Anda di halaman 1dari 58

Ragam Isi

Salam Tabligh:
Berpikir positif berperan dalam menyalakan gen-gen bermanfaat dan mengurangi entropi. Faktorfaktor positif seperti kegembiraan, kesukacitaan, kepercayaan, inspirasi, rasa syukur, sabar, doa dapat mengaktivasi transkripsi gen-gen yang berharga. Faktorfaktor negatif seperti kegelisahan, stres, kesedihan, rasa takut, dan sakit dapat menonaktifkan transkripsi gen-gen berharga. Berpikir negatif menyebabkan peningkatan entropi. ................ 3

Rabbana dzalamna anfusana, wa in lam taghfir lana wa tarkhamna lanakunanna minal-khasirin. Ya Tuhan kami, kami telah mendhalimi diri kami sendiri, dan jika Engkau tidak mengampuni kami dan memberi rahmat kepada kami, niscaya pastilah kami termasuk orang-orang yang merugi.
"Our Lord! we have been unjust to ourselves, and if Thou forgive us not, and have (not) mercy on us, we shall certainly be of the losers." (7:23)

Tafsir al-Quran: Surat al-Baqarah ayat 38-39


Allah mengutus Rasul-Nya dengan membawa kitab suci. Nabi Muhammad SAW adalah utusan Allah yang terakhir yang dianugerahi kitab suci al-Quran dan juga membawa Sunnah yang merupakan petunjuk bagi manusia seluruhnya yang harus diterima dan diamalkan. Ketaatan dengan melaksanakan perintah dan menjauhi larangan akan menjadikan manusia selamat dan bahagia di dunia-akhirat...................... 6

Tuntunan Akidah: Penyimpangan Aqidah Tauhid Menentang Fitrah (bagian ke-1)............. 17 Tuntunan Akhlak: Adab Bertamu: Hak-hak Tamu .............................................. 21 Tuntunan Ibadah: Tuntunan Ibadah Bulan Ramadhan ................... 26 Tuntunan Muammalah: Akad (Transaksi) dalam Islam .......................... 43 Syarah Hadits: Bergurau dan Membikin Lelucon (2)................. 49

disain sam6ul% adim6aknala=;354;354<3 BERKALA TUNTUNAN ISLAM

ISLAM
THE WAY OF LIFE Penasehat Ahli: Drs. H. Muhammad Muqoddas, Lc., M.A., Prof. Dr. H. Yunahar Ilyas, Lc., M.A., Prof. Dr. H.M. Din Syamsuddin, M.A. | Pemimpin Umum: Agus Sukaca | Pemimpin Perusahaan: Ismail TS Sir gar. Pemimpin Redaksi: !arid ". Sis#an$oro. Sidang Redaksi % !. "am&ang Sis#an$oro, !arid S $ia#an, Ari f ". 'h. Kontributor Materi: dr. H. Agus Sukaca, M.( s., Drs. H. M. Yusron Asrofi , M.A., Dr. H. Syamsul Hidaya$, M.Ag., Dr. Mahli ). Tago, M.Si., Drs. H. )aini Munir !adloli, M.Ag., *uslan !ariadi, S.Ag., M.SI., Dr. H. Agung Danar$a, M.Ag. Manajer Pemasaran dan Periklanan: Agus "udian$oro | Manajer Keuangan: Taufiqurrahman | Manajer Operasional dan Administrasi: !i$ri T. +ugroho, Di$ r&i$kan ol h% Ma- lis Ta&ligh PP Muhammadiyah. Alama$% .l. (HA. Dahlan /01 Yogyakar$a233454 $ l6. 75424892183043 fa:. 754248921;/01/ HP. 0;/;090;34;4, 0;314;;88<<8, 0;38/4<41303. mail% & rkala$un$unanislam=gmail.com Akun &ank% "ank Syariah Mandiri nomor% 0100/45559 a.n. " rkala Tun$unan Islam MT PPM.

Salam Tabligh

Agus Sukaca

er!i"ir #$%iti&
Kazuo Murakami, Ph.D. seorang ahli genetika terkemuka dunia dari Jepang dalam bukunya The Divine Message of The DNA mengungkapkan hasil-hasil penelitiannya bahwa apa yang kita pikirkan memengaruhi cara kerja gen kita. Pendekatan penuh antusiasme terhadap hidup akan membawa kesuksesan dan mengaktifkan gen-gen yang membuat kita mengalami kebahagiaan sekaligus menonaktifkan gen-gen buruk. Berpikir positif berperan dalam menyalakan gen-gen bermanfaat dan menyebabkan pengurangan entropi (keadaan acak; keadaan yang tidak terduga kemungkinannya). Faktor-faktor positif seperti kegembiraan, kesukacitaan, kepercayaan, inspirasi, rasa syukur, sabar, doa dapat mengaktivasi transkripsi gengen yang berharga. Faktor-faktor negatif seperti kegelisahan, stres, kesedihan, rasa takut, dan sakit dapat menonaktifkan transkripsi gen-gen berharga. Berpikir negatif menyebabkan peningkatan entropi. Berpikir positif itu mudah saat segalanya berjalan lancar, tetapi tidak mudah ketika dihadapkan pada situasi yang sulit. Pendekatan negatif tidak mempan mengaktifkan gen-gen bermanfaat.
EDISI 12/2013

Pembaca yang budiman! Kita adalah apa yang kita lakukan, dan kita melakukan apa yang kita pikirkan. Rasulullah SAW bersabda: Sesungguhnya setiap amal dilakukan dengan niat, dan setiap urusan bernilai sesuai niatnya (HR Bukhari, Muslim, Nasai, Abu Daud, Ibnu Majah, dan Ahmad). Niat adalah apa yang ada dalam pikiran ketika kita akan melakukan suatu perbuatan. Pikiran Anda adalah kata-kata yang Anda dengar dari benak Anda atau yang Anda ucapkan. Ketika Anda mengatakan kepada isteri Anda enak sekali masakanmu, terlebih dahulu Anda memikirkannya dan baru kemudian mengatakannya. Pikiran Anda menentukan perkataan dan tindakan Anda. Bila Anda berpikir positif, perkataan dan tindakan Anda akan positif. Sebaliknya bila pikiran negatif, perkataan dan tindakan Anda juga akan negatif. Berpikir positif adalah berpikir tentang hal-hal yang baik dan berpikir negatif adalah berpikir tentang hal-hal buruk. Pikiran Anda menentukan apakah perkataan dan tindakan Anda positif atau negatif.

Berikut ini adalah kisah yang saya ambil dari bukunya DR. Ibrahim Elfiky: Terapi Berpikir Positif . Seorang murid Al-Hakim Zaynu sering mengeluh tentang apa saja dan di mana saja. Alhasil, banyak orang menjauhinya. Tinggallah ia seorang diri. Ia mengeluhkan persoalan yang dihadapi kepada Zaynu. Ia mengatakan bahwa orang-orang cemburu dan dengki kepadanya. Al-Hakim Zaynu meminta pemuda itu pergi bersamanya. Saat berjalan, mereka tiba di jalan yang gelap. Zaynu minta pemuda itu melewatinya. Ia kaget dan bertanya, Mengapa aku harus melalui jalan gelap ini? Mengapa bukan jalan yang terang supaya dapat mencapai tempat yang dituju? Zaynu malah mengulangi kalimat yang sama: Lalui jalan ini! Aku akan menemuimu dari jalan yang lain. Setelah berkata demikian, Zaynu meninggalkan pemuda itu sendirian. Pemuda itu mulai berjalan, benarbenar gelap dan tak dapat melihat apapun. Bahkan ia tidak dapat melihat tangan dan kakinya sendiri. Sepanjang jalan ia bertanya-tanya: Mengapa Zaynu meminta aku melalui jalan ini? Apakah ini ujian atau karena ia sudah tua, jadi tak menyadari apa yang diucapkan? Ketika sedang berpikir seperti itu, tiba-tiba ia membentur tembok di depannya. Ia berteriak kesakitan dan amat geram. Ia menjauhi tempat itu menuju tempat lain. Namun ia tidak tahu ke mana arah keluar dari kegelapan. Ia juga tidak tahu dari arah mana ia datang. Pemuda itu diliputi keraguan. Akhirnya ia berbalik. Ia marah pada Zaynu. Ia juga
4
Berkala Tun unan ISLAM

berpikir banyak hal negatif yang mungkin terjadi hingga ia membentur tembok lagi. Ia berteriak dan memaki Zaynu. Ia mencelanya karena telah memilih jalan lain. Bahkan ia menyalahkan dirinya sendiri karena mengikuti kata-kata Zaynu. Tak lama kemudian ia terjerumus ke dalam lubang yang dalam. Ia berteriak dan mengerang kesakitan. Dalam keadaan marah, ia mengumpat dan memaki Zaynu. Ia berusaha keluar tetapi tidak bisa. Ia menangis dan tak ada yang bisa dilakukannya selain duduk menyesali diri. Ia benar-benar frustasi hingga pingsan. Setelah sadar, ia teriak sekencang-kencangnya meminta pertolongan. Tak seorangpun mendengar teriakannya. Harapannya untuk dapat kembali pulang pun pupus. Tak lama kemudian, ia melihat secercah cahaya mendekat. Ia gembira sekali dan berteriak sekuat tenaga meminta pertolongan. Ternyata orang yang berdiri di depannya adalah al-Hakim Zaynu. Ia membantu pemuda itu keluar dari lobang lalu membimbingnya keluar dari kegelapan. Di ujung jalan, pemuda itu menghentikan langkah Zaynu dan bertanya: Mengapa engkau lakukan ini kepadaku? Zaynu tidak menjawab. Karena merasa tidak diacuhkan pemuda itu marah dan kembali bertanya: Mengapa engkau lakukan ini kepadaku? Kali ini Zaynu balik bertanya: Apa yang bisa engkau petik sebagai pelajaran dari pengalaman ini? Dengan kesal pemuda itu berkata: Sejak hari ini aku tidak boleh mendengarkan ucapan orang lain atau percaya. Zaynu mengayunkan langkahnya tanpa komentar.

marhaban ya Ramadhan

selamat menunaikan ibadah shiyah ramadhan


shoutul-islam.blogspot.com

dan pada saatnya,

selamat merayakan hari idul fithri 1434


Tiba-tiba pemuda itu menghadang dan berkata: Aku tahu, ada pelajaran yang bisa diambil dari peristiwa yang kualami. Kumohon engkau memaafkan karena aku teramat menderita di jalan itu. Untuk itu, kumohon engkau mengajari dan menasehatiku. Zaynu berkata: Inilah yang seharusnya engkau ambil sebagai pelajaran, Wahai Pemuda! Ya, ini dia pelajarannya. Caramu bertanya yang terakhir itulah yang mendorongku untuk memberikan jawaban. Sebab, cara itulah yang santun dan positif, juga punya tujuan yang bisa engkau ambil manfaatnya. Jalan gelap yang kuminta engkau melewatinya, menggambarkan pikiran negatifmu. Tembok yang engkau bentur tidak lain adalah buah pikiran negatifmu. Lobang yang engkau terperosok ke dalamnya juga hasil dari pikiranpikiran negatifmu yang lain. Setelah berkata demikian, Zaynu mendekati pemuda tersebut. Sambil menatap tajam bola matanya ia berkata: Beginilah pikiran negatif itu, wahai pemuda! Pikiran negatif membuat seseorang tidak bisa melihat jalan terang. Ia memilih jalan gelap dimana ia tidak menemukan jalan keluar dan membentur sesuatu yang menyakitkan. Selain itu, ia merasa tak berarti, gagal, sakit hati, marah, dan segala sesuatu yang negatif sesuai jalan pikirannya. Karena itu, jika ingin benarbenar menjadi orang bijaksana, engkau harus menyadari betul bahwa dalam dirimu ada musuh besar, yaitu pikiranmu yang negatif. Ketika engkau tahu cara mengatasinya, ia akan berpihak kepadamu. Sama seperti kuda yang lepas kendali, ia bisa membunuhmu dengan satu tendangan. Tetapi jika engkau mengajarinya, ia akan menjadi sahabat yang bermanfaat. Ingat, pikiranmu adalah perbuatanmu sendiri. Tak seorangpun di muka bumi yang mampu mengubahnya untukmu. Jadi, engkaulah satu-satunya orang yang mampu mengubah dan menjadikannya berpihak kepadamu serta membantumu agar tetap stabil dan meraih kebahagiaan. Samarinda, 21 Mei 2013 Agus Sukaca guskaca@gmail.com

EDISI 12/2013

Tafsir al-Quran

S'(AT AL- A)A(A* A+AT 38-39

Kami berfirman: Turunlah kamu semua dari surga itu! Kemudian jika datang petunjuk-Ku kepadamu, maka barangsiapa yang mengikuti petunjuk-Ku, niscaya tidak ada kekhawatiran atas mereka, dan tidak (pula) mereka bersedih hati. Adapun orang-orang yang mengingkari dan mendustakan ayat-ayat Kami, mereka itu penghuni neraka; mereka kekal di dalamnya (QS al-Baqarah, 2: 38-39). AYAT 38 ihbithuu minha: turunlah kamu darinya (surga), jamiia: semuanya, semua harus turun. Semuanya itu adalah Adam, Hawa dan juga Iblis (yang karena jahat kemudian disebut setan). Ungkapan kata di atas merupakan penegasan dari ayat 36 surat al-Baqarah yang hanya memakai kata , turunlah kamu. Pada ayat 36 ini mengungkapkan adanya permusuhan abadi antara setan dan manusia dan juga adanya permusuhan antar manusia yang belum tentu abadi. Ayat 37 surat al-Baqarah memperjelas arti turun menjadi turunlah kamu darinya (surga) semuanya. Yang dimaksud semuanya adalah Iblis (yang
6
Berkala Tun unan ISLAM

sudah menjadi setan), Adam dan Hawa. fa-immaa yatiyannakum: maka jika nanti betul-betul datang kepadamu (Adam dan seluruh anak keturunannya). Kata terdiri dari tiga kata: fa maka in jika maa kata tambahan. minnii huda: petunjuk dari-Ku (Allah). Yang dimaksud petunjuk disini adalah apa yang disampaikan oleh para rasul dan nabi. Sedangkan untuk saat sekarang adalah apa yang disampaikan Nabi Muhammad shalla allaahu alaihi wa sallam terutama petunjuk yang berupa al-Quran disamping juga Sunnah Rasulullah yang shahih (termasuk hasan). (Mengingat pentingnya pengertian mengenai hidayah, apakah itu tingkatan atau

macam-macamnya, silahkan lihat tulisan boks soal ini yang menguraikan hidayah atau petunjuk secara panjang lebar). fa man tabia hudaaya: siapa yang mengikuti petunjukKu. Mengikuti disini berarti menerima, dan tidak menentangnya serta melaksanakan petunjuk (al-Quran dan sunnah) itu dalam kehidupan sehari-hari. fa laa khaufun alaihim walaa hum yahzanuun. Dengan menerima dan melaksanakan, maka tidak akan ada kekhawatiran dan tidak pula akan bersedih (duka bercampur ketakutan). khauf : khawatir. Khauf adalah suatu perasaan khawatir akan terjadinya sesuatu yang tidak disukainya, atas adanya tanda yang diduga atau sudah diketahui sebelumnya. Kebalikan dari kata khauf adalah al-amnu atau rasa aman, tenang dan damai. yahzanuun: bersedih, (dalam arti berduka bercampur ketakutan atau berkabung). Dalam keadaan ini, seperti di hadapannya ada jalan yang berat, berlobang, penuh kesulitan. Kebalikannya adalah jalan yang halus dan nyaman. Kata ini juga mengandung arti goncangan jiwa karena ada rasa sedih, duka dan juga ketakutan. AYAT 39

itu penghuni neraka; mereka kekal di dalamnya (QS al-Baqarah, 2: 39). kafara: mengingkari. Untuk penjelasan lebih lengkap kosa kata ini, silahkan merujuk kepada Berkala Tuntunan Islam Edisi 4, artikel Tafsir Al-Quran halaman 6 dan seterusnya. kadzdzabuu: mendustakan. Mendustakan disini adalah tidak mempercayai (mengingkari) ayat-ayat Allah taaala. Selain ayat-ayat Allah, yang didustakan bisa juga berupa kebenaran:

Sebenarnya, mereka telah mendustakan kebenaran tatkala kebenaran itu datang kepada mereka, maka mereka berada dalam keadaan kacau-balau (QS Qaaf, 50: 5). Juga para nabi dan rasul:

Adapun orang-orang yang kafir dan mendustakan ayat-ayat Kami, mereka

Dan orang-orang yang sebelum mereka telah mendustakan sedang orangorang kafir Mekah itu belum sampai menerima sepersepuluh dari apa yang telah Kami berikan kepada orangorang dahulu itu lalu mereka mendustakan rasul-rasul-Ku. Maka alangkah hebatnya akibat kemurkaan-Ku (QS Saba, 34: 45).
EDISI 12/2013

Ayat di atas masih membicarakan soal kisah Adam, Hawa dan Iblis (setan). Setelah Iblis berhasil menggoda Adam dan Hawa untuk tidak mematuhi perintah (atau petunjuk) Allah Taaala, maka mereka semua diperintah Allah untuk turun ke bumi. Allah menegaskan dan sekaligus memberi peringatan bahwa jika nanti datang petunjuk dari-Nya (Allah), maka akan ada pilihan: barangsiapa yang mengikuti petunjuk itu dan kemudian melaksanakannya, maka tidak akan ada kekhawatiran baginya dan tidak pula akan bersedih (duka bercampur ketakutan). Sebaliknya, bagi yang tidak mengikuti petunjuk itu, maka Allah Taaala mengancam orang-orang yang mengingkari dan mendustakan ayat-ayat-Nya, mereka itu akan mendapat siksaan yang berat sebagai penghuni neraka; dan mereka kekal di dalamnya. PELAJARAN DARI AYAT 38-39 1. Nekat melanggar larangan Allah SWT bisa berakibat sangat besar. Hidup

menjadi celaka dan sengsara. Kehidupan yang semula nyaman berubah menjadi kehidupan yang sangat tidak disukainya. Melanggar larangan yang ada di dunia inipun juga bisa berakibat yang sangat tidak menyenangkan. 2. Allah mengutus Rasul-Nya dengan membawa kitab suci. Nabi Muhammad SAW adalah utusan Allah yang terakhir yang dianugerahi kitab suci alQuran dan juga membawa Sunnah yang merupakan petunjuk bagi manusia seluruhnya yang harus diterima dan diamalkan. Ketaatan dengan melaksanakan perintah dan menjauhi larangan akan menjadikan manusia selamat dan bahagia di dunia-akhirat. 3. Mengingkari dan mendustakan ayatayat-Nya, serta tidak mengikuti petunjuk yang disampaikan oleh Rasulullah Muhammad SAW bisa berakibat akan mendapat siksaan sebagai penghuni neraka; dan mereka kekal di dalamnya.

