebut dengan grafik f dan region Q. Rumus yang
persilangannya menjadi
d d h2 ( y )
V= ∫ A( y )dy = ∫ ∫ f ( x, y )dxdy .
c c h1 ( y )
(5)
z z = f(x,y)
A (yo)
Y=c
c Q y
d
y = yo y =d
x = h2 (y) x = h1 (y)
xxxiii
Gambar. 8 Jika Q adalah x sederhana, daerah persilangan tegak lurus
h2 ( y )
A(yo) = ∫ f ( x, y )dx.
h1 ( y )
0
Karena sisi kiri persamaan (5) sama dengan integral lipat dua kita peroleh
persamaan (4).
apakah x atau y sederhana. Langkah ini akan lebih sering membantu dalam
beraturan, kita dapat mengerjakan dengan cara lain. Hati – hati bahwa limit
1 1
∫ ∫ ye
x2
dxdy (6)
0 y2
Kita tidak dapat menemukan sebuah anti turunan (formal) untuk integrand ye
dengan memperhatikan x.
xxxiv
adalah fungsi y2e . Tapi kita akan membalikan langkah dimana integrasi
ditunjukkan, kita juga harus menentukan limit yang benar dari integrasi yang
d h2 ( y )
∫ ∫ f ( x, y )dxdy
c h1 ( y )
d h2 ( y )
∫ ∫ f ( x, y)dxdy = ∫∫ f ( x, y)dA .
c h1 ( y ) Q
(ii) Temukan konstanta a dan b, dan fungsi kontinu g1 dan g2, sehingga
Q = {( x, y ) | a ≤ x ≤ b, g1(x) ≤ y ≤ g2 (x) }
d h2 ( y ) b g 2 ( x)
∫ ∫
c h1 ( y )
f ( x, y )dxdy = ∫∫ f ( x, y)dA =
Q
∫ ∫ f ( x, y )dydx.
a g1 ( x )
dy adalah sama. Pada akhirnya tidak ada kepastian bahwa integral hasil lebih
xxxv
Dijelaskan dalam bagian ini bahwa integral lipat dua memenuhi
persamaan berikut:
(iii) ∫∫
Q1Q2
f ( x, y ) dA = ∫∫ f ( x, y)dA + ∫∫ f ( x, y)dA.
Q1 Q2
Q2, masing – masing memenuhi nilai Q. persamaan (iii) meluas menjadi union
ke penerapan yang lain (massa, pusat massa, momen inersia dan radius
kitaran).
Dari Fisika kita pelajari bahwa enegi kinetik (KE) dari suatu partikel
KE = ½ mv2.
xxxvi
Jika sebagai pengganti bergerak sepanjang suatu garis lurus,
KE = ½ (r2m)ω.
Suku r2m disebut momen inersia partikel tersebut dan ditandai oleh
KE = ½ Iω.
Kita simpulkan dari (1) dan (2) bahwa momen inersia suatu benda
dalam gerak putar, memainkan peranan yang serupa terhadap massa benda
dalam gerak linier. Untuk suatu sistem n partikel pada suatu bidang yang
kerapatan δ(x,y) yang mencakup suatu daerah S dari bidang xy. Jika kita
ambil limit maka rumus momen inersia lamina terhadap sumbu – sumbu
∫∫ y δ( x, y)dA ∫∫ x
2 2
Ix = Iy = δ( x , y)dA
s s
xxxvii
∫∫ x
2
Iz = + y 2 δ( x , y)dA = I x + I y
s
sebagai berikut :
I
r=
m
KE = ½ mr2.
D. ATURAN TRAPESIUM
Aturan trapesium adalah formula pertama integrasi tertutup Newton Cotes..
