Anda di halaman 1dari 46

BAB I STANDAR TATA CARA PERANCANGAN SISTEM PENCAHAYAN ALAMI PADA BANGUNAN GEDUNG

A. Ruang Lingkup Standar tata cara perancangan sistem pencahayaan alami pada bangunan gedung ini dimaksudkan sebagai pedoman bagi para perancang dan pelaksana pembangunan gedung di dalam merancang sistem pencahayaan alami siang hari dan bertujuan agar diperoleh sistem pencahayaan alami siang hari yang sesuai dengan syarat kesehatan, kenyamanan dan sesuai dengan ketentuan-ketentuan lain yang berlaku. Standar B. Istilah dan Definisi. 1. Terang langit. Sumber cahaya yang diambil sebagai dasar untuk penentuan syaratsyarat pencahayaan alami siang hari. 2. Langit perancangan. Langit dalam keadaan yang ditetapkan dan dijadikan dasar untuk perhitungan. 3. Faktor langit ( fl ). Angka 4. Titik ukur Titik di dalam ruangan yang keadaan pencahayaannya dipilih sebagai indikator untuk keadaan pencahayaan seluruh ruangan. 5. Bidang lubang cahaya efektif. Bidang vertikal sebelah dalam dari lubang cahaya, karakteristik yang digunakan sebagai ukuran keadaan pencahayaan alami siang hari diberbagai tempat dalam suatu ruangan. ini mencakup persyaratan minimal sistem, pencahayaan alami siang hari dalam bangunan gedung.

6. Lubang cahaya efektif untuk suatu titik ukur. Bagian dari bidang lubang cahaya efektif lewat mana titik ukur itu melihat langit. C. Kriteria Perancangan 1. Ketentuan Dasar a. Pencahayaan alami siang hari yang baik. Pencahayaan alami siang hari dapat dikatakan baik apabila: 1) Pada siang hari antara jam 08.00 sampai dengan jam 16.00 waktu seternpat terdapat cukup banyak cahaya yang masuk ke dalam ruangan. 2) Distribusi cahaya di dalam ruangan cukup merata dan atau tidak menimbulkan kontras yang mengganggu. b. Tingkat pencahayaan alami dalam ruang. Tingkat pencahayaan alami di dalam ruangan ditentukan oleh tingkat pencahayaan langit pada bidang datar di lapangan terbuka pada waktu yang sama. Perbandingan tingkat pencahayaan alami di dalam ruangan dan pencahayaan alami pada bidang datar di lapangan terbuka ditentukan oleh : 1) Hubungan geometris antara titik ukur dan lubang cahaya. 2) Ukuran dan posisi lubang cahaya. 3) Distribusi terang langit. 4) Bagian langit yang dapat dilihat dari titik ukur. c. Faktor pencahayaan alami siang hari. Faktor pencahayaan alami siang hari adalah perbandingan tingkat pencahayaan pada suatu titik dari suatu bidang tertentu di dalam suatu ruangan terhadap tingkat pencahayaan bidang datar di lapangan terbuka yang merupakan ukuran kinerja lubang cahaya ruangan tersebut. 1) Faktor pencahayaan alami siang hari terdiri dari 3 komponen meliputi :

a) Ko o langit ( akto langit l) yakni ko onen pencah ay aan langsu ng dari cah ay a langit

Gambar 1 : Tiga Komponen cahaya langit yang sampai pada suatu titik di bidang kerja.

b ) Ko p onen ref leksi lu ar (faktor ref leksi lu ar - frl) yakni k o ponen pencah ay aan yang berasal dari refl eksi benda-benda y ang berada di c) Ko p onen refl eksi dalam (faktor refl eksi dal am frd) y akni k omponen pencah ay aan yang berasal dad ref leksi permu kaan -perm u kaan dalam ru angan, dan cah ay a y ang masu k ke dalam ru angan akibat refl eksi benda-benda di lu ar ru angan mau pu n dari cah ay a langit (lih at gambar ) d. Langit P erancangan sekit ar bangu nan yang bersangkut an.

Dal am ket en tu an ini sebagai t erang langit diambil keku at an t erangn ya langit yang din yat akan dal am lux.

2) Karena keadaan langit menunjukkan variabilitas yang besar, maka syaratsyarat yang harus dipenuhi oleh keadaan langit untuk dipilih dan ditetapkan sebagai Langit Perancangan adalah : a) bahwa langit yang demikian sering dijumpai. b) memberikan tingkat pencahayaan pada bidang datar di lapangan terbuka, dengan nilai hingga frekuensi dekat minimum, sedemikian rendahnya kegagalan untuk mencapai nilai tingkat

pencahayaan ini cukup rendah. 3) Sebagai Langit Perancangan ditetapkan : a) langit biru tanpa awan atau b) langit yang seluruhnya tertutup awan abu-abu putih. 4) Langit Perancangan ini memberikan tingkat pencahayaan pada titik-titik di bidang datar di lapangan terbuka sebesar 10.000 lux. Untuk perhitungan diambil ketentuan bahwa tingkat pencahayaan ini asalnya dari langit yang keadaannya dimana-mana merata terangnya ( uniform luminance distribution ). e. Faktor Langit Faktor langit (fl) suatu titik pada suatu bidang di dalam suatu ruangan adalah angka perbandingan tingkat pencahayaan langsung dari langit di titik tersebut dengan tingkat pencahayaan oleh Terang Langit pada bidang datar di lapangan terbuka. Pengukuran kedua tingkat pencahayaan tersebut dilakukan dalam keadaan sebagai-berikut: 1) Dilakukan pada saat yang sama. 2) Keadaan langit adalah keadaan Langit Perancangan dengan distribusi terang yang merata di mana-mana. 3) Semua jendela atau lubang cahaya diperhitungkan seolah-olah tidak ditutup dengan kaca. Suatu titik pada suatu bidang tidak hanya menerima cahaya langsung dari langit tetapi juga cahaya langit yang direfleksikan oleh permukaan di luar dan di dalam ruangan . Perbandingan antara tingkat pencahayaan

yang berasal dari cah ay a langit baik yang langsu ng mau pu n karena refl eksi, t erh adap tingkat pencah ay aan pada bidang dat ar di lapangan t erb u ka diseb ut faktor pencah ay aan alami siang h ari. D engan demikian faktor langit adal ah selalu lebih kecil dari faktor pencah ay aan alami siang h ari. Pemilih an faktor langit sebagai angka karakt eristik u n tu k digu nakan sebagai u ku ran keadaan pencah ay aan alami siang mem u dah kan f. Titik Uku r perh itu ngan ol eh t erbesar pada t itik u ku r. h ad adalah u n tu k karena fl meru pakan komponen yang

Titik u ku r diambil pada su atu bidang dat ar yang let akn ya pada t inggi 0,75 met er di at as lan t ai. Bidang dat ar t erseb ut diseb ut bidang kerj a (lih at gambar 2 ).

Gambar 2 : Tinggi dan Lebar cahaya efektif

2) Un tu k men j amin tercapain ya su atu keadaan pencah ay aan yang cu ku p mem u askan maka Faktor Langit (fl) titik u ku r t erseb ut h aru s memen uh i su atu nilai minim um t ert en tu yang dit et apkan men u rut fu ngsi dan u ku ran ru angann y a. 3) Dal am perh itu ngan digu nakan du a j enis titik u kur:

a) Titik u ku r utama ( TUU), diambil pada t engah-t engah an t ara bidang lu bang cah ay a efekt if.

kedu a dinding samping, y ang berada pada j arak


/3 d dari

b ) titik u ku r samping ( TUS), diambil pada j arak 0,50 met er dari dinding samping yang ju ga berada pada j arak
/3 d dari bidang lu bang cah ay a efekt if, dengan d adalah u ku ran kedalaman ru angan, diu ku r dari mulai bidang lu bang cah ay a efektif h ingga pada dinding seberangn ya, at au h ingga pada "bidang" bat as dalam ru angan yang h endak dih itu ng pencah ay aann ya itu (lih at gambar 3a dan 3b ).

Gambar 3a.: Penjelasan mengenai jarak d

Gambar 3b.: Penjelasan mengenai jarak d

4 ) Jarak d " pada dinding tidak sej aj ar Apabila kedu a dinding yang berh adapan tidak sej aj ar, maka u n tu k d diambil jaralk di t engah an t ara kedu a dinding samping t adi, at au diambil j arak rat a rat an ya. 5) Ket en tu an j arak " /3 .d" minim um Un tu k ru ang dengan u ku ran d sama dengan at au ku rang dari pada met er, maka ket en tu an j arak /3.d digan ti dengan jarak minim um 2 met er. g. Lu bang Cah ay a Efektif Bila su atu ru angan mendapatkan pencah ay aan dari langit met alu i lu banglu bang cah ay a di beberapa dinding, maka masing-masing dinding ini mempu n yai bidang lu bang cah ay a efektifn ya sendiri-sendiri lih at gambar 4 ).

Gambar 4. Penjelasan mengenai jarak d

Um umn ya lu bang cah ay a efekt if dapat berben tu k dan beru ku ran lain daripada lu bang cah ay a itu sendiri. Hal ini, an tara lain dapat disebabkan ol eh :

Pengh alangan cah ay a ol eh bangu nan lain at au oleh pohon. dari bangu nan ke itu lu ar, sendiri sepert i y ang karena konstru ksi men y empitkan pandangan balkon,

2) Bagian-bagian

"su nbreakers" dan sebagain y a. 3) Pembat asan-pembat asan ol eh let ak bidang kerj a t erh adap bidang lu bang cah ay a . 4 ) Bagian dari j endel a y ang dib u at dari bah an yang t idak t emb u s cah ay a.