Alhamdulillahi Rabbil Alamiin


Turut berbahagia atas pengukuhan teman dan sahabat kami

K!a"#" $arka%#! &u r'


sebagai Doktor Psikologi Pendidikan Islam yang dipertahankan di hadapan Dewan Penguji Ujian Terbuka Program Pascasarjana UMY pada 15 ebruari !"1# dengan predikat $angat Memuaskan $emoga ilmu dan kehidupannya kian membawa berkah bagi keluarga% masyarakat% keluarga besar Persyarikatan dan kemanusiaan& Majelis Tabligh PP Muhammadiyah

Berkala Tun unan ISLAM

membimbing mencerahkan

&

Berkala Tun unan ISLAM

BOKS 1:

DARI PENGERTIAN SAMPAI ABU THALIB


Pengertian Hidayah Menurut Ar-Raaghib al-Ashfihaani, hidayah adalah dalaalatun bi-luthfin : menunjukkan jalan dengan dengan halus. Hidayah adalah sebuah konsep yang sangat penting bagi orang yang hidup beragama dan hidup dalam iman. Orang mukmin selalu melafalkan permohonan hidayah (petunjuk) kepada jalan yang lurus dalam setiap rakaat shalatnya. Allah memberi petunjuk kepada siapa saja dan bahkan kepada semua makhluk hidup. Meskipun demikian, Allah secara jelas menyatakan tidak akan memberi petunjuk kepada orang-orang yang dhalim dan kafir. Lantas, mengapa bisa demikian? Tulisan ini menjelaskan dan menguraikan petunjuk apa yang diberikan dan petunjuk apa yang tidak akan diberikan Allah kepada kelompok orang tertentu. Dengan demikian, timbul pertanyaan ada berapa macam atau tingkatan petunjuk. Untuk manusia ada empat macam tingkatan petunjuk: Level (Tingkat) ke-1 Petunjuk yang diberikan kepada siapa saja dan bahkan juga kepada seluruh makhluq hidup. Petunjuk itu berupa instink untuk bertahan hidup. Hidayah ini jenisnya bersifat umum bagi setiap mukallaf seperti akal, kecerdasan, dan pengetahuan-pengetahuan penting yang umum dimiliki oleh siapa saja dan apa saja sesuai dengan kadar yang harus dipikulnya.

Berkata Firaun: Maka siapakah Tuhanmu berdua, hai Musa? Musa berkata: Tuhan kami ialah (Tuhan) yang telah memberikan kepada tiaptiap sesuatu bentuk kejadiannya, kemudian memberinya petunjuk (QS Thahaa, 20: 49-50). Memberikan petunjuk di sini adalah memberikan akal, instink (naluri) dan kodrat alamiah untuk kelanjutan hidupnya masing-masing.

Sucikanlah nama Tuhanmu yang Maha Tingi, Yang Menciptakan, dan menyempurnakan (penciptaanNya). Dan yang menentukan kadar (masing-masing) dan memberi petunjuk (QS al-Alaa, 87: 1-2). Level (Tingkat) ke-2 Hidayah yang berupa ajakan kepada manusia melalui lisan para nabi dan penurunan al-Quran dan lainnya.
EDISI 12/2013

Kami Telah menjadikan mereka itu sebagai pemimpin-pemimpin yang memberi petunjuk dengan perintah Kami dan telah Kami wahyukan kepada, mereka mengerjakan kebajikan, mendirikan shalat, menunaikan zakat, dan hanya kepada Kamilah mereka selalu menyembah. (QS al-Anbiyaa, 21: 73). Level (Tingkat) ke-3 Hidayah berupa taufiq (kesesuaian antara petunjuk dan perilaku) yang khusus diberikan kepada orang yang mencari petunjuk.

Dan orang-orang yang mau mencari petunjuk, Allah menambah petunjuk kepada mereka dan memberikan balasan ketaqwaannya (QS Muhammad, 47: 16-17). Lihat juga QS az-Zumar,39: 17-18; atThaghabuun, 64: 11-12; Yunus, 10: 9; al-Ankabuut, 29: 69; Maryam, 19: 76; dan QS al-Baqarah, 2: 213. Level (Tingkat) ke-4 Petunjuk Allah yang membawa orang masuk surga. Apa saja yang dilakukan orang yang memperoleh petunjuk ini, maka orang tersebut beramal dengan amalan yang membawanya masuk surga.

Dan di antara mereka ada orang yang mendengarkan perkataanmu sehingga apabila mereka keluar dari sisimu orang-orang berkata kepada orang yang telah diberi ilmu pengetahuan (sahabat-sahabat Nabi): Apakah yang dikatakannya tadi? Mereka itulah orang-orang yang dikunci mati hati mereka oleh Allah dan mengikuti hawa nafsu mereka.
10
Berkala Tun unan ISLAM

(2). Dan orang-orang mukmin dan beramal shaleh serta beriman kepada apa yang diturunkan kepada Muhammad dan itulah yang Haq dari

Tuhan mereka, Allah menghapuskan kesalahan-kesalahan mereka dan memperbaiki keadaan mereka. (3). Yang demikian adalah karena sesungguhnya orang-orang kafir mengikuti yang bathil dan sesungguhnya orang-orang mukmin mengikuti yang Haq dari Tuhan mereka. Demikianlah Allah membuat untuk manusia perbandingan-perbandingan bagi mereka. (4). Apabila kamu bertemu dengan orang-orang kafir (di medan perang), maka pancunglah batang leher mereka, sehingga apabila kamu telah mengalahkan mereka maka tawanlah mereka dan sesudah itu kamu boleh membebaskan mereka atau menerima tebusan sampai perang berakhir. Demikianlah apabila Allah menghendaki niscaya Allah akan membinasakan mereka tetapi Allah hendak menguji sebahagian kamu dengan sebahagian yang lain. dan orang-orang yang syahid pada jalan Allah, Allah tidak akan menyianyiakan amal mereka. (5). Allah akan memberi pimpinan kepada mereka dan memperbaiki keadaan mereka, (6). Dan Allah akan memasukkan mereka ke dalam surga yang telah Dia beritahukan kepada mereka (QS Muhammad, 47: 2-6) Lihat juga QS al-Araaf, 7: 42-43. Empat macam hidayah ini tersusun urut-mencakup. Maksudnya, jika orang belum mencapai tingkat yang pertama (instink), dia tidak akan mencapai

tingkat yang kedua (ajakan risalah) bahkan juga tidak benar memberi beban kewajiban kepada orang itu. [Kalau instink saja dia tidak punya, apa yang diharap darinya?] Selanjutnya, siapa yang belum mencapai tingkat kedua, dia tidak akan mencapai tingkat ketiga dan keempat. Siapa yang sudah mencapai tingkat keempat, maka tentu dia sudah mencapai tingkat ketiga, yakni tingkat sebelumnya. Siapa yang telah mencapai tingkat ketiga maka dia tentu telah mencapai dua tingkat di bawahnya. Pemberi Petunjuk Pemberi petunjuk yang paling utama adalah Allah taaala. Meskipun demikian para nabi juga bahkan manusia pun bisa juga memberi petunjuk kepada manusia lainnya bahkan juga kepada makhluk hidup lainnya.

(51) Dan tidak mungkin bagi seorang manusiapun bahwa Allah berkatakata dengan dia kecuali dengan perantaraan wahyu atau di belakang tabir atau dengan mengutus seorang

EDISI 12/2013

11

&&&para nabi dan juga manusia% hanya bisa memberikan atau menyampaikan adanya petunjuk 'hidayah(& $edangkan yang bisa memasukkan petunjuk ke dalam hati orang dan orang itu mau menerima serta melaksanakannya% maka hal itu adalah hak dan kehendak )llah Ta*aala sepenuhnya&
utusan (malaikat) lalu diwahyukan kepadanya dengan seizin-Nya apa yang Dia kehendaki. Sesungguhnya Dia Maha Tinggi lagi Maha Bijaksana. (52) Dan demikianlah Kami wahyukan kepadamu wahyu (alQuran) dengan perintah Kami. Sebelumnya kamu tidaklah mengetahui apakah al-Kitab (al-Quran) itu, dan tidak pula mengetahui apakah iman itu, tetapi Kami menjadikan al-Quran itu cahaya, yang Kami tunjuki dengannya siapa yang Kami kehendaki diantara hambahamba Kami. Dan sesungguhnya kamu benar-benar memberi petunjuk kepada jalan yang lurus (QS asSyuura, 42: 51-52). Lihat juga QS ar-Rad, 13: 6-7. Keterbatasan Manusia dalam Memberi dan Menerima Petunjuk Hidayah itu berkaitan dengan dua hal sekaligus: (1) Kemampuan manusia (nabi dan ulama) untuk memberi atau menyampaikan petunjuk; (2) Kemampuan manusia (umat yang diseru nabinya) untuk menerima petunjuk itu. Meskipun Allah Taaala menjelaskan bahwa para nabi itu bertugas memberi petunjuk dan manusia juga bisa memberi petunjuk, tetapi para nabi dan
12
Berkala Tun unan ISLAM

juga manusia itu bisanya hanyalah menyampaikan petunjuk. Sedangkan apakah orang lain itu mau menerima atau menolak petunjuk, maka itu menjadi urusan Allah Taaala. Secara ringkas bisa dikatakan bahwa para nabi dan juga manusia, hanya bisa memberikan atau menyampaikan adanya petunjuk (hidayah). Sedangkan yang bisa memasukkan petunjuk ke dalam hati orang dan orang itu mau menerima serta melaksanakannya, maka hal itu adalah hak dan kehendak dari Allah Taaala sepenuhnya. Demikianlah manusia memiliki keterbatasan dalam menerima hidayah. Dari satu segi keterbatasan ini terlihat seolah kebebasan yang berkesan hebat, seperti yang terjadi pada diri Abu Thalib, pamanda Nabi. Pembesar Quraisy yang disegani itu tetap juga kafir seumur hidupnya dan di akhirat tinggal di neraka, karena enggan menerima kebenaran risalah yang dibawa keponakannya, Nabi Muhammad. Kedekatannya dengan Nabi, sebagaimana diriwayatkan hadits Bukhari, toh masih tidak bisa melepaskannya dari neraka, gara-gara tidak mau membuka diri terhadap petunjuk yang disampaikan Wallahu alam.
e p a d a n y a .

BOKS 2:

MA,AM-MA,AM *I0A+A* 0I 0ALAM


da dua jenis hidayah dalam alQuran, yakni hidayah yang bersifat umum dan yang khusus. 1. Hidayah al-Aammah (Umum) Ialah hidayah yang diberikan Allah SWT kepada segenap manusia dan seluruh makhluk hidup untuk menjadi petunjuk dalam hidupnya. 1.1. Hidayah al-Wijdan (Insting) Adalah dorongan yang ada pada bakat manusia dan makhluk hidup lainnya.

-.T'/ AL-)'(1A.

Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari setetes mani yang bercampur, yang Kami hendak mengujinya (dengan perintah dan larangan), karena itu Kami jadikan ia mendengar dan melihat. Sesungguhnya Kami telah memberinya petunjuk jalan yang lurus; ada yang bersyukur dan ada pula yang kafir. (QS al-Insan, 76: 2-3) 1.3. Hidayah al-Aql (akal) Berikut adalah penjelasan mengenai aql (akal) dari kamus Lisaan al-Arab dan juga Al-Mufradat fi Ghariib alQuraan:

Musa berkata: Tuhan kami ialah (Tuhan) yang telah memberikan kepada tiap-tiap sesuatu bentuk kejadiannya, kemudian memberinya petunjuk. Maksud memberi petunjuk pada ayat diatas adalah menganugerahkan insting, akal dan kodrat alamiah untuk kelangsungan hidup manusia. 1.2. Hidayah al-Hawas (Panca Indera) Al-Hawas ialah indera badani yang peka terhadap rangsangan yang datang dari luar, seperti rangsangan sentuhan, sinar, bunyi dan lain sebagainya. AlQuran surat al-Insan: 2-3

EDISI 12/2013

13

Al-Aql (akal) adalah rasio dan kecerdasan, lawan katanya: kebodohan. Orang disebut al-Aqil adalah orang yang menjaga dirinya dan menjauhkannya dari hawa nafsunya. Akal adalah penentuan secara hatihati di dalam segala urusan. Akal adalah qalbu dan qalbu adalah akal. Akil disebut berakal karena pemiliknya mengerti supaya tidak terjerumus dalam kehancuran atau dia menjaganya (dari kehancuran). Akal adalah pembeda antara manusia (insan) dan seluruh binatang atau makhluk hidup. Selanjutnya aqul dan aqala berarti faham atau memahami. Sedangkan di dalam kitab AlMufradaat, akal adalah:

mengubahnya setelah mereka memahaminya, sedang mereka mengetahui? (QS al-Baqarah, 2:75) Ayat ini memberi arti bahwa para pemuka Bani Israil itu faham betul terhadap ayat-ayat Allah, tetapi karena dorongan hawa nafsunya, mereka kemudian mengubah ayat-ayat Allah tadi supaya sesuai dengan keinginannya. Ayat 120 surat al-Baqarah menjelaskan soal orang-orang Yahudi dan Nasrani yang mengikuti hawa nafsu mereka.

Al-Aql adalah kekuatan yang siap untuk menerima ilmu, yaitu ilmu yang memberi manfaat kepada manusia dengan kekuatan akal tadi. Secara keseluruhan, dalam arti seperti itulah al-Quran menggunakan kata yang berdasar pada akar kata aqala. Inilah beberapa contoh dari ayat-ayat al-Quran.

Apakah kamu masih mengharapkan mereka akan percaya kepadamu, padahal segolongan dari mereka mendengar firman Allah, lalu mereka
14
Berkala Tun unan ISLAM

Orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak akan senang kepada kamu hingga kamu mengikuti agama mereka. Katakanlah: Sesungguhnya petunjuk Allah itulah petunjuk (yang benar). Dan sesungguhnya jika kamu mengikuti kemauan (hawa nafsu) mereka setelah pengetahuan datang kepadamu, maka Allah tidak lagi menjadi pelindung dan penolong bagimu. (QS al-Baqarah, 2: 120) Contoh-contoh lain penggunaan akal yang berarti memahami atau mengerti, terdapat pada beberapa ayat berikut. (kami tampilkan terjemahnya saja). Lalu Kami berfirman: Pukullah mayat itu dengan sebahagian anggota sapi betina itu. Demikianlah Allah menghidupkan kembali orangorang yang telah mati, Dan memper-

lihatkan padamu tanda-tanda kekuasaannya agar kamu mengerti (tentang kekuasaan Allah). (QS alBaqarah, 2: 73) Demikianlah Allah menerangkan kepadamu ayat-ayat-Nya (hukumhukum-Nya) supaya kamu memahaminya. (QS al-Baqarah, 2: 242) Dan pada penciptaan kamu dan pada binatang-binatang yang melata yang bertebaran (di muka bumi) terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) untuk kaum yang meyakini (4). Dan pada pergantian malam dan siang dan hujan yang diturunkan Allah dari langit lalu dihidupkanNya dengan air hujan itu bumi sesudah matinya; dan pada perkisaran angin terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi kaum yang mengerti (5). (QS al-Jatsiyah, 45: 4-5) Ayat-ayat di atas secara jelas menunjukkan bahwa orang sangat perlu memperhatikan apa-apa yang ada di langit dan di bumi, juga memperhatikan penciptaan binatang, pergantian siang dan malam serta turunnya hujan dan tumbuhnya pepohonan setelah turunnya hujan seakan menghidupkan bumi dari kematian.

Ayat di atas ini secara tegas dan jelas mencela suatu perbuatan yang dinilai tidak menggunakan akal. Karenanya perbuatan memanggil Nabi SAW dari luar kamar dinilai sebagai perbuatan orang yang tidak faham atau orang yang tidak mengerti tata krama sopan santun. Semua ayat di atas dan juga puluhan ayat lainnya yang tidak disebut di sini, memuji penggunaan akal fikiran secara benar, seksama dan hati-hati. Bahkan al-Quran mencela orang-orang yang tidak mau menggunakan akal fikiran mereka. Memang ada nuansa sangat jelas bahwa penggunaan akal fikiran ini dikaitkan dengan sikap mau menerima kebenaran yang datang dari Allah dan Rasul-Nya, kemudian disertai dengan ketaatan kepada perintah-perintah dan larangan-larangan yang diberikan Allah maupun Rasul-Nya. 1.4. Hidayah al-Din (Agama) Menurut rumusan Majelis Tarjih, yang telah ditanfidzkan tahun 1955, pengertian Agama adalah agama Islam yang dibawa Nabi Muhammad SAW, ialah apa yang diturunkan Allah SWT di dalam al-Quran dan yang tersebut dalam al-Sunnah yang shahih, berupa perintah-perintah dan larangan-larangan serta petunjuk untuk kebaikan manusia di dunia dan akhirat. Agama adalah apa yang disyariatkan Allah dengan perantaraan nabinabi-Nya, berupa perintah-perintah dan larangan-larangan serta petunjukpetunjuk untuk kebaikan manusia di dunia dan akhirat.
EDISI 12/2013

Sesungguhnya orang-orang yang memanggil kamu dari luar kamar(mu) kebanyakan mereka tidak mengerti (tidak menggunakan akal atau hati). (QS al-Hujurat, 49: 4)

15

Rumusan tentang agama, dititikberatkan pada sumber al-Islam yakni alQuran dan al-Sunnah as-Shahihah yang dibawa Nabi Muhammad SAW. Adapun isinya berupa perintah dan larangan yang wajib ditaati serta petunjuk yang perlu dipedomani. Sedang tujuan agama adalah untuk kemaslahatan manusia di dunia dan akhirat. Titik berat pengertian agama di sini ialah pada pokok sumbernya, yakni al-Quran dan al-Sunnah. Pengertian Islam dalam QS Ali Imran

Anugerah lain yang diberikan Allah adalah diturunkannya wahyu melalui para Nabi dan Rasul-Nya, untuk memberikan petunjuk kepada manusia agar tidak tersesat dalam menjalani kehidupannya yakni berupa tuntunan dan penjelasan tentang syariat agama. Firman Allah:

Sesungguhnya agama (yang diridhai) di sisi Allah hanyalah Islam. Tiada berselisih orang-orang yang telah diberi al-Kitab kecuali sesudah datang pengetahuan kepada mereka, karena kedengkian (yang ada) di antara mereka. Barangsiapa kafir terhadap ayat-ayat Allah, maka sesungguhnya Allah sangat cepat hisab-Nya. (QS Ali Imran, 3: 19) Juga ditegaskan dalam ayat 85:

(Dan ingatlah) hari (ketika) Kami bangkitkan pada tiap-tiap umat seorang saksi atas mereka dari mereka sendiri dan Kami datangkan kamu (Muhammad) menjadi saksi atas seluruh umat manusia, dan Kami turunkan kepadamu al-Kitab (al-Quran) untuk menjelaskan segala sesuatu dan petunjuk serta rahmat dan kabar gembira bagi orang-orang yang berserah diri. (QS an-Nahl, 16: 89) Keberadaan agama dalam hal ini adalah dalam rangka memfungsikan al-Quran sebagai wahyu petunjuk untuk kehidupan manusia. 2. Hidayah al-Khaass (Khusus) Ialah hidayah yang khusus diberikan Allah kepada yang dikehendaki-Nya. Dengan kata lain, hanya yang memiliki kualitas tertentu atau yang memenuhi persyaratan khusus yang bisa memperoleh hidayah ini. Hidayah ini juga disebut sebagai hidayah taufiq.
Narasumber utama artikel ini: M. Yusron Asrofie

Barangsiapa mencari agama selain Islam, maka sekali-kali tidak akan diterima (agama itu) darinya, dan di akhirat dia termasuk orang-orang yang rugi. (QS Ali Imran, 3: 85)
16
Berkala Tun unan ISLAM

Tuntunan Akidah

#-.+IM#A.2A. A)I0A* TA'*I0 M-.-.TA.2 3IT(A*


Bagian (1)
Aqidah Tauhid Sebagai Fitrah qidah tauhid yang berintikan tauhidullah fi rububiyyatihi wa fi uluhiyyatihi wa fi asmaihi wa sifatitih adalah fitrah, yakni potensi dasar sebagai qudrat iradat Allah yang melekat dalam diri setiap manusia. Aqidah tauhid ini selain sebagai fitrah sekaligus sebagai anugerah Allah yang terbesar bagi manusia dalam kehidupannya. Allah menegaskan:

tidak beragama tauhid itu bukan pembawaan dasar manusia tetapi lebih disebabkan oleh pengaruh lingkungannya, sebagaimana sabda Rasulullah SAW:

Maka hadapkanlah wajahmu dengan Lurus kepada agama Allah; (tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. tidak ada peubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui (Ar-Rum: 30). Dalam ayat di atas ditegaskan bahwa fitrah Allah adalah model atau blueprint (cetak biru) ciptaan Allah, yakni manusia diciptakan Allah dengan naluri beragama yaitu beraqidah tauhid sebagaimana diajarkan oleh Dinul Islam. Kalau ada manusia tidak beragama tauhid, maka hal itu keluar dari kewajaran, menyimpang dari normal. Mereka

Dari Abu Hurairah RA berkata; Rasulullah SAW bersabda: Seorang bayi tidak dilahirkan (ke dunia ini) melainkan ia berada dalam kesucian (fitrah). Kemudian kedua orang tuanyalah yang akan membuatnya menjadi Yahudi, Nasrani, ataupun Majusi sebagaimana hewan yang dilahirkan dalam keadaan selamat tanpa cacat. Maka, apakah kalian merasakan adanya cacat? Kemudian beliau membaca firman Allah yang berbunyi: tetaplah atas fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah-nya itu. Tidak ada perubahan atas fitrah Allah. --QS. ar-Ruum,30: 30-- (HR Bukhari-Muslim)
EDISI 12/2013

17

Penyimpangan terhadap aqidah tauhid yang dialami oleh kehidupan manusia bermacam-macam mulai yang paling berat hingga yang tergolong ringan, tetapi semuanya itu harus senantiasa dihindari dan dijauhi oleh manusia. Karena penyimpangan dan pelanggaran yang berat akan membatalkan tauhid sementara penyimpangan dan pelanggaran ringan yang tidak diwaspadai akan berkembangan menjadi pelanggaran berat yang membatalkan tauhid. Macam-macam penyimpangan atas aqidah tauhid yang merupakan bahaya besar bagi hidup dan kehidupan manusia adalah syirk, kufur, nifaq, fasiq, riddah, bidah-khurafat, sihir dan perdukunan dan sebagainya. Syirk Pangkal Perusak Aqidah Tauhid Dari penyimpangan terhadap aqidah tauhid tersebut syirk adalah penyimpangan dan pelanggaran terbesar yang dapat membatalkan ketauhidan dan keislaman seseorang. Syirik menurut Syaikh Shalih bin Fauzan bin Abdullah al-Fauzan merupakan unsur luar yang menyusup terhadap fitrah dan merusaknya. Dalam sejarah hidup manusia, kemusyrikan merajalela terjadi pada kaum Nabi Nuh alahissalam , mereka menyembah patung-patung, dan ketika Nuh mengingatkan mereka mereka tidak bergeming dengan dakwah Nabi Nuh tersebut, hingga Nabi Nuh pun curhat kepada Allah bahwa dakwah beliau tidak membuat kaumnya menjadi sadar tetapi justru kemusyrikan semakin menjadi-jadi. Allah mengkisahkan curhat Nabi Nuh dalam firman-Nya:
18
Berkala Tun unan ISLAM

Nuh berkata: Ya Tuhanku, Sesungguhnya aku telah menyeru kaumku malam dan siang, Namun seruanku itu hanya membuat mereka lari lebih jauh. (QS Nuh, 71: 5-6) Sehingga akhirnya Allah menurunkan banjir bandang besar dan mewahyukan kepada Nuh untuk membuat bahtera untuk mengangkut kaumnya yang setia dan segala binatang dan makhluk hidup lainnya. Rekayasa Allah itu untuk melakukan seleksi terhadap hamba-hambaNya yang benar-benar setia menghambakan diri kepada-Nya, dengan bertauhid kepada-Nya dan mereka yang menyimpang dengan menyekutukan dan kufur kepada-Nya. Kesyirikan itu terus berlanjut ke generasi selanjutnya, seperti munculnya tokoh Amr bin Lahyi al-Khuzai yang mengubah ajaran tauhid yang diajarkan oleh Nabi Ibrahim, dengan penyembahan berhala sehingga pemberhalaan dan penuhanan terhadap makhluk itu hingga masuk ke tanah Arab dan Hejaz, sehingga patung-patung itu terus disembah menggantikan Allah atau menyertai Allah. Dampak dan Buah Kemusyrikan bagi Kehidupan Muslim Berangkat dari kesyirikan itu kemudian tumbuh sikap kufur, yakni menolak ajaran kebenaran, menolak petunjuk wahyu, dan menolak dakwah para Nabi dan Rasul. Sebagaimana syirik yang memiliki tingkatan-tingkatan, kufur pun ada

bermacam-macam. Misalnya, kufur atas nikmat Allah, yang kemudian akan berkembang menjadi kekafiran terhadap seluruh ajaran Islam atau keluar dari agama Islam. Inilah puncak kekafiran, sebagaimana telah diisyaratkan oleh Allah SWT dalam ayat berikut:

Sesungguhnya orang-orang kafir, sama saja bagi mereka, kamu beri peringatan atau tidak kamu beri peringatan, mereka tidak juga akan beriman. Allah telah mengunci-mati hati dan pendengaran mereka, dan penglihatan mereka ditutup dan bagi mereka siksa yang amat berat. (alBaqarah: 6-7) Pada ayat di atas, orang kafir digambarkan sebagai, bahwa orang itu tidak dapat menerima petunjuk, dan segala macam nasehat pun tidak akan berbekas baginya. Mereka tidak dapat memperhatikan dan memahami ayat-ayat alQuran yang mereka dengar. Mereka tidak dapat mengambil pelajaran dari tanda-tanda kebesaran Allah yang mereka saksikan di cakrawala, di hamparan permukaan bumi dan bahkan pada diri mereka sendiri. Penyimpangan dan pelanggaran tauhid lainnya berupa sikap nifaq, yakni kekufuran yang dibungkus dengan keimanan semu, kejahatan yang ditutup dengan kebaikan, sebagaimana dinyatakan Allah dalam ayat berikut:

Di antara manusia ada yang mengatakan: Kami beriman kepada Allah dan Hari Akhir, padahal mereka itu sebenarnya bukan orang-orang yang beriman. (QS al-Baqarah, 2: 8) Kemunafikan sebagai gejala awal dimulai dengan lemahnya iman, yang diantara bentuknya adalah lemahnya jiwa keikhlasan, lemahnya daya jihad, dan bermalas-malas dalam beribadah. Seperti digambarkan oleh Nabi, mereka yang tidak melaksanakan shalat Jumat tiga kali berturut-turut adalah munafik, mereka yang menganggap dan merasa berat melaksanakan shalat Isya dan Subuh adalah munafik. Namun, gejala akhirnya adalah kekafiran yang disembunyikan dibalik keimanan semu. Gejala akhir kemunafikan ini justru bisa lebih berbahaya dari pada kekafiran. Apabila ia adalah orang kafir, maka ia akan terang-terangan dengan kekafirannya, bahkan akan terang-terangan menunjukkan permusuhannya terhadap Islam dan umat Islam, sehingga jelas dan relatif mudah menyikapinya. Artinya, umat Islam dapat mengambil sikap tegas karena jelas-jelas kekafirannya. Namun orang munafik tidak jelas kekafirannya, bahkan permusuhannya pun samarsamar, sehingga ini akan merepotkan umat Islam. Inilah letak lebih berbahayanya kemunafikan daripada kekafiran. Bentuk lain dari dampak kemusyrikan adalah bidah dan khurafat. Bidah adalah membuat atau menciptakan perEDISI 12/2013

19

kara baru dalam urusan din. Nabi menyebutnya dengan muhdatsatil umur (mengada-adakan perkara dalam urusan agama), yakni urusan agama yang telah dibakukan (al-tsawabit), yakni masalahmasalah aqidah dan ibadah mahdhah, serta sebagian hal muamalah dan akhlak. Bidah khusus dalam masalah aqidah disebut khurafat. Bidah dan khurafat ini muncul dalam kehidupan kaum muslim disebabkan oleh tidak fokusnya rasa dan keyakinan bertuhan kepada Allah. Rasa dan keyakinan bertuhan masih diwarnai oleh adanya keyakinan kepada selain Allah, serta rasa kurang dan tidak puas atas apa yang diberikan dan diajarkan oleh Allah dan Rasul-Nya. Ketidakpuasan kepada syariat Allah membuat orang melakukan bidah dan khurafat, yang ini semua membahayakan agama seseorang, sebagaimana disabdakan oleh Rasulullah berikut ini:

Dari Jabir bin Abdullah, Rasulullah SAW bersabda: Sebenar-benar perkataan adalah kitabullah (al-Quran), sebaik-baik petunjuk adalah petunjuk Muhammad shallallaahu alaihi wasallam, dan sejelek-jelek perkara adalah hal-hal yang baru, setiap hal yang baru adalah bidah dan setiap bidah adalah sesat, dan setiap kesesatan di dalam neraka. (Riwayat Bukhari, Muslim, Ahmad Nasai, Ibnu Majah dan alDarimi) Bentuk-bentuk penyimpangan terhadap tauhid di atas masih dapat dirinci lebih detil lagi, pada kajian yang akan datang, secara berkesinambungan. Sehingga setiap muslim dapat mendeteksi secara dini tanda-tanda dan gejala kemusyrikan, yang akhirnya dapat mencegah secara dini pula adanya penyakit aqidah tauhid berupa virus TBC (takhayul, bidah dan churafat) yang apabila virus ini telah menjalar ke seluruh tubuh akan berkembang menjadi kanker berupa kemusyrikan dan kekafiran. Wal iyadzu billah.
Narasumber utama artikel ini: Syamsul Hidayat (Dosen FAI UMS)

Alhamdulillahi Rabbil Alamiin

membimbing mencerahkan
Berkala Tun unan

Mengucapkan selamat menjalankan amanah atas terpilihnya sahabat kami

&

DR. Mahli Zainuddin Tago, M.Si.


sebagai Dekan Fakultas Agama Islam UMY Ikut berdoa semoga Allah memberi kemampuan agar berhasil menunaikankan amanah ini; agar menjadi berkah bagi masyarakat kampus, bagi keluarga dan keluarga besar Persyarikatan Majelis Tabligh PP Muhammadiyah

ISLAM
20
Berkala Tun unan ISLAM

Tuntunan Akhlak

A0A

-(TAM'4 *A/-*A/ TAM'

Dari Abu Suraih al-Kabi bahwa Rasulullah SAW bersabda: Barangsiapa beriman kepada Allah dan Hari Akhir, hendaknya ia memuliakan tamunya dan menjamunya siang dan malam. Dan bertamu itu tiga hari, lebih dari itu adalah sedekah baginya; dan tidak halal bagi tamu tinggal (berlama-lama) sehingga memberatkannya. (HR Bukhari, dalam Kitab Shahih Bukhari)

ebagai makhluk sosial, manusia memerlukan interaksi dengan orang lain. Bertamu dan menerima tamu adalah aktivitas yang hampir terjadi pada setiap orang. Rasulullah SAW memerintahkan kita bersilaturrahim, dan salah satu bentuknya dengan saling mengunjungi. Aktifitas ini mempererat hubungan dan memupuk kasih sayang antara pihak yang berkunjung dengan yang dikunjungi. Memiliki hubungan baik dengan banyak orang memicu kebahagiaan dan membuat hidup kita terasa indah. Bagaimana perasaan Anda ketika semua orang menghormati, menyayangi, memperhatikan dan mengapresiasi Anda? Pasti Anda merasa berbunga-bunga. Perasaan ini memicu otak mengeluarkan hormon endorfin yang membuat kita merasa senang bahagia. Kebahagia-

an membuat kita bersemangat menjalani aktifitas sehari-hari dengan enerjik. Itulah modal berharga menuju kesuksesan. Sebaliknya, hubungan yang buruk dengan orang lain membuat dunia ini terasa sempit dan hidup menjadi sulit. Pernahkan Anda dibenci dan dilecehkan orang? Sangat tidak enak bukan? Setiap kita tahu ada orang yang membenci, jantung berdegup lebih keras dan berdebar-debar. Hormon adrenalin dan noradrenalin mengalir deras, membuat pembuluh darah menyempit dan menimbulkan perasaan cemas, khawatir dan takut. Bertamu dan menerima tamu merupakan amal untuk membina hubungan baik. Kita bisa mengunjungi saudara, kerabat, sahabat, relasi, dan lain-lain. Rasulullah SAW telah memberikan tuntunan tentang
EDISI 12/2013

21

adab bertamu yang membawa berkah bagi orang yang bertamu dan yang menerima tamu. ADAB MENERIMA TAMU Kedatangan tamu adalah berkah bagi setiap muslim. Hendaknya tetamu-tetamu kita sambut dengan sebaik-baiknya agar pahala yang kita terima adalah pahala yang sebaik-baiknya. Di antara adab menerima tamu adalah sebagai berikut. 1. Menerima Tamu dengan Baik Tamu yang datang berkunjung ke rumah kita ada kalanya datang sendiri dan ada kalanya memang kita undang. Kedua-duanya hendaknya diterima dengan baik. Rasulullah SAW adalah contoh teladan penerima tamu yang baik.

itu adalah sedekah baginya, tidak halal bagi tamu tinggal (bermalam) hingga (ahli bait) mengeluarkannya.
(HR Bukhari, dalam Kitab Shahih Bukhari)

Dari Jarir bin Abdullah berkata; Sejak saya masuk Islam, Rasulullah SAW tidak pernah menolak saya untuk bertamu dan berkunjung ke rumah beliau. Dan beliau selalu tersenyum setiap kali melihat saya. ( HR Muslim, dalam
Kitab Shahih Muslim)

Seorang mukmin hendaknya siap menerima tamu di rumahnya atau tempat lain yang layak. Apalagi bila tamu-tamu itu datang atas undangannya, maka persiapan penerimaannya haruslah lebih baik. Siapkan di mana mereka nanti akan ditempatkan, bagaimana penyambutannya, dan apa jamuan atau hidangannya. Bila harus menginap, siapkan pula kamar tempat mereka tidur. Mendapatkan jamuan adalah salah satu hak tamu yang harus kita tunaikan. Kitapun harus menyiapkan diri untuk menyambut kedatangan tamu kapan saja. Salah satu bentuk kesiapannya diwujudkan dengan menyediakan ruang tamu di rumah kita. Alhamdulillah, hampir setiap rumah kaum muslimin telah disediakan ruang tamu, dan bahkan banyak pula yang menyediakan kamar khusus untuk tamu yang menginap. 2. Menyambut Tamu dengan Baik Ketika ada orang yang mengetuk pintu rumah atau memencet bel pintu dan memberi salam adalah salah satu pertanda ada orang yang mau bertamu ke rumah kita. Hendaklah kita menjawab salam dan bersegera memberikan sambutan dengan membukakan pintu, memberi senyum ceria, dan menyapa dengan ramah. Senyum ceria merupakan ekspresi bahwa kita senang menyambut keda-

Menerima dan memuliakan tamu merupakan bagian dari tanda keimanan. Sebagaimana disebutkan dalam hadits dari Abu Suraih al-Kabi bahwa Rasulullah SAW bersabda: Barangsiapa beriman kepada Allah dan hari Akhir, hendaknya ia memuliakan tamunya dan menjamunya siang dan malam, dan bertamu itu tiga hari, lebih dari
22
Berkala Tun unan ISLAM

tangannya. Senyummu di hadapan saudaramu adalah sedekah, demikian sabda Nabi SAW. (HR Tirmidzi) Beliau juga bersabda:

Janganlah engkau remehkan perkara maruf, berbicaralah kepada saudaramu dengan wajah yang penuh senyum dan berseri, sebab itu bagian dari perkara yang maruf (HR Abu Daud dalam
Kitab Sunan Abu Daud)

bahwa kita senang menerima tamu kita. Selanjutnya, persilahkan mereka duduk di tempat yang selayaknya untuk tamu. Kebanyakan rumah dilengkapi dengan ruang tamu. Hendaknya ruang tamu selalu dijaga agar tetap dalam keadaan bersih, rapi dan wangi. Keadaan yang kotor, berantakan, dan bau tak sedap menjadikan suasana menjadi kurang nyaman. 3. Menjamu Tamu Setelah tamu duduk dan berbasa-basi sebentar, segeralah persiapkan dan hidangkan suguhan berupa air minum dan makanan ringan. Mendapat suguhan adalah hak tamu. Dari Abu Suraih alKabi, bahwa Rasulullah SAW bersabda: Barangsiapa beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaknya ia memuliakan tamunya dan menjamunya siang dan malam.4 Nabiyullah Ibrahim AS juga memberikan contoh dalam memberikan penghormatan kepada tetamunya, sebagaimana diabadikan dalam al-Quran:

Beliau memberikan teladan dengan selalu tersenyum ketika berbicara.1 Beliau dikenal sebagai orang yang paling banyak senyumnya, sebagaimana hadits dari Abdullah bin al-Harits bin Jazi dia berkata; Aku tidak pernah melihat seseorang yang paling banyak senyumnya selain Rasulullah SAW. (HR
Turmudzi, dalam Kitab Sunan Turmudzi).