Formula ini bersesuaian dengan kasus dimana polinomial pada persamaan (1)
adalah orde pertama :
b b
I = ∫ f(x) dx ≈ ∫ f1(x). (1)
c a
f (b) − f (a )
f1(x) = f(a) + (x – a). (2)
b−a
Luas di bawah garis lurus ini adalah suatu taksiran integral f(x)
b
f (b) − f ( a )
I ≈ ∫
a
f (a) +
b−a
( x − a ) dx.
xxxviii
f (a ) + f (b)
I ≈ (b − a ) . (3)
2
menghubungkan f(a) dan f(b) pada . Dari geometri diingatkan bahwa formula
untuk menghitung luas trapesium adalah tinggi dikali rata – rata alas. Dalam
kasus ini, konsep itu adalah sama, tetapi trapesium berada pada sisi – sisinya
f (b) − f ( a ) af (b) − af ( a )
f(x) = x + f( a) -
b−a b−a
f (b) − f ( a ) bf (a ) − af ( a ) − af (b) + af ( a )
f(x) = x+
b−a b−a
atau
f (b) − f (a ) bf (a ) − af (b)
f(x) = x -
b−a b−a
f (b) − f (a ) x 2 bf (a ) − af (b)
I= -
b−a 2 b−a
xxxix
I=
(
f (b) − f (a ) b 2 − a 2
+
)bf (a ) − af (b)
(b–a)
b−a 2 b−a
b−a
I = [f(b) – f(a)] + bf(a) – af(b)
2
aturan trapesium, tinggi rata – rata adalah rata – rata harga fungsi pada titik –
xl
Penurunan dan Taksiran Kesalahan dari Aturan Trapesium Berdasarkan pada
Integral Polinomial Interpolasi ke Depan Newton-Gregory.
Suatu penurunan alternatif dari aturan trapesium adalah mungkin dengan
interpolasi ke depan Newton-Gregory. Dengan mengingat versi orde pertama
dengan suku kesalahan, maka integrasi akan menjadi :
b
f " (ε )
I = ∫ f (a ) + ∆f (a )a + a (a − 1)h 2 dx (k1)
a
2
xli
Suatu cara untuk memperbaiki akurasi dari aturan trapesium ialah dengan
membagi interval integrasi dari a ke b menjadi sejumlah segmen dan menerapkan
metode tersebut pada setiap segmen. Kemudian masing – masing segmen dapat
ditambahkan untuk memperoleh integrasi untuk kesalahan interval. Persamaan
yang dihasilkan disebut formula integrasi segmen berganda atau komposit
(gabungan).
Format umum dan nomenklatur yang digunakan untuk
mengkarakteriasasikan integral segmen berganda. Terdapat n + 1 titik basis yang
berspasi sama (x0,x1,x2,…,xn). Konsekuensinya, terdapat n segmen dengan lebar
yang sama.
b−a
h= . (7)
n
jika a dan b masing – masing didesain sebagai x0 dan xn, integrasi total
dinyatakan sebagai :
x1 x2 xn
atau dengan persamaan (7) untuk menyatakan persamaan (9) dalam bentuk
umum dari persamaan (5)
n −1
f ( x0 ) − 2∑ f ( xi ) + f ( xn )
i =1
I=(b–a) . (10)
2n
karena penjumlahan koefisien – koefisien f(x) pada pembilang dibagi oleh
2n adalah = 1, tinggi rata – rata menunjukkan suatu rata – rata yang
dibobotkandari harga – harga fungsi. Sesuai dengan persamaan (10) titik – titik
terdalam diberi bobot dua kali bobot kedua titik – titik ujung f(x0 ) dan f(xn).
xlii
suatu kesalahan untuk aturan trapesium segmen berganda dapat diperoleh
dengan menjumlahkan masing – masing kesalahan pada setiap segmen, sehingga
memberikan :
(b − a )3 n
Et = -
12n3
∑ f "(ε ) .
i =1
(11)
dimana f’’(ε) adalah turunan kedua pada sebuah titik ε1 yang terletak dalam
segmen i. Hasil ini dapat disederhanakan dengan menaksir harga mean atau rata –
rata dari turunan kedua pada keseluruhan interval .
n
∑ f "(ε )
i =1
f "≈ . (12)
n
karenanya ∑f(ε) ≈ n dan persamaan 11) di atas dapat ditulis kembali sebagai:
E0 = -
(b − a )3 f ". (13)
12n 2
Jadi jika jumlah segmen didobelkan, kesalahan pemotongan akan diperempatkan.
