Anda di halaman 1dari 29

Kata Pengantar Puji dan syukur saya ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat

dan bimbingan-Nya .... Afasia ini dapat disusun dan dise esaikan tepat pada !aktunya. Terima kasih saya ucapkan kepada pengarahan da am pembuatan maka ah ini. Tujuan utama dari maka ah ini tak ain ia ah untuk me engkapi ". . #i samping itu penu is berharap tu isan ini dapat menambah !a!asan bagi setiap pembaca terutama masyarakat umum dimana penyakit afasia ini sering dijumpai namun kurang diperhatikan. Penu is menyadari bah!a tu isan ini tidak uput dari berbagai kesa ahan$ baik keci maupun ha yang membingungkan$ baik di da am penyusunan ka imat maupun di da am te%rinya$ mengingat keterbatasan dari sumber referensi yang diper% eh penu is serta keterbatasan penu is. & eh karena itu$ penu is membutuhkan kritik dan saran dari segenap pembaca. 'em%ga karya tu is ini bermanfaat bagi semua pihak. ..... te ah memberikan kesempatan dan

Daftar Isi (ata Pengantar............................................................................................................................i #aftar )si.....................................................................................................................................ii *A* )

PEN#A+,-,AN....................................................................................................................... ...-atar be akang.................................................................................................................... *A* ))......................................................................................................................................../ T)N0A,AN P,'TA(A............................................................................................................./ /..Pengertian........................................................................................................................../ /./1isi% %gi berbicara............................................................................................................./ /.2'ejarah...............................................................................................................................3 /.4Eti%pat%fisi% %gi ...............................................................................................................5 /.3Epidemi% %gi.....................................................................................................................6 /.7( asifikasi.........................................................................................................................8 /.9:eja a Afasia....................................................................................................................2 /.5#iagn%sis..........................................................................................................................7 /.6Penata aksanaan.............................................................................................................../2 /..8Pr%gn%sis ...................................................................................................................../4 *A* )))...................................................................................................................................../3 ii

PEN,T,P................................................................................................................................/3 2..(esimpu an....................................................................................................................../3 #A1TA; P,'TA(A............................................................................................................../7

iii

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Afasia ada ah gangguan atau ketidakmampuan da am berbahasa yang disebabkan % eh gangguan pada %tak$ dimana gangguan tersebut bukan merupakan penyakit yang herediter$ tidak disebabkan % eh gangguan pendengaran$ gangguan peng eihatan$ atau ke emahan m%t%rik. #i Amerika$ afasia banyak dijumpai pada /8< penderita str%ke. Namun tidak menutup kemungkinan$ afasia juga terjadi pada mereka yang menga ami cedera %tak$ tum%r$ dan terutama pasien neur%degeneratif. Afasia seringka i masih disa ahdiagn%siskan atau dianggap remeh$ karena afasia seringka i hanya merupakan penyakit penyerta dari sebuah penyakit yang ebih nyata. Padaha $ diagn%sis afasia merupakan ha yang penting karena

