Anda di halaman 1dari 10

EFEKTIVITAS PELAKSANAAN PROGRAM KELUARGA BERENCANA

Oleh : Rizky Ade Utami (135120607111057)

ILMU PEMERINTAHAN FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK MALANG 2014

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Masalah yang dihadapi beberapa negara berkembang dewasa ini adalah mengurangi jumlah kemiskinan dengan menggunakan berbagai cara baik melalui peningkatkan infrastruktur ekonomi seperti membangun jalan, jembatan, pasar, serta sarana lain, maupun membangun derajat dan partisipasi masyarakat melalui peningkatan pendidikan maupun kesehatan. Namun demikian kendala utama yang dihadapi hampir semuanya sama, yang umumnya bersumber pada permasalahan kependudukan. Mulai dari masih tingginya angka kematian bayi, dan ibu melahirkan, rendahnya kesadaran masyarakat tentang hak-hak reproduksi, serta masih cukup tingginya laju pertumbuhan penduduk, yang tidak sebanding dengan daya dukung lingkungan. Keprihatinan akan permasalahan kependudukan melahirkan sebuah konsep pembangunan berwawasan kependudukan, atau konsep pembangunan yang bekelanjutan. Dari sini pula lahirlah kesadaran dunia untuk mengurai masalah kemiskinan dan keterbelakangan melalui pendekatan kependudukan.

Pada tahun 1970 didirikan Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Melalui Keputusan Presiden (Kepres) Nomor 8 tahun 1970 sebagai sebuah lembaga Non Departemen yang mempunyai tanggung jawab pada bidang pengendalian penduduk di Indonesia. Atas dasar itulah proyek besar di bidang pengendalian laju pertumbuhan penduduk berskala nasional yang sampai saat ini masih berjalan, yang disebut Program Keluarga Berencana Nasional dicanangkan. Kendatipun pertumbuhan penduduk kecenderungannya semakin turun, hal yang perlu dipahami adalah bahwa penduduk Indonesia saat ini kurang lebih berjumlah 219 juta jiwa, sehingga dapat diperkirakan angka pertumbuhan penduduk secara absolut kurang lebih 3 juta jiwa per tahun. hampir sama banyaknya dengan penduduk Singapura atau Selandia Baru, dan akan bertambah terus meskipun program KB tetap berjalan baik sehingga keberadaan Program Keluarga Berencana saat ini dan untuk waktu yang akan masih sangat dibutuhkan

dalam rangka menjaga keseimbangan laju pertumbuhan penduduk, pertumbuhan ekonomi, serta daya dukung lingkungan. Perkembangan pelaksanaan program peningkatan kesertaan keluarga berencana khusunya didaerah Kecamatan Kuantan Tengah di Ibukota Kabupaten Kuantan Singingi ternyata belum seperti apa yang diharapkan. Dalam kenyataannya terdapat beberapa permasalahan yang muncul dalam implementasi program yang dilaksanakan. Berdasarkan permasalahan tersebut penulis akan menganalisis sebuah jurnal yang berjudul Efektifitas pelaksanaan program keluarga berencana

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Kajian Teoritis


Ripley dan franklin (1986) dalam Parsons (2005:482) mengatakan bahwa keberhasilan implementasi relative tidak sulit apabila kebijakannya bersifat distributive, kebijakan regulatifnya moderat, dan kebijakan redistributifnya rendah. Hal ini karena proses implementasi merupakan tahapan yang paling penting dalam keseluruhan proses kebijakan public, sejalan dengan apa yang diungkapkan oleh Chief J. O. Udoji, 1981 dalam Leo Agustin (2008:14), bahwa pelaksanaan kebijakan adalah sesuatu yang penting daripada pembuatan kebijakan. Kebijakankebijakan hanya akan berupa impian atau rencana bagus yang tersimpan rapi dalam arsip kalau tidak diimplementasikan. Pentingnya proses implementasi iini antara lain karena dengan itu, dapat diketahui factor-faktor yang mempengaruhi implementasi kebijakan tersebut, untuk selanjutnya dapat menjadi bahan evaluasi. Edward III mengajukan pendekatan masalah implementasi dengan terlebih dahulu

mengemukakan dua pertanyaan pokok, yakni: (i) faktor apa yang mendukung keberhasilan implementasi kebijakan? dan (ii) faktor apa yang menghambat keberhasilan implementasi kebijakan? Pengertian efektifitas Menurut Hidayat (1986) yang menjelaskan bahwa :Efektivitas adalah suatu ukuran yang menyatakan seberapa jauh target (kuantitas,kualitas dan waktu) telah tercapai. Dimana makin besar persentase target yang dicapai, makin tinggi efektivitasnya.

Pengertian program Menurut Charles O. Jones, pengertian program adalah cara yang disahkan untuk mencapai tujuan. Suatu program adalah kumpulan proyek-proyek yang berhubungan telah dirancang untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan yang harmonis dan secara integraft untuk mencapai sasaran kebijaksanaan tersebut secara keseluruhan.

