Pembimbing : dr. Oki Fitriani , Sp.A Penyusun : Winda Novia Anggraini , S.ked 110.2009.300
Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Anak RSUD Serang Periode 3 Juni 2013 10 Agustus 2013
Identitas
Nama Jenis kelamin Tempat Tanggal Lahir Umur Suku bangsa/Bangsa Agama Alamat Tanggal masuk RS Tanggal keluar RS
: An. A : Perempuan : Taktakan, 16 Februari 2010 : 3 tahun 3 bulan : Indonesia : Islam : Jl. Taktakan kp Tidasuran : 12-06-2013 : 17-06-2012
IDENTITAS ORANG TUA Data orang tua Ibu : Ny. H Umur : 26 tahun Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga Pendidikan : Tamat SD Agama : Islam Ayah Nama : Tn N Umur : 28 tahun Pekerjaan : pekerja bangunan Pendidikan : tidak tamat SD Agama : islam
ANAMNESIS
Berdasarkan
(allo anamnesis)
Tanggal : 13-06-2013
Keluhan utama
Sesak 1 hari SMRS
Keluhan tambahan
Demam ,Pilek, batuk, muntah
Pasien juga mengeluh muntah 1 hari SMRS sebanyak 4x, muntah sedikit, muntah air dan dahak dan tidak ada darah. Pasien tidak nafsu makan dan minum. Pasien belum BAB 1 hari dan pipis lancar. Keluhan mencret disangkal. Pasien lahir secara spontan diklinik dibantu oleh bidan dan telah mendapatkan imunisasi yang lengkap. Pada usia 3 bulan pasien pernah sesak telah diobati dan sesak muncul kembali.
e.
Riwayat Penyakit Keluarga : Di lingkungan , Orang tua pasien mengatakan tidak ada tetangga yang menderita sesak Dilingkungan keluarga tidak ada yang terkena sesak
KELAHIRAN
Riwayat Perkembangan
Pertumbuhan gigi I : 8 bulan Tengkurap : 3 bulan Duduk : 6 bulan Berjalan : 10 bulan Bicara : 18 bulan Membaca dan menulis : 6 tahun Kesan : Perkembangan anak sesuai usia
Riwayat Makanan..
Umur (bulan) ASI/PASI Buah Biskuit Bubur susu 02 24 46 68 8 10 10 12 ASI ASI ASI ASI ASI ASI + + + + + + + + + + + Bubur nasi + + +
Riwayat Imunisasi
Macam I Dasar II III Ulanga n
BCG
DPT Polio
Campak
Hepatitis B
PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan umum : Tampak sakit sedang Kesadaran : Compos Mentis Berat badan : 12 Kg Tinggi badan : 95 cm Status Gizi : (BB/TB) = 12kg/95cm = -1SD (normal)
Tanda-tanda vital :
PEMERIKSAAN FISIK
Kepala : Normocephali
Mulut
Wajah
Rambut
Mata
Leher
Pupil bulat isokor, RCL + / +, RCTL + / + Conjungtiva anemis - / Sclera ikterik - / Normotia, Serumen -/-,Sekret -/Tidak ada deviasi septum Nafas cuping hidung (-) Sekret -/- ,Mukosa hiperemis -/
Kulit
Telinga
Turgor Warna
Hidung
matang
PEMERIKSAAN FISIK
Paru paru
: : : :
Inspeksi Palpasi Perkusi
Bentuk simetris saat statis dan dinamis Vokal fremitus kanan sama dengan kiri Sonor pada kedua lapang paru. Sn. Vesikuler, Rh. - / -, Wheezing + / +
Jantung
: Ictus cordis tidak tampak : Ictus cordis teraba pada ICS V midclav.kiri : Batas atas jantung di sela iga 3 garis sternal kiri Batas kanan jantung di sela iga 4 garis sternal kanan Batas kiri jantung di sela iga 4 garis midklavikula kiri Auskultasi : BJ. I II regular, murmur (-), gallop (-)
PEMERIKSAAN FISIK
Abdomen
Ekstremitas
Atas : Akral hangat Edema (-) Sianosis (-)
Inspeksi Palpasi
Supel, turgor kulit baik Nyeri tekan (-) pada daerah epigastrium Hepar, Lien dan Ginjal tidak teraba membesar. : tympani
Bawah :
Akral hangat Edema (-)
Perkusi
Sianosis (-)
PEMERIKSAAN ANJURAN
Pemeriksaan penunjang
Hematologi Hemoglobin Leukosit Hematokrit Trombosit GDS Hasil 15,3 21.900 44,2 327000 137 Nilai rujukan 10,7-14,7 g/dl 5500-13500/uL 37-46 % 150000-400000/uL 60-100mg/dl
Penatalaksanaan
O2 2L/menit Cefotaxim/taxfor 3x350mg iv Ranitidin 2x10mg iv Nebu combivent 6x sehari Metilfrednisolon 3x5mg iv Parasetamol 3x cth 1 atau parasetamol 125mg iv k/p mucera drop 3x1,5cc D5 1/2 NS 6tpm
PROGNOSIS
Follow up
Thorax = Statis simetris dinamis , retraksi dada (-) Jantung = BJ I II regular, Murmur (-), Gallop (-) Pulmo = Suara nafas vesikuler, Rhonki (-/-), Wheezing (+) Abdomen = BU (+) N, supel, nyeri tekan epigastrium (-) Ekstremitas = Akral hangat, CRT < 2 ,edema (-) Lab 12-6-13 :137 L : 21900 GDS
N = 135x/menit
RR = 55x/menit S = 37,2C (aksila) Kepala = Normocephal, rambut hitam, distribusi merata Mata = Konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik, tidak cekung THT = Discharge (-), epistaksis (-), NCH tidak ada, secret tidak ada, T1 T1 tenang, faring tidak hiperemis Mulut = Sianosis (-), gusi tidak berdarah Leher = Pembesaran KGB (-)
S = batuk (+), Sesak (+) O = KU/KS = Tampak sakit ringan/compos mentis N = 120x/menit RR = 40x/menit S = 36,3C (aksila) Kepala = Normocephal, rambut hitam, distribusi merata Mata = Konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik, tidak cekung
Leher (-)
= Pembesaran KGB
Thorax = Statis simetris dinamis , retraksi dada (-) Jantung = BJ I II regular, Murmur (-), Gallop (-) Pulmo = Suara nafas vesikuler, Rhonki (-/-), Wheezing (+) Abdomen = BU (+) N, supel, nyeri tekan epigastrium (-) Ekstremitas = Akral hangat, CRT < 2 ,edema (-) A = Asma bronkial P = ivfd D5 Ns 5tpm, taxfor 3x350iv, Ranitidin 2x10iv, nebu ventolin 3/sehari, metilfrednisolon 3x1 g (pulv), mucera drop 3x1,5 cc
THT = Discharge (-), epistaksis (-), NCH tidak ada, secret tidak ada, T1 T1 tenang, faring tidak hiperemis
Mulut = Sianosis (-), gusi tidak berdarah
S = batuk (+), Sesak (+) O = KU/KS = Tampak sakit ringan/compos mentis N = 115x/menit RR = 30x/menit S = 35,8C (aksila)
THT = Discharge (-), epistaksis (-), NCH tidak ada, secret tidak ada, T1 T1 tenang, faring tidak hiperemis
Mulut = Sianosis (-), gusi tidak berdarah Leher = Pembesaran KGB (-)
A = Asma bronkial
P = ivfd D5 Ns 5tpm, taxfor 3x350iv, Ranitidin 2x10iv, nebu combivent 3/sehari, metilfrednisolon 3x1g (pulv), mucera drop 3x1,5 cc
Thorax = Statis simetris dinamis , retraksi dada (-) Jantung = BJ I II regular, Murmur (-), Gallop (-) Pulmo = Suara nafas vesikuler, Rhonki (-/-), Wheezing (-) Abdomen = BU (+) N, supel, nyeri tekan epigastrium (-) Ekstremitas = Akral hangat, CRT < 2 ,edema (-) A = Asma bronkial
N = 101x/menit
RR = 24x/menit S = 36C (aksila) Kepala = Normocephal, rambut hitam, distribusi merata Mata = Konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik, tidak cekung THT = Discharge (-), epistaksis (-), NCH tidak ada, secret tidak ada, T1 T1 tenang, faring tidak hiperemis Mulut = Sianosis (-), gusi tidak berdarah Leher (-) = Pembesaran KGB
P = ivfd D5 Ns 5tpm, taxfor 3x350iv, Ranitidin 2x10iv, nebu combivent 3/sehari, metilfrednisolon 2x1g (pulv), lasal sirup 3x1/2 cth
ANALISA KASUS
Berdasarkan anamnesa, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang maka diagnosa yang ditegakkan pada pasien ini :
Asma bronkial
Pasien Anak Perempuan datang ke UGD RSUD Serang dengan keluhan utama sesak sejak 1 hari SMRS. 1 hari SMRS, pasien mengeluh sasak, sesak dirasakan pukul 01.00 Wib hari rabu. Pasien sesak pada saat tiduran selama 5 menit. Sebelumnya pasien telah diuap dan ada perubahan. Pasien juga mengeluh demam 1 hari SMRS pukul 12.00 Wib, demam naik turun dan belum diobati. Pasien juga mengeluh pilek 1 hari SMRS dan telah diobati dan ada perubahan. Pasien juga mengeluh batuk 6 bulan SMRS telah diobati
ANALISA KASUS
Paien juga mengeluh muntah 1 hari SMRS sebanyak 4x, muntah sedikit, muntah air dan dahak dan tidak ada darah. Pasien tidak nafsu makan dan minum. Pasien belum BAB 1 hari dan pipis lancar. Keluhan mencret disangkal. Pasien lahir secara spontan diklinik dibantu oleh bidan dan telah mendapatkan imunisasi yang lengkap. Pada usia 3 bulan pasien pernah sesak telah diobati dan sesak muncul kembali.
ANALISA KASUS
Pemeriksaan Fisik :
Pada pemeriksaan fisik terdapat demam, batuk,sesak napas(takipneu), wheezing
Pemeriksaan Laboratorium :
Hematologi Hemoglobin Hasil 15,3 Nilai rujukan 10,7-14,7 g/dl
Leukosit
Hematokrit Trombosit GDS
21.900
44,2 327000 137
5500-13500/uL
37-46 % 150000400000/uL 60-100mg/dl
Penatalaksanaan
O2 2L/menit Cefotaxim/taxfor 3x350mg iv Ranitidin 2x10mg iv Nebu combivent 6x sehari Metilfrednisolon 3x5mg iv Parasetamol 3x cth 1 atau parasetamol 125mg iv k/p mucera drop 3x1,5cc D5/2 NS 6tpm
Asma bronkhial
Asma adalah mengi berulang dan/atau batuk persisiten dengan karakteristik sebagai berikut: timbul secara episodik, cenderung pada malam/dini hari (nokturnal), musiman, setelah aktivitas fisik, serta terdapat riwayat asma dan atopi lain pada pasien dan/atau keluarganya.
Eksaserbasi (serangan asma) adalah episode perburukan gejala-gejala asma secara progresif. Gejala yang dimaksud adalah sesak napas, batuk, mengi, dan dada rasa tertekan atau berbagai kombinasi gejala
Etiologi
Klasifikasi
Tabel klasifikasi derajat penyakit asma menurut PNAA Parameter klinis,kebutuhan obat, dan faal paru Frekuensi serangan Lama serangan < 1x/bulan <1 minggu >1x/bulan 1 minggu Sering Hampir sepanjang tahun, tidak ada remisi Di antara serangan Tanpa gejala Sering ada gejala Gejala siang dan malam Tidur dan aktivitas Pemeriksaan fisik diluar serangan Obat pengendali (anti inflamasi) Uji faal paru (diluar serangan) Variabilitas faal paru (bila ada serangan paru) Variabilitas > 15% Variabilitas > 30% PEF/FEV1 > 80% Tidak terganggu Normal (tidak ada kelainan) Tidak perlu Sering terganggu Mungkin terganggu (ada kelainan) Non steroid/steroid hirupan dosis rendah PEF/FEV1 60-80% PEF/FEV1 < 60% Variabilitas 20-30% Variabilitas > 50% Steroid hirupan/oral Sangat terganggu Tidak pernah normal Asma episodik jarang (asma ringan) Asma episodik sering (asma sedang) Asma persisten (asma berat)
Klasifikasi derajat serangan asma Parameter klinis paru laboratoriun sesak Berjalan tidur bisa Berbicara enak duduk lebih Istirahat membungkuk kedepan posisi Bisa berbaring Lebih duduk suka Duduk bertopang lengan bicara kalimat Penggal kalimat Kata-kata biasanya irritabel kesadaran Mungkin irritable sianosis wheezing Tidak ada Sedang, ekspirasi akhir biasanya irritabel Tidak ada Nyaring saat pada biasanya irritabel ada Sangat nyaring nyata Tidak terdengar faal ringan sedang berat Ancaman nafas henti
ekspirasi
dan inspirasi Penggunaan otot bantu Biasanya tidak Biasanya ya ya Paradoks thorakoabdominal dangkal/hilang retraksi Dangkal interkostal Frekuensi napas Frekuensi nadi Normal Takikardi Takikardi brakikardia Takipnea Sedang, suprasternal Takipnea Dalam napas Dangkal/hilang
respiratorik
Patofisiologi
Manifestasi klinis
Diagnosis
berulang?
o
Apakah anak sering terganggu oleh batuk pada malam hari? Apakah anak mengalami mengi atau batuk setelah olahraga? Apakah anak mengalami gejala mengi, dada terasa berat atau batuk setelah terpajan alergen atau polutan?
Pemeriksaan fisik Kesadaran Suhu tubuh Sesak nafas, apakah terdapat sesak nafas Tanda gagal nafas Tanda infeksi penyerta/komplikasi Penilaian serangan derajat asma : ringan/sedang/berat/mengancam jiwa
Pemeriksaan Penunjang
Uji fungsi paru : peak flow meter, spirometer Analisis gas darah : pada asma dapat terjadi asidosis respiratorik Darah lengkap dan serum elektrolit Foto thoraks : pada asma hiperserasi, bisa dijumpai komplikasi berupa atelektasis, pneumothoraks dan pneumomediastinum Tes kulit untuk berbagai jenis alergen (bila memungkinkan) Kadar IgE serum (bila memungkinkan)
Diagnosa Banding
Bronkiolitis bayi < 2 tahun mengalami serangan wheezing dan sesak untuk pertama kali. Aspirasi benda asing (susu, makanan dll) Pada anamnesis ada riwayat tersedak Tuberkulosis kelenjar yang menekan trakea atau bronki kadangkadang menimbulkan wheezing persisten Tumor atau kista mediastinum Sindrom hiperventilasi
Tatalaksana
Pasien diobservasi selama 1-2 jam, jika respons tersebut bertahan, pasien dapat dipulangkan. pasien dibekali obat -agonis (hirupan atau oral) yang harus diberikan tiap 4-6 jam Pasien kemudian dianjurkan ke klinik rawat jalan dalam waktu 24-48 jam untuk evaluasi ulang tata laksana
Serangan asma sedang Jika serangannya memang termasuk serangan sedang, pasien perlu diobservasi dan ditangani diruang rawat sehari (RRS). Pada serangan asma sedang, diberikan kortikosteroid sistemik (oral) metilfrednisolon dengan dosis 0,5-1mg/kgBB/hari selama 3-5 hari. (Evidence A) Walaupun belum perlu diperlukan, untuk persiapan keadaan darurat, pasien yang akan diobservasi di RRS langsung dipasnag jalur parenteral sejak diunit gawat darurat (UGD)
Bila dengan 3x nebulisasi berturut-turut pasien tidak menunjukkan respon (poor response), yaitu gejala dan tanda serangan masih ada (penilaian ulang sesuai pedoman), pasien harus dirawat di ruang rawat inap Oksigen 2-4L/menit diberikan sejak awal termasuk saat nebulisasi. (Evidence B) Kemudian dipasang jalur parenteral dan dilakukan foto toraks ravena diberikan secara bolus,tiap 6-8 jam. (Evidence A) Dosis steroid intravena 0,5-1mg/kgBB/hari Nebulisasi agonis + antikolinergik dengan oksigen dilanjutkan tiap 1-2jam,jika dengan 4-6 kali pemberian mulai terjadi perbaikan klinis, jarak pemberian dapat diperlebar menjadi tiap 4-6 jam. (Evidence B) Aminofilin diberikan secara intravena dengan ketentuan sebagai berikut: Jika pasien belum mendapat aminofilin sebelumnya, diberikan aminofilin dosis awal (inhalasi) sebesar 6-8mg/kgBB dilarutkan dalam dekstrose 5% atau garam fisiologis sebanyak 20ml diberikan dalam 20-30 menit
Sebaiknya kadar aminofilin dalam darah diukur dan dipertahankan sebesar 10-20mcg/ml Selanjutnya, aminofilin dosis rumatan diberikan sebesar 0,5-1mg/kgBB/jam. (evidence D) Jika telah terjadi perbaikan klinis nebulisasi diteruskan setiap 6 jam sampai dengan 24 jam Steroid dan aminofilin diganti dengan pemberian per oral Jika dalam 24 jam pasien tetap stabil, pasien dapat dipulangkan dengan dibekali obat agonis (hirupan atau oral) yang diberikan tiap 4-6 jam selama 24-48 jam.
Tatalaksana Asma Jangka Panjang Asma Episodik Jarang Pemberian obat hanya jika ada gejala/serangan Obat yang diberikan : obat pereda berupa bronkodilator agonist hirupan kerja pendek (short acting 2-agonist, SABA) Dapat juga digunakan teofilin Selama pemakaian obat dipantau munculnya gejala selama 4-6 minggu Jika penggunaan -agonist > 3x/minggu atau serangan sedang atau berat terjadi > 1x/bulan, maka tatalaksana diperlukan sebagai asma episodik sering
Asma Episodik Sering Disamping menggunakan -agonist atau teofilin, perlu ditambahkan anti inflamasi berupa steroid hirupan dosis rendah. Obat steroid hirupan yang sudah sering digunakan pada anak-anak adalah budesonid, sehingga digunakan sebagai standar : Dosis steroid yang digunakan adalah dosisi rendah Usia < 12 tahun : 100-200 mcg/hari budesonid (50-100 mcg/hari flutikason) Usia 12 tahun : 200-400 mcg/hari budesonid (100-200 mcg/flutikason) Penilaian efek terapi dilakukan setelah 6-8 minggu
Asma Persisten Tatalaksana asma persisten terdapat 2 alternatif yang dilakukan yaitu : Steroid hirupan tetap dalam dosis rendah dan dikombinasi dengan salah satu obat yaitu : LABA (long acting 2-agonist), atau teofilin lepas lambat (TSR = theophylline slow release), atau anti leucotriene receptor (ALTR) Golongan LABA : prokaterol, bambuterol, salmeterol, klenbuterol Golongan ALTR adalah zafirlukas dan muntelukas Meningkatkan dosisi steroid hirupan menjadi dosis medium yaitu :
Usia < 12 tahun : setara dengan 200-400 mcg/hari budesonid (100-200 mcg/hari flutikason)
Usia 12 tahun : 400-600 mcg/hari budesonid (200-300 mcg/flutikason) Dilakukan pemantauan selama 6-8 mingguuntuk melihat muncul tidaknya gejala asma dengan salah satu alternatif terapi diatas
Jika selama waktu tersebut masih terdapat gejala asma, maka dilanjutkan dengan memilih salah satu dari dua laternatif berikut, yaitu : Steroid hirupan tetap dalam dosis medium dengan menambahkan salah satu obat : LABA atau TSR, atau ALTR Meningkatkan dosis hirupan menjadi dosis tinggi Usia < 12 tahun : setara dengan >400 mcg/hari budesonid (>200 mcg/hari flutikason)
Pencegahan
Menjaga kesehatan Menjaga kebersihan lingkungan Menghindarkan faktor pencetus serangan penyakit asma Menggunakan obat-obat anti penyakit asma Makan makanan yang bergizi Edukasi kepada orangtua
komplikasi
1. Mengancam pada gangguan keseimbangan asam basa dan gagal napas 2. Chronik persistent bronkitis 3. Bronchiolitis 4. Pnemunia 5. Empisema
Prognosis
Mortalitas akibat asma jumlahnya kecil. Gambaran yang paling akhir menunjukkan kurang dari 5000 kematian setiap tahun dari populasi berisiko yang jumlahnya kira-kira 10 juta penduduk. Angka kematian cenderung meningkat di pinggiran kota dengan fasilitas kesehatan terbatas. perjalanan klinis asma menyatakan bahwa prognosis baik ditemukan pada 5080% pasien, khususnya pasien yang penyakitnya ringan dan timbul pada masa kanak-kanak. Jumlah anak yang masih menderita asma 710 tahun setelah diagnosis pertama bervariasi dari 2678% dengan nilai rata-rata 46%, akan tetapi persentase anak yang menderitaringan dan timbul pada masa kanak-kanak. Jumlah anak yang menderita asma penyakit yang berat relatif berat (6 19%). Secara keseluruhan dapat dikatakan 7080% asmaanak bila diikuti sampai dengan umur 21 tahun asmanya sudah menghilang.
Daftar pustaka
1.
2.
3.
4.
Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran RSHS (2005). Buku Pedoman Diagnosis dan Terapi Ilmu Kesehatan Anak, Edisi 3, FKUP, Bandung Pudjiadi,Antonius,dkk, Pedoman Pelayanan Medis Ikatan Dokter Anak Indonesia,jilid 1,IDAI 2010 Rahajoe,nantiti,dkk, Buku Ajar Respirologi Anak, Edisi pertama, Cetakan ketiga, IDAI 2012 World Health Organization, Pelayanan