Anda di halaman 1dari 36

BAB I PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang Kultur dalam sebuah organisasi memiliki peranan yang sangat penting. Kultur sebuah organisasi diciptakan oleh pendiri suatu organisasi / perilaku pimpinan teratas akan mengembangkan lingkungan bisnis perusahaan dan menjadi kultur perusahaan. Kultur organisasi dapat dibagi menjadi tiga oleh Hood dan Koberg (1991) dalam Halimatusyadiah (2003) yaitu kultur birokratis, inovatif dan suportif. Kultur birokratis cenderung berorientasi kepada kekuasaan, terstruktur, berjenjang, dan teregulasi . kultur birokratis cenderung mengikat dan membatasi kebebasan dalam berkomunikasi dan mencipta. Kultur birokratis didominasi oleh akuntan junior dan senior dibandingkan level partner. Kultur inovatif cenderung berorientasi pada hasil, pengambil resiko. Kultur suportif cenderung berorientasi pada hubungan kekeluargaan, kepercayaan. Perubahan kuantitas dan kualitas suatu informasi dalam tim audit dipengaruhi oleh struktur organisasi tim tersebut.dalam pengertian yang sama , struktur tim audit mengacu pada tingkatan dimana setiap anggotanya mempunyai beban aktivitas yang terbatas dan perilaku yang berbeda. Tujuan diberikan batasan beban tugas tersebut adalah untuk memastikan kesesuaian tingkat koordinasi dan intergrasi kegiatan tim audit untuk mencapai tujuan kegiatan audit.

Struktur organisasi dapat dibagi menjadi dua yaitu struktur mekanis dan organik. Struktur mekanis memiliki ciri-ciri yaitu bersifat formal, standar, kewenangan sentral, otoriter dan non partisipatif. Struktur mekanis cenderung kurang lancar dalam berkomunikasi antara satu dengan yang lain. Pada umumnya banyak kap yang menggunakan struktur mekanis. Struktur organik memiliki ciriciri mandiri, otonomi, informal dan partisipatif. Ketika struktur tim mulai mendominasi antar anggota tim audit dalam kegiatan pertukaran informasi dan jumlah informasi yang dipertukarkan, para peneliti kemudian menemukan kesimpulan yang berbeda-beda sebagai suatu keuntungan atas adanya komunikasi. Cushing dan Loebbecke (1986) dalam Muhammad (2005) menjelaskan sebuah kemungkinan keuntungan.mereka berpendapat bahwa standartisasi dan pemrograman dalam proses audit dapat memberikan informasi dasar bagi para auditor untuk dipertukarkan. Sedangkan Bamber dan Bylinski (1982) dalam Muhammad (2005) menemukan sebuah kerugian.mereka berpendapat bahwa terdapat peningkatan biaya standartisasi dan pemrograman berhubungan dengan struktur lingkungan, dimana terjadi penurunan kapasitas dalam sebuah tim. Gaya kepemimpinan dan kultur organisasi yang melekat dalam KAP sangat menetukan kualitas dan kuantitas pertukaran informasi / kelancaran informasi yang terjadi dalam tim audit. Harvey dan Brown (1996) dalam halimatusyadiah (2003) menyatakan bahwa gaya kepemimpinan dan kultur organisasi menentukan arah untuk seluruh organisasi dan mempengaruhi komunikasi, pengambilan

keputusan dan pola kepemimpinan dari seluruh system. Attawood (1990) dalam Nugraheni (2005) mendefinisikan kultur organisasi sebagai suatu sistem pertukaran nilai dan keyakinan yang diterapkan dalam berinteraksi antar individu, struktur dan system untuk menghasilkan norma yang dianut perusahaan Gaya kepemimpinan dapat dibagi menjadi dua yaitu gaya kepemimpinan konsiderasi dan gaya kepemimpinan struktur inisiatif. Gaya kepemimpinan konsiderasi menekankan adanya kedekatan antara atasan dan bawahan, rasa saling percaya, adanya kepuasan kerja, dan menimbulkan motivasi tinggi bagi karyawannya. Namun gaya kepemimpinan konsiderasi dapat mengakibatkan adanya penurunan kualitas audit. Gaya kepemimpinan struktur inisiatif cenderung menekankan adanya struktur yang tinggi, berfokus pada tujuan dan hasil. Gaya kepemimpinan struktur inisiatif dapat mengurangi penurunan kualitas audit karena adanya komplesifitas tugas yang tinggi. Divisi pengauditan Kantor Akuntan Publik, suatu tim audit merupakan unit operasi dasar pekerjaan pengauditan. Staf yang tergabung dalam tim audit bertanggung jawab atas pekerjaan yang ditentukan oleh supervisor timnya dan saling bekerjasama untuk mengkoordinasikan pekerjaan yang ditugaskan. Kemampuan individual staf dalam menyampaikan informasi yang akurat pada rekan yang tergabung dalam timnya menjadi sangat penting untuk menciptakan komunikasi yang lancar dan untuk menghasilkan opini audit yang berkualitas. Tim audit adalah sebuah tim yang dibentuk secara berjenjang yang terdiri dari beberapa individu (senior, supervisor dan manajer) yang bekerjasama dengan

tujuan untuk melaksanakan audit. Tim audit merupakan unit operasi yang paling mendasar dalam pelaksanaan suatu penugasan audit disuatu kantor akuntan publik (salomon, 1987) dalam Halimatusyadiah (2003). Tim audit merupakan unit operasi dasar dalam pengerjaan pengauditan. Karena kegiatan audit dibagi-bagi kepada para anggota tim, maka kunci sukses yang menentukan adalah kemampuan masing-masing individu untuk bekerjasama dalam menghasilkan opini audit yang memuaskan Komunikasi dalam tim audit dapat dibagi menjadi empat macam yaitu kecukupan informasi, boundary spanning, kepuasan atas pengawasan, keakuratan informasi. Kecukupan informasi dalam sebuah tim dalam suatu penugasan sangat lah penting untuk menghasilkan data yang akurat dan tepat waktu. Boundary spanning merupakan serangkaian aktivitas anggota kelompok yang saling berinteraksi menyampaikan / menerima informasi / pengambilan keputusan. Kepuasan atas pengawasan yaitu kualitas dan kuantitas informasi yang diterima auditor dari supervisor dan kebutuhan informasi auditor dapat dipenuhi oleh supervisor. Keakuratan informasi dalam proses pengauditan bukti-bukti harus mencukupi dan kompeten dan info akurat, dapat dipercaya, sah, objektif dan relevan. Kelancaran komunikasi antar anggota dalam satu tim audit sangat penting keberadaannya dalam upaya menghindari terjadinya perilaku penurunan kualitas audit (Audit Quality eduction Behavior / AQRB) yang dilakukan oleh auditor. Perilaku penurunan kualitas audit biasanya dilakukan dengan mengurangi

perolehan bukti secara tidak efektif, yaitu bukti audit belum mencukupi sebagai sample size pembuktian transaksi dan mengakhiri pelaksanaan audit dengan lebih awal (premature audit). Terjadinya permasalahan tersebut sangat dimungkinkan oleh kurangnya penerapan komunikasi yang efektif antar staf. Komunikasi antar staf tim audit merupakan aktivitas pokok dalam rangka menggabungkan berbagai komunikasi mengenai perolehan bukti audit,

pelaksanaan prosedur audit, dan pelaksanaan audit lainnya yang akan menjadi produk akhir yaitu opini audit yang berkualitas. Dengan adanya kelancaran komunikasi dalam tim audit maka kecenderungan perilaku penurunan kualitas audit yang dilakukan oleh auditor dalam penugasan audit dapat diperkecil / dihindari. Penelitian ini mengemukakan kerangka berpikir adakah hubungan antara komunikasi dalam tim audit dengan kultur yang melekat dalam Kantor Akuntan Publik, struktur organisasi,dan gaya kepemimpinan Kantor Akuntan Publik. Oleh karena itu judul penelitian ini adalah Pengaruh Kultur Organisasi, Struktur Organisasi, Gaya Kepemimpinan terhadap Komunikasi dalam Tim Audit

1.2 Rumusan Masalah Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah : 1. Apakah Kultur Organisasi KAP berhubungan dengan komunikasi dalam tim audit? 2. Apakah Struktur Organisasi KAP berhubungan dengan komunikasi dalam tim audit? 3. Apakah Gaya Kepemimpinan KAP berhubungan dengan komunikasi dalam tim audit? 4. Apakah Gaya Kepemimpinan KAP berhubungan dengan kultur organisasi dalam tim audit?

1.3 Tujuan penelitian dan manfaat penelitian 1.3.1 Tujuan penelitian Tujuan penelitian ini adalah 1. untuk mengetahui hubungan kultur organisasi dengan komunikasi dalam tim audit. 2. untuk mengetahui hubungan struktur organisasi dengan komunikasi dalam tim audit. 3. untuk mengetahui hubungan gaya kepemimpinan dengan komunikasi dalam tim audit. 4. Untuk mengetahui hubungan gaya kepemimpinan dengan kultur organisasi dalam tim audit

1.3.2

Manfaat Penelitian Penelitian yang dilakukan oleh peneliti diharapkan bermanfaat bagi: 1. Bagi peneliti selanjutnya Hasil ini dapat digunakan sebagai referensi bagi penelitian selanjutnya 2. Bagi Para Auditor dalam KAP Diharapkan dengan adanya penelitian ini para auditor dapat membangun komunikasi yang lebih baik dengan anggota tim audit dalam KAP sehingga tidak terjadi kesalahan-kesalahan.

kecenderungan perilaku penurunan kualitas audit yang dilakukan oleh auditor dalam penugasan audit dapat diperkecil / dihindari. Dapat memaksimalkan kemampuan masing-masing auditor untuk

bekerjasama dalam menghasilkan opini audit yang memuaskan.

1.4 Kerangka Pikir Informasi erat kaitannya dengan tugas audit. Jadi informasi yang dimaksud mengacu pada informasi yang mendukung data yang disajikan dalam laporan keuangan. Informasi bisa terdiri atas data akuntansi dan informasi pendukung lainnya yang sekiranya bermanfaat sebagai dasar auditor untuk menyatakan pendapatnya mengenai kewajaran laporan keuangan klien. Kelebihan informasi sebagai variabel komunikasi mengukur frekuensi dan kadar informasi yang dikomunikasikan dalam tim audit. Bisa jadi salah seorang anggota tim menerima atau menyampaikan informasi melebihi atau

bahkan kurang dari yang semestinya dibutuhkan untuk menyelesaikan suatu penugasan. Informasi dalam suatu tim dapat dilakukan dengan baik dengan adanya komunikasi yang baik dalam sebuah tim audit. Peneliti akan meneliti apakah ada pengaruh antara Kultur Organisasi, Struktur Organisasi, Gaya Kepemimpinan terhadap komunikasi dalam tim audit dan gaya kepemimpinan dan kultur dalam tim audit. Peneliti akan menarik hipotesis dari permasalahan tersebut, dan kemudian hipotesis yang telah dibuat akan diteliti lebih lanjut sehingga menghasilkan hasil dari penelitian. Hasil penelitian yang ada akan diolah dan akan menghasilkan kesimpulan dari permasalahan yang ada. Menurut Kurniawan (2006) kultur perusahaan/ organisasi mempunyai pengaruh terhadap perilaku, cara kerja, dan motivasi para manajer dan bawahannya untuk mencapai kinerja manajerial. Kultur pada tingkat organisasional adalah seperangkat asumsi-asumsi, keyakinan-keyakinan, nilai-nilai dan presepsi yang dimiliki para anggota kelompok yang bersangkutan (Kurniawan, 2006). Komunikasi antar staff tim audit merupakan aktivitas pokok dalam rangka menggabungkan berbagai informasi mengenai perolehan bukti audit, pelaksanaan prosedur audit dan pelaksanaan lainnya yang akan menjadi produk akhir yaitu opini audit yang berkualitas. Dengan adanya kelancaran komunikasi dalam tim audit maka kecenderungan perilaku penurunan kualitas audit yang dilakukan oleh auditor dalam penugasan audit dapat diperkecil / dihindari.

Profesi akuntan publik tak dapat terpisahkan dari proses komunikasi. Akuntan publik selalu dituntut untuk melakukan komunikasi baik dengan klien maupun dengan karyawan professional lainnya.

Kultur organisasi

Struktur organisasi

Gaya kepemimpinan

Komunikasi dalam tim audit

1.5 Sistematika Penulisan BAB I : PENDAHULUAN Bagian ini merupakan gambaran umum penelitian yang didalamnya menjelaskan mengenai latar belakang penelitian, perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, kerangka pikir penelitian, serta sistematika pembahasan dalam penelitian ini. BAB II : LANDASAN TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS Bagian ini berisi berbagai teori, konsep, dan penelitian sebelumnya yang relevan sampai dengan hipotesis yang dikembangkan dalam penelitian ini

10

BAB III: METODE PENELITIAN Bagian ini berisi mengenai sumber dan jenis data yang akan digunakan, gambaran umum obyek penelitian, definisi, dan pengukuran variabel yang diperlukan dalam penelitian ini, dan metode analisis data. BAB IV : HASIL DAN PEMBAHASAN Bagian ini menguraikan mengenai hasil analisis data serta pembahasan mengenai perhitungan yang telah dilakukan untuk menjawab permasalahan dalam penelitian ini. BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN Bagian ini menguraikan tentang kesimpulan penelitian, saran bagi peneliti berikutnya, keterbatasan, serta implikasi analisis dari penelitian ini.

11

BAB II LANDASAN TEORI dan RUMUSAN HIPOTESIS

2.1 Landasan teori 2.1.1 Pengertian komunikasi Pengertian komunikasi dalam suatu kelompok, menurut Ivancevich & Matteson (1987) dalam Nugraheni (2005) adalah pengiriman informasi oleh salah seorang anggota kelompok kepada anggota yang lain dengan menggunakan simbol simbol tertentu. Secara umum, komunikasi mempunyai tiga fungsi utama dalam suatu organisasi : Pertama, mengendalikan perilaku anggota dalam beberapa hal Kedua, sebagai sarana mengekspresikan perasaan emosional dan pemenuhan kebutuhan sosial Ketiga, menyediakan informasi yang dibutuhkan anggota dan organisasi untuk membuat keputusan. Profesi akuntan publik tak akan dapat terpisahkan dari proses komunikasi. Akuntan publik selalu dituntut untuk melakukan komunikasi baik dengan klien maupun dengan karyawan profesional dlam perusahaan. Beberapa penelitian menunjukan bahwa komunikasi mempunyai implikasi penting terhadap kepuasan kerja dan turnover akuntan (Rhode, 1977) dalam Nugraheni (2005) komunikasi yang terjalin diantara anggota tim audit menjadi aktivitas yag sangat fundamental untuk mencapai hasil akhir, yaitu

12

opini audit yang berkualitas. Kesuksesan kerja tim sangat dipengaruhi oleh komunikasi penyampaian informasi dalam tim audit. Komunikasi terdiri dari empat variabel (Rudolp & Welker, 1980) dalam Halimatusyadiah (2003), Nugraheni (2005) dan Muhammad (2005), yaitu : 1. kecukupan informasi variabel ini mengacu pada informasi yang mendukung data yabg disajikan dalam laporan keuangan 2. boundary spanning Rudolp & Welker (1980) dalam Nugraheni (2005) mendefinisikan boundary sebagai serangkaian aktivitas para anggota kelompok yang saling berinteraksi menyampaikan / menerima informasi untuk tujuan pengambilan keputusan. 3. kepuasan atas kepengawasan proses pengawasan yang ditekankan mencakup aktivitas pengkoordinasian anggota tim audit. 4. keakuratan informasi salah satu standar pelaksanaan auditing menyatakan bahwa bukti-bukti audit tidak hanya harus mencukupi, tetapi juga kompeten. Bukti yang kompeten berarti juga informasi yang akurat, merupakan informasi yang dapat dipercaya. Secara umum, keakuratan informasi mencerminkan kualitas informasi yang disampaikan dalam tim audit.

13

Kategori kultur KAP yang digunakan Hood & Koberg (1991) dalam Nugraheni (2005) yaitu kultur birokratis, inovatif dan suportif yang

mengacu pada tipologi yang mempunyai konstruk kultur yang dapat diukur. Kultur birikratis cenderung membatasi kreativitas, sementara kreativitas akan muncul dalam suasana yang tidak mengikat / membatasi kebebasan untuk berpikir dan menyatakan pikiran, kebebasan

berkomunikasi dan mencipta (Munandar, 1983:90) dalam Nugraheni (2005).

2.1.2 Pengertian kultur Organisasi Attwood (1990) dalam Nugraheni (2005) mendefinisikan kultur organisasi sebagai suatu sistem pertukaran nilai dan keyakinan yang diterapkan dalam berinteraksi antar individu, struktur dan sistem untuk menghasilkan norma yang dianut perusahaan. Wallach (1983) dalam Nugraheni (2005) membagi kultur organisasi dalam tiga ketegori, birokratis (terstruktur, berjenjang, dan teregulasi), inovatif (orientasi pada hasil, pengambil resiko) dan suportif (orientasi pada kepercayaan dan kekeluargaan).

14

Tabel 1.1 Tipologi kultur Wallach


Kultur Birokratis kultur inovatif kultur suportif mudah Berjenjang Procedural Terstruktur Teratur berani mengambil resiko berorientasi pada hasil Kreatif Menekan bekerjasama berorientasi pada hubungan memberikan dorongan memasyarakat memberikan teregulasi mapan, solid Menstimulir Menantang menghargai Waspada Berorientasi kekuasaan pada Menggerakkan Mempercayai entrepreneurship Aman pribadi Adil kebebasan dan suka

Sumber : Nugraheni (2005)

Tipe kultur dapat bervariasi tidak hanya antara departemen yang satu dengan yang lain tetapi juga dalam level hirarki. Level hirarki pada kantor akuntan publik terdiri dari partner, manager, dan supervisor, dan senior dan yunior akuntan. Masing-masing individu menduduki level hirarki tersebut yang diharapkan mempunyai karakter yang sesuai. Penelitian yang dilakukan Nugraheni (2005) menyatakan

bahwa kultur birokratis akan lebih mendominasi di level akuntan senior / yunior dan manager / supervisor dibandingkan dengan level

15

partner karena mereka dihadapkan pada penugasan audit yang mengikuti aturan-aturan baku dan sistematis, dan dibawah pengawasan untuk menghindari kesalahan-kesalahan yang tidak perlu.

2.1.3 Pengertian Struktur Organisasi Tim audit mewakili istilah yang dikemukakan oleh burns dan stalker (1961) dalam Muhammad (2005) yaitu kerangka struktur organisasi. Untuk mengimplementasikan kerangka tersebut, organisasi / sub unit organisasi, dibedakan menjadi struktur mekanis dan struktur organik. Tim audit yang berstruktur mekanis bersifat formal, standar, kewenangan sentral, otoriter, dan non partisipatif. Dalam kinerja audit yang bersifat mekanik ditemukan bahwa dalam komunikasi antar staf dalam tim audit kurang lancar sehingga terjadi kelebihan informasi, informasi yang disampaikan kurang akurat dan rendahnya kepuasan staf atas tindakan pengawasan yang diberikan oleh supervisornya. Bamber dan Bylinski (1982) dalam Muhammad (2005) berpendapat bahwa secara umum tim audit mempunyai bentuk struktur mekanis. Bentuk struktur mekanis merupakan salah satu pertimbangan yang digunakan karena bentuk struktur ini mempengaruhi proses komunikasi ( Muhammad, 2005).

16

2.1.4 Pengertian Gaya Kepemimpinan Fleisman dan peters (1962) dalam Halimatusyadiah (2003)

menyatakan gaya kepemimpinan adalah pola perilaku konsisten yang diterapkan pemimpin dengan dan melalui orang lain, yaitu pola perilaku yang ditujukkan pemimpin pada saat mempengaruhi orang lain. Gaya kepemimpinan dalam Gibson (2000) yaitu perilaku pemimpin melalui dua dimensi yaitu: 1. Consideration (konsiderasi) adalah gaya kepemimpinan yang menggambarkan kedekatan hubungan antara bawahan dengan atasan, adanya salaing percaya, kekeluargaan, menghargai gagasan bawahan, adanya komunikasi antara pimpinan dan bawahan. Pemimpin yang memiliki konsiderasi yang tinggi menekankan pentingnya komunikasi yang terbuka dan parsial.

2. Initiating Structure (struktur inisiatif) merupakan gaya kepemimpinan yang menunjukan bahwa pemimpin mengorganisasikan dan mendefinisikan hubungan-hubungan didalam kelompok, cenderung membangun pola dan saluran komunikasi yang jelas dan menjelaskan cara-cara mengerjakan tugas yang benar.pemimpin yang memiliki kecenderungan membentuk struktur yang tinggi akan

memfokuskan pada tujuan dan hasil.

17

Bukti empiris tentang gaya kepemimpinan dalam KAP menunjukan bahwa gaya kepemimpinan konsiderasi yang tinggi akan menimbulkan behavior disfungsional oleh auditor (Halimatusyadiah ,2003). Part dan Jiambalvo (1982) dalam Halimatusyadiah (2003) menginvestigasi penentuan gaya kepemimpinan konsiderasi dan struktur inisiatif, mereka menggunakan path-goal theory dalam menguji hubungan antara perilaku manajer partner dengan kepuasan kerja dan motivasi bawahan. Hasilnya terdapat pengaruh interaksi yang signifikan antara perilaku konsiderasi dan kompleksifitas tugas. Gaya kepemimpinan konsiderasi lebih memuaskan bawahan dalam kompleksitas tugas yang rendah. sedangkan interaksi antar perilaku struktur inisiatif dengan komplesifitas tugas tidak signifikan, karena perilaku struktur inisiatif dapat digunakan dalam kompleksitas tugas yang tinggi. Outey dan Pierce (1995) serta Murdianingrum (2000) dalam Halimatusyadiah (2003) menguji gaya kepemimpinan di KAP dengan perilaku disfungsional. Sedangkan safriliana (2001) dalam

Halimatusyadiah (2003) menguji gaya kepemimpinan dengan perilaku penurunan kualitas audit. Gaya kepemimpinan yang digunakan adalah struktur inisiatif dan konsiderasi. Mereka membedakan gaya

kepemimpinan tersebut tinggi dan rendah. Hasil penelitian Outley dan Pierce (1995) dalam Halimatusyadiah (2003) menunjukan bahwa gaya kepemimpinan struktur inisiatif cenderung mengurangi perilaku

18

disfungsional. Sedangkan Penelitian Murdianingrum (2000) dalam Halimatusyadiah (2003) menunjukan bahwa gaya kepemimpinan

konsiderasi cenderung mengurangi perilau disfungsional. Demikian juga hasil penelitian Safriliana (2001) dalam Halimatusyadiah (2003) bahwa gaya kepemimpinan struktur inisiatif lebih berpengaruh dalam

mengurangi perilaku penurunan kualitas audit dibanding dengan gaya kepemimpinan konsiderasi.

2.1.5 Pengertian Tim Audit Tim audit adalah sebuah tim yang dibentuk secara berjenjang dan terdiri dari beberapa individu (senior, supervisor, dan manajer) yang bekerjasama dengan tujuan untuk melaksanakan audit. Tim audit merupakan unit operasi dasar dalam pekerjaan pengauditan karena kegiatan audit dibagibagi kepada para anggota tim, maka kunci sukses yang menentukan adalah kemampuan masing-masing individu untuk bekerjasama dalam menghasilkan opini audit yang memuaskan.

19

2.2 Pengembangan Hipotesis 2.2.1 Pengaruh Kultur Organisasi terhadap Komunikasi dalam Tim Audit Tipe kultur dapat bervariasi tidak hanya antara departemen yang satu dengan yang lain tetapi juga dalam level hirarki. Level hirarki pada kantor akuntan publik terdiri dari partner, manager, dan supervisor, dan senior dan yunior akuntan. Masing-masing individu menduduki level hirarki tersebut yang diharapkan mempunyai karakter yang sesuai. Penelitian yang dilakukan oleh Cushing, Loebecke, Bamber, dan Bylinski dalam Hood & Koberg (1991) dalam Nugraheni (2005) menyatakan bahwa kultur birokratis akan lebih mendominasi di level akuntan senior / yunior dan manager / supervisor dibandingkan dengan level partner karena mereka dihadapkan pada penugasan audit yang mengikuti aturan-aturan baku dan sistematis, dan dibawah pengawasan untuk menghindari kesalahan-kesalahan yang tidak perlu. Karena kultur birokratis akan lebih mendominasi di level akuntan senior / yunior dan manager / supervisor dibandingkan dengan level partner. Menurut penelitian Carlson dan Perrewe (1995) dalam

Halimatusyadiah (2003) penelitiannya menyatakan bahwa perilaku pemimpin memberikan kontribusi yang cukup besar pada terbentuknya kultur organisasi. Menurut penelitian Rachma (2000) dalam Halimatusyadiah (2003) meneliti pengaruh kultur terhadap komunikasi penyampaian informasi dalam tim audit. Hasil penelitiannya menemukan bahwa adanya pengaruh signifikan kultur organisasi KAP terhadap proses komunikasi dalam tim audit.

20

Penelitian Nugraheni (2005) menghasilkan hasil yang signifikan variabel kultur birokratis, kultur suportif, variabel kultur secara bersama-sama terbukti memiliki pengaruh terhadap komunikasi. Brown dan Starkey (1994) dalam Halimatusyadiah (2003) mengemukakan bahwa kultur organisasi merupakan instrumen penting dalam memberikan kerangka acuan tentang bagaimana komunikasi dan informasi dikelola oleh manajemen. Harvey dan Brown (1996) dalam Halimatusyadiah (2003) menyatakan bahwa kultur organisasi menentukan arah untuk seluruh organisasi dan mempengaruhi komunikasi, pengambilan keputusan dan pola kepemimpinan dari seluruh sistem. Penelitian Halimastusyadiah (2003) menyatakan kultur organisasi berpengaruh terhadap komunikasi dalam tim audit. Analisis ini menunjukan bahwa kultur organisasi memberikan kontribusi penting terhadap kelancaran komunikasi dalam tim audit. Hasil ini mendukung pendapat Rachma (2000) dalam Halimatusyadiah (2003). Berdasarkan penelitian yang telah ada maka muncul hipotesis H1: Kultur organisasi yang semakin berorientasi pada orang, menjadikan komunikasi dalam tim audit akan semakin meningkat

21

2.2.2 Pengaruh Struktur Organisasi terhadap Komunikasi dalam Tim Audit Penelitian yang merupakan replikasi dari penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Rudolph dan Welker (1998) dalam Muhammad (2005) tentang pengaruh struktur organisasi terhadap komunikasi dalam tim audit. Dalam penelitian tersebut mereka menemukan bahwa terdapat hubungan negatif antara variabel struktur organisasi dan variabel-variabel komunikasi (kelebihan informasi, boundary spanning, kepuasan atas pengawasan, dan keakuratan informasi). penelitian mereka menemukan bahwa terdapat hubungan negatif antara variabel struktur organisasi dan variabel-variabel komunikasi dalam tim audit. Variabel struktur organisasi dalam tim audit diuji dengan variabelvariabel komunikasi dalam tim audit (kelebihan informasi, boundary spanning, kepuasan atas pengawasan, dan keakuratan informasi). Penelitian Muhammad (2005) menemukan variabel struktur organisasi memiliki hubungan negatif terhadap komunikasi dalam tim audit (kelebihan informasi, boundary spanning, kepuasan atas pengawasan, keakuratan informasi). dan munculah hipotesis H2: Struktur organisasi yang semakin berjenjang, menjadikan komunikasi dalam tim audit akan semakin berkurang.

22

2.2.3 Pengaruh Gaya Kepemimpinan terhadap Komunikasi dalam Tim Audit Bukti empiris tentang gaya kepemimpinan dalam KAP menunjukan bahwa gaya kepemimpinan konsiderasi yang tinggi akan menimbulkan behavior disfunctional oleh auditor (Halimatusyadiah, 2003). Part dan Jiambalvo (1982) dalam Halimatusyadiah (2003) menginvestigasi penentuan gaya kepemimpinan konsiderasi dan struktur inisiatif, mereka menggunakan path-goal theory dalam menguji hubungan antara perilaku manajer partner dengan kepuasan kerja dan motivasi bawahan. Hasilnya terdapat pengaruh interaksi yang signifikan antara perilaku konsiderasi dan kompleksifitas tugas. Gaya kepemimpinan konsiderasi lebih memuaskan bawahan dalam

komplesitas tugas yang rendah. Sedangkan interaksi antara perilaku struktur inisiatif dengan kompleksitas tugas tidak signifikan, karena perilaku struktur inisiatif dapat digunakan dalam kompleksitas tugas yang tinggi. karena bukti empiris tentang gaya kepemimpinan dalam KAP menunjukan bahwa gaya kepemimpinan konsiderasi yang tinggi akan menimbulkan behavior disfunctional oleh auditor. Dalam pelaksanaan audit, supervisi selalu melakukan komunikasi dengan bawahan mengenai instruksi tugas dan tujuan dari tugas yang diberikan kepada bawahan, pemberian saran yang dapat membantu bawahan dalam menjalankan tugasnya (Hall, 1996) dalam Halimatusyadiah (2003). Tanpa adanya komunikasi yang cukup antara supervisi dan bawahan, maka auditor akan mengalami kesulitan dalam

23

melaksanakan tugas dan interpretasi terhadap informasi yang berkenaan dengan audit yang dilakukan. Pentingnya komunikasi dalam organisasi didukung penelitian Miles et al., (1996) dalam Halimatusyadiah (2003). Teori atribusi kepemimpinan menjelaskan bahwa pendekatan atribusi dimulai dengan posisi para pemimpin sebagai pemproses informasi (Gibson, 2000) dalam Halimatusyadiah (2003) dengan kata lain pemimpin mencari informasi mengenai mengapa sesuatu terjadi dan berusaha untuk membentuk penjelasan sebab yang menuntun perilaku kepemimpinannya. Komunikasi menjadi alat manajemen untuk menyatukan kegiatan organisasi yang mana sasaran perusahaan dapat dicapai (Harry, 1978 dalam Timpe, 1991) dalam Halimatusyadiah (2003). Halimatusyadiah (2003) menyatakan bahwa gaya kepemimpinan berpengaruh terhadap komunikasi dalam tim audit. Analisis ini menunjukan bahwa gaya kepemimpinan mempunyai kontribusi yang penting terhadap komunikasi dalam tim audit. Harvey dan borwn (1996) dalam

Halimatusyadiah (2003) menyatakan bahwa gaya kepemimpinan menetukan arah untuk seluruh organisasi dan mempengaruhi komunikasi, pengambilan keputusan dan pola kepemimpinan dari seluruh sistem Berdasarkan penelitian tersebut muncul hipotesis H3: Atasan menggunakan gaya kepemimpinan konsiderasi, menjadikan komunikasi dalam tim audit semakin meningkat

24

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Populasi dan Sampel penelitian 3.1.1 populasi penelitian Populasi adalah jumlah dari keseluruhan obyek yang

karakteristiknya hendak diduga (Djarwanto dan Pangestu subagio, 1996;107) dalam Septiana (2008). Populasi dari penelitian ini adalah Kantor Akuntan Publik di Jakarta. Data penelitian ini dikumpulkan dengan daftar pertanyaan yang akan dikirim ke sejumlah KAP di Jakarta. 3.1.2 Sampel Penelitian Sampel adalah beberapa anggota / bagian yang terpilih dari populasi. Teknik pengambilan non sampel dalam penelitian ini

menggunakan

teknik

probability

sampling,

khususnya

convenience sampling yaitu pengambilan sampel secara nyaman dilakukan dengan memilih sampel bebas sekehendak perisetnya (Jogiyanto,2004). Kriteria yang digunakan berdasarkan pada quota sampling, dengan pemilihan sampel harus mempunyai karakteristik yang dimiliki oleh populasinya, dengan menyebarkan 120 kuesioner pada KAP-KAP di Jakarta. Jumlah tersebut memenuhi syarat asumsi analisa statistik sampel besar yaitu lebih dari 100. Pertimbangan

25

penyebaran jumlah kuesioner berbeda disetiap KAP. Yang didasarkan pada jumlah auditor yang bersedia mengisi kuesioner disetiap KAP di Jakarta ditunjukan dalam tabel berikut ini. Tabel 3.1 Daftar Penyebaran Kuesioner di KAP Jakarta No Nama KAP Alamat
Jumlah auditor
1 KAP S. ARANIYADI Jl. Raya Duri Kosambi No. 69C Cengkareng, Jakarta Barat 2 KAP. JAN, LADIMAN & REKAN Jl. Anggrek Nelimurni Raya No. 86 Kemanggisan, Slipi Jakarta Barat 11480 3 KAP. DRS. CHAERONI & REKAN 4 KAP. SIDDHARTA SIDDHARTA & WIDJAJA 5 KAP. DOLI, BAMBANG, SUDARMADJI & DADANG Jl. Anggrek Nelimurni II/C5 Kemanggisan, Slipi Jakarta Barat 11480 Wisma GKBI Lantai 35 Jl. Jend. Sudirman 28 Jakarta 10210 Menara Kuningan Lantai11 Jl. H.R. Rasuna Said Blok X-7 Kav.5 Jakarta Selatan 12940 6 KAP .IDRIS & SUDIHARTO

Jumlah auditor yang


mau mengisi kuesioner

14

10

20

15

15

10

25

25

27

25

Total Building Lantai 8 Suite 808 Jl. Letjen. S. Parman Kav.106A Jakarta Barat 11440

23

20

26

KAP DRS TJHIN TJIAP LUNG, MM.BAP

Jl. Mandala Utara No.604 Tomang Jakarta Barat 11440


TOTAL

20

15

144

120

Sumber : data primer yang telah diolah 2010

3.2 Teknik Pengumpulan data Metode yang dipakai dalam penelitian ini adalah metode survei. Metode survei merupakan metode pengumpulan data primer yang menggunakan pertanyaan lisan atau tertulis (Indriantoro dan Supomo, 2002 :152) dalam Septiana (2008). 3.3 Data Penelitian Sumber data merupakan faktor penting yang menjadi pertimbangan dalam penentuan metode pengumpulan data. Sumber data penelitian adalah sumber data primer. Data yang diperlukan dalam penelitian ini adalah data mengenai Kultur Organisasi, Gaya Kepemimpinan, diadopsi Struktur dari Organisasi yang diukur dan

menggunakan

kuesioner

penelitian

Muhammad,

Halimatusyadiah.

27

3.4 Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel Variabel yang diukur dalam penelitian ini meliputi : 3.4.1 Konstruk Eksogen Konstruk Eksogen adalah variabel yang mempengaruhi Konstruk Endogen baik secara positif maupun negatif. Konstruk Eksogen dalam penelitian ini adalah Kultur Organisasi, Struktur Organisasi dan Gaya Kepemimpinan. a. Kultur Organisasi Kultur organisasi merupakan keseluruhan pola pemikiran, perasaan dan tindakan dari suatu kelompok sosial yang membedakan dengan kelompok sosial yang lain (Halimatusyadiah, 2003). Jawaban atas daftar pertanyaan ini didesain menggunakan skala likert dengan alternatif jawaban dari satu sampai lima. 1 = tidak menggambarkan (TM) 2 = sedikit menggambarkan (SM) 3 = cukup menggambarkan (CM) 4 = benar-benar menggambarkan (BM) 5 = sangat benar-benar (SBM)

B. Struktur Organisasi Struktur organisasi merupakan persepsi responden mengenai struktur dalam sebuah organisasi yang mempengaruhi perilaku orang lain dalam mengelola suatu organisasi.

28

Variabel struktur organisasi diukur berdasarkan karakter organisasi yaitu sentralisasi dan partisipasi dalam proses pembuatan keputusan, distribusi kewenangan dalam pembuatan keputusan, formalitas, standarisasi

((Muhammad, 2005). Jawaban atas daftar pertanyaan ini didesain menggunakan skala likert dengan alternatif jawaban dari satu sampai lima. Untuk jawaban sangat tidak setuju diberi nilai 1 Untuk jawaban tidak setuju diberi nilai 2 Untuk jawaban netral diberi nilai 3 Untuk jawaban setuju diberi nilai 4 Untuk jawaban sangat setuju diberi nilai 5

C. Gaya Kepemimpinan (X3) gaya kepemimpinan adalah pola perilaku konsisten yang diterapkan pemimpin dengan dan melalui orang lain, yaitu pola perilaku yang ditujukkan pemimpin pada saat mempengaruhi orang lain dalam mengelola suatu organisasi (Halimatusyadiah, 2003). Instrument gaya kepemimpinan diukur oleh peneliti dengan menggunakan skala likert dengan alternatif jawaban dari satu sampai lima. 1 = Tidak pernah (T) 2 = Jarang (J) 3 = Kurang sering (KS)

29

4 = Sering (S) 5 = Sangat Sering (SS)

3.4.2 Konstruk Eksogen Komunikasi dalam tim audit merupakan pengiriman informasi oleh salah seorang anggota kelompok kepada anggota yang lain dengan menggunakan simbol-simbol tertentu . Jawaban atas daftar pertanyaan kuesioner didesain menggunakan lima skala likert (1,2,3,4,5) yang diadopsi dari penelitian Muhammad,

Halimatusyadiah digunakan untuk mengukur variabel dependen yang mencerminkan proses komunikasi dalam tim audit. Semua jawaban diukur dalam nilai positif dengan kategori : nilai 1 (Sangat tidak setuju), 2 (tidak setuju), 3 (netral), 4 (setuju), 5 (Sangat setuju). 3.5 Metode Analisis Data Penelitian ini menggunakan Structural Equation Model (SEM) untuk mengevaluasi hipotesis yang diajukan dengan menggunakan program AMOS 5.0. SEM adalah teknik multivariate yang mengombinasikan aspek-aspek multiple regresion (menguji hubungan saling ketergantungan) dan analisis faktor (menunjukkan konsep konsep tak terukur faktor dengan banyak variabel) untuk mengestimasi hubungan saling ketergantungan secara simultan (Hair et al, 1998).

30

Pemilihan teknik SEM didasarkan pada pertimbangan bahwa SEM memiliki kemampuan pengujian model struktural secara simultan dan efisien bila dibandingkan dengan teknik multivariat lainnya (Hair et al., 1998). Analisis SEM digunakan Untuk menguji ke tiga hipotesis dalam penelitian ini. 3.5.1 Analisis Model Pengukuran Untuk mengetahui kualitas suatu kuesioner makan diperlukan pengujian validitas dan reliabilitas. Walaupun instrument yang digunakan dalam penelitian ini diadopsi dari penelitian terdahulu dan menunjukan tingkat validitas dan reliabilitas yang bisa diterima, pengujian kembali ini dilakukan karena kemungkiuan instrumen yang digunakan dalam kondisi yang berbeda akan memberikan hasil yang berbeda pula. Validitas konstruk Validitas menyangkut tingkat akurasi yang dicapai oleh sebuah indikator dalam menilai sesuatu, atau dengan kata lain, validitas suatu alat ukur adalah apakah alat ukur tersebut dapat mengukur apa yang seharusnya diukur (Cooper dan Emory, 1995 dalam Sinuraya, 2007). Pengujian validitas dilakukan dengan membandingkan nilai critical ratio pada tabel regression weights dengan nilai kritis yaitu 2 pada tingkat signifikansi 5 %.

31

Reliabilitas Konstruk Reliabilitas merupakan ukuran mengenai konsistensi internal dari indikator-indikator sebuah konstruk yang menunjukkan derajat sampai dimana masing-masing indikator itu mengindikasi sebuah konstruk yang umum (Ferdinand, 2002). Hair dkk (1998) memberikan kriteria reliabilitas konstruk suatu instrument penelitian yang dapat dilihat dari nilai standardized loading dan pengukuran kesalahan, yaitu jika nilai reliabilitas konstruk lebih besar dai 0,7 maka konstruk dapat diterima. Nilai reliabilitas konstruk dapat dicari dengan rumus sebagai berikut

( SL)2
CR = ----------------------------

(SL)2 + j
Dengan : CR = Construct Reliability SL = Standardized Loading j = Measurement Error

32

3.5.2 Analisis Model Struktural 3.5.2.1 Evaluasi terhadap Asumsi Model 1. Asumsi Normalitas Asumsi ini digunakan untuk mengevaluasi normalitas data. Tujuannya adalah untuk mengidentifikasi normalitas sebaran data dengan menggunakan nilai pada tabel normalitas yang dihasilkan dari progran AMOS terhadap skewness value (nilai z) yang setara dengan nilai critical ratio dengan signifikansi 0.05 yaitu sebesar 1,96. Jika nilai critical ratio yang dihasilkan oleh masing-masing variabel penelitian lebih kecil / sama dengan 1,96 maka distribusi data bersifat normal.

2. Asumsi Outlier Outlier merupakan observasi dari suatu data yang memiliki karakteristik unik yang terlihat berbeda dari observasi lainnya dan muncul dalam bentuk nilai ekstrim (Ghozali, 2005). Deteksi terhadap Outliers dilakukan dengan memperhatikan nilai mahalonabis distance. Kriteria yang digunakan adalah berdasarkan nilai chi-squares pada derajat kebebasan (degree of freedom) dan tingkat signifikansi (p<0,001). Berdasarkan penjelasan tersebut, maka semua observasi yang memiliki nilai

33

mahalonabis lebih besar dari nilai chi-square diidentifikasi sebagai outliers. 3.5.2.2Analisis terhadap Full Structural Equation Model 1. Goodness of Fit Model Dalam analisis SEM tidak ada alat uji statistik tunggal untuk mengukur / menguji hipotesis mengenai model (Hair at al., 1998). Berikut ini disajikan beberapa indeks kesesuaian dari nilai cut-off untuk digunakan dalam menguji apakah suatu model dapat diterima atau ditolak. a. Chi-square model yang di uji akan dipandang baik atau memuaskan

apabila nilai Chi-squarenya nya rendah. Nilai ini akan menghasilkan nilai probabilitas (p) yang lebih besar yang menunjukkan bahwa input matrik kovarian antara prediksi dengan observasi sesungguhnya tidak berbeda secara

signifikan (Ghozali, 2005) b. Root Mean Square Error of Approximation (RMSEA) nilai RMSEA menunjukkan goodness of fit yang dapat diharapkan bila model diestimasi dalam populasi (Hair et al., 1998). Nilai RMSEA yang lebih kecil dari 0,08 merupakan indeks dapat diterimanya sebuah model. c. Goodnessof Fit Index (GFI)

34

GFI merupakan sebuah ukuran non statistic yang mempunyai rentang nilai antara 0 (poor fit) sampai dengan 1 (perfect fit). Nilai yang tinggi dalam indeks ini menunjukkan fit yang lebih baik. d. Adjusted Goodness of Fit Index (AGFI) Tanaka dan Huba dalam Sinuraya (2007) menyatakan bahwa GFI adalah analog dari R2 dalam regresi berganda. Fit indeks ini dapat disesuaikan dengan degree of freedom yang tersedia untuk menguji diterima atau ditolaknya suatu model (Arbuckle, 1999). Tingkat penerimaan yang direkomendasikan adalah bila AGFI mempunyai nilai sama dengan satu atau lebih besar dari 0,90 (Haire at al.., 1998) e. CMIN / DF Nilai CMIN/DF kurang dari dua atau kadang kurang dari tiga adalah indikasi dari acceptable fit antara model dan data (Arbuckle, 1999). f. Tucker-Lewis Index (TLI) TLI adalah sebuah alternatif incremental fix index yang membandingkan sebuah model yang diuji terhadap sebuah baseline model. Nilai yang direkomendasikan sebagai acuan untuk diterimanya sebuah model adalah lebih besar atau sama dengan 0,95 (Hair et al., 1998)

35

g. Comparative Fit Index (CFI) besaran indeks ini berada rentang 0 1 , dimana semakin mendekati satu mengindikasikan tingkat fit yang paling tinggi (Arbuckle, 1997). Nilai yang direkomendasikan adalah lebih besar atau sama dengan 0,95. keunggulan indeks ini adalah besaran indeks tidak dipengaruhi oleh ukuran sample. Karena itu sangat baik untuk mengukur tingkat penerimaan sebuah model (Hulland dkk., 1996 dalam Sinuraya, 2007. berikut ini ringkasan nilai cut-off yang untuk menilai goodness of fit suatu model Tabel 3.1 Goodness of Fit Model
Goodness of fit indices Significance Probability RMSEA GFI AGFI CMIN/DF TLI CFI Sumber : Hair et al., 1998 Cut-off value 0,05 0,08 0,90 0,90 2,00 0,90 0,90

36

2. Uji hipotesis setelah diputuskan apakah model diterima atau ditolak, maka dilakukan pengujian terhadap seluruh hipotesis yang diajukan. Hasil penelitian ini dapat dilihat dengan nilai regression weights pada kolom Critical Ratio (C.R.) yang identik dengan t-hitung yang dihasilkan program AMOS. Nilai C.R. dibandingkan dengan nilai kritisnya yaitu 1,645. Jika nilai CR hasil pengolahan lebih besar dari nilai kritisnya, maka hipotesis yang diajukan diterima. Sebaliknya, jika nilai CR lebih kecil dari nilai kritisnya, maka hipotesis yang diajukan ditolak.

Anda mungkin juga menyukai