Pada persamaan (13) merupakan suatu kesalahan aproksimasi disebabkan sifat
aproksimasi dari persamaan (12).
xliii
di mana a dan b adalah batas – batas integrasi, dan b – a adalah lebar interval
integrasi. Karena aturan trapesium harus melewati titik – titik ujung, dimana
formula tersebut menghasilkan suatu kesalahan yang besar.
Sekarang misalkan kendala dari titik – titik basis yang tetap ini
diperbaiki dan kita bebas untuk mengevaluasi luas dibawah suatu garis lurus
yang menghubungkan sembarang dua titik p-ada kurva. Dengan menempatkan
titik – titik ini secara bijaksana, dapat didefinisikan suatu garis lurus yang akan
mengimbangi kesalahan positif dan negatif. Jadi akan tiba pada suatu
perkiraan integral yang diperbaiki.
Kuadratur gauss adalah nama untuk suatu jenis teknik guna
melaksanakan strategi. Formula kuadratur gauss tertentu yang dijelaskan
dalam pasal ini disebut formula Gauss-Legendre, sebelum menjelaskan
pendekatan ini, akan diperlihatkan bagaimana formula integrasi numerik,
seperti aturan trapesium, dapat diturunkan dengan mempergunakan metode
koefisien tidak tertentu. Metode ini kemudian akan dilaksanakan untuk
mengembangkan formula Gauss-Legendre.
1. Metode Koefisien Tidak Tertentu
xliv
(b − a ) / 2 (b − a ) / 2
xlv
1
c1 f(x1) + c2 f(x2) = ∫1dx = 2. (17)
−1
1
c1 f(x1) + c2 f(x2) = ∫ xdx
−1
= 0. (18)
1
2
∫ x dx
2
c1 f(x1) + c2 f(x2) = = . (19)
−1 3
1
∫ x dx
3
c1 f(x1) + c2 f(x2) = = 0. (20)
−1
xlvi
a = a0 + a1(-1). (23)
sama halnya, batas teratas, x = b, bersesuaian terhadap xd = -1, untuk memberikan
:
b = b0 + b1(-1). (24)
persamaan (23) dan (24) dapat diselesaikan secara simultan untuk :
b+a
a0 = . (25)
2
dan
b−a
a1 = . (26)
2
yang dapat dimasukkan kedalam persamaan (22) sehingga :
(b + a ) + (b − a ) xd
x= . (27)
2
Persamaan ini dapat dideferensiasikan dan memberikan :
b−a
dx = dxd.
2
harga x dan dx dari persamaan – persamaan (26) dan (27) masing – masing dapat
di masukkan ke dalam persamaan tersebut untuk diintegrasikan. Subsitusi ini
secara efektif memindahkan interval integrasi tanpa mengubah harga integral.
F. TURBO PASCAL
Turbo pascal for windows (TPW) adalah salah satu jenis bahasa
dalam windows. Bahasa ini mempunyai bentuk yang terstruktur. Pemrograman
dalam bahasa pascal for window adalah pengembangan dari pemrograman
bahasa pascal biasa ( Pascal Under Dos ). Turbo pascal for window juga dapat
digunakan sebagai penunjang pengetahuan dalam struktur database. TPW
memiliki fasilitas untuk menghitung numerik yang cukup baik seperti operasi
floating point yang dilengkapi adanya tipe ganda (double precision) sehingga
untuk perhitungan yang rumit pascal sudah mendekati ketelitian seperti
pemrograman bahasa Fotran. Kelebihan pascal daripada Fotran adalah
kesederhanaan bentuk program.
xlvii
Istilah – istilah yang sering digunakan di dalam pemrograman
pascal antara lain:
(1) Editor
Editor adalah termasuk software aplikasi yang digunakan untuk mengetik suatu
text program, kemudian dapat disimpan sebagai file. Jadi editor juga dapat
digunakan untuk membuat file. Editor TPW sudah inklusif di dalam program
(software) TPW itu sendiri.