Pengertian keluarga berencana Menurut World Health Organisation (WHO) expert committee 1997: keluarga berencana adalah tindakan yang membantu pasangan suami istri untuk menghindari kehamilan yang tidak diinginkan, mendapatkan kelahiran yang memang sangat diinginkan, mengatur interval diantara kehamilan, mengontrol waktu saat kelahiran dalam hubungan dengan umur suami istri serta menentukan jumlah anak dalam keluarga (Suratun, 2008).

Keluarga berencana menurut Undang-Undang no 10 tahun 1992 (tentang perkembangan kependudukan dan pembangunan keluarga sejahtera) adalah upaya peningkatan kepedulian dan peran serta masyarakat melalui pendewasaan usia perkawinan (PUP), pengaturan kelahiran, pembinaan ketahanan keluarga, peningkatan kesejahteraan keluarga kecil, bahagia dan sejahtera (Arum, 2008).

Secara umum keluarga berencana dapat diartikan sebagai suatu usaha yang mengatur banyaknya kehamilan sedemikian rupa sehingga berdampak positif bagi ibu, bayi, ayah serta keluarganya yang bersangkutan tidak akan menimbulkan kerugian sebagai akibat langsung dari kehamilan tersebut. Diharapkan dengan adanya perencanaan keluarga yang matang kehamilan merupakan suatu hal yang memang sangat diharapkan sehingga akan terhindar dari perbuatan untuk mengakhiri kehamilan dengan aborsi (Suratun, 2008).

2.2 Kajian Empiris

Lokasi : Kecamatan Kuantan Tengah Kabupaten Kuantan Singingi Waktu : 1 Maret 2013 Abstrak: Efektivitas Pelaksanaan Program Keluarga Berencana. Tujuan penelitian ini
adalah untuk mengetahui dan menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi efektivitas pelaksanaan program keluarga berencana pada Kecamatan Kuantan Tengah Kabupaten Kuantan Singingi. Penelitian ini dilaksanakan di Kecamatan Kuantan Tengah Kabupaten Kuantan Singingi, dimana yang menjadi informan penelitian adalah pelaksana program yaitu BPMPKB dan penerima program yaitu masyarakat. Pengumpulan data dilakukan dengan tehnik wawancara dan observasi, setelah data terkumpul kemudian dianalisa dengan menggunakan analisa deskriptif kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan efektivitas pelaksanaan program keluarga berencana di Kecamatan Kuantan Tengah Kabupaten Kuantan Singingi sudah cukup efektif. Sedangkan faktor yang dominan mempengaruhi efektivitas pelaksanaan program KB adalah faktor komunikasi dan faktor sumber daya.

Program keluarga berencana, sebelumnya melalui pendekatan target demografi melalui pengendalian populasi dan penurunan fertilitas menjadi pendekatan akses dan kualitas dengan memperhatikan hak-hak reproduksi dan kesetaraan gender yang meletakkan penduduk sebagai Pusat pembangunan. Keluarga berencana diartikan sebagai Suatu program yang dimaksudkan untuk membantu para pasangan dan perorangan dalam mencapai reproduksi mereka, mencegah kehamilan yang tidak diinginkan dan mengurangi insiden kehamilan berisiko tinggi, kesakitan dan kematian, membuat pelayanan yang bermutu, terjangkau, diterima dan mudah diperoleh bagi semua orang yang membutuhkan, meningkatkan mutu, nasehat, komunikasi, informasi, dan edukasi, konseling dan pelayanan, meningkatkan partisipasi dan tanggung jawab pria dalam

praktek keluarga berencana, dan meningkatkan pemberian Air Susu Ibu (ASI) untuk penjarangan kehamilan. Program keluarga berencana merupakan salah satu contoh bentuk kebijakan publik yang dibuat pemerintah untuk mengatasi pertumbuhan penduduk yang besar di Indonesia. Pencapaian keberhasilan suatu kebijakan sangat tergantung pada pelaku yang mempunyai peranan di luar kebijakan. Keberhasilan suatu program juga akan terjadi jika terdapat kesesuaian antara hasil program dengan kebutuhan sasaran, syarat tugas tugas pekerjaan program dengan kemampuan organisasi pelaksana, serta proses pengambilan keputusan organisasi pelaksana dengan sarana pengungkapan kebutuhan sasaran. Pada hakekatnya kebijakan public berada dalam suatu sistem, dimana kebijakan dibuat mencakup hubungan timbal balik antara tiga elemen yaitu kebijakan publik, pelaku kebijakan dan lingkungan kebijakan.