membutuhkan terapi yang khusus. Afasia dapat memperburuk kua itas hidup pasien karena pada afasia pasien menjadi kesu itan untuk memahami ingkungan sekitarnya dan pasien tidak dapat mengekspresikan dirinya$ membuat pasien se% ah teris% asi dari ingkungannya. Pasien dengan ketidakmampuan untuk mengerti ingkungan dan mengekspresikan diri juga memberikan sebuah !aspada kepada d%kter yang menangani karena setiap penyakit yang terdapat pada pasien menjadi tiak dapat terdiagn%sis dengan baik dan d%kter tidak dapat mengedukasi pasien da am pr%ses terapi. ,ntuk itu$ pemahaman akan afasia ada ah p%in yang penting bagi setiap tenaga medis. Me a ui tu isan ini diharapkan ke!aspadaan masyarakat terhadap afasia dapat meningkat dan penderita afasia dapat diterapi spesifik sedini mungkin.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Afasia ada ah gangguan atau ketidakmampuan da am berbahasa yang disebabkan % eh gangguan pada %tak$ dimana gangguan tersebut bukan merupakan penyakit yang herediter$ tidak disebabkan % eh gangguan pendengaran$ gangguan peng eihatan$ atau ke emahan m%t%rik. Afasia tidak me iputi ke ainan perkembangan berbahasa atau disfasia$ gangguan m%t%rik berbahasa seperti gagap$ apraksia berbahasa$ atau disartria$ dan bukan gangguan berbahasa yang diakibatkan % eh gangguan berpikir seperti pada pasien ski=%frenia. 2.2 Fisi l gi berbi!ara Pada k%rteks serebri ada beberapa daerah uas yang tidak termasuk da am pembagian area sens%rik-m%t%rik primer dan sekunder pada umumnya. Area tersebut dinamakan area as%siasi karena menerima dan mengana isis sinya -sinya secara bersamaan dari berbagai regi% baik dari k%rteks m%t%rik maupun k%rteks sens%rik dan juga dari struktur subk%rtika . Area as%siasi yang pa ing penting diantaranya area as%siasi pariet%-%ksipit%temp%ra $ area as%siasi prefr%nta $ dan area as%siasi imbik. Area as%siasi pariet%-%ksipit%-temp%ra ter etak da am ruang k%rtika parieta dan %ksipita yang besar yang dibatasi % eh k%rteks s%mat%sens%rik bagian anteri%r$ k%rteks penge ihatan bagian p%steri%r$ dan k%rteks pendengaran bagian atera . Area ini memberi tafsiran derajat tinggi untuk mengartikan sinya -sinya dari se uruh area sens%rik sekitarnya. Area as%siasi pariet%-%ksipit%-temp%ra ini memi iki sub area fungsi%na nya sendiri. /

Area utama untuk pemahaman bahasa disebut area >ernicke dan ter etak di be akang k%rteks audit%rik primer pada bagian p%steri%r girus temp%ra is di %bus temp%ra is. ;egi% ini merupakan regi% yang pa ing penting di se uruh %tak untuk fungsi inte ektua yang ebih tinggi karena hampir semuanya didasarkan pada bahasa. Pada bagian p%steri%r area pemahaman bahasa$ terutama ter etak di regi% anter% atera pada %bus %ksipita is$ terdapat area as%siasi penge ihatan yang mencerna inf%rmasi penge ihatan dari kata-kata yang dibaca ke da am area >ernicke$ yakni area pemahaman bahasa. :irus yang disebut girus angu aris diper ukan untuk mengartikan kata-kata yang diterima secara ?isua . *i a area ini tidak ada$ sese%rang masih dapat memi iki pemahaman bahasa yang sangat baik dengan cara mendengar tetapi tidak dengan cara membaca. #i daerah pa ing atera dari %bus %ksipita is anteri%r dan %bus temp%ra is p%steri%r terdapat area untuk memberi nama suatu %bjek. Nama-nama ini terutama dipe ajari me a ui input pendengaran sedangkan sifat fisik suatu %bjek dipe ajari terutama me a ui input ?isua . 'e anjutnya nama-nama penting untuk pemahaman bahasa ?isua dan pendengaran dimana fungsi yang di akukan % eh area >ernicke ter etak tepat di superi%r regi% penamaan audit%ris dan di anteri%r dari area pemr%sesan kata ?isua . Area as%siasi prefr%nta fungsinya berkaitan erat dengan k%rteks m%t%rik untuk

merencanakan p% a-p% a yang k%mp eks dan berurutan dari gerakan m%t%rik. ,ntuk membantu fungsi tersebut$ area ini menerima input me a ui berkas subk%rtika masif dari serabut-serabut saraf yang menghubungkan area as%siasi pariet%-%ksipit%-temp%ra dengan area as%siasi prefr%nta . Me a ui berkas ini$ k%rteks prefr%nta menerima banyak inf%rmasi sens%rik yang be um diana isis$ khususnya inf%rmasi mengenai keserasian tubuh secara spasia yang diper ukan untuk merencanakan gerakan-gerakan yang efektif. 2

(ebanyakan %utput dari area prefr%nta ini masuk ke da am sistem pengatur m%t%rik yang berja an me a ui bagian kaudatus dari intasan umpan ba ik gang ia basa is-ta amus guna me akukan perencanaan m%t%rik yang menghasi kan banyak k%mp%nen rangsangan gerakan yang berurutan dan bersifat para e . ;egi% khusus pada k%rteks fr%nta is yang disebut area *r%ca memi iki intasan saraf untuk pembentukan kata. Area ini sebagian ter etak di k%rteks prefr%nta bagian p%steri%r atera dan sebagian agi ter etak di area prem%t%rik. #i area ini rancanfan dan p% a m%t%rik untuk menyatakan kata-kata atau bahkan ka imat pendek dicetuskan dan di aksanakan. Area ini bekerja sama dengan area >ernicke di k%rteks as%siasi temp%ra . Area as%siasi s%matik$ ?isua $ dan audit%rik semuanya sa ing bertemu satu sama ain di bagian p%steri%r %bus temp%ra is superi%r. #aerah pertemuan dari berbagai area interpretasi sens%rik ini terutama berkembang pada sisi %tak yang d%minan @sisi kiri pada hampir semua %rang yang bertangan kananA. Area ini sangat berperan pada fungsi pemahaman %tak yang ebih tinggi @fungsi uhurA da am setiap bagian k%rteks serebri. 1ungsi ini disebut inte egensia. & eh karena itu$ daerah ini sering disebut dengan berbagai nama yang menyatakan bah!a area tersebut memi iki kepentingan menye uruh. Namun area ini ebih dikena dengan nama area >ernicke sesuai dengan nama penemunya. Perangsangan istrik area >ernicke pada sese%rang yang sadar kadang-kadang

menimbu kan pikiran yang sangat k%mp eks. +a ini terutama terjadi apabi a e ektr%da perangsangnya dimasukkan cukup da am di %tak sehingga mencapai area ta amus yang berkaitan dengan area >ernicke. #engan a asan ini dianggap bah!a akti?asi area >ernicke dapat memanggi kemba i p% a ingatan yang rumit$ yang me ibatkan ebih dari satu m%da itas sens%rik$ !a aupun sebagian besar ingatan indi?idua disimpan di daerah

mana saja. +a

ini dianggap sesuai dengan kepentingan area >ernicke da am

menginterpretasikan arti yang rumit dari bermacam-macam penga aman sens%rik. :irus angu aris merupakan bagian %bus parieta is p%steri%r yang pa ing inferi%r$ ter etak tepat di be akang area >ernicke dan di sebe ah p%steri%r bergabung dengan area ?isua %bus %ksipita is. *i a daerah ini menga ami kerusakan sedangkan area >ernicke di %bus temp%ra is tetap utuh$ pasien masih dapat menginterpretasikan penga aman audit%riknya namun rangkaian penga aman ?isua yang berja an dari k%rteks ?isua ke area >ernicke benar-benar terhambat. & eh karena itu pasien mungkin masih mampu me ihat kata-kata dan bahkan tahu mengenai kata-kata itu tetapi tidak dapat menginterpretasikan arti dari kata-kata itu. (eadaan ini disebut dis eksia atau buta kata-kata @!%rd b indnessA

2." Se#ara$ Pr%ses identifikasi area %tak yang ter ibat da am kemampuan berbahasa dimu ai pada tahun .57. ketika se%rang ah i bedah saraf dari Prancis$ Pau *r%ca$ mene iti %tak dari se%rang pasien yang te ah meningga dengan ke ainan yang tidak umum pada saat itu. 'eka ipun pasien dapat mendengar dan memahami kata-kata dan tidak ada ke emahan pada %t%t menggerak mu ut dan bibirnya yang mungkin mengganggu kemampuan berbicaranya$ pasien tidak mampu mengucapkan . ka imat utuh. 'atu-satunya frase yang dapat ia ucapkan ia ah Tan yang merupakan bagian dari namanya sendiri. 3

Pau *r%ca

&tak Tn. Tan yang te ah di%t%psi

(etika *r%ca meng%t%psi %tak Tan$ ia mendapati adanya esi pada k%rteks fr%nta is bagian inferi%r kiri. 'e anjutnya *r%ca mempe ajari 5 pasien ain dengan defisit kemampuan berbicara yang serupa dimana ditemukan pu a pada %tak pasien-pasien tersebut sebuah esi pada %bus fr%nta is kiri. +a ini menuntun *r%ca untuk membuat satu pernyataan yang terkena yakni kita berbicara menggunakan hemisfer kiri dan untuk mengidentifikasi$ untuk yang pertama ka inya$ keberadaan pusat bahasa pada bagian p%steri%r %bus fr%nta is kiri. +a ini merupakan area pertama pada %tak yang berhasi diidentifikasi kaitannya dengan kemampuan berbahasa. .8 tahun kemudian$ Bar >ernicke$ se%rang ah i saraf 0erman$ menemukan bagian ain dari %tak yang ter ibat da am pemahaman bahasa di bagian p%steri%r %bus temp%ra is kiri. Pasien dengan esi di bagian ini dapat berbicara namun pembicaraan tersebut tidak k%heren dan tidak memi iki makna.

&bser?asi >ernicke dik%nfirmasi % eh berbagai pihak sejak saat ini. 'aat ini para ah i saraf menyetujui bah!a di su kus atera is yang biasa dikena dengan fisura sy ?ii pada bagian %tak hemisfer kiri didapati adanya sebuah sirkuit neur%na yang ter ibat baik da am pemahaman maupun pr%ses pr%duksi kata-kata. Pada ujung fr%nta dari sirkuit ini terdapat area *r%ca yang berkaitan dengan pr%duksi kata-kata untuk diucapkan atau pusat %utput dari bahasa. Pada ujung yang ain yakni di superi%r p%steri%r %bus temp%ra is terdapat area >ernicke yang berkaitan dengan pemahaman kata-kata yang te ah didengar atau merupakan pusat input bahasa. *r%ca area dan >ernicke area dihubungkan % eh sebuah kumpu an besar serabut saraf yang disebut fasiku us arkuata.

'irkuit bahasa ditemukan pada hemisfer kiri pada 68< pasien yang tidak kida dan 98< pada pasien yang kida . *ahasa merupakan sa ah satu fungsi yang di akukan secara asimetris pada %tak. 'irkuit ini juga ditemukan di %kasi yang sama pada pasien buta yang menggunakan bahasa sandi. #ari ha tersebut dapat diambi kesimpu an bah!a sirkuit ini tidak spesifik dengan bahasa yang terucap maupun ter ihat namun secara uas berkaitan dengan m%da itas berbahasa setiap indi?idu.

2.% Eti &at fisi l gi Pr%ses berbicara me ibatkan dua stadium utama akti?itas menta C pembentukan buah pikiran untuk diekspresikan berikut memi ih kata-kata yang akan digunakan$ kemudian mengatur m%t%rik ?%ka isasi dan kerja yang nyata dari ?%ka isasi itu sendiri. Pembentukan buah pikiran dan bahkan pemi ihan kata-kata merupakan fungsi area as%siasi sens%rik %tak. *i a area >ernicke pada hemisfer d%minan se%rang de!asa menga ami kerusakan$ n%rma nya pasien akan kehi angan hampir se uruh fungi inte ektua yang berhubungan dengan bahasa atau imb% isme ?erba seperti kemampuan membaca$ kemampuan memecahkan perhitungan matematika$ dan bahkan kemampuan untuk berpikir me a ui pr%b em yang %gis. *i a area >ernicke menga ami kerusakan yang parah$ pasien mungkin masih dapat mendengar dengan sempurna dan bahkan masih dapat mengena i kata-kata namun tetap tak mampu menyusun kata-kata ini menjadi suatu pikiran yang %gis. #emikian juga$ pasien masih mampu membaca kata-kata tertu is namun tidak mampu mengena i gagasan yang disampaikan. & eh karena itu pasien yang menga ami afasia >ernicke atau afasia g %ba tidak mampu memf%rmu asikan buah pikirannya untuk dik%muikasikan. Atau bi a esinya tidak ter a u parah$ pasien masih mampu memf%rmu asikan pikirannya namun tak mampu menyusun kata-kata yang sesuai secara berurutan dan bersama-sama untuk mengekspresikan pikirannya. (adang pasien mampu menentukan apa yang ingin dikatakannya namun tak dapat mengatur sistem ?%ka nya untuk menghasi kan kata-kata se ain suara ribut. Efek ini disebut afasia m%t%rik yang disebabkan % eh kerusakan pada area bicara *r%ca di regi% fasia prefr%nta dan prem%t%rik k%rteks serebri. & eh karena itu$ p% a keterampi an m%t%rik yang dipakai untuk mengatur aring$ bibir$ mu ut$ sistem respirasi$ dan %t%t-%t%t ainnya yang dipakai untuk bicara dimu ai dari daerah ini. 5

Afasia dapat terjadi karena degenerasi atau kerusakan pada %tak yang me ibatkan hemisfer serebri kiri. (ebanyakan afasia dan ke ainan yang berkaitan diakibatkan % eh str%ke$ kerusakan pada bagian kepa a$ tum%r serebri$ atau penyakit degeneratif. Neur%anat%mi dari k%mprehensi dan pr%duksi bahasa merupakan pr%ses yang k%mp eks me iputi input audit%ri dan pengk%dean bahasa di %bus temp%ra is superi%r$ ana isis di %bus parieta is$ dan ekspresi di %bus fr%nta is$ turun me a ui traktus k%rtik%bu baris menuju kapsu a interna dan batang %tak$ dengan efek m%du asi dari basa gang ia dan serebe um. 'indr%ma afasia didefinisikan sebagai gangguan da am mengekspresikan$ merepetisi$ dan k%mprehensi bahasa. :eja a ini secara %t%matis dikaitkan dengan gangguan pada hemisfer serebri kiri. Pasien dapat merasa kesu itan da am menge uarkan kata-kata$ da am mengerti kata-kata$ da am merepetisi$ dan da am membaca maupun mendengar kata-kata da am berbagai m%da itas. 2.' E&i(e)i l gi #i )nd%nesia$ data epidemi% %gi penduduk yang menderita afasia tidak diketahui. #ata insidensi di Amerika 'erikat pun terbatas. Namun berdasarkan data tersebut$ str%ke merupakan penyebab tersering dari afasia. #ikatakan dari /8< pasien str%ke terdapat pu a afasia. #i setiap tahunnya$ terdapat sekitar .98.888 kasus afasia baru yang berkaitan dengan str%ke. 0um ah pasien dengan gangguan berbahasa yang diakibatkan % eh trauma %tak$ tum%r %tak$ maupun esi ain pada %tak tidak sepenuhnya diketahui. Penyebab tersering kedua dari afasia ia ah penyakit degeneratif seperti a =eimer atau demensia dengan pre?a ensi a =eimer per tahun di Amerika ia ah 3.888.888 kasus.

2.* Klasifikasi Ada dua k asifikasi pada afasia. Pertama afasia dik asifikasikan berdasarkan manifestasi k inik$ dan yang kedua berdasarkan distribusi anat%mi dari esi. *erdasarkan manifestasi k inis nya$ afasia dibedakan menjadi C Afasia !ernicke

Pemahaman terganggu terutama pada bahasa yang didengar dan di ihat$ baik untuk . kata maupun pada . ka imat utuh. *ahasa dapat diucapkan dengan ancar namun sangat parafasik dan sirkum %kusius. (ecenderungan kesa ahan parafasik sangat tinggi hingga terkadang disebut ne% %gisme$ yang disebut juga jarg%n afasia. Pembicaraan biasanya mengandung banyak kata sifat namun sedikit mengandung kata benda atau kata kerja. Pembicaraan banyak$ namun tanpa arti. Penggunaan bahasa tubuh tidak banyak membantu k%munikasi. Pasien tampak mengerti bah!a pembicaraannya tidak dapat dimengerti % eh %rang ain sehingga pasien tampak marah dan tidak sabar ketika pemeriksa tidak dapat mengerti maksud dari pembicaraannya. Pada pasien dengan afasia !ernicke dapat disertai dengan agitasi m%t%rik dan peri aku paran%id. Pasien dengan afasia !ernicke tidak dapat mengekspresikan pemikiran mereka me a ui kata-kata yang sesuai dan tidak dapat memahami arti dari setiap kata yang masuk. -esi ini ter etak di area !ernicke. Eti% %gi pa ing sering dari afasia !ernicke ada ah emb% i dari arteri serebri media. Eti% %gi ain bisa berasa dari perdarahan intraserebra $ trauma kepa a berat$ dan tum%r. Adanya hemian%pia kanan atau Duadrantan%pia superi%r dan pendataran sudut nas% abia kanan dapat mempertegas adanya esi di area !ernicke. Afasia br%ca .8

Pembicaraan tidak ancar$ memer ukan usaha$ dan banyak diinterupsi % eh jeda yang dibuat pasien da am rangka mencari kata-kata$ serta seringka i pasien juga menderita disartria. Penge uaran kata-kata sangat terbatas sehingga terkadang pasien hanya mau menja!ab dengan kata ya atau tidak. Penamaan benda dan kemampuan merepetisi terganggu. Meski begitu$ pemahaman bahasa masih intak kecua i untuk ka imat yang su it yang diucapkan dengan suara yng pe an atau tanpa int%nasi. (emampuan membaca juga dipertahankan namun seska i pasien kesu itan membaca kata imbuhan atau tatabahasa yang rumit. Terkadang$ seka ipun pasien menderita disartria$ pasien dapat bernyanyi dengan baik. +a ini ah yang sedang diuji c%ba da am terapi afasia br%ca. #efisit neur% %gis yang sering menyertai me iputi ke emahan pada !ajah bagian kanan$ hemiparesis atau hemip egia$ dan bucc%fasia apraksia. Penyebab pa ing sering ia ah infark yang disebabkan % eh sumbatan pada arteri serebri media. Afasia g %ba Penge uaran kata tidak ancar dan pemahaman juga terganggu. Penamaan$ repetisi$ membaca$ dan menu is juga terganggu. 'indr%m ini menyatakan adanya disfungsi dari br%ca dan !ernicke. 'indr%m ini juga dapat menjadi geja a a!a dari afasia !ernicke yang kemudian berkembang menjadi afasia !ernicke yang k asik. Afasia (%nduktif Penge uaran kata-kata ancar namun parafasik$ pemahaman bahasa masih baik$ namun repetisi sangat terganggu. Penamaan dan pemu isan juga sangat terganggu. 0ika pasien diminta untuk membaca dengan suara keras$ pasien akan menga ami kesu itan$ namun pasien dapat mengerti apa yang dibacanya. Afasia transk%rtika m%t%rik ..

Biri-ciri yang nampak pada afasia transk%rtika m%t%rik menyerupai afasia br%ca namun repetisi masih baik dan pasien cenderung menghindari penggunaan tata bahasa. Pemeriksaan neur% %gis ain biasanya n%rma . -esi pada afasia transk%rtika m%t%rik biasanya me ibatkan area perbatasan antara arteri serebri anteri%r dan media. Afasia transk%rtika sens%ri Afasia transk%rtika sens%ri dicirikan dengan geja a yang menyerupai afasia !ernicke namun repetisi masih dapat di akukan dengan baik. Pada afasia ini esi memutuskan area bahasa dari area as%siasi temp%r%parieta se ain area khusus bahasa. Afasia teris% asi 'indr%m yang angka ini me ibatkan dua transk%rtika afasia. Pemahaman pasien sangat terganggu dan tidak ada arti da am setiap kata yang diucapkan % eh pasien. Pasien dapat menjadi ek% a ia$ mengindikasikan adanya mekanisme repetisi yang masih intak. -esi biasanya mengenai area sekitar fr%nta $ parieta $ dan temp%ra namun tidak mengenai area br%ca maupun !ernicke. Afasia an%mik Pada afasia jenis ini$ fungsi yang terganggu yakni penamaan. Artiku asi$ pemahaman$ dan repetisi masih baik namun pasien tidak dapat menyebutkan nama dari bendabenda dan pasien kesu itan da am mengeja kata-kata. 'eringka i %utput bahasa pasien parafasik$ sirkum %kusius$ dan tidak bermakna. (e ancaran bahasa terganggu ketika pasien berusahan menyebutkan nama benda-benda. Afasia an%mik banyak ditemui pada kasus trauma kepa a$ ensefa %pati metab% ik$ dan penyakit a =heimer. 'indr%m :erstmannEs