Senyum kita melapangkan hati tamu dan membuat mereka merasa terhormat dan dihargai. Sapaan yang hangat akan lebih mencairkan suasana sehingga pertemuan menjadi lebih hangat dan akrab. Nabi memberi teladan dalam menyapa tetamu beliau. Ketika menerima utusan Abdul Qais, beliau menyambut: Selamat datang wahai para utusan, yang datang tanpa rasa kecewa dan penyesalan2. Bahkan ketika Fathimah, puteri beliau datang berkunjung, beliau menyambut: Selamat datang, wahai puteriku3. Tanyakan pula bagaimana keadaan mereka, dengan berkata: Apa kabar? Sapaan yang ramah adalah ungkapan

Sudahkah sampai kepadamu (Muhammad) cerita tentang tamu Ibrahim (malaikat-malaikat) yang dimuliakan? Ingatlah ketika mereka masuk ke tempatnya lalu mengucap salam, Ibrahim menjawab: Salam, orangorang yang tidak dikenal. Maka ia
EDISI 12/2013

23

pergi diam-diam menemui keluarganya, kemudian dibawanya daging anak sapi gemuk (yang dibakar), lalu dihidangkan kepada mereka. Ibrahim berkata: Silakan kamu makan. (QS adzDzariyat, 51: 24-27)

Nabi Muhammad sendiri suka memberikan hidangan kepada tamu-tamu beliau. Dari al-Mughirah bin Syubah dia berkata: Pada suatu malam saya pernah bertamu kepada Nabi SAW. Lalu beliau memerintahkan untuk diambilkan sepotong daging kambing besar. Setelah dipanggang, beliau mengambil sebilah pisau, lalu beliau memotong-motongnya untukku dengan pisau tersebut.5 Terhadap tamu non muslim pun beliau menjamu mereka. Dari Abu Hurairah berkata, Seorang kafir datang bertamu kepada Rasulullah SAW. Maka beliau memerintahkan untuk mendatangkan seekor kambing untuk diperah, orang kafir itu lalu memimun air susunya. Lalu diperahkan dari kambing yang lain, dan ia meminumnya. Lalu diperahkan dari kambing lain-lain, dan ia meminumnya lagi, hingga menghabiskan susu dari tujuh kambing. Keesokan harinya orang itu masuk Islam. Rasulullah SAW menyuruh agar kambing beliau diperah. Diapun minum air susunya, kemudian beliau memerahkannya lagi, namun dia tidak sanggup menghabisinya. Sehingga Rasulullah SAW bersabda: Seorang mukmin minum dengan satu usus sedangkan orang kafir minum dengan tujuh usus.6
24
Berkala Tun unan ISLAM

Terhadap pentingnya menjamu tamu, Rasulullah SAW menyatakan: Dari alMiqdam bin Madi Karib, Abu Karimah dari Nabi SAW, Seorang muslim yang bertamu kepada suatu kaum, dan pagi harinya tamu itu dalam keadaan tidak mendapatkan jamuan, seorang muslim wajib menolongnya hingga ia mengambilkan jamuan malamnya dari tanaman dan hartanya.7 Para sahabat sangat mementingkan jamuan untuk tamu. Berikut ini riwayat terkait yang disampaikan Nabi kepada Abu Hurairah: Seorang laki-laki Anshar kedatangan tamu dan bermalam di rumahnya. Padahal dia tidak mempunyai makanan selain makanan anak-anaknya. Maka dia berkata kepada isterinya; Tidurkan anak-anak dan padamkan lampu. Sesudah itu suguhkan kepada tamu kita apa adanya. Kata Abu Hurairah: Karena peristiwa itu maka turunlah surat alHasyr ayat 9 itu8:

Dan mereka mengutamakan orang lain (muhajirin) atas diri mereka sendiri, sekalipun mereka dalam kesusahan Ayat tersebut di atas itu menunjukkan penghargaan al-Quran kepada orang yang memiliki empati kepada orang lain, padahal dirinya sendiri dalam kesusahan. Bayangkan betapa tinggi nilai perbuatan seperti itu. Anda yang memiliki kecukupan rezeki, ada baiknya senantiasa memiliki persediaan minuman dan makanan di rumah,

sehingga sewaktu-waktu kedatangan tamu, tinggal menghidangkannya. Ketika hidangan telah siap, tuan rumah mempersilahkan tetamunya menikmati terlebih dahulu, baru ia mengikuti setelah tetamunya. Hal ini berdasar hadits Qatadah RA (yang cukup panjang), dia berkata: ... Lalu Rasulullah SAW menuangkan air dan aku membagikannya, hingga tidak ada yang tersisa selain aku dan Rasulullah SAW. Kemudian Rasulullah SAW bersabda kepadaku, Minumlah. Aku jawab, Aku tidak akan minum hingga engkau minum, wahai Rasulullah. Beliau bersabda, Sesungguhnya, orang yang memberi minum itulah yang terakhir minum. Qatadah melanjutkan: Maka akupun minum, dan Rasulullah SAW pun kemudian minum...9 4. Mengiringi Kepulangan Tamu Bila tetamu telah menikmati jamuan yang disajikan, menyelesaikan hajatnya, dan berpamitan hendak pulang, hendaknya diucapkan kata-kata perpisahan yang menyenangkan, berterima kasih atas kunjungannya, dan menunjukkan raut wajah yang berseri-seri. Antarkan tamu hingga halaman rumah, dan pandanglah sampai ia telah keluar dari halaman rumah. Abu Ubaid Qasim bin Salam pernah mengunjungi Ahmad bin Hambal. Abu Ubaid berkata: Tatkala aku hendak pergi, dia bangun bersamaku. Aku pun berkata (karena malu atas penghormatannya itu): Jangan kau lakukan ini, wahai Abu Abdillah!. Abu Amar al-Hamadzani As-Syabi,

seorang pemuka Tabiin yang cerdas dan tawadu yang pernah belajar kepada 500 sahabat Nabi, berkata: Diantara kesempurnaan sambutan orang yang dikunjungi adalah engkau berjalan bersamanya hingga ke pintu rumah dan mengambilkan kendaraannya.10 *** Ajaran memuliakan tamu adalah ajaran luar biasa dalam membangun sillaturrahim dan hubungan baik sesama muslim. Di sinilah Islam mengenalkan konsep hak-hak tamu kepada umat. Mudah-mudahan kita dapat mengamalkan dengan baik dengan menunaikan hak-hak tamu yang menjadi kewajiban kita. Insya Allah iman kita semakin meningkat.Wallahu alam. Narasumber utama artikel ini: Agus Sukaca guskaca@gmail.com
Keterangan: Artikel Adab Bertamu ini rencananya terdiri dua tulisan. Bagian berikutnya menyusul, insya Allah. Masing-masing dapat dibaca terpisah, namun sesungguhnya saling melengkapi. Terima kasih.
Catatan akhir:
1 2

HR Ahmad (Kitab Ahmad). HR Bukhari dan Muslim dari Ibu Abbas. 3 HR Bukhari dan Muslim dari Aisyah. 4 Kitab Bukhari. 5 Kitab Abu Daud. 6 Kitab Malik. 7 Kitab Ahmad. 8 Kitab Muslim. 9 HR Muslim, Ahmad, Tirmidzi, Ibnu Majah, adDarimi. 10 Al-Adab as-Syariyah dalam Ringkasan Kitab Adab oleh Fuad bin Abdul Aziz asy-Syalhub.

EDISI 12/2013

25

Tuntunan Ibadah

ulan (ama56an Sebagai

S7a6run Mubara"un
Pendahuluan rang-orang yang beriman sudah sepantasnya menyambut bulan Ramadhan dengan penuh rasa syukur disertai harapan dan kecemasan (raghaban wa rahaban). Bersyukur karena akan memperoleh anugerah Allah SWT dalam bulan yang penuh barakah. Berharap agar selalu diberi maunah dan taufiq oleh Allah SWT, hingga mampu meraih keberkahan Ramadlan melalui amalan yang dituntunkan, agar kelak dapat masuk surga. Namun, dibalik itu terselip perasaan cemas, kiranya tidak lagi berkesempatan memasuki Ramadhan karena ajal keburu menjemput. Atau, berkesempatan memasuki Ramadhan namun tidak mampu memanfaatkannya disebabkan godaan duniawi yang masih menyelimuti, hingga Ramadlan berlalu tanpa pengaruh yang berarti. Marhaban Ya Ramadlan, kalimat ini digunakan untuk menyambut datangnya bulan Ramadhan. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata marhaban diartikan sebagai kata seru untuk menyambut atau menghormati tamu, artinya

selamat datang. Marhaban, dalam bahasa Arab, terambil dari kata rahb yang berarti luas atau lapang, sehingga marhaban menggambarkan bahwa tamu disambut dan diterima dengan dada lapang, penuh kegembiraan serta dipersiapkan ruang yang luas untuk melakukan apa saja yang diinginkan. Dari akar kata yang sama dengan marhaban, terbentuk kata rahbat yang bermakna ruangan luas untuk kendaraan, untuk memperoleh perbaikan atau kebutuhan pengendara guna melanjutkan perjalanan. Marhaban ya Ramadhan, mengandung makna bahwa kita menyambutnya dengan lapang dada, penuh kegembiraan; tidak menggerutu dan menganggap kehadirannya mengganggu ketenangan atau kenyamanan kita. Marhaban ya Ramadhan, kita ucapkan karena kita berharap agar jiwa raga kita diasah dan diasuh guna melanjutkan perjalanan menuju Allah SWT. Itulah sebabnya, mengapa Rasulullah SAW menyebut bulan Ramadhan dengan istilah syahrun mubarakun (bulan penuh barakah), karena di dalamnya

26

Berkala Tun unan ISLAM

ramadhan-kareem_123rf.com

terdapat sejumlah keistimewaan yang tidak terdapat di luar bulan Ramadhan. Syahrun Mubarakun Ramadhan sebagai bulan barakah dijelaskan Rasulullah SAW dalam hadits:

sederet kebaikan yang akan dianugerahkan Allah SWT kepada orang-orang yang berhak menerimanya. Berikut akan dinukil sejumlah keberkahan bulan Ramadhan berdasarkan hadits yang disebut di atas. Pertama Keuntungan Berpuasa Umat Islam diwajibkan berpuasa Ramadhan agar memperoleh beberapa keuntungan, yakni: 1. Puasa dapat mengantarkan seseorang kepada derajat Muttaqin, sesuai firman Allah SWT:

Diriwayatkan dari Abu Hurairah RA: bersabda Rasulullah SAW: Telah datang kepadamu bulan yang penuh berkah, Allah telah mewajibkan kepadamu untuk berpuasa, telah dibuka di bulan ini pintu-pintu langit, dan pintupintu neraka ditutup, para setan dibelenggu. Demi Allah, di bulan ini ada suatu malam yang nilainya lebih baik dari seribu bulan. Barangsiapa diharamkan kebaikannya (tidak melakukan amal kebaikan), sungguh telah diharamkan (tidak mendapat kebaikan di bulan lain seperti di bulan ini). ( HR. Ahmad, Nasai dan Baihaqy. Hadits Shahih Lighairihi). Kata barakah berasal dari bahasa Arab: , secara bahasa berarti: tambahan dan perkembangan dalam kebaikan (az-ziyadah wa an-nama fi al-khair). Secara istilah, menurut ArRaghib, barakah berarti: tetapnya kebaikan Allah pada sesuatu. Bulan Ramadhan disebut bulan barakah disebabkan di dalamnya terdapat

Hai orang-orang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertaqwa. (QS alBaqarah: 183) Bagi orang yang bertakwa, Allah menjanjikan kepada mereka, antara lain: diberikan berbagai kemudahan, rezeki yang tidak diduga-duga kedatangannya, kepada mereka diberikan jalan keluar dari kesulitan dan ketenangan jiwa serta terhindar dari perasaan takut dan rasa khawatir. (Lihat QS at-Thalaq, 65: 3, al-Anfal, 8: 35, dan lain-lain.) 2. Puasa disebut oleh Allah sebagai ibadah milik-Nya. Allah akan memberikan pahala yang berlipat-lipat tanpa batas bagi orang yang melakukan puasa. Sabda Rasulullah SAW:
EDISI 12/2013

27

Allah Azza Wajalla berfirman: Setiap amalan anak Adam itu untuk dirinya, kecuali puasa. Itu milik-Ku dan Aku yang membalasnya karena ia (orang yang berpuasa) meninggalkan syahwat dan makanannya karena Aku. (HR Bukhari Muslim) Puasa dikatakan untuk Allah dalam arti untuk meneladani sifat-sifat Allah. Itulah subtansi puasa. Misalnya, Allah tidak makan, tapi memberi makan. Itu diteladani. Maka, ketika berpuasa kita tidak makan, tapi kita memberi makan. Kita dianjurkan untuk mengajak orang berbuka puasa. Ini tahap dasar meneladani Allah. Masih ada tahap lain yang lebih tinggi dari sekedar itu. Maha Pemurah adalah salah satu sifat Allah yang juga harus kita teladani. Maka dalam berpuasa, kita dianjurkan banyak bersedekah dan berbuat kebaikan. Allah Maha Mengetahui. Maka dalam berpuasa, kita harus banyak belajar. Belajar dengan cara banyak-banyak membaca al-Quran, membaca kitab-kitab yang bermanfaat, dan meningkatkan pengetahuan ilmiah. Sabda Nabi SAW:

berfirman kecuali puasa. Sesungguhnya puasa adalah milikku, Aku yang akan membalasnya (tanpa batas) (HR Bukhari Muslim). 3. Puasa Ramadhan dapat mendatangkan ampunan Allah. Karenanya dosadosa seseorang akan terhapus. Rasulullah SAW bersabda:

Barangsiapa berpuasa pada bulan Ramadhan karena keimanannya dan karena mengharap ridha Allah, maka dosa-dosa sebelumnya diampuni. (HR Bukhari Muslim dan Abu Dawud) Mengenai apa macam dosa yang diampuni, terdapat hadis yang menyatakan bahwa yang bisa diampuni oleh beberapa jenis ibadah tersebut adalah dosa-dosa kecil. Hadis dimaksud adalah:

Setiap amal anak keturunan Adam akan dilipatgandakan. Tiap satu kebaikan digandakan menjadi sepuluh hingga tujuh ratus lipat. Allah taala
28
Berkala Tun unan ISLAM

Diriwayatkan dari Abi Hurairah ra, bahwa Rasulullah SAW telah bersabda: Shalat lima waktu, shalat Jumat sampai shalat Jumat berikutnya, puasa Ramadhan sampai puasa Ramadhan berikutnya, adalah menutup dosa-dosa (kecil) yang diperbuat diantara keduanya, apabila dosa-dosa besar dijauhi. (HR Muslim) Ibnu Abdil-Barr (w. 463/1071), seorang ulama besar dari Cordova, Spanyol menegaskan dalam kitabnya At-

Tamhid, bahwa memang ada beberapa orang ahli ilmu pada zaman ini yang berpendapat dapat menghapus dosa-dosa besar. Akan tetapi ia mengomentari pendapat tersebut dengan agak keras dengan menyatakannya sebagai pendapat jahil dan menyetujui ajaran Murjiah. Dari uraiannya yang panjang dapat pula dipahami bahwa dosa yang disengaja tidak dapat ditutupi oleh hikmah ibadah. Dosa-dosa besar dan disengaja dapat diampuni apabila pelakunya bertobat nasuha dengan menyesalinya dan memperbaiki diri serta bertekad untuk tidak mengulangi lagi (AtTamhid, IV: 44-49). 4. Puasa Ramadhan dapat menjadi penolong (syafaat) bagi seorang hamba kelah di kemudian hari.

5. Puasa Ramadhan akan mengantarkan seseorang untuk masuk surga dan menjauhkannya dari neraka.

Dari Abu Umamah, saya berkata: Ya Rasulullah, beritahukan kepadaku amalan yang akan mengantarkanku masuk surga. Beliau menjawab: Engkau wajib berpuasa, sesungguhnya puasa tidak ada tandingannya, atau ia bersabda: Tidak ada yang semisalnya. Hadis dari Abu Said Al-Khudri secara marfu:

Dari Abdullah bin Umar, Rasulullah SAW bersabda, Puasa dan al-Quran keduanya akan memberi syafaat kepada seorang hamba pada hari kiamat. Puasa berkata: Ya Allah, aku telah menghalanginya dari makanan dan syahwatnya, maka berilah aku hak syafaat untuknya. Al-Quran juga berkata: Ya Allah, aku telah menghalanginya dari tidur di waktu malam, maka berikan padaku syafaat untuknya. Lalu keduanya diizinkan untuk memberi syafaat. (HR Ahmad dan Hakim).

Tidaklah seorang hamba itu berpuasa sehari di jalan Allah kecuali karenanya Allah akan menjauhkan wajahnya dari neraka, dengan sehari itu, sejauh 70 tahun perjalanan. (HR Bukhari dan Muslim)

Sesungguhnya di surga itu ada sebuah pintu yang disebut rayyan yang akan dilewati oleh orang-orang yang berpuasa pada hari kiamat nanti, tidak diperbolehkan seseorang melewatinya selain mereka. Ketika mereka dipangEDISI 12/2013

29

gil, mereka akan segera bangkit dan masuk semuanya kemudian ditutup. (HR. Bukhari) Hadits tersebut menerangkan keutamaan puasa dan kedudukan orangorang yang berpuasa di sisi Allah. Atas keikhlasan dan kesabaran mereka dalam berpuasa, dengan menahan lapar dan dahaga, mengendalikan hawa nafsu. Maka Allah SWT mengistimewakannya dengan memasukkan mereka ke dalam surga melalui pintu khusus yang bernama ar-Rayyan. Kata ini berasal dari bentuk ar-Ray yang berarti pengairan, segar, dan juga pemandangan yang indah. Nama ar-Rayyan ini, sesuai keadaan orang-orang puasa yang menahan dirinya dari makan dan minum. Karena hal ini yang lebih dirasakan oleh orangorang yang sedang berpuasa dibanding rasa lapar. 6. Puasa menyebabkan doa seseorang dikabulkan oleh Allah SWT. Rasulullah SAW bersabda:

7. Puasa menjadi pengendali gejolak hawa nafsu, terutama nafsu seksual. Rasulullah SAW bersabda:

Barangsiapa telah mampu memberikan nafkah, hendaklah menikah. Karena menikah itu paling (mampu) menundukkan pandangan dan memelihara kemaluan. Dan barangsiapa belum mampu, maka ia harus puasa. Karena puasa mempunyai daya tekan nafsu seksual. (HR Bukhari) 8. Puasa berpengaruh bagi kesehatan. Sudah banyak bukti bahwa puasa dapat meningkatkan kesehatan. Misalnya, dengan puasa maka organ-organ pencernaan dapat beristirahat. Pada hari biasa alat-alat pencernaan di dalam tubuh bekerja keras. Setiap makanan yang masuk ke dalam tubuh memerlukan proses pencernaan kurang lebih delapan jam. Empat jam diproses di dalam lambung dan empat jam di usus kecil. Jika malam sahur dilakukan pada pukul 04.00 pagi, berarti pukul 12 siang alat pencernaan selesai bekerja. Dari pukul 12 siang sampai waktu berbuka, kurang lebih selama enam jam, alat pencernaan mengalami istirahat total. Berdasarkan penelitian dari para ahli kesehatan, ternyata dengan berpuasa sel darah putih meningkat pesat sekali. Penambahan ini secara otomatis akan meningkatkan sistem kekebalan tubuh. Di dalam tubuh manusia terdapat parasit-parasit yang menumpang makan

Ada tiga orang yang tidak ditolak doanya, yaitu: pemimpin yang adil , orang yang berpuasa hingga berbuka puasa, dan orang teraniaya. Allah mengangkat doanya ke awan pada hari kiamat dan membukakan pintupintu langit. Dia berfirman: Demi kebesaran-Ku, engkau pasti Aku tolong meski tidak sekarang. (HR Ahmad dan Tirmidzi)
30
Berkala Tun unan ISLAM

dan minum. Dengan menghentikan pemasukan makanan, maka kuman-kuman penyakit seperti bakteri-bakteri dan selsel kanker tidak akan bisa bertahan hidup. Mereka akan keluar melalui cairan tubuh bersama sel-sel yang telah mati dan toksin. Manfaat puasa yang lain adalah membersihkan tubuh dari racun kotoran dan ampas, mempercepat regenasi kulit, menciptakan keseimbangan elektrolit di dalam lambung, memperbaiki fungsi hormon, meningkatkan fungsi organ reproduksi, meremajakan atau mempercepat regenerasi sel-sel tubuh, dan meningkatkan fungsi fisiologis organ tubuh. Kedua Pintu Neraka Ditutup Pintu-pintu langit dibuka, dan pintupintu neraka di tutup. Dalam Hadits lain yang diriwayatkan oleh Imam Muslim disebutkan pintu-pintu rahmat dibuka

Hadits-hadits di atas menunjukkan berkah ramadlan sebagai bulan diturunkan rahmat Allah bagi hamba-hambaNya yang menjalankan amaliah-amaliah masyruah di dalamnya. Rahmat yang tertinggi adalah terbuka pintu-pintu syurga dan dipersilahkan hamba-hamba Allah untuk memasukinya dan tertutup pintu-pintu neraka sehingga hamba-hambanya tidak akan memasukinya. Ketiga Setan-setan Dibelenggu Ada beberapa penjelasan dari para ulama mengenai maksud dari perkataan Rasulullah SAW bahwasanya setan-setan dibelenggu pada bulan suci Ramadhan: Pertama, Al-Hulaimi berpendapat bahwa yang dimaksud dengan setansetan di sini adalah setan-setan yang suka mencuri berita dari langit saja yang terjadi di waktu malam bulan Ramadhan karena pada zaman turunnya al-Quran mereka pun terhalangi untuk melakukan hal tersebut dan dengan adanya belenggu tersebut, maka akan menambah penjagaan (sehingga setan-setan tersebut tidak mampu melakukannya lagi). Kedua, setan tidak bisa leluasa untuk mengganggu dan mencelakakan manusia tidak seperti biasanya, karena manusia sibuk dengan shaum, membaca alQuran dan berdzikir. Ketiga, yang dibelenggu hanya sebagiannya saja, yaitu setan-setan yang membangkang sebagaimana dijelaskan oleh hadis yang diriwayatkan oleh Ibnu Huzaimah, Nasai, Tirmidzi, Ibnu Majah dan al-Hakim, dari Abu Hurairah RA. Rasulullah SAW bersabda: Pada maEDISI 12/2013

Apabila Ramadhan telah tiba, maka pintu-pintu surga akan dibuka, lalu pintu-pintu neraka ditutup dan syetansyetan pun akan dirantai. Sedangkan dalam Hadits yang diriwayatkan oleh Imam Nasai disebutkan dibuka pintu-pintu surga. Sabda Nabi:

Sekarang tiba bulan Ramadlan, karenanya pintu-pintu surga dibuka, pintu-pintu neraka ditutup dan setansetan di rantai

31

lam pertama bulan Ramadhan setansetan dibelenggu. Yaitu setan-setan yang membangkang. Keempat, yang dimaksud dengan dibelenggu adalah suatu ungkapan akan ketidakmampuan setan untuk menggoda dan menyesatkan manusia. Keempat Turun Lailatul Qodar Pada bulan Ramadhan Allah menurunkan satu malam yang sangat mulia. Allah menjelaskan malam itu nilainya lebih dari seribu bulan. Allah SWT berfirman:

harap (pahala dari Allah), niscaya diampuni dosa-dosanya yang telah lalu. (HR Muttafaq Alaih). Malam Lailatul Qodar, berdasarkan hadits Nabi SAW, terdapat pada malammalam ganjil di sepuluh malam terakhir, Karena itu, seyogyanya seorang muslim yang mengharap rahmat Allah dan takut akan siksa-Nya, memanfaatkan kesempatan pada malam-malam itu untuk lebih meningkatkan kesungguhannya dalam beribadah kepada Allah, membaca alQuranul Karim, dzikir, doa, istighfar dan taubat yang sebenar-benarnya. Kelima Turun al-Quranul Karim Diantara barakah bulan Ramadlan adalah diturunkannya al-Quranul karim, sebagaimana firman Allah SWT:

1. Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (al-Quran) pada malam kemuliaan (lailatul qadar). 2. Dan tahukah kamu apakah malam kemuliaan itu? 3. Malam kemuliaan itu lebih baik dari seribu bulan. 4. Pada malam itu turun malaikat-malaikat dan Malaikat Jibril dengan izin Tuhan-nya untuk mengatur segala urusan. 5. Malam itu (penuh) kesejahteraan sampai terbit fajar. (QS al-Qadr, 97: 1-5). Lailatul qadar disebut sebagai malam kemuliaan karena malam itulah awal alQuran diturunkan; dan banyak anugerah Allah pada malam itu. Sabda Nabi:

(Beberapa hari yang ditentukan itu ialah) bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) alQuran sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang bathil). (QS alBaqarah, 2: 185)

Barangsiapa mendirikan shalat pada Lailatul Qadar karena iman dan meng32
Berkala Tun unan ISLAM

Ini adalah sebuah kitab, yang Kami turunkan kepadamu penuh dengan barakah, agar mereka merenungkan ayat-ayat-Nya dan hendaknya orang-

orang yang cerdik (Ulul albab) mau mengingat-ingatnya. (QS Shaad, 38: 29) Allah SWT menyebut al-Quran sebagai kitab yang penuh barakah, karena dengan al-Quran akan didapat berbagai kebaikan bagi kehidupan manusia di dunia dan akhirat. Di antara barakah al-Quran ialah sebagai pelajaran, penawar penyakit hati, petunjuk dan rahmat dari Tuhan Penguasa sekalian alam. Firman Allah:

Dari Abu Umamah RA., ia berkata: aku mendengar Rasulullah SAW bersabda: Bacalah al-Qur`an, karena ia akan datang memberi syafaat kepada para pembacanya pada hari kiamat nanti. (HR Muslim) Persiapan Menjelang Ramadhan Sebelum memasuki bulan Ramadhan sebaiknya dilakukan berbagai persiapan, antara lain: Pertama , persiapan rukhiyah. Caranya, dengan memperkokoh iman sebagai landasan beribadah kepada Allah SWT. Iman yang kokoh akan melahirkan: mahabbatullah (mencintai Allah), dan ar-raja wal khouf (berharap dan takut) kepada Allah. Dengan ketiga perasaan tersebut, insya Allah kita akan mampu beribadah secara ikhlas, bersungguhsungguh, istiqomah dan khusyu. Kedua, persiapan amaliyah. Caranya dengan memperbanyak puasa Sunnah di bulan Syaban. Dasarnya hadits berikut:

Hai manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu pelajaran dari Tuhanmu dan penyembuh bagi penyakitpenyakit (yang berada) dalam dada dan petunjuk serta rahmat bagi orangorang yang beriman. (QS Yunus 57) Di antara berkah Al-Quran, jika ia dibaca akan mendatangkan pahala yang besar, setiap hurufnya diberikan pahala sepuluh kali. Sabda Nabi SAW:

Barangsiapa membaca satu huruf dari Kitabullah (al-Qur`an), maka baginya satu (pahala) kebaikan dan satu kebaikan akan dilipatkan menjadi sepuluh kali, aku tidak mengatakan ALIF LAAM MIIM itu satu huruf, akan tetapi ALIF satu huruf, LAAM satu huruf dan MIIM satu huruf. (HR Turmudzi) Dalam kesempatan lain, Nabi SAW menjelaskan bahwa al-Quran kelak di hari kiamat akan dapat memberi syafaat bagi para pembacanya. Hadits Nabi:

Dari Aisyah RA (diriwayatkan bahwa) ia berkata: ...Saya tidak pernah melihat Rasulullah SAW berpuasa sebulan penuh selain bulan Ramadhan. Juga saya tidak pernah melihat beliau banyak berpuasa kecuali di bulan Syaban. (Muttafaq Alaih).
EDISI 12/2013

33

Anda belum bisa ceramah? Anda belum bisa pidato? Itu bukan penghalang untuk berdakwah!
Anda bisa berdakwah dengan cara memberikan Berkala TUNTUNAN ISLAM kepada teman, kerabat, tetangga, saudara dan handai taulan... Selain berpuasa, hendaklah seseorang memperbanyak amaliah-amaliah masyruah seperti rajin shalat jamaah, memperbanyak shadaqah, tadarus al-Quran, menjauhi perbuatan-perbuatan tercela dan tidak bermanfaat, dan lain-lain. Ketiga, persiapan ilmiah. Persiapan ini dilakukan dengan cara melakukan kajian-kajian keilmuan, misalnya menghadiri majelis-majelis ilmu atau membaca buku tentang berbagai tema keagamaan terutama seputar ibadah-ibadah di bulan Ramadhan. Dengan demikian, seseorang akan berhasil menjaga amaliahnya berdasarkan ilmu yang diketahuinya dan sesuai tuntunan Rasulullah SAW. Sebaliknya, ia akan terhindar dari sikap taqlid maupun mengada-ada dalam beribadah (bidah). Allah melarang seseorang melakukan sesuatu tanpa didasari ilmu. Nabi SAW melarang melakukan tatacara ibadah yang tidak dituntunkan Allah.

Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungan jawabnya. (QS al-Isra 36)
34
Berkala Tun unan ISLAM

Dan jauhilah perkara-perkara yang diada-adakan. Karena setiap bidah adalah tersesat. (HR At-Thabrani) Keempat, persiapan fisik. Persiapan fisik perlu dilakukan baik yang menyangkut diri pribadi maupun sarana dan prasarana yang diperlukan. Puasa adalah ibadah fisik, sebab untuk dapat melaksanakan ibadah ini dibutuhkan fisik yang sehat, tidak sedang sakit, juga bekal yang memadai, seperti makanan untuk sahur dan berbuka. Lebih-lebih untuk melakukan ibadah-ibadah di bulan Ramadlan seperti, shalat tarwih, bersedakah, dan lain-lain. Oleh karenanya diperlukan persiapan diri seperti menjaga kesehatan dengan memperbanyak olahraga atau menambah konsumsi vitamin; menyiapkan persediaan makanan dan lain-lain. Sedangkan untuk persiapan sarana-prasarana seperti tempat-tempat ibadah, majelis-majelis ilmu diperlukan usaha-usaha pengadaan atau pembenahan-pembenahan.
Narasumber utama artikel ini: Zaini MunirFadloli

7 Amalan 'tama (ama56an


PERTAMA: SHIYAM maliah terpenting pada bulan Ramadhan adalah shiyam (puasa), sebagaimana firman Allah: Hai orang-orang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertaqwa. (QS alBaqarah: 183) Nabi SAW juga bersabda: Islam dibangun di atas lima perkara: Syahadat laa ilaha illallah dan kesaksian bahwa Muhammad adalah Rasulullah, menegakkan shalat, menunaikan zakat, haji, dan berpuasa Ramadhan. (HR. Al-Bukhari dan Muslim dari Ibnu Umar) Mengenai keutamaan puasa, Nabi SAW bersabda:

Dari Abu Umamah, berkata: Ya, Rasulullah, beritahukan kepadaku amalan yang akan mengantarkanku masuk surga. Beliau menjawab: Engkau wajib berpuasa, sesungguhnya puasa tidak ada tandingannya, atau beliau bersabda, tidak ada semisalnya. Dari Abu Said Al-Khudri secara marfu:

Setiap amal anak Adam kebaikannya dilipatgandakan menjadi 10 sampai 700 kali lipat. Allah Taala berfirman: Kecuali puasa, sesungguhnya ia adalah (khusus) bagi-Ku dan Aku yang akan memberikan pahalanya, ia (orang yang berpuasa) meninggalkan syahwatnya dan makanannya karena Aku . (Lafazh hadits dari Imam Muslim)

Tidaklah seorang hamba berpuasa sehari di jalan Allah kecuali karenanya Allah akan menjauhkan wajahnya dari neraka sejauh 70 tahun perjalanan. (HR. Al-Bukhari) Berkaitan dengan amaliah ini, hendaklah diperhatikan hal-hal berikut: 1. Melaksanakan puasa dengan sungguh-sungguh, didasari iman dan mengharap pahala Allah. RasulullahSAW bersabda:

Barangsiapa berpuasa pada bulan Ramadhan karena keimanannya dan


EDISI 12/2013

35

karena mengharap ridha Allah, maka dosa-dosa sebelumnya diampuni. (HR Bukhari Muslim dan Abu Dawud), 2. Tidak meninggalkan puasa tanpa sebab-sebab yang dibenarkan Puasa Ramadhan merupakan ibadah yang mesti ditunaikan, tanpa uzur syari (halangan yang bisa dibenarkan menurut syariat), maka seorang muslim tidak boleh meninggalkan puasa. Ini merupakan dosa yang sangat besar sehingga tidak bisa ditebus meskipun seseorang berpuasa sepanjang masa. 3. Melaksanakan puasa sesuai aturan yang telah ditetapkan Ibadah puasa merupakan ibadah yang harus dilaksanakan sesuai dengan ketentuan yang harus dipatuhi, meliputi: syarat sah puasa, rukun puasa, pembatal puasa dan lain-lain. 4. Menjaga puasa dari hal-hal yang dapat membatalkan/merusak pahalanya Puasa merupakan pendidikan untuk menahan diri dari hal-hal yang tidak benar, bila hal itu tidak bisa ditinggalkan, maka tidak ada nilai atau paling tidak berkurang nilai ibadah seseorang Rasulullah SAW bersabda:

perkataan bohong dan suka mengerjakannya, maka Allah tidak memandang perlu orang itu meninggalkan makan dan minumnya. (HR. alKhamsah). 5. Melakukan hal-hal yang dianjurkan seperti: bersegera berbuka, mengakhirkan waktu sahur, dll. KEDUA: SHALAT TARAWIH ara ulama sepakat bahwa shalat Qiyamu Ramadhan (Tarawih) itu disyariatkan. Nabi Muhammad SAW menganjurkan agar kita menghidupkan malam Ramadhan dengan memperbanyak shalat tersebut di sepanjang malam. Dasarnya adalah hadits Nabi SAW:

Dari Abu Hurairah RA, ia berkata: Rasulullah SAW telah bersabda: Barangsiapa yang tidak meninggalkan
36
Berkala Tun unan ISLAM

Dari Abu Hurairah r.a., berkata: Rasulullah SAW menganjurkan (shalat) qiyam Ramadhan kepada mereka (para shahabat), tanpa perintah wajib. Beliau bersabda: Barangsiapa mengerjakan (shalat) qiyam Ramadhan karena iman dan mengharap pahala, niscaya diampuni dosanya yang telah lalu. [HR. Bukhari dan Muslim]. Dalam melaksanakan Shalat Qiyam Ramadhan, hendaklah dicontoh tata cara shalat Nabi Muhammad SAW, baik mengenai jumlah rakaatnya maupun kualitasnya. Nabi melaksanakan shalat

Qiyam Ramadhan sebanyak 11 rakaat dengan cara yang bervariasi, yakni jumlah rakaat 4+4+3, atau 2+2+2+2+2+1 atau dengan cara lain.

Dalam hadits lain disebutkan:

Dari Aisyah ra. Diriwayatkan bahwa ketika ditanya tentang shalat Nabi di bulan Ramadhan Aisyah berkata: Pada bulan Ramadhan maupun yang lainnya, Nabi tidak pernah melakukan shalat lebih dari sebelas rakaat. Nabi SAW kerjakan empat rakaat, jangan engkau tanyakan tentang elok dan lamanya, kemudian Nabi kerjakan lagi empat rakaat dan jangan engkau tanyakan tentang elok dan lamanya. Lalu Nabi kerjakan shalat tiga rakaat. (HR. Bukhari dan Muslim).

Dari Aisyah isteri Nabi SAW, dia berkata; Rasulullah SAW pernah shalat antara habis shalat isya yang biasa disebut atamah hingga waktu fajar. Beliau melakukan sebelas rakaat, setiap dua rakaat beliau salam, dan beliau juga melakukan witir satu rakaat. Jika muadzin shalat fajar telah diam, dan fajar telah jelas, sementara muadzin telah menemui beliau, maka beliau melakukan dua kali rakaat ringan, kemudian beliau berbaring diatas lambung sebelah kanan hingga

Tut$rial

ela8ar klasikal

privat/

Al-)ur1an
Program: Belajar membaca, menerjemah Metode 10 jam Am m&acaB & Metode al-Khomsah A$ r- mahB L#A Al-3a56l Yogyakarta

DIONS Agency
Pleret, Banguntapan, Bantul DIY

menyediakan: Berbagai buku agama, majalah Islam, LKS SD & SMP, dll.

$umardiyono

Distributor

Berkala Tun unan ISLAM


wilayah Jogja Timur, dsk.

08 !"#$80"%%&#
Anda Menelpon Kami Datang
EDISI 12/2013

37

datang muadzin untuk iqamat . (Shahih Muslim) Dengan memperhatikan tatacara shalat Nabi Muhammad SAW sebagaimana diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim, semestinya kita meneladani beliau baik menyangkut jumlah rakaatnya maupun kualitasnya, yakni melaksanakan shalat sebanyak 11 rakaat dengan amat bagus dan lama. KETIGA: TADARUS amadhan adalah bulan diturunkan al-Quran, untuk menjadi pedoman manusia dalam segala macam aktifitasnya di dunia. Allah SWT berfirman:

Bulan Ramadhan, yang di dalamnya diturunkan al-Quran sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasanpenjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang bathil). (QS al-Baqarah: 185) Dalam sebuah Hadits dijelaskan bahwa setiap bulan Ramadhan Rasulullah SAW melakukan tadarus alQuran bersama Malaikat Jibril

Dari Ibnu Abbas r.a. (diriwayatkan bahwa) ia berkata: Rasulullah SAW adalah orang yang paling dermawan, apalagi pada bulan Ramadhan, ketika ditemui oleh Malaikat Jibril pada setiap malam bulan Ramadhan, dan mengajaknya membaca dan mempelajari al-Quran. Ketika ditemui Jibril, Rasulullah lebih dermawan daripada angin yang ditiupkan. (Muttafaq Alaih). Oleh karena itu, pada bulan ini umat Islam harus benar-benar berinteraksi dengan al-Quran untuk meraih keberkahan hidup dan meniti jenjang menuju umat terbaik dengan petunjuk alQuran. Berinteraksi dalam arti hidup dalam naungan al-Quran baik secara tilawah (membaca), tadabbur (memahami), hifzh (menghafalkan), tanfidzh (mengamalkan), talim (mengajarkan) dan tahkiim (menjadikannya sebagai pedoman). Rasulullah SAW bersabda:

Sebaik-baiknya kamu orang yang mempelajari al-Quran dan yang mengajarkannya. (HR Bukhari) Dalam hadits lain disebutkan:

38

Berkala Tun unan ISLAM

Dari Abdullah bin Umar, Rasulullah SAW bersabda, Puasa dan al-Quran akan memberi syafaat kepada seorang hamba pada hari kiamat. Puasa berkata, Ya Allah, saya telah menghalanginya dari makanan dan syahwatnya, maka berilah aku hak syafaat untuknya. Al-Quran berkata, Ya Allah, aku telah menghalanginya dari tidur di waktu malam, maka berilah aku hak syafaat untuknya. Lalu keduanya diizinkan untuk memberi syafaat. (HR Ahmad & Hakim). KEEMPAT: SHADAQAH adits riwayat Bukhari dan Muslim di atas menyebutkan bahwa Rasulullah SAW pada bulan Ramadhan menjadi orang yang paling dermawan melebihi kedermawanannya di bulan-

bulan lain. Karenanya kita mesti mencontoh beliau, di bulan yang penuh barakah ini kita perbanyak bersadaqah dengan menyisihkan sebagian harta kita untuk dikeluarkan bagi kepentingan sabilillah atau membantu kaum fuqara dan masakin. Rasulullah SAW bersabda:

Maukah kamu aku tunjukkan pada pintu-pintu kebaikan? Puasa adalah perisai dan sedekah akan memadamkan kesalahan seperti air memadamkan api, juga shalat seseorang pada pertengahan malam.

Pondok Pesantren dan Panti Asuhan An-Najwa

ikembangkan oleh Takmir Masjid An-Najwa dan Pimpinan Cabang Muhammadiyah Sewon Utara, Bantul, Ponpes ini tengah membangun gedung pondok pesantren dan panti asuhan di atas tanah wakaf seluas + 1.102 m2. Rencana pembangunan membutuhkan biaya sekitar Rp 2,3 milyar. Saat ini telah menghabiskan dana lebih dari Rp 280 juta. Ponpes dan Panti Asuhan An-Najwa beralamat di Dusun Kweni RT 02, Panggungharjo, Sewon, Jalan Bantul Km. 5 Yogyakarta. Panitia dan PCM Sewon Utara dengan ini mengharapkan bantuan dana zakat, infaq, shadaqah Bapak/Ibu/Saudara sekalian, yang dapat ditransfer melalui rekening BPD DIY Cabang Bantul Kantor Kas Sewon no. 004.211.022130 atas nama PONPES DAN PANTI ASUHAN AN-NAJWA. Jazakumullah khaira. KONTAK PERSON: Sukiman 0274-372787 Haryadi 087738316882. Siapakah yang mau memberi pinjaman kepada Allah, pinjaman yang baik (menafkahkan harta di jalan Allah), maka Allah akan melipatgandakan pembayarannya kepadanya dengan berlipat ganda yang banyak. ADS al2"aqarah% 493B
EDISI 12/2013

39

Salah satu bentuk shadaqah yang dianjurkan adalah memberi ifthar (makanan buka puasa) kepada orangorang yang berpuasa. Sabda Nabi:

Barangsiapa yang memberi ifthar kepada orang-orang yang berpuasa, maka ia mendapat pahala senilai pahala orang yang berpuasa itu, tanpa mengurangi pahala orang yang berpuasa tersebut (HR. Ahmad, Turmudzi dan Ibnu Majah). KELIMA: ITIKAF maliah utama lainnya yang dicontohkan Nabi Muhammad SAW di bulan Ramadhan adalah mendekatkan diri kepada Allah dengan cara itikaf di masjid. Hadist Nabi:

Nabi SAW beritikaf pada sepuluh hari terakhir dari Ramadhan hingga wafatnya, kemudian isteri-isteri beliau pun beritikaf setelah kepergian beliau. (HR Bukhari) Nabi beritikaf pada sepuluh hari terakhir dengan tujuan untuk mendapatkan lailatul qadar, untuk menghindar dari segala kesibukan dunia, sehingga mudah bermunajat dengan Rabbnya, banyak berdoa dan banyak berdzikir. KEENAM: DZIKIR, DOA DAN ISTIGHFAR ada bulan Ramadhan pahala amal kebaikan dilipatgandakan. Karena itu jangan membiarkan waktu sia-sia tanpa amal kebaikan. Diantara amal yang sangat penting dan berbobot tinggi, namun ringan dilakukan adalah memperbanyak dzikir, doa dan istighfar. Doa orangorang yang berpuasa sangat mustajab, maka perbanyaklah berdoa untuk kebaikan diri dan umat Islam, khususnya yang sedang ditimpa kesulitan dan musibah.

Dari Ibnu Umar RA (diriwayatkan bahwa) ia berkata: Rasulullah SAW selalu beritikaf pada sepuluh hari terakhir pada bulan Ramadhan. (Muttafaq Alaih). Waktu itikaf yang lebih afdhol adalah di akhir Ramadhan (10 hari terakhir), sebagaimana hadits Aisyah:

Tiga doa yang tidak ditolak; orang berpuasa hingga berbuka puasa, pemimpin yang adil dan doanya orang teraniaya. Allah mengangkat
40
Berkala Tun unan ISLAM

doanya ke awan dan membukakan pintu-pintu langit. Demi kebesaranKu, engkau pasti Aku tolong meski tidak sekarang. (HR Ahmad dan Tirmidzi). Doa pada Lailatul Qadar Lailatul Qadar (malam kemuliaan) merupakan salah satu keistimewaan yang Allah berikan kepada umat Islam melalui Nabi SAW. Malam ini nilainya lebih baik dari 1.000 (seribu) bulan biasa. Jika kita menghitungnya, ini berarti setara dengan 83 tahun! Malam kemuliaan itu waktunya dirahasiakan Allah SWT. Oleh karena itu Rasulullah menganjurkan untuk mencarinya. Rasulullah bersabda: Carilah di sepuluh terakhir bulan Ramadhan, dan carilah pada hari kesembilan, ketujuh dan kelima. Saya berkata, Wahai Abu Said, engkau lebih tahu tentang bilangan. Abu Said berkata: Betul. Tanya saya, Apa yang dimaksud dengan hari kesembilan, ketujuh dan kelima. Dia berkata:Jika sudah lewat 21 hari, maka yang kurang 9 hari, jika sudah 23 yang kurang 7 dan jika sudah lewat 5 yang kurang 5 hari" (HR Ahmad, Muslim, Abu Dawud dan AlBaihaqi) Ketika kita mendapatkannya atau memasuki hari-hari tersebut, Rasulullah SAW mengajarkan kita untuk membaca doa berikut:

Ya Allah, sesungguhnya Engkau Maha Pemaaf yang mencintai kemaafan, maka maaf kanlah daku. (Ibnu Majah) KETUJUH: UMRAH mrah pada bulan Ramadhan juga sangat baik dilaksanakan, karena akan mendapatkan pahala yang berlipatlipat, sebagaimana sabda Nabi kepada seorang wanita Anshor yang bernama Ummu Sinan:

Apabila datang bulan Ramadhan, hendaklah ia melakukan umrah, karena nilainya setara dengan haji. (HR Bukhari dan Muslim). Jadi, melaksanakan umrah di bulan Ramadhan ini keutamaannya setara ibadah haji. Diriwayatkan juga oleh dua imam hadits utama, Bukhari-Muslim, hadits yang lain sebagai berikut: Dari Ibnu Abbas RA, dikatakan bahwa Nabi SAW bersabda kepada seorang wanita Anshar, Apa yang menghalangimu untuk ikut berhaji bersama kami? Ia menjawab, Kami tidak memiliki kendaraan kecuali dua ekor unta yang dipakai untuk mengairi tanaman. Bapak dan anaknya berangkat haji dengan satu ekor unta dan meninggalkan satu ekor lagi untuk kami yang digunakan untuk mengairi tanaman. Nabi bersabda, Maka apabila datang Ramadhan,

EDISI 12/2013

41

berumrahlah. Karena sesungguhnya umrah di dalamnya menyamai ibadah haji. Dalam riwayat lain, disebutkan Nabi bersabda, Seperti haji bersamaku. Apa maksud sabda Nabi tersebut di atas? Apakah itu hanya berlaku untuk perempuan yang rela mengalah kepada suami dan anaknya untuk pergi haji itu? Ada tiga pendapat tentang ini. Pertama, hadits ini khusus untuk wanita yang diajak bicara oleh Nabi SAW. Kedua, keutamaan umrah ini bagi orang yang berniat haji, lalu ia tidak mampu mengerjakannya, dan kemudian ia menggantinya dengan umrah di bulan Ramadhan, sehingga ia mendapat pahala haji secara sempurna bersama Rasulullah SAW karena terkumpul dalam dirinya niat haji dalam pelaksanaan umrah. Ibnu Katsir dalam Tafsir Ibnu Katsir termasuk ulama yang menyimpulkan demikian.

Pendapat ketiga, yang dipegang Empat Imam Mazhab, meyakini bahwa keutamaan dalam hadits ini bersifat umum bagi setiap orang yang berumrah di bulan Ramadhan. Ini berlaku bagi semua orang. Penguat pendapat ketiga ini, antara lain: (1) Hadits-hadits seperti itu diriwayatkan oleh sejumlah sahabat. Dan mayoritas riwayat mereka tidak menyebutkan kisah wanita penanya yang ditinggal oleh suami dan anaknya itu. (2) Praktik kaum muslimin sepanjang masa dari kalangan sahabat, tabiin, hingga kini. Yakni sangat semangat melaksanakan umrah di bulan Ramadhan untuk mendapatkan pahala ini. Demikianlah, jika kita mampu, tentu sangat diutamakan untuk berumrah di Wallahu alam. *
b u l a n R a m a d h a n .

Narasumber utama artikel ini: Zaini Munir Fadloli

Dengan menerbitkan buku sendiri di Jiha Publishing, Anda akan mendapatkan pelayanan berikut: a. Editing profesional b. Tataletak yang indah dan rapi c. Desain cover yang elegan d. ISBN yang sudah siap pakai e. Cetak isi HVS 70 gram

efisien dan terjangkau

f. Cetak cover Ivory 230 gram dan laminasi doff.

Hubungi Kami: Gg. Gatotkoco RT.12 RW.03

08122744831
42
Berkala Tun unan ISLAM

No.267 Wirobrajan Yogyakarta fian_dj@yahoo.com

Tuntunan Muamalah

A"a5 9Tran%a"%i: 5alam I%lam


kad memiliki posisi dan peranan yang sangat strategis dalam berbagai persoalan muamalah. Bahkan akad dapat menjadi salah satu penentu sah atau tidaknya suatu transaksi. Akad yang telah terjadi mempunyai pengaruh (akibat hukum) yang sangat luas. Dengan sahnya akad sebuah kepemilikan bisa berpindah dari kepemilikan seseorang kepada pihak yang lain. Dengan akad pula dapat merubah suatu kewenangan, tanggung jawab dan kegunaan sesuatu. Atas dasar inilah kajian tentang akad menjadi sangat penting untuk diuraikan sebelum berbicara tentang berbagai persoalan muamalah dalam Islam. Pengertian Akad Dalam al-Qamus al-Muhith dan Lisan al-Arab dijelaskan: Akad menurut bahasa berarti ikatan atau tali pengikat. Pengertian akad secara hakiki (hissy) ini kemudian digunakan untuk sesuatu yang bersifat asbstrak berupa ucapan dari kedua belah pihak yang sedang berdialog atau berkomunikasi. Secara bahasa akad adalah:

Ikatan antara pihak-pihak, baik ikatan itu secara konkret (hissy/hakiki) atau secara abstrak (maknawi) yang berasal dari satu pihak atau kedua belah pihak. Dari sinilah kemudian akad diterjemahkan secara bahasa sebagai; menghubungkan antara dua perkataan, yang di dalamnya masuk juga pengertian janji dan sumpah, karena sumpah menguatkan niat orang yang berjanji untuk melaksanakan isi sumpah atau meninggalkannya. Sedangkan secara terminologi fikih, akad terbagi dua yaitu pengertian umum dan pengertian khusus. Akad dalam pengertian umum adalah:

Segala yang diinginkan manusia untuk mengerjakannya baik bersumber dari keinginan pribadi seperti waqaf atau bersumber dari dua pihak seperti jual-beli. Akad dengan makna luas ini dijelaskan dalam firman Allah SWT;

EDISI 12/2013

43

Hai orang-orang yang beriman, penuhilah aqad-aqad itu. (Qs. al- Maidah, 5: 1) Akad dalam pengertian khusus adalah:

Pertalian ijab (pernyataan melakukan ikatan) dan qabul (pernyataan penerimaan ikatan) sesuai dengan kehendak syariat yang berpengaruh pada sesuatu perikatan. Dalam ungkapan lain para ulama fikih menyebutkan bahwa akad adalah setiap ucapan yang keluar sebagai penjelasan dari kedua keinginan yang ada kecocokan. Sedangkan Mustafa Ahmad AzZarqa, menyatakan bahwa tindakan hukum (action) yang dilakukan manusia terdiri atas dua bentuk, yaitu: tindakan (action) berupa perbuatan dan tindakan berupa perkataan. Pernyataan pihak-pihak yang berakad itu lalu disebut dengan ijab dan qabul. Ijab adalah pernyataan pertama yang dikemukakan oleh salah satu pihak, yang mengandung keinginan secara pasti untuk mengikatkan diri. Sedangkan qabul adalah pernyataan pihak lain setelah ijab yang menunjukkan persetujuannya untuk mengikatkan diri dalam sebuah transaksi atau ikatan bisnis. Sementara Abu Bakar al-Jashshash memaknai akad sebagai: setiap sesuatu yang diikatkan oleh seseorang terhadap satu urusan yang akan dilaksanakannya atau diikatkan kepada orang lain untuk dilaksanakan secara wajib (seperti; akad
44
Berkala Tun unan ISLAM

nikah, akad sewa menyewa, akad jual beli dan lainnya). Menurut beliau, sesuatu dinamakan akad, karena setiap pihak telah memberikan komitmen untuk memenuhi janjinya di masa mendatang. Lebih jauh lagi, sumpah juga dapat dikategorikan sebagai akad, karena pihak yang bersumpah telah mengharuskan dirinya untuk memenuhi janjinya baik dengan berbuat atau meninggalkan. Maka perkongsian (syirkah/koperasi), bagi hasil (mudharabah) dan lainnya dinamakan akad, karena kedua belah pihak memiliki kewajiban untuk melaksanakan janjinya seperti yang telah diisyaratkan oleh kedua belah pihak tentang pembagian keuntungan. Demikian pula setiap syarat yang ditetapkan oleh seseorang bagi dirinya untuk melakukan sesuatu di masa mendatang juga dapat disebut akad. Sementara sebagian ulama fikih membedakan antara akad dengan janji. Mereka mendefinisikan akad sebagai ucapan yang keluar untuk menggambarkan dua keinginan yang ada kecocokan, sedangkan janji merupakan komitmen dari satu pihak yang berkeinginan. Dengan landasan ini Ath-Thusi membedakan antara akad dan janji, karena akad mempunyai makna meminta diyakinkan atau ikatan, ini tidak akan terjadi kecuali dari dua belah pihak, sedangkan janji dapat dilakukan oleh satu orang saja. Dari ulasan di atas dapat disimpulkan bahwa makna akad secara syari yaitu; hubungan antara ijab dan qabul dengan cara yang dibolehkan oleh syariat yang mempunyai pengaruh secara langsung terhadap sesuatu yang diikatkan atau di-

transaksikan. Artinya, bahwa akad termasuk dalam kategori hubungan yang mempunyai nilai menurut pandangan syara antara dua orang sebagai hasil dari kesepakatan antara keduanya yang selanjutnya disebut ijab dan qabul. Jika terjadi ijab dan qabul dan terpenuhi semua syarat yang ada, maka syara akan menganggap ada ikatan di antara keduanya dan akan terlihat hasilnya pada sesuatu yang diakadkan, baik berupa harta yang menjadi tujuan kedua belah pihak atau persoalan lainnya. Jika akad sudah ditunaikan, akan berdampak pada terjadinya perubahan hak kepemilikan seperti pada transaksi jual beli yaitu dari pihak penjual ke pihak pembeli atau sebaliknya. Begitu pula dalam berbagai contoh akad muamalah pada umumnya. Syarat-Syarat Akad Akad merupakan sesuatu yang sangat penting, karena dengan akad dapat diketahui maksud setiap pihak yang melakukan transaksi. Bentuk atau ungkapan akad (shighat al-aqd) diwujudkan dalam bentuk ijab dan qabul. Terkait dengan ijab dan qabul ini, para ulama fikih memberikan beberapa syarat umum sahnya suatu akad, yaitu: 1. Pihak-pihak yang melakukan akad (al-aqid) adalah orang yang cakap bertindak (baligh, berakal sehat, tidak dalam kondisi pailit atau tertekan, dan sesuatu yang diakadkan merupakan kewenangannya). Jika seseorang dianggap belum cakap seperti anak kecil, maka akad dapat diwakilkan atau dilakukan oleh walinya.

2. Obyek Akad (Maqud alaih) berupa sesuatu yang diperbolehkan dan memiliki nilai manfaat menurut pandangan syariat serta bukan sesuatu yang dilarang atau diharamkan. 3. Tujuan yang terkandung dalam pernyataan (al-aqd) itu jelas, sehingga dapat dipahami jenis akad yang dikehendaki, karena akad-akad itu sendiri berbeda dalam sasaran dan hukumnya. 4. Adanya kesesuaian antara ijab dan qabul. 5. Pernyataan ijab dan qabul mengacu kepada kehendak dari masing-masing pihak secara pasti (tidak ragu-ragu). Macam-Macam Akad Dasar hukum dari muamalah adalah kemubahan (kebolehan), selama hal tersebut selaras dan tidak bertentangan dengan syariat dan tujuan disyariatkan sesuatu (maqashid al-syariah). Sebagaimana kaidah yang berbunyi;

Pada dasarnya segala sesuatu dalam muamalah hukumnya boleh (mubah), kecuali terdapat dalil yang menunjukkan arti sebaliknya (keharamannya). Atas dasar itulah, berbagai bentuk transaksi atau akad yang selaras dengan hukum agama dapat diakomodir menjadi alternatif dalam melakukan transaksi muamalah. Ditinjau dari klasifikasinya, akad dalam sistem muamalah Islam sangat beragam sesuai dengan sudut pandang orang yang mengkajinya.
EDISI 12/2013

45

Jika ditinjau dari sifatnya, akad terbagi menjadi dua, yaitu: Pertama: Akad Shahih yaitu akad yang sempurna dan sah menurut pandangan syariat. Akad Shahih ini terbagi menjadi dua: 1. Akad Lazim, yaitu akad yang tidak dapat dibatalkan oleh salah seorang yang berakad tanpa kerelaan pihak lain yang berakad, seperti akad jualbeli, ijarah, dan lainnya. Dalam kaidah fikih disebutkan:

Pada dasarnya akad itu adalah Luzum (mengikat para pihak). 2. Akad Ghairu Lazim (tidak mengikat, pada kedua belah pihak), pada akad ini para pihak mempunyai hak untuk membatalkan akad, misalnya pada hiyar fi al-buyu (hak memilih antara penjual dan pembeli antara melanjutkan akad jual beli atau membatalkannya kkarena adanya perjanjian atau kecacatan pada barang). Kedua: Akad Ghairu Shahih yaitu akad yang tidak sah (cacat) menurut pandangan syariat. Sedangkan jika ditinjau dari cara atau bentuknya, para ulama membagi akad menjadi beberapa bentuk, yaitu: 1. Aqad al-Muathah (saling memberi). Adalah akad saling menukar dengan perbuatan yang menunjukkan keredaan tanpa ucapan ijab dan qabul. Praktek semacam ini sering ditemukan dalam praktek jual beli dengan sistem swalayan. Seorang pembeli memilih sendiri barang yang dibeli
46
Berkala Tun unan ISLAM

sesuai dengan bentuk, jenis, kualitas dan harga barang yang diinginkannya. Lalu barang-barang yang telah dipilih tersebut diserahkan kepada kasir (terkadang) tanpa ucapan sedikitpun. Sementara sang kasir sibuk dengan layar monitor (komputer) untuk mengecek harga barang yang akan dijual. Pada akhirnya sang pembeli mengeluarkan sejumlah uang sesuai dengan nominal yang tertera pada layar monitor. Praktek semacam ini sah menurut fikih Islam dan termasuk bagian dari thasharruf bil fili (transaksi dengan perbuatan) 2. Aqad bi al-Kitabah (akad dengan tulisan) Adalah jenis transaksi (akad) dengan tulisan (seperti; nota, surat pesanan dan atau bahkan lewat SMS, email, dan sejenisnya) yang dapat dipastikan akurasi dan kepastiannya. Akad semacam ini sah untuk dilakukan, oleh dua orang yang berakad, baik keduanya mampu berbicara maupun tidak (bisu), keduanya hadir pada waktu akad ataupun tidak hadir (dititipkan lewat orang kepercayaannya), dengan bahasa yang dapat dipahami oleh kedua orang yang berakad. Hal ini selaras dengan kaidah fiqhiyah yang berbunyi: Tulisan sama kekuatan hukumnya dengan ucapan. 3. Akad bi al-Isyarat (akad dengan isyarat ) Bahasa isyarat yang digunakan oleh orang bisu untuk menyampaikan ke-

hendaknya dapat diterima sebagai salah satu bentuk akad atau transaksi, dengan catatan bahasa isyarat tersebut dapat dimengerti dan difahami oleh kedua belah pihak yang melakukan akad. Jika seseorang tidak mampu berbicara maupun menulis, maka bahasa isyarat yang dapat dipahami oleh kedua belah pihak sama nilainya dengan lisan. Hal ini sesuai dengan kesepakatan para fukaha dan sesuai dengan kaedah fiqhiyah berikut:

Isyarat perjanjian (akad) dari orang bisu seperti penjelasan dengan lisan. Perbedaan Antara Akad, Tasharruf dan Ilzam Thasharruf menurut istilah ulama fikih adalah; setiap yang keluar dari seseorang yang mumayyiz dengan kehendak sendiri dan dengannya syara menetapkan beberapa konsekwensi, baik berupa ucapan, atau yang setingkat dengan ucapan berupa perbuatan atau isyarat. Dengan pengertian ini maka dapat dikatakan bahwa thasharruf lebih umum cakupannya dibandingkkan akad. Akad merupakan bagian dari thasharruf yang bersifat ucapan (thasharruf qauli), sedangkan thasharruf masuk di dalamnya berbagai macam bentuk perjanjian, komitmen, mengembalikan barang yang dijual dengan khiyar syarat, khiyar Aib maupun khiyar majlis (akan dibahas dalam tema tersendiri dalam kaitannya dengan jual-beli). Dengan kata

lain, semua akad dapat dinamakan thasharruf, namun tidak semua thasharruf dinamakan akad. Sedangkan iltizam adalah; sebuah thasharruf (perbuatan) yang mengandung keinginan untuk melahirkan satu hak atau mengakhiri satu hak atau menggugurkannya baik datang dari satu pihak seperti thalak atau datang dari kedua belah pihak seperti akad jual beli dan sewa menyewa. Dari uraian panjang di atas dapat disimpulkan dalam tiga hal, yaitu: Pertama: bahwa akad merupakan salah satu syarat sahnya berbagai transaksi muamalah dalam Islam. Kedua: akad dapat dilakukan baik dengan ucapan, perbuatan, tulisan dan isyarat yang dapat dipahami dan memberikan kepastian terhadap sesuatu yang diakadkan. Ketiga: akad yang berbentuk ucapan (thasharruf qauli) tidak diharuskan dengan redaksi tertentu dan bahasa tertentu, namun dapat dilakukan dengan berbagai redaksi yang dapat dipahami dan me-nunjukkan sesuatu yang diakadkan. ( Wallahu alam bi al-shawab). Narasumber artikel utama ini: Ruslan Fariadi
Referensi - al-Qamus al-Muhith. - Lisan al-Arab. - Dr. H. Nasrun Harun, MA, Figh Muamalah, Gaya Media Pratama: Jakarta, 2007. - Prof. Dr. Abdul Aziz Muhammad Azzam, Fiqh Muamalah Sistem Transaksi dalam Fiqh Islam, Jakarta: Amzah, 2010. - Rozalinda, Figh Muamalah & Aplikasi pada Perbankan Syariah, Padang: Haifa Press,2005.

EDISI 12/2013

47

Syarah Hadits -(2'(A' 0A. M-M I/I. L-L',;.


(bag. 2)

Agama Islam memberikan rambu-rambu, berupa adab, terhadap apa yang bisa dilakukan dan apa yang tidak bisa. Adab ini juga menyangkut soal bergurau, melucu, atau membuat lelucon yang dalam bahasa Arab disebut almizaah dari kata kerja mazaha . Sejumlah hadits akan kita bahas di sini, dan masing-masing akan diberi keterangan-keterangan yang relevan tentang hadits-hadits tersebut. Pada artikel sebelumnya (edisi 11) telah membahas bahwa bergurau itu boleh, asal tidak berbohong dan untuk keakraban dan menyenangkan hati orang lain. Di antara adab bergurau adalah: 1) Bergurau dalam soal agama adalah berbahaya dan bisa membawa kepada kekafiran; 2) Jangan sekali-kali bergurau menyangkut unsur-unsur agama Islam ; dan 3) Gurauan itu harus benar. Berikut adalah kelanjutannya. 4) Tidak boleh membuat orang kaget Ini terutama mengagetkan orang yang sangat sensitif dan mudah bereaksi atau dalam keadaan berperang dan sedang memegang senjata atau sebilah besi, atau mereka yang memanfaatkan kegelapan atau orang yang punya kelemahan sehingga akan menjadi sangat kaget dan sangat ketakutan dan jantungnya berdebar-debar karena berdetak dengan cepat.

Telah bercerita kepada kami Muhammad bin Sulaiman al-Anbari berkata, telah bercerita kepada kami Ibnu Numair, dari al-Amasy, dari Abdullah bin Yasar, dari Abdurrahman bin Abu Laila ia berkata, Para sahabat Nabi Muhammad SAW menceritakan kepadaku bahwa saat mereka sedang berjalan bersama Nabi, salah seorang dari mereka tertidur. Lalu ada sebagian sahabat mengambil dan menarik tali yang ada bersamanya hingga orang yang tertidur itu kaget. Maka Rasulullah bersabda: Tidak halal

48

Berkala Tun unan ISLAM

bagi seorang muslim membuat kaget sesama saudaranya yang muslim. [HR Abu Dawud. Hadits ini dikaji oleh al-Albani, dan digolongkan berkualitas shahih.] 5) Dilarang memperolok, mengerdipkan mata untuk menghina dan mencari kesalahan atau merendahkan. Allah taala melarang orang yang suka membikin lelucon pelecehan atau yang bersifat merendahkan orang lain atau bahkan penghinaan. Allah juga melarang orang suka berusaha mencari orang yang bisa dijadikan sasaran gurauan atau lelucon atau dimain-mainkan.

dan barangsiapa yang tidak bertobat, maka mereka itulah orang-orang yang dhalim. (QS al-Hujuraat, 49: 11) Ibnu Katsir dalam tafsirnya mengatakan bahwa yang dimaksud dengan ayat ini adalah menghina, merendahkan dan mengolok-olok. Beberapa orang suka membikin lelucon mengenai wujud fisik seseorang (apakah itu matanya yang terlalu sering berkedip atau juling atau hidungnya atau sering bergeraknya hidung dia) dan cara dia berjalan serta kakinya (yang cacat ketika berjalan). Nabi Muhammad SAW mengingatkan orang yang suka demikian, agar takut bahwa Allah taala akan membalas orang yang suka menghina atau membikin lelucon atas cacat seseorang.

Hai orang-orang yang beriman janganlah suatu kaum mengolok-olok kaum yang lain (karena) boleh jadi mereka (yang diolok-olok) lebih baik dari mereka (yang mengolok-olok) dan jangan pula wanita-wanita (mengolok-olok) wanita-wanita lain (karena) boleh jadi wanita-wanita (yang diperolok-olokkan) lebih baik dari wanita (yang mengolok-olok) dan janganlah kamu mencela dirimu sendiri dan janganlah kamu panggil memanggil dengan gelar-gelar yang buruk. Seburuk-buruk panggilan ialah (panggilan) yang buruk sesudah iman

Telah bercerita kepada kami Umar bin Ismail bin Mujalid al-Hamdani telah bercerita kepada kami Hafs bin Ghiyats, -lewat jalur periwayatan lainTirmidzi berkata: Telah mengkhabarkan kepada kami Salamah bin Syabib telah bercerita kepada kami Umayyah bin al-Qasim al- Hadza alBashri telah bercerita kepada kami Hafs bin Ghiyats dari Burd bin Sinan
EDISI 12/2013

49

dari Mukhul dari Watsilah bin al-Asqa berkata: Rasulullah SAW bersabda: Janganlah kamu merasa senang atas bencana yang menimpa saudaramu, karena siapa tahu Allah di kemudian hari memberinya rahmat dan sebaliknya mengujimu. [HR Tirmidzi. Dia (Tirmidzi) menilai hadits ini hasan gharib. Meskipun begitu, menurut pemeriksaan al-Albani, hadits ini termasuk dhaif] Hadits ini memberi peringatan supaya kita semua tidak suka mengolok ketika seseorang ditimpa bencana atau cacat fisik atau cara berbicara yang ada cacatnya secara fisik. Siapa tahu orang tersebut di kemudian hari menjadi sembuh dan normal lagi sementara orang mengoloknya ganti mempunyai cacat fisik karena terkena bencana.

Telah bercerita kepada kami Abdullah bin Maslamah bin Qanab; telah bercerita Dawud yaitu Ibnu Qais, dari Abu Said budak Amir bin Kuraiz, dari Abu Hurairah dia berkata; Rasulullah SAW bersabda: Janganlah kalian saling mendengki, saling memfitnah, saling membenci, dan saling memusuhi. Janganlah ada seseorang di antara kalian yang berjual beli sesuatu yang masih dalam penawaran muslim lainnya dan jadilah kalian hamba-hamba Allah yang saling bersaudara. Muslim yang satu dengan yang lainnya adalah bersaudara, sehingga tidak boleh menyakiti, merendahkan dan menghina. Takwa itu ada di sini (Nabi menunjuk dadanya). Beliau mengucapkannya sebanyak tiga kali. Seseorang dianggap berbuat jahat apabila ia menghina saudaranya sesama muslim. Muslim yang satu dengan yang lainnya haram darahnya, hartanya dan kehormatannya. Telah bercerita kepadaku Abu athThahir Ahmad bin Amru bin Sarh, telah bercerita kepada kami Ibnu Wahab dari Usamah yaitu Ibnu Zaid, dia mendengar Abu Said -budak- dari Abdullah bin Amir bin Kuraiz berkata; aku mendengar Abu Hurairah berkata; Nabi SAW bersabda: -kemudian

50

Berkala Tun unan ISLAM

perawi menyebutkan hadits yang serupa dengan hadits Daud, dengan sedikit penambahan dan pengurangan. Diantara tambahannya adalah: Sesungguhnya Allah tidak melihat kepada tubuh dan rupa kalian, akan tetapi Allah melihat kepada hati kalian. (seraya mengisyaratkan telunjuknya ke dada beliau). [HR Muslim] 6) Jangan memperbanyak gurauan Beberapa orang bergurau terlalu banyak dan menjadi kebiasaan. Keadaan ini bertolak belakang dengan keseriusan yang menjadi watak dan sifat kaum mukmin. Bergurau adalah selingan, semacam istirahat dari keseriusan dan kerja keras yang sedang berjalan, relaksasi (pengendoran saraf) bagi jiwa. Umar bin Abdul Aziz berkata:

Hati-hatilah bercanda (bergurau) karena canda itu sesuatu hal yang remeh dan kurang masuk akal dan bisa menimbulkan rasa tidak suka. Dia juga berkata: Sesungguhnya canda itu (banyak berupa) celaan atau pelecehan kecuali yang terkena itu tertawa. Kita mengetahui bahwa mencela itu perbuatan fasik (melanggar aturan agama). Hadis-hadis semisal ini adalah sahih, lumayan banyak dan juga populer (masyhur).

Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Ararah berkata, telah menceritakan kepada kami Syubah dari Zubaid berkata: Aku bertanya kepada Abu Wail tentang Murji`ah, maka dia menjawab: Telah menceritakan kepadaku Abdullah bahwa Nabi shallallahu alaihi wasallam bersabda: Mencerca orang muslim adalah fasiq dan memeranginya adalah kufur. [HR Bukhari] Imam an-Nawawi, yang mashur dengan Kitab Arbaain, yang telah mengumpulkan 42 hadits penting untuk keperluan hidup sehari-hari itu, menyatakan: Bentuk gurauan yang dilarang adalah yang berlebihan dan menjadi kebiasaan (terus dilakukan). Karena hal itu membawa kepada banyak tertawa dan mengeraskan hati serta menyebabkan orang lalai dari berdzikir kepada Allah. Gurauan sering menyebabkan perasaan orang lain terluka, menghasilkan kebencian dan menjadikan orang kehilangan rasa hormat dan martabat. Meskipun demikian, siapa yang bisa menghindar dari bahaya semacam itu, yakni bergurau sebatas seperti apa yang Rasulullah perbuat, maka gurauan itu diperbolehkan. Gurauan Nabi itu jarang dilakukan dan dimaksudkan untuk kemaslahatan dan kebaikan jiwa orang yang diajak berbicara serta untuk mengakrabkan. Bergurau yang semacam ini adalah sunnah yang mustahabbah (disukai). [Lihat: Tuhfatul Ahwadzi karya al-Mubarakfuri]
EDISI 12/2013

51

7) Dalam bergurau perlu mengenal kedudukan orang. Ada orang bergurau dengan orang lain tanpa memilah siapa yang diajak bergurau. Orang alim mempunyai hak tersendiri, orang besar harus ditempatkan sesuai dengan kedudukannya dan seorang Syaikh juga memiliki martabat khusus. Oleh karena itu, wajib bagi seseorang untuk mengetahui dengan siapa dia berhadapan dan bagaimana memperlakukannya. Kita tidak boleh sembarangan bergurau dengan orang bodoh dan dengan orang yang tidak kita kenal. Dalam hal ini Umar bin Abdul Aziz diriwayatkan mengatakan: Awas dan berhati-hatilah dalam bergurau, karena hal itu bisa menghilangkan kehormatan diri. Sementara itu Saad bin Abi Waqqas mengatakan: Batasilah dalam kamu bergurau. Berlebihan dalam bergurau membuat kamu kehilangan rasa hormat dan orang-orang bodoh bisa menyakiti hatimu. 8) Misal gurauan itu ukurannya adalah garam bagi makanan.

Abdullah bin Hunain, dari Abu Hurairah, dia berkata, Rasulullah SAW bersabda: Janganlah kalian banyak tertawa, karena banyak tertawa akan mematikan hati. (HR Ibnu Majah)

Umar bin Al-Khattab RA berkata: Barangsiapa terlalu banyak tertawa (atau terlalu banyak bergurau) akan kehilangan rasa hormat, dan siapa yang biasa berbuat sesuatu akan dikenal sebagai orang yang seperti itu. Oleh karena itu, jauhilah bergurau, karena bergurau itu bisa menyebabkan anak kecil dan orang-orang kotor dan rendah menjadi berani kurang ajar kepadamu dan menyebabkan seseorang kehilangan muka (kehilangan kehormatan). Sebelumnya dia dianggap sebagai orang terhormat, dan gurauan menjadikan dia terhina setelah sebelumnya dihormati. 9) Didalam bergurau tidak boleh ada Ghibah Ghibah adalah kamu membicarakan saudaramu mengenai sesuatu yang tidak ia sukai. Ghibah adalah penyakit yang menjijikkan. Beberapa orang mengira bahwa mereka boleh membicarakan kekurangan orang lain dan mengatakannya dengan cara bergurau, tetapi cara begini ini termasuk yang disasar hadits yang berikut:

Telah menceritakan kepada kami Bakar bin Khalaf, telah bercerita Abu Bakar al-Hanafi, telah bercerita Abdul Hamid bin Jafar, dari Ibrahim bin
52
Berkala Tun unan ISLAM

Telah menceritakan kepada kami Yahya bin Ayyub dan Qutaibah dan Ibnu Hujr mereka berkata; Telah bercerita Ismail, dari Al-Alaa, dari Bapaknya, dari Abu Hurairah, bahwa Rasulullah SAW pernah bertanya: Tahukah kamu, apakah ghibah itu? Para sahabat menjawab; Allah dan Rasul-Nya lebih tahu. Kemudian Rasulullah SAW bersabda: Ghibah adalah kamu membicarakan saudaramu mengenai sesuatu yang tidak ia sukai. Seseorang bertanya; Ya Rasulullah, bagaimanakah menurut engkau apabila orang yang saya bicarakan itu memang sesuai dengan yang saya ucapkan? Rasulullah SAW berkata: Apabila benar apa yang kamu bicarakan itu ada padanya, maka berarti kamu telah menggunjingnya. Dan apabila yang kamu bicarakan itu tidak ada padanya, maka berarti kamu telah membuat-buat kebohongan terhadapnya. (HR Muslim) 10) Memilih waktu yang tepat untuk bergurau. Waktu bergurau yang tepat adalah seperti dalam perjalanan darat yang

panjang atau dalam sebuah pesta atau perayaan atau ketika bertemu kawan bergembira ria bersamanya dengan cerita atau anekdot ringan dan lembut, atau cerita aneh, atau bergurau ringan untuk menimbulkan rasa senang di hatinya dan kegembiraan di dalam jiwanya. Atau mengajak berhumor ria atau bergurau ketika terjadi persoalan yang sulit dan genting dalam keluarga dan pasangannya (apakah suami atau istrinya) lagi marah, maka gurauan yang ringan bisa menghilangkan kesedihan dan mengembalikan keceriaannya.

Seseorang berkata kepada Sufyan bin Uyainah: Bergurau itu dipandang rendah atau dianggap munkar (tidak maruf).Dia menjawab: Bukan begitu, bergurau itu sunnah, tapi keadaannya hanya bagi orang yang dengan gurauan itu menjadi bagus dan meletakkan gurauan itu pada tempatnya (sesuai dengan keadaan, waktu dan tempat yang tepat). Sekarang ini, meskipun masyarakat membutuhkan tambahan rasa cinta dan sayang antar anggotanya dan butuh menghilangkan kecapaian dan kebosanan di dalam hidupnya, namun kondisinya sudah terlalu jauh tenggelam dalam hiburan, tertawa dan bergurau. Keadaan seperti ini sudah menjadi kebiasaan yang mengisi tempat-tempat atau majlis-majlis pertemuan dan juga waktu-waktu sore
EDISI 12/2013

53

mereka. Mereka membuang-buang waktu mereka dan lembaran-lembaran koran mereka penuh dengan lelucon dan hal-hal yang remeh tidak berharga. Padahal dalam soal ini Rasulullah SAW telah memberikan peringatan sebagaimana tertulis di dalam hadits:

bantunya untuk menggunakan waktunya dengan baik dan berjuang untuk Allah taala dengan serius dan terus menerus. Keteladanan mereka bisa dijadikan contoh dalam kehidupannya. Bilal bin Sad berkata mengenai para sahabat Nabi SAW: Engkau mendapati mereka itu bersungguh-sungguh dalam mencapai tujuan, mereka tertawa satu sama lain, dan ketika malam tiba mereka seperti rahib (pendeta). Lihat di dalam: Ibnu Umar RA ditanya: Apakah para shahabat Nabi SAW tertawa? Dia menjawab: Ya, dan iman di hati mereka seperti gunung. Oleh karena itu kita wajib meniru mereka. Mereka itu ksatria di waktu siang hari dan pendeta di malam hari. HADITS TENTANG ALLAH SWT JUGA TERTAWA Kita semua mengetahui bahwa manusia tertawa tetapi ketika Allah taaala tertawa maka akan timbul pertanyaan dalam keadaan apa dan apa arti tertawanya Allah. Beberapa hadits berikut menjelaskan bahwa bahwa ketika Allah ridha atau merasa sangat senang dengan amalan atau apa yang dilakukan oleh manusia, maka saat itulah Allah tertawa. Tertawa di situ tentu lebih tepat maknai sebagai kiasan. Sedangkan orang yang beramal tersebut akan dimasukkan-Nya ke dalam surga. Berikut ini adalah beberapa hadits yang menceritakan tentang ungkapan bahwa Allah SWT juga tertawa.

Telah menceritakan kepada kami Yahya bin Bukair Telah menceritakan kepada kami Al Laits dari Uqail dari Ibnu Syihab dari Said bin Musayyab, bahwasnya Abu Hurairah RA menuturkan, Rasulullah SAW bersabda: Kalaulah kalian tahu yang kutahu, niscaya kalian sedikit tertawa dan banyak menangis. (HR Bukhari) Ibnu Hajar al-Asqalani di dalam Syarahnya menjelaskan, yang dimaksud dengan ilmu adalah hal-hal yang berkaitan dengan keagungan Allah dan pembalasan-Nya bagi orang yang tidak taat dan hal-hal yang mengerikan yang terjadi ketika nyawa dicabut, kematian, di dalam kubur, dan Hari Kiamat dan hubungannya dengan banyak menangis dan sedikit tertawa. Oleh karena itu, orang Islam baik lakilaki maupun wanita harus punya kecenderungan untuk memilih teman-teman yang salih dan serius di kehidupan mereka. Teman-teman itu akan mem54
Berkala Tun unan ISLAM

Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Abu Umar Al Maki, dari Sufyan dari Abu Az Zinad dari Al Araj dari Abu Hurairah, yang mendengar Rasulullah SAW bersabda: Allah tertawa terhadap dua orang yang saling membunuh, dan keduaduanya masuk surga. Maka para sahabat bertanya; Bagaimana hal itu bisa terjadi wahai Rasulullah? Beliau menjawab: Salah seorang darinya berperang di jalan Allah azza wajalla lalu dia mati syahid, kemudian Allah menerima taubat si pembunuh, lalu ia masuk Islam dan berperang di jalan Allah azza wajalla hingga mati syahid juga. (HR Muslim, lihat juga pada Bukhari, Nasai, Ibnu Majah dan Ahmad) Hadits seperti di atas juga diceritakan dengan sanad lain, yang menunjukkan mashurnya topik ini. Lalu ada lagi hadits yang kandungan isinya serupa, sebagai berikut:

Telah menceritakan kepada kami Al Hakam bin Nafi, telah bercerita Ismail bin Ayyasy, dari Bahir bin Saad, dari Khalid bin Madan, dari Katsir bin Murrah, dari Nuaim bin Hammar, bahwa seseorang bertanya kepada Nabi SAW; Siapa syuhada yang paling utama? Rasulullah SAW bersabda; Orang-orang yang bila masuk ke barisan perang mereka memusatkan pandangan mereka hingga terbunuh, mereka itulah orangorang yang pergi menuju kamarkamar di surga yang tinggi, Rabb mereka tertawa kepada mereka. Dan bila Rabbmu tertawa kepada seorang hamba di dunia, maka ia tidak dihisab. (HR Ahmad , dinilai Al-Albani: Sahih) Yang dimaksud dari hadits di atas adalah orang-orang yang sungguh-sungguh semangat dalam berperang ingin mengalahkan musuh, namun mereka terbunuh. Atas apa yang mereka alami mereka masuk ke surga dalam derajat yang tinggi. Dan Allah tertawa sebagai ungkapan rasa sangat senang atas kesungguhan hambaNya yang berperang bahkan sampai
EDISI 12/2013

55

terbunuh di medan perang. Apabila Allah sampai tertawa atas apa yang dilakukan hamba-Nya, maka sang hamba tersebut masuk surga tanpa dihisab.

Telah bercerita kepada kami Musaddad, telah bercerita Abdullah bin Daud, dari Fudlail bin Ghazwan, dari Abu Hazim, dari Abu Hurairah RA bahwa, ada seorang laki-laki datang kepada Nabi SAW lalu beliau datangi istri-istri beliau. Para istri beliau berkata; Kami tidak punya apa-apa selain air. Maka kemudian Rasulullah
56
Berkala Tun unan ISLAM

SAW berkata kepada orang banyak: Siapakah yang mau mengajak atau menjamu orang ini?. Maka seorang laki-laki dari Anshar berkata; Aku. Sahabat Anshar itu pulang bersama laki-laki tadi menemui istrinya lalu berkata; Muliakanlah tamu Rasulullah SAW ini. Istrinya berkata; Kita tidak memiliki apa-apa kecuali sepotong roti untuk anakku. Sahabat Anshar itu berkata; Suguhkanlah makanan kamu itu lalu matikanlah lampu dan tidurkanlah anakmu. Ketika mereka hendak menikmati makan malam, maka istrinya menyuguhkan makanan itu lalu mematikan lampu dan menidurkan anaknya kemudian dia berdiri seakan hendak memperbaiki lampunya, lalu dimatikannya kembali. Suami- istri hanya menggerak-gerakkan mulutnya (seperti mengunyah sesuatu) seolah keduanya ikut menikmati hidangan. Kemudian keduanya tidur dalam keadaan lapar karena tidak makan malam. Ketika pagi harinya, pasangan suami istri itu menemui Rasulullah SAW. Maka beliau berkata: Malam ini Allah tertawa atau terkagum-kagum karena perbuatan kalian berdua. Maka kemudian Allah menurunkan firman-Nya dalam QS al-Hasyr ayat 9:

Dan orang-orang yang telah menempati Kota Madinah dan telah beriman (Kaum Anshar) sebelum kedatangan mereka (Kaum Muhajirin), mereka mencintai orang yang berhijrah kepada mereka. Dan mereka tiada menaruh keinginan dalam hati mereka terhadap apa-apa yang diberikan kepada mereka (orang Muhajirin); dan mereka mengutamakan (orang-orang Muhajirin), atas diri mereka sendiri. Sekalipun mereka memerlukan (apa yang mereka berikan itu). Dan siapa yang dipelihara dari kekikiran dirinya, mereka itulah orang-orang yang beruntung. (QS al-Hasyr, 59: 9) [Kisah ini dan juga riwayat turunnya ayat ada di HR Bukhari 3514]. Tiga hadits di atas jelas sekali mengisahkan bahwa: pertama, Allah SWT itu terkadang juga tertawa; kedua, apabila Allah tertawa atas amalan hamba-Nya maka itu berarti Dia meridhainya. Dan pahalanya bisa berupa masuk surga bahkan dengan tanpa dihisab. HUKUM TERTAWA Tertawa itu pada dasarnya adalah suatu hal yang alamiah. Allah menjadikan manusia tertawa dan menangis.

Tertawa adalah keadaan melebarnya wajah karena kebahagiaan dan kegembiraan dengan mengeluarkan sura dengan gigi yang terlihat jelas. Kalau tertawanya keras dan terdengar dari jauh maka hal itu disebut tertawa terbahak-bahak. Sedangkan tersenyum adalah wajah sedikit melebar dan biasanya untuk menunjukkan rasa ramah dan persahabatan dengan tanpa disertai suara. Lihat Tersenyum terkadang merupakan permulaan tertawa atau tertawa tanpa suara. Tersenyum dan tertawa itu biasanya dilakukan karena gembira dan bahagia. Allah SWT menggambarkan keadaan orang-orang yang beruntung dan berbahagia di Akhirat di antaranya dengan dua ayat berikut:

Banyak muka pada hari itu berseriseri. Tertawa dan gembira ria. (QS Abasa, 80: 38-39) Meskipun di akhirat nanti orangorang yang beruntung dan masuk surga itu wajahnya berseri-seri, tertawa dan gembira ria, namun di dunia ini Rasulullah SAWmengajarkan untuk sedikit atau tidak memperbanyak tertawa. Banyak tertawa dapat mematikan hati.

Dan bahwasanya Dialah (Allah) yang menjadikan orang tertawa dan menangis. (QS an-Najm, 53: 43) Artinya, Allah menjadikan di dalam diri manusia itu sifat tertawa dan menangis. Allah menjadikan manusia tertawa dan menangis.
EDISI 12/2013

57

Telah menceritakan kepada kami Ali bin Muhammad, telah bercerita Abu Muawiyah, dari Abu Raja, dari Burd bin Sinan, dari Makhul, dari Watsilah bin Al Asqa, dari Abu Hurairah dia berkata; Rasulullah SAW bersabda: Wahai Abu Hurairah, jadilah orang yang wara berhati-hati dan menahan diri), maka engkau akan menjadi sebaik-baiknya ahli ibadah. Jadilah orang yang qonaah (merasa cukup dengan pemberian Allah), maka eng-

kau akan menjadi orang yang paling bersyukur. Sukailah sesuatu yang ada pada manusia sebagaimana engkau suka jika ia ada pada dirimu sendiri, maka engkau akan menjadi seorang mukmin (bisa juga berarti: orang yang memberi rasa aman). Berbuat baiklah pada tetanggamu, maka engkau akan menjadi muslim (bisa juga berarti: orang yang memberi kedamaian). Sedikitkanlah tertawa karena banyak tertawa dapat mematikan hati. (HR. Ibnu Majah, dinilai Al-Albani: shahih).
Narasumber utama artikel ini: M. Yusron Asrofie

58

Berkala Tun unan ISLAM

Anda mungkin juga menyukai