Pelaku kebijakan

Lingkungan kebijakan

Kebijakan Publik

Tampak hahwa kebijakan merupakan serangkaian pilihan yang saling berhubungan yang dibuat oleh pejabat pemerintah dan diformulasikan ke dalam berbagai masalah (isu) yang timbul, sedangkan pelaku kebijakan adalah para individu atau kelompok individu yang mempunyai peran yang dapat dipengaruhi dan mempengaruhi kebijakan. Dari pendapat tersebut dapat diidentifikasi bahwa mekanisme kebijakan menunjukkan adanya keterpengaruan antara pelaku kebijakan, kebijakan itu sendiri dan lingkungan kebijakan. Dalam kasus jurnal yang berjudul Efektifitas pelaksanaan program keluarga berencana Saya menganalisis bahwa harus ada hubungan yang harmonis antara faktor-faktor yang mempengaruhi efektifitas program keluarga berencana di Kecamatan Kuantan Tengah Kabupaten Kuantan Singingi agar program tepat sasaran dandapat berjalan dengan baik. Factorfaktor yang mempengaruhi antara lain adalah komunikasi, sumber daya, sikap, dan struktur birokrasi. Dari hasil informasi yang diperoleh bagi kaum wanita yang berada disekitar Kota

Teluk Kuantan yang merupakan ibukotanya Kecamatan Kuantan Tengah, mereka sudah sangat peduli dengan program keluarga berencana. Sebab mereka telah menginginkan memiliki keluarga yang berkualitas dengan kekuatan ekonomi yang dimiliki. Sehingga banyak kaum wanita yang melahirkan disekitar wilayah Kota Teluk Kuantan juga sudah meminta bantuan jasa dokter ahli kandungan atau bidan. Setelah proses kelahiran berjalan dengan lancar, mereka pun langsung mengikuti program keluarga berencana dengan memiliki alat kontrasepsi yang paling cocok dan relevan. Ini mempermudah pemerintah untuk menerapkan sebuah kebijakan tetapi dengan itu pemerintah tidak boleh puas. Masih harus ada peningkatan dengan melakukan berbagai inovasi, perbaikan, dan sosialisasi kepada masyarakat agar kebijakan yang dibuat dapat berjalan secara efektif di masyarakat. Program keluarga berencana memiliki tujuan, antara lain : 1. Tujuan demografi yaitu mencegah terjadinya ledakan penduduk dengan menekan laju pertumbuhan penduduk.

2. Mengatur kehamilan dengan menunda perkawinan, menunda kehamilan anak pertama dan menjarangkan kehamilan setelah kelahiran anak pertama serta menghentikan kehamilan bila dirasakan anak telah cukup.

3. Mengobati kemandulan atau infertilitas bagi pasangan yang telah menikah lebih dari satu tahun tetapi belum juga mempunyai keturunan, hal ini memungkinkan untuk tercapainya keluarga bahagia.

4. Married Conseling atau nasehat perkawinan bagi remaja atau pasangan yang akan menikah dengan harapan bahwa pasangan akan mempunyai pengetahuan dan pemahaman yang cukup tinggi dalam membentuk keluarga yang bahagia dan berkualitas.

5. Tujuan akhir KB adalah tercapainya NKKBS (Norma Keluarga Kecil Bahagia dan Sejahtera) dan membentuk keluarga berkualitas, keluarga berkualitas artinya suatu keluarga yang harmonis, sehat, tercukupi sandang, pangan, papan, pendidikan dan produktif dari segi ekonomi

BAB III PENUTUP

KESIMPULAN
Program keluarga berencana merupakan salah satu contoh bentuk kebijakan publik yang dibuat pemerintah untuk mengatasi pertumbuhan penduduk yang besar di Indonesia. Pencapaian keberhasilan suatu kebijakan sangat tergantung pada pelaku yang mempunyai peranan di luar kebijakan. Untuk meningkatkan efektifitas program keluarga berencana masih harus dilakukan beberapa inovasi agar bisa memberikan daya tarik ke masyarakat. Selain itu juga harus ada hubungan harmonis antara masyrakat dan pemerintah sebagi pembuat kebijakan.

SARAN Seharusnya ada peningkatan sumber daya yang dimiliki oleh BPMPKB karena rendahnya kualitas sumber daya manusia berimplikasi pula terhadap rendahnya komitmen petugas dalam meningkatkan kinerjanya.

Seharusnya ada sosialisasi kepada masyarakat dan adanya peningkatan tenaga kerja karena sedikitnya tenaga penyuluh yang dimiliki oleh BPMPKB tidak terlepas dari kurangnya penerimaan aparatur baik dari lingkup pegawai negari sipil ataupun honorer.

Tetapi sebenarnya BPMPKB bisa melakukan koordinasi dengan lembaga lain yang memiliki peran dan fungsi yang hampir sama dalam melaksanakan program keluarga berencana untuk masyarakat.

DAFTAR PUSTAKA

Dunn, William, N. 2003, Analisis Kebijakan Publik, PT Hanindita Graya Widya : Yogyakarta .

Wahab, Sholichin, Abdul, 1997, Analisis Kebijakan, Bumi Aksara : Jakarta.

Hidir, Ahmad ; Merrynce, Efektifitas Program Keluarga Berencana, Universitas Riau, Pekanbaru

Budiman, Nashir. 2001. Pengantar Kebijakan Publik. Penerbit Rajawali : Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai