Anda di halaman 1dari 9

LEMBARAN DAERAH PROPINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR : 27 TAHUN 1985 SERI D.

============================================================= PERATURAN DAERAH PROPINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA (PERDA DIY) NOMOR : 10 TAHUN 1984 (10/1984) TENTANG KEPUTUSAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR KEPALA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA Menimbang : a. bahwa dalam rangka peningkatan dayaguna dan hasilguna penyelenggaraan Pemerintahan dan Pembangunan perlu adanya tertib administrasi. b. bahwa Keputusan Desa adalah salah satu bagian dari administrasi Pemerintahan Desa oleh karena itu perlu diadakan pengaturan secara intensif demi tercapainya tertib administrasi Pemerintahan Desa. c. bahwa sebagai pelaksanaan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1979 tentang Pemerintahan Desa telah dikeluarkan pedoman penyusunan Peraturan Daerah tentang Keputusan Desa sebagi diatur dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 3 Tahun 1981. d bahwa berdasarkan pasal 15 Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 3 Tahun 1981 tentang keputusan Desa harus diatur dengan Peraturan Daerah Tingkat I dan atas dasar pertimbangan tersebut diatas dipandang perlu segera ditetapkannya Peraturan Daerah Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta tentang Keeeputusan Desa. Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1974 tentang Pokok-Pokok Pemerintahan Di Daerah. 2. Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1950 tentang Pembentukan Daerah Istimewa Yogyakarta jo Peraturan Pemerintah Nomor 31 Tahun 1950 sebagaimana telah diubah dan ditambah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 26 Tahun 1959 3. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1979 tentang Pemerintahan Desa; 4. Keputusan Presiden Nomor 28 Tahun 1950 tentang Penyempurnaan dan Peningkatan Fungsi Lembaga Sosial Desa (LSD) menjadi Lembaga Ketahanan Masyarakat Desa (LKMD); 5. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 1 tahun 1981 tentang Susunan Organisasi dan Tatakerja Pemerintahan Desa dan Perangkat Desa; 6. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 1 Tahun 1981 tentang Pembentukan Lembaran Musyawarah Desa; 7. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 1 Tahun 1981 tentang Keputusan Desa; 8. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 4 Tahun 1983 tentang Tatatertib Rapat Lembaga Musyawarah Desa; 9. Instruksi Menteri dalam Negeri Nomor 9 Tahun 1980 tentang Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1979;

Dengan persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. MEMUTUSKAN Menetapkan : PERATURAN DAERAH KEPUTUSAN DESA. PROPINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKRTA TENTANG

BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan : a. Gubernur ialah Gubernur Kepala Daerah Istimewa Yogyakarta. b. Bupati ialah Bupati Kepala Daerah Tingkat II yang Wilayahnya meliputi Desa yang bersangkutan. c. Camat ialah Kepala Wilayah Kecamatan yang Wilayahnya meliputi Desa yang bersangkutan. d. Kepala Desa ialah Kepala Desa di Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. e. Keputusan Desa adalah semua Keputusan yang telah ditetapkan oleh Kepala Desa setelah di musyawarahkan/ di mufakatkan dengan Lembaga Musyawarah Desa serta telah mendapatkan pengesahan dari Bupati. f. Keputusan Kepala Desa adalah semua Keputusan yang merupakan pelaksanaan dari Keputusan Desa dan Kebijaksanaan Kepala Desa yang menyangkut Pemerintahan dan Pembangunan di Desa sepanjang tidak bertentangan dengan kepentingan umum maupun peraturan perundang-undangan yang berlaku. g. Lembaga Musyawarah Desa adalah Lembaga Permusyawaratan /Permufakatan yang anggotanya terdiri atas Kepala-Kepala Dusun, Pimpinan Lembaga-Lembaga Kemasyarakatan dan PemukaPemuka Masyarakat di Desa yang bersangkutan. h. Lembaga Ketahanan Masyarakat Desa adalah Lembaga Masyarakat di Desa atau Kelurahan yang tumbuh dari oleh dan untuk masyarakat, dan merupakan wadah partisipasi masyarakat dalam pembangunan yang mendukung pelaksanaan pelbagi kegiatan dan prakarsa serta swadaya gotong-royong dalam segala aspek-aspek idiologi, politik, ekonomi, sosial, budaya, agama dan pertahanan keamanan. j. Peraturan Daerah adalah Peraturan Daerah Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. BAB II SYARAT-SYARAT DAN TATACARA PENGAMBILAN KEPUTUSAN Pasal 2 (1) Dalam rangka menetapkan Keputusan Desa Lembaga Musyawarah Desa mengadakan rapat yang harus dihadir oleh : a. Sekurang-kurangnya dua pertiga dari jumlah anggota Lembaga Musyawarah Desa. b. Kepala Desa dan Perangkat Desa;

(2)

(3) (4)

(5)

Disaksikan oleh Camat atau Pejabat Desa yang ditunjuk olehnya. Jika pada waktu yang telah ditetapkan untuk membuka rapat jumlah anggota yang ditentukan pasal 1 huruf a belum tercapai, Pimpinan rapat menunda rapat paling lama 1 (satu) jam. Dalam hal jumlah anggota Lembaga Musyawarah Desa yang hadir kurang dari jumlah sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf a, rapat Lembaga Musyawarah Desa dinyatakan tidak sah. Apabila rapat Lembaga Musyawarah Desa dinyatakan tidak sah maka Kepala Desa setelah mendegar pertimbangan dari Camat menentukan waktu untuk mengadakan rapat berikutnya, selambatlambatnya 3 (tiga) hari setelah rapat pertama. Bilamana rapat Lembaga Musyawarah Desa seperti tersebut ayat (4) tetap tidak memenuhi quorum maka Camat atau Pejabat lain yang ditunjuk olehnya berkewajiban memberikan pengarahan agar tujuan diadakanya rapat Lembaga Musyawarah Desa dapat dicapai. Pasal 3

(1)

(2)

Rancangan Keputusan Desa disusun oleh Kepala Desa dan Disampaikan kepada para anggota Lembaga Musyawarah Desa selambat-lambatnya 3 x 24 jam sebelum Lembaga Musyawarah Desa mengadakan rapat untuk menetapkan Keputusan Desa sebagaimana dimaksud pasal 2 ayat (1). Dalam menyusun Rancagan Keputusan Desa Kepala Desa dibantu oleh Perangkat Desa. Pasal 4

(1)

(2)

Agar dapat mengetahui dan menjalankan keinginan masyarakat, maka dalam penyusunan Rancangan Keputusan Desa mengenai Anggaran Penerimaan dan Pengeluaran Keuangan Desa, Pemerintah Desa mengadakan rapat Desa dengan masyarakat, sesuai dengan kondisi setempat. Rapat Desa sebagimana dimaksud dalam ayat (1) dihadiri oleh Camat atau Pejabat lain yang ditunjuk olehnya. Pasal 5

Rancangan Keputusan Desa yang menyangkut bidang pembangunan Desa di dalam penyusunannya Kepala Desa disamping dibantu oleh perangkat Desa juga dibantu oleh Lembaga Ketahanan Masyarakat Desa. Pasal 6 (1) Keputusan Desa ditetapkan secara musyawarah/mufakat dan harus mencerminkan keinginan masyarakat Desa yang bersangkutan serta tidak boleh bertentangan dengan peraturan perundangundangan yang berlaku. Dalam penetapan Keputusan Desa sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) sejauh mungkin dihindari adanya pungutan suara.

(2)

(3)

Dalam hal musyawarah/mufakat tidak tercapai Camat atau Pejabat lain yang ditunjuk oleh yang berkewajiban untuk memberikan pengarahan. BAB III BENTUK KEPUTUSAN Pasal 7

Bentuk Keputusan Desa ditetapkan Lampiran Peraturan Daerah ini.

sebagaimana

tercantum

dalam

BAB IV TATACARA PENGESAHAN Pasal 8 (1) (2) Keputusan Desa sebagaimana dimaksud dalam pasal 6 dapat dilaksanakan setelah mendapat pengesahan dari Bupati. Keputusan Desa yang harus mendapatkan pengesahan Bupati sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) adalah Keputusan Desa yang ; a. Menetapkan ketentuan-ketentuan yang bersifat mengatur. b. Menetapkan segala sesuatu yang menyangkut kepentingan masyarakat Desa. c. Menetapkan segala sesuatu yang menimbulkan beban bagi keuangan Desa. Untuk mendapatkan pengesahan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) selambat-lambatnya 30 (tiga puluh) hari setelah selesainya musyawarah harus sudah dapat diterima oleh Bupati melalui Camat. Pasal 9 (1) Bupati setelah menerima Keputusan Desa sebagaimana dimaksud dalam ayat (3) pasal 8 selambat lambatnya 30 (tiga puluh) hari harus sudah dapat memberikan pengesahan atau penolakannya. Apabila dalam waktu sebagimana dimaksud ayat (1) Bupati belum memberikan pengesahan maka Keputusan Desa tersebut dinyatakan berlaku. Pasal 10 (1) Keputusan desa yang telah disahkan oleh Bupati selambatlambatnya 30 (tiga puluh ) hari terhitung mulai tanggal pengesahan harus sudah dapat diterima oleh Kepala Desa melalui Camat. Keputusan Desa yang ditolak oleh Bupati selambat-lambatnya 30 (tiga puluh) hari terhitung mulai tanggal penolaknya harus sudah dapat diterima oleh Kepala Desa melalui Camat disertai dengan penjelasan dan petunjuk seperlunya untuk dimusyawarahkan/dimufakatkan kembali dengan Lembaga Musyawarah Desa. BAB V

(3)

(2)

(2)

PELAKSANAAN Pasal 11 (1) (2) (3) Keputusan Desa sebagaimana dimaksud dalam pasal 10 ayat (1) harus dilaksanakan oleh Kepala Desa. Dalam pelaksanaan Keputusan desa sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) Kepala Desa dibantu oleh Prangkat Desa. Dalam hal pelaksanaan Keputusan Desa mengenai pembangunan di Desa Kepala Desa dibantu oleh Prangkat Desa dan Lembaga Ketahanan Masyarakat Desa. Pasal 12 (1) (2) (3) Untuk melaksanakan Keputusan Desa sebagaimana dimaksud dalam pasal 11 Kepala Desa menetapkan kebijaksanaan pelaksanaan dengan Keputusan Kepala Desa. Keputusan Kepala Desa sebagimana dimaksud dalam ayat (1) tembusannya disampaikan kepada Bupati melalui Camat. Bentuk Keputusan Kepala Desa akan diatur lebih lanjut oleh Gubernur sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. BAB VI PERTANGGUNG JAWABAN DAN PENGAWASAN Pasal 13 (1) (2) Kepala Desa memberikan pertanggungjawaban pelaksanaan Keputusan Desa kepada Bupati melalui Camat. Kepala Desa memberikan keterangan pertanggung jawaban sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) kepada Lembaga Musyawarah Desa dalam kesempatan rapat Lembaga Musyawarah Desa. Pasal 14 (1) (2) (3) Pengawasan pelaksanaan Keputusan Desa dilakukan oleh Bupati atau Pejabat lain yang ditunjuk olehnya. Keputusan Kepala Desa sebagimana dimaksud dalam pasal 12 tidak boleh bertentangan dengan kepentingan umum dan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Keputusan desa dan Keputusan Kepala Desa sebagaimana dimaksud dalam pasal 6 dan 12 apabila ternyata setelah dilaksanakan bertentangan dengan kepentingan umum dan peraturan perundangundangan yang berlaku, dibatalkan oleh Bupati. BAB VII KETENTUAN PERALIHAN Pasal 15 Dengan berlakunya Peraturan Daerah ini, maka semua peraturan perundang-undangan yang bertentangan dengan Peraturan Daerah ini dinyatakan tidak berlaku lagi. BAB VIII KETENTUAN PENUTUP

Pasal 16 Hal hal yang belum diatur dalam Peraturan Daerah ini, sepanjang mengenai pelaksanaannya akan diatur oleh Gubernur Kepala Daerah. Pasal 17 Peraturan daerah ini mulai berlaku sejak tanggal diundangkan. Yogyakarta, 31 Oktober 1984 DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH PROPINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA Ketua, DRS,SOEWARDI POESPOJO PAKU ALAM VIII. WAKIL GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

Diundangkan dalam Lembaran Disahkan oleh Menteri Dalam Daerah Propinsi Daerah Istimewa Negeri dengan Keputusan.... Yogyakarta ........................... Nomor 27 seri D Nomor 140.34-327 Tanggal 13 Mei 1985 Tanggal 22 April 1985 SEKRETARIS WILAYAH/DAERAH PROPINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

DRS.SOEMIDJAN. -------------NIP. 010063425. PENJELASAN PERATURAN DAERAH PROPINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 10 TAHUN 1984 TENTANG KEPUTUSAN DESA I. PENJELASAN UMUM Sebagian besar penduduk Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta tinggal di Desa. Pemerintah Desa adalah tingkat Pemerintahan yang terbawah. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1979 tentang Pemerintahan Desa telah diundangkan, juga berbagai aturan pelaksanaannya. Undang-Undang ini mengarahkan agar Desa lebih dinamis, lebih berdayaguna dan berhasilguna di dalam penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan di segala bidang. Sebagaimana

ditegaskan dalam Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1979, bahwa Undang-Undang tersebut mengatur Desa dalam segi pemerintahan saja, dengan bertujuan agar Pemerintah Desa makin mampu menggerakan masyarakat Desa dalam melaksanakan Pemerintahan dan Pembangunan serta penyelenggaraan administrasi Desa yang semakin berkembang sehingga memerlukan penanganan secara tertib. Dengan dibentuknya Lembaga Musyawarah Desa berdasarkan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1979 maka tradisi dan kebiasaan masyarakat yang positif seperti Rembung Desa/Rapat Desa dan semacamnya sesuai dengan Keputusan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor : 4/K/DPRD/1980 tetap dipelihara dan dimanfaatkan untuk kepentingan pembangunan. Mengingat volume kegiatan di Desa semakin bertambah, agar Pemerintah Desa lebih dinamis dan efektif serta tidak timbul ketimpangan dan mengalami hambatan-hambatan dalam melaksanakan kegiatan, maka perlu adanya kegiatan yang harus dilaksanakan oleh Pemerintah Desa bersama masyarakat untuk mencapai dan meningkatkan dayaguna dan hasilguna dalam penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan. Untuk tercapainya hal tersebut di atas, perlu adanya petunjuk sebagai pedoman ialah adanya Keputusan Desa yang sesuai dengan ketentuan yang berlaku, sebagaimana disebutkan dalam pasal 15 Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 3 Tahun 1981. agar tidak meninggalkan sifat musyawarah/mufakat atau tidak menimbulkan pikiran-pikiran yang negatif, Keputusan Desa harus mendapatkan dukungan dari masyarakat dan sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Sesuai dengan pasal 15 Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 3 Tahun 1981 tentang Keputusan Desa, maka pengaturan Keputusan Desa tersebut harus diatur dengan Peraturan Daerah Tingkat I. Atas dasr pertimbangan tersebut di atas, dipandang perlu segera ditetapkannya Peraturan Daerah Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta tentang Keputusan Desa. II. PENJELASAN PASAL DEMI PASAL Pasal 1 : Cukup jelas. Pasal 2 dan 3 : Cukup jelas. Pasal 4 ayat (1) : Yang disebut dengan Rapat Desa adalah Rembung Desa atau semacamnya yang telah menjadi tradisi atau kebiasaan masyarakat setempat. Pasal 4 ayat (2) : Cukup jelas. Pasal 5 s/d 7 : Cukup jelas. Pasal 8 ayat (1) dan (2) : Cukup jelas. Pasal 8 ayat (3) : Pengertian melalui Camat artinya bukanlah Camat hanya meneruskan bahan saja, tetapi

Pasal 9 Pasal 10 ayat (1) Pasal 10 ayat (2) Pasal 11 s/d 17

Camat berkewajiban juga menilai dan memberi pertimbangan mengenai hal-hal yang prinsip dan penting. Pengertian ini juga terdapat dalam pasal 12 ayat (2) dan pasal 13 ayat (1). : Cukup jelas. : Pengertian melalui Camat berarti sesuai prosedure jenjang herarkis pemerintahan. : Cukup jelas. Cukup jelas.

BENTUK KEPUTUSAN DESA KEPUTUSAN DESA.................1) KECAMATAN......................2) KAB/KODYA DATI II............3) TENTANG .................................4) DENGAN RAHMAT TUHAN YAMG MAHA ESA KEPALA DESA...................1 Menimbang :...............................................5) Mengingat :...............................................6) Setelah dimusyawarahkan /dimufakatkan dengan Lembaga Musyawarah Desa...........................................................1) MEMUTUSKAN : Menetapkan : KEPUTUSAN DESA :......................1) KECAMATAN :......................2) KAB/KODYA DATI II :......................3) TENTANG :......................4)

PERTAMA :....................................................7) KEDUA :....................................................8) KETIGA :....................................................9) dan seterusnya. .............1),...........10) KEPALA DESA.................1) ttd 11) nama lengkap 12) LEMBAGA MUSYAWARAH DESA 1..........................13) 1..........................14) 2..........................15) 2..........................16) 3. Daftar Anggota Lembaga Musyawarah Desa terlampir. MENGETAHUI :

CAMAT..................2) ttd 17) nama lengakap 18) DISAHKAN OLEH PADA TANGGAL NOMOR : : BUPATI/WALIKOTAMADYA KDH TINGKAT II.......3) : ..........................................19) ..........................................20) ttd 21) nama lengkap 22) KETERANGAN : 1) 2) 3) 4) 5) 6) 7) 8) 9) 10) 11) 12) 13) 14) 15) 16) 17) 18) 19) 20) 21) 22) = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = Nama Desa. Nama Kecamatan. Nama Kabupaten/Kotamadya Daerah Tingkat II. Nama Keputusan Desa. Alasan-alasan/pertimbangan-pertimbangan pembuatan Keputusan Desa. Dasar Hukum penetapan Keputusan Desa. Memuat materi Keputusan Desa. Perumusan harus jelas, singkat dan tidak bertentangan dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi tingkatnya. Tanggal, bulan dan tahun ditetapkannya Keputusan Desa. Tanda tangan Kepala Desa yang bersangkutan. Nama Kepala Desa yang bersangkutan. Nama Lembaga Musyawarah Desa. Tanda tangan Ketua Lembaga Musyawarah Desa. Nama Sekretaris Lembaga Musyawrah Desa. Tanda tangan Sekretaris Lembaga Musyawarah Desa. Tanda tangan Camat yang bersangkutan. Nama Camat yang bersangkutan. Tanggal, bulan dan tahun disahkannya Keputusan Desa. Nomor Keputusan Desa. Tanda tangan Bupati/Walikotamadya Kepala Daerah Tingkat II yang bersangkutan. Nama Bupati/Walikotamadya Kepala Daerah Tingkat II yang bersangkutan.

Anda mungkin juga menyukai