./

'indr%m gerstmann me iputi k%mbinasi dari aka ku ia$ disgrafia$ an%mia jari$ dan ketidakmampuan membedakan kiri dan kanan. ,ntuk itu$ pada pembuatan diagn%sis sindr%m gertmann$ penting untuk me ihat apakah pasien dapat membedakan p%sisi kiri dan kanan. 'indr%m gertmann biasanya diakibatkan kerusakan pada %bus parieta is inferi%r hemisfer serebri sinistra. Pada k asifikasi afasia berdasarkan distribusi anat%mi dari esi$ afasia dibedakan atas C 'indr%m afasia perisy ?ii C Me iputi Afasia br%ca$ afasia !ernicke$ dan afasia k%nduksi 'indr%m afasia daerah perbatasan C Me iputi afasia transk%rtika m%t%rik$ afasia transk%rtika sens%rik$ dan transk%rtika campuran 'indr%m afasia subk%rtika C Me iputi afasia ta amik dan afasia striata 'indr%m afasia n%n- %ka isata C Me iputi afasia gn%mik dan afasia g %ba .

'atu agi k asifikasi afasia yang jarang digunakan$ yakni yang merujuk pada inguistik. Afasia pada k asifikasi ini dibedakan atasC Afasia sintaktik Afasia semantik Afasia pragmatik Afasia jarg%n Afasia g %ba

2.+ ,e#ala Afasia ,e#ala afasia .2

Tipe Afasia

Pembicaraan

(%mprehensia ;epetisi

:eja a berkaitan

yang -%kasi esi

*r%ca

Tidak

ancar$ Tetap baik

Terganggu (e emahan pada 1r%nta tangan !ajah kanan dan suprasy ?ian bagian

butuh banyak usaha da am

berbicara$ kurangnya suku kata$

kurangnya %utput namun dapat mencetuskan ide >ernicke -ancar$ berbicara$ artiku asi baik$ tapi tanpa arti fasih 'angat terganggu Tidak dapat +emiatau Temp%ra $

Duadrantan%pia$ infrasy ?ian

di akukan tidak ada paresis termasuk girus angu ar dan

supramargina (%nduksi -ancar *aik Tidak dapat di akukan : %ba 'edikit$ tidak 'angat ancar terganggu Tidak dapat di akukan +emip egia *iasanya tidak 'upramargina atau

dapat di akukan gyrus insu a

'ebagian besar perisy ?ian atau esi terpisah .4

Tipe Afasia

Pembicaraan

(%mprehensia ;epetisi

:eja a berkaitan

yang -%kasi esi

pada

fr%nta

dan temp%ra Transk%rtika Tidak ancar m%t%rik *aik 'angat baik *er?ariasi Anteri%r superi%r *r%ca Transk%rtika -ancar sens%ri Tidak di akukan seperti ha nya pada >ernicke Tu i murni kata 'edikit parafasik atau n%rma Terganggu Terganggu Fuadrantan%pia *i atera atau tidak ada bagian sama seka i sajaA tengah superi%r temp%ra gyrus *uta murni kata N%rma tidak tapi N%rma dapat N%rma +emian%pia kananG :irus ka karina girus @atau kiri bagian dapat 'angat baik *er?ariasi Area di sekitar >ernicke atau area

tidak dan

@a eksia tanpa bersuara keras agrafiaA

dapat membaca angu aris tu isan sendiri tangan

Mutisme kata Tak @afemiaA tapi

bersuara N%rma mampu

Tidak ada Tidak ada

'ebagian area *r%ca

dari

menu is .3

Tipe Afasia

Pembicaraan

(%mprehensia ;epetisi

:eja a berkaitan

yang -%kasi esi

An%mic afasia

(esu itan mencari katakata

N%rma

N%rma

*er?ariasi

-%bus temp%ra is bagian da am

Afasia (arakteristik resp%n dari pasien dengan afasia pada %kasi esi yang spesifik @Pasien diminta menyebutkan kata chairA Ti&e afasia (an l kasi lesi Afasia m%t%rik @Area *r%caA Afasia sens%ri @area >ernickeA Afasia sens%ri @area 48$ 4.$ and 4/G Afasia k%nduktifA An%mik @:irus angu arisA H'aya tahu apa itu . . . saya punya banyak di rumah.H ,e#ala &a(a &asien HTssairH H't%% H atau Hch%ssH @ne% %gismeA H1 air . . . err$ s!air . . . tair.H