2. Persyaratan teknis a. Klasifikasi Berdasarkan Kualitas Pencahayaan 1) Kualitas pencahayaan yang harus dan layak disediakan, ditentukan oleh : a) penggunaan ruangan itu. b) lamanya waktu aktivitas yang memerlukan daya penglihatan yang tinggi dan sifat aktivitasnya, sifat aktivitas dapat secara terus menerus memedukan perhatian dan penglihatan yang tepat, atau dapat pula secara periodik dimana mata dapat beristirahat. 2) Klasifikasi kualitas pencahayaan, klasifikasi kualitas pencahayaan adalah sebagai berikut: a) Kualitas A : halus sekali, pekerjaan secara cermat terus menerus, seperti menggambar detil, menggravir, menjahit kain warna gelap, dan sebagainya. b) Kualitas B : halus, pekerjaan cermat tidak secara intensif terus menerus, seperti menulis, membaca, membuat alat atau merakit komponen-komponen kecil, dan sebagainya. c) Kualitas C : sedang, pekerjaan tanpa konsentrasi yang besar dari si pelaku, seperti pekedaan kayu, merakit suku cadang yang agak besar, dan sebagainya. d) Kualitas D : kerja kasar, pekerjaan dimana hanya detil-detil yang besar harus dikenal, seperti pada guclang, lorong falu lintas orang, dan sebagainya. b. Persyaratan Faktor Langit Dalam Ruangan Nilai faktor langit (fl) dah suatu titik ukur dalarn ruangan harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut: 1) sekurang-kurangnya memenuhi nilai-nilai faktor langit minimum (flmin) yang tertera pada Tabel 1, 2 dan 3, dan dipilih menurut klasifikasi kualitas pencahayaan yang dikehendaki dan dirancang untulk bangunan tersebut. ruangan, khususnya ditinjau dari segi beratnya penglihatan oleh mata terhadap aktivitas yang harus dilakukan dalarn

2) nilai f1min

dalam persen untuk ruangan-ruangan dalam BANGUNAN

UMUM untuk TUUnya, adalah seperti tertera pada tabel 1; dimana d adalah jarak antara bidang lubang cahaya efektif ke dinding di seberangnya, dinyatakan dalam meter. Faktor langit minimum untuk TUS nilainya diambil 40% dari flmin untuk TUU dan tidak boleh kurang dari 0,10 d.

Tabel 1 : Nilai Faktor langit untuk bangunan umum

Klasifikasi pencahayaan A B C D

flmin TUU 0,45.d 0,35.d 0,25.d 0,15.d

Tabel 2 : Nilai Faktor langit untuk bangunan sekolah

JENIS RUANGAN Ruang kelas biasa Ruang kelas khusus Laboratoriurn Benqkel kayu/besi Ruang olahraga Kantor Dapur

flmin TUU 0,35.d 0,45.d 0,35 d 0.25.d 0,25.d 0,35.d 0,20.d

flmin TUS 0,20.d 0,20.d 0,20.d 0,20.d 0,20.d 0,15.d 0,20.d

3) nilai dari flmin dalarn persentase untuk ruangan-ruangan dalarn bangunan tempat tinggal seperti pada tabel 3;

Tabe l 3

 lai  aktor la  it Bangunan Tempat Tinggal


flmin TUU 0,35.d 0,35.d 0, 8.d 0,20.d f min TUS

Jenis ruangan Ruang tinggal Ruang keda K amar tidur D apur

  0, d
0, .d

0,0 5.d 0,20.d

4 ) u n tu k ru angan-ru angan lain yang tidak khu su s diseb ut dalarn t abel ini dapat diperlaku kan ket en tu an-ket en tu an dalam tabel . c. Penet apan Faktor Langit

)

Dasar penet apan nilai faktor langit Penet apan Nilai Faktor Langit, didasarkan at as keadaan l angit yang t erangn y a merat a at au krit eda Langit Perancangan u n tu k Ind onesia y ang t erb u ka sebesar 0.000 lux. memberikan keku at an pencah ay aan pada titik dibidang at ar di lapangan

2) Perh itu ngan faktor langit. Perh itu ngan besarn ya faktor langit u n tu k titik u ku r pada bidang kerj a di dal arn ru angan dilaku kan dengan menggu nakan metoda analitis di mana nilai fl din y at akan ebagai fu ngsi dari H/ D dan UD sepert i t ercan tu m dalam t abel 4 dengan penj elasan Posisi tit ik u ku r U, yang jauh n ya D dari lu bang cah ay a efektif berben tu k persegi pan j ang OPQR (tinggi H dan lebar L) sebagaimana dilu kiskan di bawah ini : Tabe l 4  aktor langit sebagai f ung si H/D dan L/D

Ukuran H dihitung dari 0 ke atas, Ukuran L dihitung dari 0 ke kanan, atau dari P ke kiri sama saja. H adalah tinggi lubang cahaya efektif L adalah lebar lubang cahaya efektif D adalah jarak titik ukur ke bidang lubang cahaya efektif. Nilai Faktor angit dinyatakan dalam
L/D H/D 0,1 0,2 0,3 0,4 0,5 0,6 0,7 0.8 0.9 1,0 1,5 2,0 2,5 3.0 3,5 4,0 4,5 5,0 6,0 0.1 0,02 0,06 0,13 0,22 0,32 0,42 0,52 0,62 0,71 0,79 1,10 1,27 1,37. 1,43 1,47 1,49 1,51 1,53 1154 0,2 0,03 0,1 2 0,26 0.43 0,62 0,82 1,02 1122 1,40 1,56 2,17 2,51 2,70 2,82 2,90 2,96 2,99 3,02 3,06 0,3 0,05 0,17 0,37 0,62 0,91 1,20 1,50 1,78 2,04 2,29 4,13 4,80 3,98 4,16 4,28 4,36 4,41 4,46 4,51 0.4 0,06 0,22 0,48 0,80 1,17 1,55 1,93 2,29 2,64 2,95 4,13 4,80 3,98 4,16 4,28 4,36 4,41 4,46 4,51 0,5 0,07 0,27 0,57 0,96 1,39 1,85 2,31 2,75 3.17 3,56 4,99 5,81 6,29 6,59 6,78 6.91 7,01 7,07 7,17 0.6 0,08 0,30 0,65 1,09 1,59 2,1 2 2,64 3,26 3,63 4,09 5,77 6,74 7,31 7,66 7,89 8,04 8,1 5 8,24 8,34 0,7 0,09 0,33 0,72 1,20 1,76 2,34 2,93 3,50 4,04 4,55 6,45 7,56 8,22 8,62 8,89 9,07 9,20 9,29 9,42 0,8 0,09 0,36 0,77 1,30 1,90 2,53 3,1 8 3,80 4.39 4,95 7,05 8,29 9,03 9,49 9,79 10,00 10,15 10,25 10,40 0,9 0,10 0,38 0,82 1,38 2,02 2,69 3,38 4,05 4,69 5,29 7,58 8,94 9,76 10,27 10,60 10,83 11,00 12,1 2 11,28 11.0 0.10 0.40 0,86 1,44 2,11 2,83 3,55 4,26 4,94 5,57 8,03 9,51 10,40 10,96 11,33 11.58 11,76 11,90 11,07

L/D 1,5 H/D 0,1 0,2 0,3 0,4 0,5 0,6 0,7 0.8 0.9 1,0 0,11 0,45 0,97 1,63 2,40 3,22 4,07 4,90 5,71 6,47 1,5 0,11 0,45 0,97 1,63 2,40 3,22 4,07 4,90 5,71 6,47 2,0 0.1 2 0.47 1,01 1.71 2,52 3,39 4129 5118 6,04 6,87 2,5 0,1 2 0,48 1,03 1.74 2,57 3,46 4,39 5,31 6,04 7,06 3,0 0,1 2 0,48 1,04 1,76 2,60 3,50 4,4 5,37 6,20 7,16 3,5 0,1 2 0,48 1,04 1,77 2,61 3,52 4,47 5,41 6.28 7,22 4,0 0,1 2 0,48 1.05 1,78 2,63 3,54 4,48 5,43 6,33 7,25 4,5 0,1 2 0,48 1,05 1,78 2,63 3,54 4,50 5,45 6,36 7,28 5.0 0,1 2 0,48 1,05 1,78 2,63 3,54 4,50 5.45 6,39 7,28 6.0 0,1 2 0,49 1,05 1,78 2,63 3,55 4,51 5146 6,40 7,30

D. Ca a pe a a ga pe ahayaa a ami ia g ha i.

1. Prosed u r Perancangan Pencah ay aan Alami Siang Hari.


Prosed u r P erancangan Pencah ay aan Al ami Siang Hari dilaksanakan dengan mengikuti bagan di bawah ini :

Gambar 5 : Prosedur perancangan sistem pencahayaan alami siang hari.

2. Pencah ay aan Alami dan Luas Lu bang Cah ay a


a. Un tu k memper oleh ku alit as pencah ay aan yang diinginkan maka di dalam perancangan perlu diperh at ikan h al-h al yang mempengaruh i ku alit as pencah ay aan t erseb ut. Ku alit as pencah ay aan alami siang h ari dal am ru angan dit en tu kan ol eh :

)

perbandingan lu as lu bang cah ay a dan lu as lan t ai.

2) ben tu k dan let ak lu bang cah ay a. 3) faktor refl eksi cah ay a dari perm u kaan di dal am ru angan. b. Kedu du kan Lu bang Cah ay a.

Disamping ketiga faktor tersebut pada 2.2, perlu diperhatikan kedudukan lubang cahaya terhadap bagian lain dari bangunan dan keadaan lingkungan sekitamya yang dapat merupakan penghalang bagi masuknya cahaya kedalam ruangan. c. Bentuk lubang cahaya memberikan pengaruh terhadap distribusi cahaya sebagai berikut : 1) lubang cahaya yang melebar akan berguna untuk mendistribusikan cahaya lebih merata dalam arah lebar ruangan. 2) lubang cahaya efektif yang ukuran tingginya lebih besar dari ukuran lebarnya . memberikan penetrasi ke dalam yang lebih baik. 3 Penghalang cahaya 1) Unsur unsur dad jendela (kusen, palang palang dan lainnya) yang terbuat dari bahan yang tidak tembus cahaya akan mengubah luas ukuran lubang cahaya efektif. 2) Pengurangan ukuran lubang cahaya efektif tidak hanya disebabkan unsur-unsur yang tedetak pada bidang lubang cahaya efektif atau bidang yang sejajar, tetapi juga oleh bidang yang tegak lurus pada bidang ini. 3) Perhitungan faktor langit suatu titik ukur tert entu dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut: a) pertama menetapkan ukuran utama lubang cahaya efektif, sehingga H/D dan L/D dapat ditetapkan. b) kemudian dihitung berapa persen bagian-bagian yang dilihat dari titik ukur itu yang tidak tembus cahaya. c) Faktor langit yang dapat dikalikan dengan (100 - a ) % dimana a adalah bagian yang tidak tembus cahaya. Harga tersebut merupakan harga faktor langit yang telah dikoreksi untuk bagianbagian yang ticlak tembus cahaya. d) Penghalang cahaya lainnya yang berupa bagian dari bangunan itu sendiri seperti: tebal dinding atau bagian bangunan yang menonjol dan

bagian atas lubang cahaya efektif yang dibatasi oleh teritisan dan lainlain. 4) Bangunan lain yang berada di hadapan lubang cahaya umum nya akan membatasi bagian bawah dari lubang cahaya efektif. Apabila pada saat perancangan bangunan belum ada bangunan lain di sekitarnya, sedangkan dalam rencana kota akan dibangun bangunan lain maka hal ini harus dipertimbangkan pada saat perancangan bangunan. 5) Tanaman dapat merupakan penghalang cahaya karena hal ini sukar sekali untuk diperkirakan maka pengaruhnya sering tidak diperhitungkan. Untuk memperhitungkan hal ini dianjurkan dalam perancangan diambil nilai faktor langit 10% sampai 20% lebih tinggi dari persyaratan yang diberikan. Juga dianjurkan pohon-pohon yang tinggi dan rindang jangan ditanam terlampau dekat pada bangunan. 6) Distribusi cahaya dalam ruangan Kualitas pencahayaan alami siang hari dalam suatu ruangan dapat dikatakan baik apabila : a) tingkat pencahayaan yang minimal dibutuhkan selalu dapat dicapai atau dilampaui tidak hanya pada daerah-daerah di dekat jendela atau lubang cahaya tetapi untuk ruangan secara keseluruhan. b) tidak teqadi kontras antara bagian yang terang dan gelap yang terialu tinggi (40:1) sehingga dapat mengganggu penglihatan 7) Untuk meningkatkan kualitas pencahayaan alami siang hari di dalam ruangan perlu diperhatikan petunjuk-petunjuk di bawah ini : a) apabila kondisi bangunan memungkinkan, hendaknya ruangan dapat menerima cahaya lebih dari satu arah. Hal ini akan membantu meratakan distribusi cahaya dan mengurangi kontras yang mungkin terjadi. b) untuk memanfaatkan sebaik-baiknya pemasukan cahaya alami ke dalam ruangan, hendaknya permukaan ruangan bagian dalam menggunakan warna yang cerah.

c) vitrase (gorden transparan) dapat membantu membaurkan cahaya, tetapi juga mengurangi cahaya yang masuk. Pengurangan cahaya dapat mencapai 50% atau lebih tergantung pada bahan yang digunakan. d) Kasa nyamuk clapat mengurangi masuk sekurang-kurangnya 15%. e) penggunaan kaca khusus untuk mengurangi radlasi termal sebaiknya fidak mengurangi cahaya yang masuk. E. Pengujian dan Peeliharaan 1. Pengujian. Pengujian pencahayaan alami siang hari dimaksudkan menguji dan atau menilai/ memeriksa kondisi pencahayaan alami siang hari pada bab 4. Pengujian dilakukan dengan mengukur atau memeriksa : a. Tingkat Pencahayaan 1) Ukur tingkat pencahayaan di Titik Ukur Utama (TUU). Titik Ukur Samping (TUS), Titik di luar ruangan di tempat terbuka dan pengukuran dilakukan pada waktu yang bersamaan. 2) Hitung faktor langit di TUU dan TUS. b. Indeks kesilauan. Silau terjadi diakibatkan oleh masuknya cahaya matahari langsung atau adanya pantulan dari benda-benda reflektif. Faktor-faktor yang mempengaruhi silau adalah luminansi sumber cahaya, posisi sumber cahaya terhadap penglihatan pengamat dan adanya kontras pada permukaan bidang kerja. Nilai Indeks Kesilauan dapat dihitung dengan rumus-rumus yang ada pada CIBSE Publication TM 10 (CIBSE = Charter ed Institution of Building Services Engineering) 2. Pemeliharaan. Pada pencahayaan alami siang had sebagai sumber masuknya cahaya ke dalam ruangan adalah dilakukan adalah lubang cahaya. Pemeliharaan yang yang perlu dapat menghindarkan adanya penghalang banyaknya arus cahaya yang

mengurangi

terang

langit

yang

masuk

ke

dalam

ruangan

dan

membersihkan kaca-kaca. CONTOH SOAL : Contoh Perhitungan Untuk Perencanaan. Perhitungan untuk perancangan pencahayaan alami siang hari dari suatu sudut ruangan sebagai berikut :Ukuran ruang duduk: panjang 6 m, lebar 5 m. Titik-titik ukur utama pada 2 m.
y y y y y y y y

fl untuk TUU 0,35 d = 1,75% fl untuk TUS 0, 16 d = 0,80% Koreksi dari kusen jendela = 30% fl di TUU menjadi 2,5% fl di TUS menjadi 1, 15% Karena letak jendela simetris ke arah melebar (ke kiri dan ke kanan), maka fl di masing-masing TUU = 1,25% fl di TUS = 1,15%

1) harga faktor langit tersebut dapat diperoleh dengan ukuran jendela dengan kombinasi sebagaimana tercantum pada tabel berikut.
Lubang cahaya atau jendela Lebar (m) 0,40 0,80 1,20 1,60 2,00 Tinggi (m). 3,80 1,64 1,24. 1,04 0,94 Luas 1,52 1,31 1,49 1,6 2,98

H/D 1,9 0,82 0,62 0,52 0,47

L/D 0,1 0.2 0,3 0,4 0,5

2) bila diperhatikan adanya penghalang cahaya oleh bangunan-bangunan di seberangjalan. Dimisalkan jarak antara titik ukur dan titik-titik dari bangunan di seberang jalan rata-rata 30 m dan tingginya di atas bidang kerja = 9 m, maka ini berarti bahwa bagian lubang sampai H/D = 0,3 tidak memberikan jalan kepada

cahaya langsung dari langit. Dalam hal ini hasilnya akan sebagaimana tercantum pada table beriku:
.
H/D 2,58 0,97 0,74 0,65 0,59 UD 0,1 0,2 0,3 0,4 0,5 Lubang cahaya atau jendela Lebar (m) 0,40 0,80 1,20 1,60 2,00 Tinggi (m). 5,16 1,94 1,48 1,30 1,18 luas (m2) 2,06 1,55 1,18 2,08 2,36

3) Untuk memenuhi ketentuan yang berlaku untuk Titik Ukur Samping, hanya dibutuhkankurang lebih untuk masing-masing jendela di samping seluas 50% dari yang di tengah. Hal ini berlaku, apabila pengaruh dari jendela tengah untuk Titik-titik Ukur Samping sama sekali tidak diperhitungkan. 4) Untuk memenuhi sekaligus kedua ketentuan menurut perhitungan dapat diambil satu jendela simetris terhadap Titik Ukur Utarna dengan ukuran : a) Lebar 4,00 m, tinggi 1,10 m, luas 4,40 m2 atau Lebar 3,50 m, tinggi 1,20 m, Luas4,20 m2 atau Lebar 3,00 m, tinggi 1,40 m, Luas 4,20 m2. b) Kemungkinan di atas hanya sebagai contoh saja, karena masih banyak kombinasikombinasi lain yang mungkin. Dalam perhitunganperhitungan ini, selalu diambil sebagai bagian terendah dari jendela adalah tinggi bidang kerja (0,75 m dari lantai)

BAB II SISTEM PENCAHAYAAN BUATAN PADA BANGUNAN

Sistem pencahayaan buatan adalah salah satu sistem perencanaan bangunan yang harus dipersiapkan secara matang. Sistem ini digunakan sebagai penunjang fasilitas gedung di samping adanya sistem pencahayaan secara alami. Kedua sistem pencahayaan ini harus dipadukan sedemikian rupa agar dapat saling melengkapi satu sama lain. Sistem pencahayaan buatan dapat dikelompokkan menjadi 3, yaitu: a). Sistem pencahayaan merata. Sistem ini memberikan tingkat pencahayaan yang merata di seluruh ruangan, digunakan jika tugas visual yang dilakukan di seluruh tempat dalam ruangan memerlukan tingkat pencahayaan yang sama. Tingkat pencahayaan yang merata diperoleh dengan memasang armatur secara merata langsung maupun tidak langsung di seluruh langit-langit. b). Sistem pencahayaan setempat. Sistem ini memberikan tingkat pencahayaan pada bidang kerja yang tidak merata. Di tempat yang diperlukan untuk melakukan tugas visual yang memerlukan tingkat pencahayaan yang tinggi, diberikan cahaya yang lebih banyak dibandingkan dengan sekitarnya. Hal ini diperoleh dengan mengkonsentrasikan penempatan armatur pada langit-langit di atas tempat tersebut. c). Sistem pencahayaan gabungan merata dan setempat. Sistem pencahayaan gabungan didapatkan dengan menambah sistem pencahayaan setempat pada sistem pencahayaan merata, dengan armatur yang dipasang di dekat tugas visual. Sistem pencahayaan gabungan dianjurkan digunakan untuk tugas visual yang memerlukan tingkat pencahayaan yang tinggi; memperlihatkan bentuk dan tekstur yang memerlukan cahaya datang dari arah tertentu; pencahayaan merata terhalang, sehingga tidak dapat sampai pada tempat yang terhalang tersebut; dan tingkat pencahayaan yang lebih tinggi diperlukan untuk orang tua atau yang kemampuan penglihatannya sudah berkurang.

A. KON

!!

NCAHA AAN

"

#$ A%AN & m2 luas,

Keku at an cah ay a (l) diu ku r dal am lilin. Aru s cah ay a (A) diu ku r dalam lu men (lm ). Keku at an penerangann diu ku r dalam lux (lx). Jika pada jatuh cah ay a seban yak & lm, maka pada lu as t erseb ut keku at an peneragan sebesar

& lx, dengan demikian & lx = & lm per m 2.


E= lux

Dal am h al ini F adal ah lu as bidang yang disinari dal am m 2. Besarn ya keku at an y ang diperlu kan bergan tu ng pada su su nan ru angan dan sifat pekerj aan yang h aru s dilaku kan. Semen t ara itu u n tu k menen tu kan jum lah lampu yang h aru s ada dal am su atu ru angan, menggu nakan ru m u s: P= Dal am h al ini: P = kapasit as lampu ( watt), En = keku at an penerangan (lx), A = lu as penerangan (m 2), P* = kapasit as samb u ngan (W/m2), K = faktor koreksi. B. BAHAN-BAHAN DAN '()ALA AN 1. Lampu a. Spektru m Cah ay a. Dal am pemilih an lampu , ada du a h al y ang perlu diperh atikan, yaitu t ampak warna y ang din y at akan dalam t emperatu r warna dan efek warna lebih besar dari 5300 Kel+ in t ampak warnan y a dingin, 3300 ~ 5300 Kel+ in t ampak warnan ya sedang dan lebih kecil dari 3300 Kel+ in t ampak warnan ya h angat . Un tu k perkan toran di Ind onesia disarankan memakai Kel+ in. Indeks renderasi warna din yat akan dengan angka 0 sampai dengan t emperatu r warna l ebih besar dari 5300 Kel+ in at au an t ara 3300 ~ 5300 yang din yat akan dalam indeks renderasi warna. Temperatu r warna y ang

100, dimana angka 100 menyatakan warna benda yang dilihat akan sesuai dengan warna aslinya. Lampu pijar dan lampu halogen mempunyai indeks renderasi warna mendekati 100. Pemilihan warna lampu bergantung kepada Tingkat pencahayaan yang diperlukan agar diperoleh pencahayaan yang nyaman. Dari pengalaman secara umum, makin tinggi tingkat pencahayaan yang diperlukan, makin sejuk tampak warna yang dipilih sehingga tercipta pencahayaan yang nyaman. b. Efisiensi lampu. Efisiensi lampu atau yang disebut juga efikasi luminus, menunjukkan efisiensi lampu dari pengalihan energi listrik ke cahaya dan dinyatakan dalam lumen per watt (lumen/ watt). Banyaknya cahaya yang dihasilkan oleh suatu lampu disebut Fluks luminus dengan satuan lumen. Efikasi luminus lampu bertambah dengan bertambahnya daya lampu. Rugi-rugi balast harus ikut diperhitungkan dalam menentukan efisiensi sistem lampu (daya lampu ditambah rugi-rugi balast). c. Umur lampu dan depresiasi. Ada beberapa cara untuk menentukan umur lampu, antara lain : 1) Umur individual teknik. 2) Umur rata-rata. 3) Umur minimum. 4) Umur rata-rata pengenal. Juga perlu dipertimbangkan keekonomisan umur lampu berdasarkan fluks luminus dan umur teknik, yaitu banyaknya jam menyala pada kombinasi antara depresiasi/ pengurangan fluks luminus lampu dan kegagalan lampu. Umur lampu banyak dipengaruhi oleh hal-hal antara lain temperatur ruang, perubahan tegangan listrik, banyaknya pemutusan dan penyambungan pada sakelar, dan jenis komponen bantunya (balast, starter dan kapasitor).

d. Jenis lampu. Pada saat sekarang, lampu listrik dapat dikategorikan dalam dua golongan, yaitu : lampu pijar dan lampu pelepasan gas. 1) Lampu pijar. Lampu pijar menghasilkan cahayanya dengan pemanasan listrik dari kawat filamennya pada temperatur yang tinggi. Temperatur ini memberi radiasi dalam daerah tampak dari spektrum radiasi yang dihasilkan. Komponen utama lampu pijar terdiri dari filamen, bola lampu, gas pengisi dan kaki lampu (fitting). a) Filamen. Makin tinggi temperatur filamen, makin besar energi yang jatuh pada spektrum radiasi tampak dan makin besar efikasi dari lampu. Pada saat ini jenis filament yang dipakai adalah tungsten. b) Bola lampu. Filamen suatu lampu pijar ditutup rapat dengan selubung gelas yang dinamakan bola lampu. Bentuk bola lampu bermacammacam dan juga warna gelasnya. Bentuk bola (bentuk A), jamur (bentuk E), bentuk lilin dan lustre dengan bola lampu bening, susu atau buram dan dengan warna merah, hijau, biru atau kuning. c) Gas pengisi. Penguapan filamen dikurangi dengan diisinya bola lampu dengan gas inert. Gas yang umumnya dipakai adalah Nitrogen dan Argon. d) Kaki lampu. Untuk pemakaian umum, tersedia dua jenis yaitu kaki lampu berulir dan kaki lampu bayonet, yang diindentifikasikan dengan huruf E (edison) dan B (Bayonet), selanjutnya diikuti dengan angka yang menyatakan diameter kaki lampu dalam milimeter (E27, E14dan lain-lain). Bahan kaki lampu dari alumunium atau kuningan.

e) Jenis lampu pijar khusus. 1) Lampu. reflektor. Lampu pijar yang mempunyai reflektor yang terbuat dari lapisan metal tipis pada permukaan dalam dari bola lampu yang memberikan arah intensitas cahaya yang dipilih. Reflektor dalam tidak boleh rusak, korosi atau terkontaminasi. Lampu berreflektor mempunyai 2 jenis, yaitu jenis Pressed glass dan jenis Blown bulb. a. Lampu Pressed glass, adalah lampu yang kokoh dan gelas tahan panas. Gelas depan mempunyai beberapa jenis pancaran cahaya seperti spot, flood, wide flood. Lampu ini dapat dipasang langsung sebagai pasangan instalasi luar, tahan terhadap cuaca. b. Lampu Blown bulb, menyerupai lampu pressed glass, tetapi lampu ini hanya dipasang di dalam ruangan. 2) Lampu Halogen. Lampu Halogen adalah Lampu pijar biasa yang mempunyai filament temperatur tinggi dan menyebabkan partikel tungsten akan menguap serta berkondensasi pada dinding bola lampu yang selanjutnya mengakibatkan penghitaman. Lampu halogen berisi gas halogen (iodine, chlorine, chromine) yang dapat mencegah penghitaman lampu 2) Lampu pelepasan gas. Lampu ini tidak sama bekerjanya seperti lampu pijar. Lampu ini bekerja berdasarkan pelepasan elektron secara terus menerus di dalam uap yang diionisasi. Kadangkadang dikombinasikan dengan fosfor yang dapat berpendar. Pada umumnya lampu ini tidak dapat bekerja tanpa balast sebagai pembatas arus pada sirkit lampu.Lampu pelepasan gas mempunyai tekanan gas tinggi atau tekanan gas rendah. Gas yang dipakai adalah merkuri atau natrium. Salah satu lampu

pelepasan gas tekanan rendah dan memakai merkuri adalah lampu fluoresen tabung atau disebut TL ( TubeLam ). 3) Lampu fluoresen tabung. Lampu fluoresen tabung dimana sebagian besar cahayanya dihasilkan oleh bubuk fluoresen pada dinding bola lampu yang diaktifkan oleh energi ultraviolet dari pelepasan energi elektron. Umumnya lampu ini berbentuk panjang yang mempunyai elektroda pada kedua ujungnya, berisi uap merkuri pada tekanan rendah dengan gas inert untuk penyalaannya. Jenis fosfor pada permukaan bagian dalam tabung lampu menentukan jumlah dan warna cahaya yang dihasilkan. Lampu fluoresen mempunyai diameter antara lain 26 mm dan 38 mm, mempunyai bermacam-macam warna; merah, kuning, hijau, putih, daylight dan lain-lain serta tersedia dalam bentuk bulat (TLE). Lampu fluoresen mempunyai dua sistem penyalaan, yaitu memakai starter dan tanpa starter. Lampu fluoresen jenis tanpa starter antara lain TL-RS, TL-X dan TL-M. Ada dua jenis lampu fluoresen tanpa starter yaitu rapid start dan instant start. Bentuk lampu fluoresen dapat berbentuk miniatur dan ada yang dilengkapi dengan balast dan starter dalam satu selungkup gelas dan kaki lampunya sesuai dengan kaki lampu pijar . Lampu ini memakai balast elektronik atau balast konvensional dan disebut lampu fluoresen kompak. Lampu ini mengkonsumsi hanya 25% energi dibandingkan dengan lampu pijar untuk fluks luminus yang sama serta umurnya lebih panjang. 2. Komponen Listrik a. Starter Starter mempunyai fungsi untuk menyalakan lampu diperlukan starter. Starter diperlukan untuk pemanasan awal/preheat dari elektroda lampu dan memberikan tegangan puncak yang tinggi sehingga cukup

untuk memicu pelepasan elektron di dalam lampu. Setelah penyalaan terjadi, starter harus berhenti menghasilkan tegangan puncak tersebut. b. Kapasitor Kapasitor mempunyai 2 jenis kapasitor, yakni: 1) Jenis basah (wet). Kapasitor bentuk basah yang tersedia saat ini adalah jen is Non PCB oil yang dilengkapi dengan pemutus internal untuk menjaga bila terjadi kegagalan sehingga tidak mengakibatkan kapasitor menjadi pecah atau kebocoran minyak. 2) Jenis kering (dry). Kapasitor jenis kering yang tersedia saat ini adalah kapasitor film metal. Kapasitor ini relatif baru digunakan dalam industri perlampuan dan belum tersedia dalam berbagai aplikasi. Kapasitor kering tidak direkomendasikan pada pemakaian instalasi seri karena kerugian dayanya tinggi. c. Balast Balast berfungsi sebagai komponen pembatas arus. Sedangkan jenis-jenisnya antara lain: 1) Balast resistor. Pada kondisi kerja yang stabil, balast ini memerlukan pasokan tegangan dua kali lebih besar dari kebutuhan tegangan lampu. Hal ini berarti 50% daya listrik diboroskan oleh balast dan akhirnya penggunaannya menjadi tidak ekonomis. 2) Balast induktif atau choke. Balast induktif (choke) terdiri dari sejumlah lilitan kawat tembaga pada inti besi yang dilaminasi, bekerjanya dengan prinsip induktansi sendiri. 3) Balast elektronik. Balast ini bekerja pada sistem frekuensi tinggi ( High Frequency = HF). Sistem balast elektronik terintegrasi dalam suatu kotak, dimana

di dalamnya terdapat komponen - komponen elektronik yang terdiri dari beberapa blok, yaitu low pass filter, konverter AC/DC, generator HF dan pengendali lampu. 3. Armatur adalah rumah lampu yang digunakan untuk mengendalikan dan mendistribusikan cahaya yang dipancarkan oleh lampu yang dipasang didalamnya, dilengkapi dengan peralatan untuk melindungi lampu dan peralatan pengendalian listrik. Untuk memilih armatur yang akan digunakan, perlu dipertimbangkan faktor-faktor yang berhubungan dengan pencahayaan, sebagai berikut : a). distribusi intensitas cahaya. b). efisiensi cahaya. c). koefisien penggunaan. d). perlindungan terhadap kejutan listrik. e). ketahanan terhadap masuknya air dan debu. C. PENGUJIAN Pengujian kinerja sistem pencahayaan dimaksudkan untuk mengetahui dan atau menilai kondisi suatu sistem pencahayaan apakah masih, sudah atau belum memenuhi standar atau ketentuan pencahayaan yang berlaku. Pengujian dimaksudkan untuk memeriksa, mengamati dan mengukur : 1. Tingkat pencahayaan (Lux). 2. Indeks kesilauan. Sebagaimana diuraikan terdahulu, tingkat pencahayaan dari suatu sumber cahaya buatan dipengaruhi oleh banyak faktor antara lain : posisi pemasangan, umur lampu, pemeliharaan dan tegangan listrik. Demikian juga tingkat kesilauan dipengaruhi oleh pemasangan dan penggunaan armatur, penempatan lampu, posisi pengamat terhadap sumber cahaya dan kontras serta luminansi.

D. PENG-PERASIAN Pada pengoperasian instalasi sistem pencahayaan dalam suatu bangunan, maka perencanaan penempatan alat pengendali perlu mendapatkan perhatian sehingga tata cahaya dapat dikendalikan dengan baik. 1. Penempatan Alat Kendali. a) Semua alat pengendali pencahayaan harus ditempatkan pada tempat yang mudah dilihat dan dijangkau. b) Sakelar yang melayani meja/tempat kerja, bila mudah dijangkau merupakan bagian armatur yang digunakan untuk menerangi meja/tempat kerja tersebut. c) Sakelar yang mengendalikan sistem pencahayaan pada lebih dari satu lokasi tidak boleh dihitung sebagai tambahan jumlah sakelar pengendali. d) Setiap ruangan yang terbentuk karena pemasangan partisi harus dilengkapi sedikitnya satu sakelar ON/OFF. e) Ruangan dengan luas maksimum 30 m2 harus dilengkapi dengan satu sakelar untuk satu macam pekerjaan atau satu kelompok pekerjaan. f) Setiap sakelar maksimum melayani total beban daya sebagaimana dianjurkan pada PUIL edisi terakhir. 2. Pengendalian Sistem Pencahayaan. a) Semua sistem pencahayaan bangunan harus dapat dikendalikan secara manual atau otomatis kecuali yang terhubung dengan sistem darurat. b) Pencahayaan luar bangunan dengan waktu pengoperasian terus menerus kurang dari 24 jam, sebaiknya dapat dikendalikan secara otomatis dengan timer, photocell, atau gabungan keduanya. c) Armatur-armatur yang letaknya paralel terhadap dinding luar pada arah datangnya cahaya alami dan menggunakan sakelar otomatis atau sakelar terkendali harus juga dapat dimatikan dan dihidupkan secara manual. d) Daerah dimana pencahayaan alami tersedia dengan cukup, sebaiknya dilengkapi dengan sakelar pengendali otomatis yang dapat mengatur penyalaan lampu sesuai dengan tingkat pencahayaan yang dirancang.

e) Berikut ini adalah hal-hal yang tidak diatur dalam ketentuan pengendalian sistem pencahayaan : 1) Pengendalian pencahayaan yang mengatur suatu daerah kerja yang luas secara keseluruhan dimana kebutuhan pencahayaan dan pengendali dipusatkan ditempat lain (termasuk lobi umum dari perkantoran, Hotel, Rumah Sakit, Pusat belanja, dan gudang). 2) Pengendalian otomatis atau pengendalian yang dapat diprogram. 3) Pengendalian yang memerlukan operator terlatih. 4) Pengendalian untuk kebutuhan keselamatan dan keamanan daerah berbahaya. E. PEMELIHARAAN Pemeliharaan terhadap sistem pencahayaan dimaksudkan untuk menjaga agar kinerja sistem selalu berada pada batas-batas yang ditetapkan sesuai perancangan, dan untuk memperoleh kenyamanan. Jika faktor pemeliharaan ini dilakukan sejak tahap perancangan, maka beban listrik dan biaya awal dapat diminimalkan. Pemeliharaan ini mencakup penggantian lampu-lampu dan komponen listrik dalam armatur yang rusak/putus atau sudah menurun kemampuannya, pembersihan armatur dan permukaan ruangan secara terjadwal. Sistem pencahayaan membutuhkan pemeliharaan, karena tanpa melakukan ini maka kinerja sistem akan berkurang. Fluks luminus lampu akan berkurang dengan bertambahnya umur sampai akhirnya putus. Kecepatan penurunan kinerja ini berbeda untuk setiap jenis lampu. Selain itu, akumulasi debu pada lampu, armatur dan permukaan ruangan juga akan menurunkan Fluks luminus yang akan diterima oleh bidang kerja. Agar tindakan pemeliharaan pada sistem tata cahaya terjamin pelaksanaannya, maka pemilik atau pengelola bangunan sebaiknya memiliki buku petunjuk pengoperasian dan pemeliharaan sistem tata cahaya bangunan. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam rangka pemeliharaan sistem pencahayaan buatan antara lain:

1. Penurunan Fluks Luminus. Ada dua faktor yang harus diperhitungkan dalam menentukan waktu penggantian lampu yaitu penurunan fluks luminus lampu dan probabilitas putusnya lampu. Penilaian terhadap dua faktor ini sangat tergantung pada jenis lampu yang dipakai. Untuk lampu yang menggunakan filamen tungsten (lampu pijar, lampu halogen dan lampu pelepasan tekanan tinggi jenis merkuri tungsten) umumnya akan putus sebelum fluks luminusnya turun secara drastis. Oleh karena itu waktu penggantian lampu-lampu jenis ini lebih ditentukan oleh probabilitas putusnya lampu itu sendiri. Sedangkan untuk jenis lampu pelepasan lainnya pada umumnya sebelum putus akan mengalami penurunan fluks luminus secara drastis. Dengan demikian waktu penggantian ditentukan oleh penurunan fluks luminus dan probabilitas putusnya lampu. Namun, meskipun lampu masih dapat menyala, sebaiknya diganti apabila penurunan fluks luminus secara ekonomis sudah tidak menguntungkan ( 60%). 2. Penurunan Kinerja Armatur. Kinerja armatur berangsur-angsur menurun dengan bertambahnya waktu. Hal ini disebabkan oleh : a) akumulasi debu atau kotoran lain pada permukaan refraktor maupun reflektor, dan b) perubahan warna pada kedua permukaan tersebut akibat bertambahnya umur, karena radiasi cahaya lampu atau korosi. Kecepatan penurunan kinerja ini tergantung pada jumlah dan komposisi debu di udara dan jenis armaturnya. Tidak ada aturan yang pasti untuk menentukan jadwal pemeliharaan/pembersihan armatur. Pada umumnya untuk menentukan jadwal ini, faktor biaya, kesesuaian waktu pelaksanaan dan efisiensi sistem pencahayaan menjadi faktor-faktor yang harus diperhitungkan. Sebagai petunjuk, pada umumnya pembersihan dilakukan minimal setahun sekali (meskipun untuk tempat-tempat tertentu

hal ini tidak cukup). Akan lebih baik apabila waktu pembersihan ini dilakukan bersamaan waktunya dengan waktu penggantian lampu. 3. Pemeliharaan Permukaan-permukaan Ruangan. Lapisan debu dan kotoran yang menempel pada seluruh permukaan ruangan (dan kaca) akan mengurangi faktor refleksi (dan transmisi) cahaya yang berarti akan menurunkan tingkat pencahayaan di dalam ruangan tersebut. Kecepatan penurunan faktor refleksi (dan faktor transmisi) bervariasi bergantung pada : a. Tekstur Permukaan. Untuk permukaan yang mengkilap (glossy) dan agak mengkilap (semi glossy), maka penurunannya akan lebih lambat dari pada permukaan kasar (matt) dan lebih mudah dibersihkan. b. Kemiringan Permukaan. Akumulasi debu pada permukaan vertikal tidak secepat akumulasi pada permukaan horisontal. c. Lokasi bangunan dan kegiatan yang dilakukan di dalam ruangan. F. MASALAH PENCAHAYAAN BUATAN (SILAU) Silau terjadi jika kecerahan dari suatu bagian dari interior jauh melebihi kecerahan dari interior tersebut pada umumnya. Sumber silau yang paling umum adalah kecerahan yang berlebihan dari armatur dan jendela, baik yang terlihat langsung atau melalui pantulan. Ada dua macam silau, yaitu disability glare yang dapat mengurangi kemampuan melihat, dan discomfort glare yang dapat menyebabkan ketidaknyamanan penglihatan. Kedua macam silau ini dapat terjadi secara bersamaan atau sendiri-sendiri. 1. Disability Glare (Silau yang menyebabkan ketidak mampuan melihat). Disability glare ini kebanyakan terjadi jika terdapat daerah yang dekat dengan medan penglihatan yang mempunyai luminansi jauh diatas luminansi obyek yang dilihat. Oleh karenanya terjadi penghamburan cahaya di dalam mata dan perubahan adaptasi sehingga dapat menyebabkan pengurangan kontras obyek. Pengurangan kontras ini cukup dapat membuat beberapa detail

penting menjadi tidak terlihat sehingga kinerja tugas visual juga akan terpengaruh. Sumber disability glare di dalam ruangan yang paling sering dijumpai adalah cahaya matahari langsung atau langit yang terlihat melalui jendela, sehingga jendela perlu diberi alat pengendali/pencegah silau (screening device). 2. Discomfort glare (Silau yang menyebabkan ketidaknyamanan melihat). Ketidaknyamanan penglihatan terjadi jika beberapa elemen interior mempunyai luminansi yang jauh diatas luminansi elemen interior lainnya. Respon ketidaknyamanan ini dapat terjadi segera, tetapi adakalanya baru dirasakan setelah mata terpapar pada sumber silau tersebut dalam waktu yang lebih lama. Tingkatan ketidaknyamanan ini tergantung pada luminansi dan ukuran sumber silau, luminansi latar belakang, dan posisi sumber silau terhadap medan penglihatan. Discomfort glare akan makin besar jika suatu sumber mempunyai luminansi yang tinggi, ukuran yang luas, luminansi latar belakang yang rendah dan posisi yang dekat dengan garis penglihatan. Perlu diperhatikan bahwa variable perancangan sistem tata cahaya dapat mengubah lebih dari satu faktor. Sebagai contoh, penggantian armatur untuk mengurangi luminansi ternyata juga akan menurunkan luminansi latar belakang. Namun demikian, sebagai petunjuk umum, discomfort glare dapat dicegah dengan pemilihan armatur dan perletakannya, dan dengan penggunaan nilai reflektansi permukaan yang tinggi untuk langit-langit dan dinding bagian atas. G. CARA MENGATASI SILAU Ada dua alternatif sistem pengendalian discomfort glare, yaitu Sistem Pemilihan Armatur dan Sistem Evaluasi Silau. Kedua sistem ini mempunyai karakteristik dan aplikasi yang berbeda. Secara umum, Sistem Pemilihan Armatur dapat digunakan sebagai alternatif dari Sistem Evaluasi Silau jika nilai Indeks Kesilauan yang direkomendasikan untuk aplikasi tertentu adalah lebih besar dari 19. Indeks kesilauan adalah angka yang menunjukkan tingkat kesilauan dari suatu

sistem pencahayaan, dimana makin besar nilainya makin tinggi pengaruh penyilauannnya. 1. Sistem Pemilihan Armatur untuk mengurangi discomfort glare. Perancang sistem tata cahaya adakalanya harus memilih sistem tata cahaya berdasarkan informasi tentang tugas visual atau lingkungan yang tidak lengkap. Sebagai contoh, sifat pekerjaan yang akan dilakukan di dalam suatu ruangan tidak diketahui, atau jenis permukaan atau detail penyekatan ruangan belum ditentukan pada saat keputusan rancangan sistem tata cahaya dibutuhkan. Bila hal ini terjadi, maka perancang sistem tata cahaya harus membuat asumsi berdasarkan pengalamannya. Jika sistem tata cahaya terdiri dari susunan teratur dari satu jenis armatur, maka sistem pemilihan armatur ini dapat digunakan. Sistem pemilihan armatur ini berdasarkan alasan bahwa probabilitas terjadinya discomfort glare akan berkurang dengan mengendalikan luminansi dari armatur pada suatu arah tertentu, bergantung pada ukuran ruangan dan tingkat pencahayaan yang dibutuhkan. Luminansi armatur dapat dibatasi dengan : a) mengubah luminansi lampu menggunakan metoda pengendalian optis untuk menjaga luminansi pada sudut kritis tertentu dalam batas-batas yang direkomendasikan ; b) memotong pandangan langsung terhadap lampu menggunakan bahan tak tembus cahaya, kisi-kisi ( louver) atau bagian permanen dari bangunan Perlu diperhatikan bahwa selain sistem tata cahaya untuk pencahayaan merata, adakalanya sistem pencahayaan setempat juga digunakan dalam suatu ruangan. Dalam hal ini haruS diperhatikan bahwa pencahayaan setempat tidak menaikkan probabilitas terjadinya discomfort glare dan ini adalah asumsi yang dibuat pada saat menggunakan sistem pemilihan armatur pada sistem tata cahaya untuk pencahayaan merata.

2. Sistem Evaluasi Silau Beberapa jenis tugas visual atau lingkungan interior membutuhkan perhatian yang lebih kritis terhadap pengendalian discomfort glare. Hal ini terjadi pada hal-hal berikut ini : a) Ukuran ruangan yang besar (dengan indeks ruangan lebih besar dari 2) yang berakibat bahwa dalam daerah penglihatan normal penghuni ruangan terdapat sejumlah besar armatur. b) Tugas visual yang sulit, misalnya, detail obyek yang kecil, kontras yang rendah, persepsi (penglihatan) yang cepat, yang membutuhkan perhatian visual yang kontinu. c) Arah pandang dari pekerja pada atau diatas horisontal untuk selang waktu yang panjang, misalnya, di dalam Ruang Kontrol, Ruang Kelas, Ruang computer. d) Permukaan ruangan dan peralatan yang ada berwarna gelap atau kurang mendapat cahaya.

BAB III SISTEM TATA UDARA PADA BANGUNAN

A. Definisi dan Penjelasan Sistem tata udara adalah suatu proses mendinginkan/memanaskan udara sehingga dapat mencapai suhu dan kelembaban yang diinginkan/dipersyaratkan. Selain itu, sistem tersebut berfungsi mengatur aliran udara dan kebersihannya. Sistem penyegaran udara yang dilakukan pada umumnya dibagi menjadi dua golongan utama yaitu : 1. Penyegaran udara untuk kenyamanan Menyegarkan udara ruangan untuk memberikan kenyamanan kerja bagi orang yang melakukan kegiatan tertentu. 2. Penyegaran udara untuk industri Menyegarkan udara ruangan karena diperlukan oleh proses, bahan, peralatan atau barang yang ada di dalamnya. Jika seseorang berada di dalam suatu ruangan tertutup untuk jangka waktu yang lama, maka pada suatu ketika ia akan merasa kurang nyaman, begitu juga jika kita berada pada ruang terbuka pada siang hari dengan sinar matahari mengenai tubuh kita akan terasa kurang nyaman. Hal ini diakibatkan dua hal utama yakni temperatur (suhu) dan kelembaban (humidity) udara tersebut tidak sesuai dengan yang dibutuhkan oleh tubuh. Berikut adalah hal-hal yang perlu diperhatikan dalam mengatur sistem tata udara menurut jenis bangunan: 1. Perkantoran Penyegaran udara gedung kantor diperlukan untuk memberikan kenyamanan lingkungan kerja bagi para karyawan. Penyegaran udara itu juga diadakan untuk melindungi peralatan kantor, sebaiknya terdapat pengatur suhu dan kelembaban atau penyegar udara untuk setiap kelompok ruangan dengan kegiatan yang sama.

2. Hotel Hotel terdiri dari ruang tamu, kamar, ruangan umum seperti ruang duduk, ruang makan dan sebagainya. Ruang tamu sebaiknya sistem penyegaran dilengkapi dengan pengatur suhu dan kelembaban, dengan demikian suhu dan kelembabannya dapat disesuaikan dengan keperluan, seperti umur, jenis kelamin dari tamu dan sebagainya. 3. Pusat Pertokoan Pengaturan udara di pertokoan juga berkaitan dengan unsure kenyamanan pengunjung, dengan demikian mengoptimalkan fungsinya sebagai bangunan komersial. 4. Industri Sistem penyegaran udara untuk keperluan industri dibagi menjadi dua golongan, yaitu penyegaran udara untuk kenyamanan, untuk memberikan kenyamanan lingkungan kerja bagi karyawan; penyegaran udara industry untuk mengatur suhu dan kelembababan dari udara yang dipergunakan dalam proses produksi, penyimpanan, lingkungan kerja mesin, dan sebagainya. 5. Rumah Sakit Rumah Sakit berbeda dari jenis bangunan lainnya, dimana lingkungannya harus dijaga supaya tetap bersih untuk mencegah penyebaran dan berkembangnya bakteri patogenik. Oleh karena itu ruangan yang tersedia hendaknya dibagi menjadi beberapa daerah, sedemikian rupa sehingga tidak terjadinya pencampuran udara yang mengandung kuman penyakit. 6. Tempat Tinggal Guna mendapatkan pola hidup dan lingkungan yang sehat dan nyaman, maka tata udara di tempat tinggal memang sangat penting. Apalagi, di sanalah kita hidup dan menghabiskan waktu sehari-hari.

B. Prinsip Pen. egar Udara Penyegar udara atau yang biasa disebut Air Conditioner(AC) dirancanng dengan mempergunakan bahan atau unsur pendingin (Refrigeran) yang mempunyai sifat mekanis yang dimasukkan ke dalam suatu sistem peredaran udara untuk diedarkan melalui komponen-komponen utama penyegar yang telah dibuat sedemikian rupa sehingga dapat menghisap atau menyerap suhu panas udara di dalam suatu ruangan dan memindahkan suhu panas udara tersebut keluar ruangan, sehingga tercapailah suatu penyegar udara yang ideal. Penyegar udara yang baik harus mempunyai syarat-syarat sebagai berikut : 1. Dapat mengatur dan menyesuaikan suhu didalam ruangan. 2. Dapat menjaga dan mengatur kelembaban udara. 3. Memperlengkapi penukaran udara dengan baik. 4. Dapat mengedarkan kembali udara yang telah ada di dalam ruang yang sudah diberikan pengaturan udara. 5. Dapat menyaring dan membersihkan udara. 1. Lingkaran Pendinginan (Refrigerant C/ cle) Semua bagian dari sistem pendinginan adalah serupa, kecuali ukuran ukurannya, tergantung dari kerangka pendinginan tersebut. Lingkaran pendingin merupakan suatu rangkaian pertukaran dari bagian-bagian bahan pendingin, didalam proses ini bahan pendingin diubah dari bentuk cairan menjadi uap kemudian diolah kembali menjadi suatu bentuk cairan. Tenaga yang berbentuk panas yang merubah cairan menjadi uap adalah bentuk panas yang merupakan hawa panas yang ditarik dari udara didalam ruangan yang diinginkan. Lingkaran pendinginan terdiri dari 4 proses, yaitu : 1. Kenaikkan tekanan didapat dari dalam kompresor 2. Menghilangkan panas didalam Kondensor 3. Mendapatkan hawa panas di dalam Evaporator. 4. Menghilangkan tekanan didalam Capillary tube

Keterangan: 1. Kompresor. Kompresor adalah suatu alat mekanis yang dapat menarik gas pendinginan dan kemudian menyalurkan dengan suatu tekanan yang lebih tinggi ke Kondensor. Saat ini umumnya kompresor digerakkan oleh motor listrik. Kompresor juga jantung dari sistem tata udara, Kompresor berguna untuk menghisap uap refrigeran dari ruang penampung uap. Ketika di dalam penampung uap, tekanannya diusahakan agar tetap rendah, supaya refrigerant senantiasa berada dalam keadaan uap dan bersuhu rendah. Lalu ketika di dalam kompresor, tekanan refrigeran dinaikkan sehingga memudahkan pencairannya kembali. Energi yang diperlukan untuk kompresi diberikan oleh motor listrik yang menggerakkan kompresor. Jumlah refrigeran yang bersirkulasi dalam siklus refrigerasi tergantung pada jumlah uap yang dihisap masuk ke dalam kompresor . Dua jenis utama dari kompresor: 1. Kompresor positif, dimana gas di hisap masuk kedalam silinder dan dikompresikan sehingga terjadi kenaikan tekanan. 2. Kompresor non positif, dimana gas yang dihisap masuk dipercepatalirannya oleh sebuah impeler yang kemudian mengubah energy kinetik untuk menaikkan tekanan. Empat jenis kompresor refrigerasi yang paling umum adalah: 1. Kompresor torak (reciprocating compressor) 2. Kompresor sekrup (rotary screw compressor) 3. Kompresor sentrifugal 4. Kompresor sudu (vane)

2. Kondensor Kondensor adalah suatu alat yang menarik hawa panas baik yang kentara maupun tak kentara dari gas yang telah ditekan, dan memindahkannya kesuatu medium pendinginan udara atau air, jadi dengan kata lain, gas tersebut dicairkan oleh kondensor ini. Kondensor berguna untuk pengembunan dan pencairan kembali uap refrigeran. Uap refrigeran yang bertekanan dan bersuhu tinggi pada akhir kompresi dapat dengan mudah dicairkan dengan mendinginkannya dengan air pendingan (dengan udara pendingin pada sistem dengan pendinginan udara) yang ada pada suhu normal. Dengan kata lain, uap refrigeran menyerahkan panasnya (kalor laten pengembunan) kepada air dingin di dalam kondensor, sehingga mengembun dan menjadi cair. Jadi karena air pendingin menyerap panas dari refrigeran, maka ia akan menjadi panas pada waktu keluar dari kondensor. Selama refrigeran mengalami perubahan dari fasa uap ke fasa cair, dimana terdapat campuran refrigeran dalam fasa uap dan cair, tekanan (tekanan pengembunan) dan suhunya (suhu pengembunan) konstan. Kalor yang dikeluarkan dari dalam kondensor adalah jumlah kalor yang diperoleh dari udara yang mengalir melalui evaporator. Uap refrigeran menjadi cair sempurna didalam kondensor, kemudian dialirkan kedalam melalui pipa kapiler /katup ekspansi. Jenis-jenis kondensor : 1. Kondensor Tabung dan Pipa Horisontal Ciri-ciri kondensor tabung dan pipa adalah sebagai berikut:
Dapat dibuat dengan pipa pendingin bersirip, sehingga relative

berukuran kecil dan ringan.


Pipa air dapat dibuat lebih mudah. Bentuknya sederhana (horisontal) dan mudah pemasangannya. Pipa pendingin mudah dibersihkan.

2. Kondensor Tabung dan Koil Ciri-ciri kondensor tabung dan koil adalah sebagai berikut :    Harganya murah karena mudah pembuatannya. Kompak karena posisinya yang vertikal dan mudah pemasanganya. Boleh dikatakan tidak mungkin mengganti pipa pendingin, sedangkan pembersihannya dilakukan dengan menggunakan deterjen. 3. Kondensor Pipa Ganda Ciri-ciri kondensor jenis pipa ganda adalah sebagai berikut :
Konstruksi sederhana dengan harga memadai. Dapat mencapai kondisi superdingin karena arah aliran

refrigeran dan air pendingin berlawanan.


Penggunaan air pendingin relatif kecil. Kesulitan dalam membersihkan pipa; harus dipergunakan

deterjen.
Pemeriksaan terhadap korosi dan kerusakan pipa tidak

mungkin 3. Evaporator

dilaksanakan;

penggantian

pipa

juga

sukar

dilaksanakan. Evaporator adalah suatu alat yang berguna untuk menghisap panas darisekelilingnya oleh penguapan bahan pendingin cair yang sudah ditakar didalamnya, jadi cairan tersebut dipindahkan dalam bentuk gas. Tekanan cairan refrigeran yang diturunkan pada katup ekspansi, didistribusikan secara merata kedalam pipa Evaporator oleh distributor refrigeran, pada saat itu refrigeran akan menguap dan menyerap kalor dari udara ruangan yang dialirkan melalui permukaan luar dari pipa evaporator.

Cairan refrigerant diuapkan secara berangsur-angsur karena menerima kalor sebanyak kalor laten penguapan, selama proses penguapan itu, di dalam pipa akan terdapat campuran refrigeran dalam fasa cair dan gas. Suhu penguapan dan tekanan penguapan dalam keadaan konstan pada saat itu terjadi. Evaporator adalah penukar kalor yang memegang peranan paling penting di dalam siklus refrigerasi, yaitu mendinginkan media sekitarnya. 4. Capillary Tube Alat ini merupakan suatu pengisi yang diletakkan rapat dibawah Kondensor, dan alat ini berguna untuk mengumpulkan cairan pendingin. Untuk menurunkan tekanan dari refrigeran cair (yang bertekanan tinggi) yang dicairkan di dalam kondensor, agar dapat mudah menguap, maka dipergunakan alat yang dinamakan katup ekspansi atau pipa kapilar. Katup ekspansi ini dirancang untuk suatu penurunan tekanan tertentu. Katup ekspansi yang biasa dipergunakan adalah katup ekspansi termostatik yang dapat mengatur laju aliran refrigeran, yaitu agar derajat super panas uap refrigeran di dalam evaporator dapat diusahakan konstan. Dalam penyegar udara yang kecil dipergunakan pipa kapiler sebagai pengganti katup ekspansi. Cairan refrigeran mengalir ke dalam evaporator, tekanannya turun dan menerima kalor penguapan dari udara, sehingga menguap secara berangsur- angsur. Selanjutnya, proses siklus tersebut di atas terjadi secara berulang-ulang Jenis katup ekspansi yang paling popular untuk sistem refrigasi adalah katup berkendali lanjut panas, yang biasa disebut dengan katup ekspansi termostatik. Katup ekspansi termostatik mengatur laju aliran refrigeran cair yang besarnya sebanding dengan laju penguapan di dalam evaporator. Katup ekspansi mengatur supaya evaporator dapat selalu bekerja sehingga diperoleh efisiensi siklus refrigerasi yang maksimal. Apabila beban pendinginan turun, atau apabila katup expansi membuka lebih

lebar, maka refrigeran didalam evaporator tidak menguap sempurna, sehingga refrigeran yang terisap masuk ke dalam kompresor mengandung cairan. Apabila hal tersebut terjadi dalam waktu cukup lama, sebagian uap akan mencair kembali, dan katup kompresor akan mengalami kerusakan. Refrigerasi adalah metode pengkondisian temperatur ruangan agar tetap berada di bawah temperatur lingkungan. Karena temperatur dingin, sehingga refrigerasi mangan yang terkondisi tersebut selalu berada di bawah temperatur lingkungan, maka ruangan akan menjadi Metode pendinginan menggunakan bantuan dapat juga disebut dengan metode pendinginan. (refrigerasi) ini akan berhasil dengan zat refrigerant. Refrigerant akan bertindak

sebagai media penyerap dan pemindah panas dengan cara merubah fasanya. Refrigerant adalah suatu zat yang mudah berubah fasanya dari cair menjadi uap dan sebaliknya temperaturnya diubah. Refrigeran sangat penting peranannya bagi mesin penyegar udara, sehingga dalam memilih jenis refrigeran haruslah yang paling sesuai dengan jenis kompresor yang dipakai, dan karakteristik termodinamikanya yang antara lain meliputi suhu penguapan dan tekanan penguapan serta suhu pengembunan dan tekanan pengembunan. Persyaratan refrigeran untuk unit refrigerasi adalah sebagai berikut:
y y y y y y y

apabila kondisi

tekanan dan

tekanan penguapannya harus tinggi. tekanan pengembunan yang tidak terlampau tinggi. kalor laten penguapannnya harus tinggi. volume spesifik (terutama dalam fasa gas) yang cukup kecil. koefisien prestasinya harus tinggi. konduktivitas termal yang tinggi. viskositas yang rendah dalam fasa cair maupun fasa gas.

konstanta dielektrika dari refrigeran yang kecil, tahanan listrik yang besar,

y y y y y y y y

serta tidak menyebabkan korosi pada maaterial isolator listrik. refrigeran hendaknya stsbil dan tidak bereaksi dengan material yang dipakai, jadi juga tidak menyebabkan korosi. refrigeran tidak boleh beracun dan tidak berbau merangsang. refrigeran tidak boleh mudah terbakar dan mudah meledak. refrigeran harus mudah dideteksi, jika terjadi kebocoran. harganya tidak mahal dan mudah diperoleh. ramah lingkungan

C. Jenis U0u0 Mesin Pendingin Dan Karakteristikn1 a 1. Unitar1 S1 ste0 (pachage unit) a. Air Cooled system Misal:

2indow AC ( Room AC)

Kapasitas dari 5000-32000 BTU (0,4-2,7) TR = 1,4 0,5 K Keuntungan:


y

Temperatur ruangan dapat dikontrol tersendiri dari masingmasing unit

y y y

Tidak memerlukan ducting Tidak memerlukan pemipaan Instalasinya sangat sederhana

Kerugian:
y y y y y y

Memerlukan space pada dinding dan jendela Umumnya distribusi udara tetap kapasitasnya Pemasangan pada dinding luar sehingga kelihatan kurang baik. Noise (bising) Umur pendek ( 4 tahun) Power consumtion pendek

b. Single Pachage air cooled


y y

Evaporator dan condenser satu unit Instalasinya di atap rumah dgn dihubungkan dengan ducting ke dalam ruangan

y y y

Snigle pachage AC water cooled Evaporator dan condenser satu unit Colling tower terpisah

c. Split Package AC a. Air cooled split system AC  Condenser terpisah di luar dan evaporator dalam ruangan  Condenser ditempatkan di atap atau di pekarangan  Instalasinya dapat menggunakan ducting atau tanpa ducting b.  Condenser didinginkan dengan udara Condenser terpisah di luar dan evaporator dalam ruangan Condenser ditempatkan di atap atau di pekarangan Instalasinya dapat menggunakan ducting atau tanpa ducting Condenser didinginkan dengan air

3ater cooled split system AC


   

2. Central station s4 ste5 AC Sentral


y

Blower,evaporator , condenser dan kompresor ditempatkan pada satu tempat.

y y y

Pendinginan seluruh bangunan di sentralisir pada satu tempat Umur 18 20 tahun Pendinginan untuk bangunan besar dan bertingkat tinggi

Sistem distribusi : 1. All Air System Condenser dan evaporator ditempatkan pada satu tempat Udara dingin dari tempat tersebut dialirkan ke seluruh ruangan dengan ducting

Menggunakan central sistem yang dilengkapi dengan central direct expantion coil 2. All

6ater system

Lebih sederhana ( mudah dipasang dan dirancang) Distribusi udara lebih baik Pemeliharaan di sentralisir operation Kerugian :
y y

Initial cost tinggi ( biaya ducting dan isolasi tinggi). Ukuran shaft dan ducting sama besar

Keuntungan all  

7ater system:

Lebih sederhana ( mudah dipasang dan dirancang) Distribusi udara lebih baik

Permasalahan dan Penyelesaian: Permasalahan biasanya terjadi karena banyak hal antara lain :
y

Evaporator kotor, pemecahanya bersihkan dari kotoran dan lumut lumut

Saringan Buntu Atau Kotor, pemecahan permasalahanya adalah bersihkan dengan air bertekanan sampai tidak ada lagi kotoran yang menempel

Kurang Freon, biasanya hal ini terjadi karena terjadi kebocoran saat instalasi.

Pemecahanya : Cari dengan menggunakan air sabun dengan jalan mengusap atau pada bagian bagian yang rawan bocor, misalkan sambungan. Jika terjadi gelembung gelembung sabaun maka disitu lah summer masalahnya. Maka kencangkan kembali sambungan tersebut atau kalau perlu sambung ulang kembali D. Hubungan antara Sirkulasi Udara dan Kele8baban. Udara yang mengandung uap air dinamakan udara lembab atau udara basah. Sedangkan udara kering adalah udara yang sama sekali tidak mengandung uap air.

Air di udara dapat diserap semua bagian bangunan yang punya sifat menyerap. Selain terjadi karena penyerapan langsung juga terjadi karena pengembunan. Kebanyakan bahan bangunan utama rumah-rumah kini adalah bata atau batako yang umumnya berpori banyak dan dengan demikian menyerap air dari udara. Lebih-lebih lagi menyerap air dari kelembaban tanah di bawah bangunan melalui fondasi. Hal ini terjadi terutama di dinding bagian luar yang langsung berhadapan dengan cuaca dan juga di dinding-dinding kamar mandi dan dapur, daerah daerah yang banyak terdapat air. Air dalam bata ini kalau tidak mendapatkan sinar matahari langsung atau mengalami hambatan dalam pelepasan kandungan airnya, akan menetap selamanya di dinding bata tersebut. Selain itu kalau secara terus-menerus menyerap air dari udara, dinding akan lembab. Akibatknya juga udara di dalam ruang turut lembab, apabila tidak berventilasi cukup. Dinding dan udara lembab akan membawa beberapa persoalan, seperti penampilan dinding yang seperti panuan atau bahkan tumbuh jamur meskipun berulang kali dibersihkan. Juga terjadi pengelopakan cat dan plester yang biasanya menutup dinding tersebut. Belum lagi pengaruh buruknya terhadap kusen yang menyatu dengan bagian dinding tersebut atau lemari yang merapat ke dinding. Buat yang asmatik udara dan dinding yang lembab di kamar tidurnya akan memicu serangan asma. Solusi untuk mengatasi kelembaban adalah:  Buatlah bangunan Anda berdiri agak tinggi dari permukaan tanah disekelilingnya. Umumnya dibuat sekitar 20 sampai 30 cm. Artinya lantai rumah Anda 20-30 cm lebih tinggi dari permukaan tanah asal. Tetapi amatlah menguntungkan apabila kita membuatnya setinggi 60 cm karena sekalian membuat penampilan rumah Anda bertambah baik dan Anda juga merasa nyaman memandang keluar dari dalam rumah Anda, karena mendapatkan posisi memandang lebih baik.

 Kedua, usahakan menghindarkan kontak permukaan dinding bata dengan udara basah atau air hujan. Dengan cara membuat teritisan (overhang/overstek) yang cukup atau melapisi dinding bata dengan bahan yang kedap air.  Selanjutnya, dengan membuat ventilasi yang cukup di semua ruangan. Kalau mungkin dibuat lubang angin di bagian atas dan bagian bawah dinding. Sehingga baik kelembaban dinding maupun kelembaban udara di dalam bisa dihindarkan.  Untuk bagian kamar mandi, umumnya dibuat dinding bata dengan perekat adukan yang kedap air dengan meningkatkan campuran semen PC-nya. Bagi rumah-rumah di dataran tinggi, kelembaban kadang menyertai juga hawa yang dingin. Sehingga ada kemungkinan terjadi pengembunan disebabkan perbedaan temperatur di bagian luar dan di bagian dalam dinding.  Bila bangunan di tempat dingin, ventilasi tentu akan bertentangan dengan kebutuhan ruang dalam yang hangat. Maka, dari itu sebaiknya penggunaan dinding bata atau bahan bahan lain yang mudah menyerap air dihindarkan atau digunakan seminim mungkin.

SUMBER PUSTAKA kompas.com /index=rumah_okt2005 ridwan.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/ 8876/teknik+pendingin1.pdf. sulis-online.blogspot.com_sept2007 SNI. No. 03-2396-1991 : Tata cara perancangan Penerangan alami siang hari untuk rumah dan gedung. Natuurkundige Grondslagen Voor Bouurvorrschriften, 1951, Deel 11, "Dagverlichting Van

9oningen (NBG 11 1951).

Hopkinson (et.al), 1966, Daylighting, London. Adhiwiyogo. M.U, 1969 ; Selection of the Design Sky for Indonesia based on the Illumination Climate of Bandung. Symposium of Enviromental Physics as Applied to Building in the Tropics.

Anda mungkin juga menyukai