(2) Edit (menyuting)
Perintah ini berfungsi untuk mengambil file dari disk kemudian diletakkan ke
dalam editor. Jadi dapat dikatakan Load/Open adalah kebalikan dari save.
(5) Compile
Compile adalah perangkat TPW (bahasa program lain) yang berguna untuk
menterjemahkan bahasa tulisan (dalam editor/ Hi Level language) kedalam bahasa
mesin (Low Level Language), serta mengontrol kesalahan sintaks atau kesalahan
perintah apakah suatu perintah dikenal oleh komputer atau tidak. Compale ini
membaca file yang berekstensi .pas kemudian menuliskan ke dalam bahasa mesin
dengan ekstensi .obj program yang sudah tidak terdapat kesalahan sintaks, dapat
diproses lebih lanjut menjadi program siap pakai yaitu executable file. Program
yang sudah diubah menjadi executable file biasanya berekstensi .com atau .exe.
(6) Run
xlviii
Run digunakan untuk menjalankan program yang menugaskan komputer untuk
melaksanakan perintah – perintah yang sudah tertulis di dalam program. Untuk
me-run program ada dua cara yaitu me-run langsung dan me-run tidak langsung,
sedangkan cara kedua adalah memanggil program ke dalam editor, mengkompile
kemudian me-run program. Cara pertama dilakukan apabila kita sudah yakin
bahwa program yang akan dijalankan benar – benar tidak ada kesalahan sintaks
maupun kesalahan perintah, karena memang program executable file tidak lagi
dapat diperbaiki (di edit), sedangkan menjalankan program dengan cara kedua,
masih memungkinkan memperbaiki perintah yang mungkin masih terjadi
kesalahan secara perintah.
(7) Debug
Debug adalah fasilitas di dalam TPW yang digunakan untuk mencari kesalahan
suatu program.
xlix
BAB III
METODELOGI PENELITIAN
A. Menentukan Masalah
Dalam tahap ini dicari sumber pustaka dan dipilih bagian dari sumber
B. Merumuskan Masalah
l
(2) Bagaimanakah metode Trapesium - Kuadratur Gauss Legendre dalam
C. Studi Pustaka
E. Penarikan Kesimpulan
li
Langkah terakhir dalam metode penelitian adalah penarikan
BAB IV
PEMBAHASAN
Perumusan
( b − a ) f ( x n ) + f ( x 0 ) n −1
I≈ + ∑ f (x i ) (1)
n 2 i =1
Terdapat dua macam integral lipat dua yang dapat ditemui, yakni
integral pada suatu daerah persegi panjang dan integral pada suatu daerah yang
bukan persegi panjang. Khusus untuk daerah yang bukan persegi panjang,
tidak dapat memakai daerah umum (non persegi panjang) karena hanya daerah
yang kurvanya membentuk suatu fungsi yang sederhana saja yang dapat
diberlakukan. Untuk lebih jelasnya, Perhatikan kedua macam integral lipat dua
berikut :
lii
b d b d(x)
I= ∫ ∫
a c
f(x,y)dydx dan I = ∫ ∫
a c(x )
f(x,y)dydx
d − c f ( x , d ) + f ( x , c) n −1
d
∫ f ( x, y)dy ≈ + ∑ f ( x , c + ih ) (2)
c
n 2 i =1
d −c
h= dan (3) mengikuti arah y sedangkan x tetap.
n
f ( x , d ) + f ( x , c) n −1
+ ∑ f ( x , c + ih )
Ambilah sebuah fungsi g(x) = 2 i =1 (3)
Sehingga
f ( b, d ) + f ( b, c) n −1
g(b) = + ∑ f ( b, c + ih ) (5)
2 i =1
f (a , d ) + f (a , c) n −1
g(a) = + ∑ f (a , c + ih ) (6)
2 i =1
f ( a + jh, d ) + f ( a + jh, c) n −1
g(a+jh) = + ∑ f ( a + jh, c + ih) (7)
2 i =1
d ( x)
d ( x) − c( x) f ( x, d ( x)) + f ( x, c( x)) n −1
∫ f(x,y) dy dx ≈ + ∑ f ( x, c( x) + ih( x))
c( x)
n 2 i =1
liii
(8)
d ( x ) − c ( x)
Dengan h(x) =
n
f ( x, d ( x)) + f ( x, c( x)) n −1
g(x) = (d(x) - c(x)) + ∑ f ( x, c( x) + ih( x)) (9)
2 i =1
Dengan demikian
b − a g (b) + g ( a ) n −1
b
1
∫ g ( x ) ≈
+ ∑ g (a + jh) (10)
na n 2 j =1
Perinciannya
k ( x) b−a
k(x) = d(x) – c(x) ; h(x) = ;h=
n n
f ( a, d ( a )) + f (a, c(a )) n −1
g(a) = k(a) + ∑ f ( a, c (a ) + ih( a )) (12)
2 i =1
f ( a + jh, d ) + f ( a + jh, c) n −1
g(a+jh) =k(a+jh)* + ∑ f ( a + jh, c + ih)
2 i =1
Legendre Quadrature
1
(b − a ) t + b + a b − a
I ≈ ∫f dt (13)
−1 2
2
liv
a dan b adalah harga batas bawah dan batas atas dari integral dan t =
akar polinom Legendre. Jika (9) telah dipenuhi, penyelesaian dapat digunakan
1 n
(b − a ) t i + b + a
∫−1 f ( x ) dx ≈ ∑
i =1
cif
2
(14)
−2 1
ci = Pn ( x i ) Pn +1 ( x i )
(n + 1)
i = 1,2,…,n
digunakan Metode Trapesium untuk mendekati nilai integral pada sisi dalam
dari integral lipat dua tersebut. Metode Kuadratur Gauss Legendre digunakan
untuk mendekati nilai integral atas nilai hampiran integral sisi dalam yang
Berikut ini diperlihatkan dua kasus mengenai kedua batas integral yang
b d
∫ ∫
a c
f(x,y) dy dx
lv
Untuk sisi lipat dalam, penyelesaiannya menggunakan metode
d − c f ( x , d ) + f ( x , c) n −1
d
∫ f ( x, y)dy ≈ + ∑ f ( x , c + ih )
c
n 2 i =1
d −c
h=
n
f ( x , d ) + f ( x , c) n −1
g(x) = + ∑ f ( x , c + ih )
2 i =1
b 1
d−c d − c (b − a ) t + b + a b − a
⇔
a a∫ g ( x )dx ≈
n −∫1
g
2
2
dt (15)
(b − a )t + b + a (b − a )t + b + a
f ,d + f ,c
(b − a )t + b + a 2 2
⇔ g =
2 2
n −1
(b − a)t + b + a
+ ∑ f
i =1 2
, c + ih
(16)
deret
d − c 1 (b − a )t + b + a b − a (d − c)(b − a ) n (b − a )ti + b + a
⇔ ∫
n −1
g
2
2
dt =
2n
∑j =1
ci g
2
(b − a )ti + b + a (d − c )(b − a )
n _ glq
(d − c)(b − a ) n
2n
∑j =1
ci g
2
=
2n
∑j =1
cj * (17)
lvi
(b − a )t j + b + a (b − a )t j + b + a
f ; d + f ; c n −1
2 2 (b − a )t j + b + a
∑
f
; c + ih
2 i =1 2
(b − a )t j + b + a (b − a )t j + b + a
f ; d + f ; c
(d − c)(b − a ) n _ glq
2 2
⇔
2n
∑ cj
2
j =1
(d − c)(b − a ) n _ glq n −1
(b − a )t j + b + a
+ ∑ cj *∑ f ; c + ih (18)
2n j =1 i =1 2
digunakan.
berikut:
f ( x, d ( x)) + f ( x, c( x)) n −1
G(x) = (d(x)-c(x)) + ∑ f ( x, c( x) + ih( x))
2 i =1
1b (b − a ) 1 (b − a )t + b + a
n ∫a 2n −∫1
⇔ g ( x ) d ( x ) ≈ g dt (19)
2
(b − a )
1
(b − a )t + b + a (b − a )t + b + a
≈ ∫
2n −1
{ d
2
− c
2
*
(b − a )t + b + a (b − a )t + b + a (b − a )t + b + a (b − a )t + b + a
f ;d + f ; c
2 2 2 2
2
lvii
n −1
(b − a )t + b + a (b − a)t + b + a (b − a )t + b + a
+ ∑ f ; c + ih } (20)
i =1 2 2 2
momen inersia pada lamina. Dalam hal ini, lamina merupakan lempengan tipis
Gambar 1
berbentuk lingkaran (r) yang dikuadratkan dengan massa (m) dari keping
lviii
batasi. Maka momen inersia lamina terhadap sumbu – sumbu x, y dan z
diberikan oleh
∫∫ y δ( x, y)dA
2
Ix = (21)
s
∫∫ x
2
Iy = δ( x , y)dA (22)
s
∫∫ x
2
Iz = + y 2 δ( x , y)dA = I x + I y (23)
s
Contoh:
kurva y = x2/3.
Penyelesaian
8 x2/3
6144
∫∫ xy dA = ∫ ∫
3
Ix = xy 3dydx = ≈ 877,71
R 0 0
7
8 x2/3
∫∫ xy dA = ∫ ∫ x ydydx = 6144
3 3
Iy =
R 0 0
Iz = Ix + Iy ≈ 7021,71
lix
BAB V
PENUTUP
A. SIMPULAN
d − c f ( x , d ) + f ( x , c) n −1
d
∫ f ( x, y)dy ≈ + ∑ f ( x , c + ih )
c
n 2 i =1
d −c
h= dan (3) mengikuti arah y sedangkan x tetap.
n
f ( x , d ) + f ( x , c) n −1
+ ∑ f ( x , c + ih )
Ambilah sebuah fungsi g(x) = 2 i =1
Sehingga
berikut:
1 n
(b − a ) t i + b + a
∫−1 f ( x ) dx ≈ ∑
i =1
cif
2
b 1
d−c d − c (b − a ) t + b + a b − a
a a∫ g ( x )dx ≈
n −∫1
g
2
2
dt
lx
(b − a )t + b + a (b − a )t + b + a
f ,d + f ,c
(b − a )t + b + a 2 2
⇔ g =
2 2
n −1
(b − a )t + b + a
+ ∑ f
i =1 2
, c + ih
lipat dua khususnya pada momen inersia. Pada contoh pertama dengan
27028,1250
B. SARAN
masalah integral lipat dua, juga penerapannya pada masalah fisika dan
teknik.
Kuadratur Gauss Legendre bisa berlaku untuk semua masalah integral lipat
dua.
lxi
DAFTAR PUSTAKA
J.C. Ault, M.Sc, Frank Ayres, JR, Ph.D. Persamaan Diferensial dalam Satuan
SI metric. Jakarta: Erlangga.
Louis A. Pipes. Applied Mathematics for Engineers and Physicists. 1958. New
York. McGraw-Hill Book Company, Inc.
Shepley L. Ross. Differential Equations. 1989. New York: John and Wiley &
Sons.
lxii
lxiii