2.- Diagn sis Anamnesis Afasia muncu secara mendadak pada pasien dengan str%ke atau cedera kepa a. Pasien dengan penyakit neur%degeneratif atau esi tum%r dapat menderita afasia secara per ahan. Tanda-tanda a!a yang mencirikan esi atau defisit yang berasa dari area k%rteks atau jaras yang berdekatan dengan p%sisi area berbahasa harus di!aspadai. Tanda-tanda tersebut me iputi hemian%pia$ defisit dari fungsi m%t%rik maupun .7

sens%ri$ atau defisit neur%beha?i%ra seperti a eIia$ agrafia$ aka ku ia$ atau apraksia. Pada pasien harus ditanyakan ri!ayat kejang atau epis%de afasia sebe umnya. Terkadang$ seka ipun insidensinya rendah$ afasia dapat diakibatkan % eh ensefa itis herpes simp eks. Biri dari penyakit ini me iputi ri!ayat demam$ kejang$ nyeri kepa a$ dan perubahan peri aku. ;i!ayat nyeri kepa a baik akut maupun kr%nik dapat menjadi petunjuk penting untuk mendiagn%sa k%ndisi tertentu seperti tum%r %tak maupun ma f%rmasi arteri ?ena. Pada pasien harus ditanyakan tentang ri!ayat gangguan pada mem%ri atau ri!ayat gangguan da am me akukan kegiatan sehari-hari karena gangguan berbahasa bisa hanya merupakan satu bagian dari k%ndisi neur%degeneratif yang menye uruh seperti demensia. Per u ditanyakan juga apakah pasien kida atau tidak$ ri!ayat hipertensi$ perdarahan %tak sebe umnya$ penyakit jantung$ penyakit ?asku ar %tak$ atau ami %id angi%pati. Pemeriksaan berbicara sp%ntan -angkah pertama da am meni ai berbahasa ada ah mendengarkan bagaimana pasien berbicara sp%ntan atau bercerita. Pasien dapat diminta untuk menceritakan ha -ha yang terjadi da am !aktu dekat$ misa nya bagaimana ia sampai dira!at di rumah sakit. Yang dini ai ia ah apakah bicaranya pe %$ cade $ tertegun$ dipr%s%dik @irama$ ritme$ int%nasi tergangguA dan apakah ada afasia$ kesa ahan sintaks$ sa ah menggunakan kata$ dan perse?erasi. Parafasia ia ah kegiatan mensubstitusi kata. Ada dua jenis parafasia. Parafasia semantik atau ?erba berarti mensubstitusi satu kata dengan kata yang ainnya. Parafasia f%nemik berarti mensubstitusi suatu bunyi dengan bunyi ain yang biasanya berbunyi cukup mirip. .9

Pemeriksaan ke ancaran berbicara 'ese%rang disebut ancar berbicara bi a bicara sp%ntannya ancar$ tanpa terbata-bata. (e ancaran berbcara ?erba ini merupakan ref eksi dari efisiensi menemukan kata. *i a kemampuan ini diperiksa secara khusus dapat dideteksi masa ah berbahasa yang ringan pada esi %tak yang ringan atau demensia dini. #efek yang ringan dapat dideteksi me a ui tes ke ancaran$ menemukan kata yaitu jum ah kata tertentu yang dapat dipr%duksi se ama jangka !aktu yang terbatas. 'ebagai c%nt%h pasien diminta untuk menyebutkan sebanyak-banyaknya nama jenis he!an atau menyebutkan katakata yang dimu ai dengan huruf tertentu se ama jangka !aktu satu menit. Tidak upa pu a kesa ahan yang timbu dicatat untuk me ihat adanya parafasia atau tidak. ,sia merupakan sa ah satu fakt%r yang berpengaruh secara bermakna da am pemeriksaan ini. &rang n%rma di ba!ah usia 76 tahun mampu menyebutkan kira-kira /8 nama he!an dengan baik. (emampuan ini menurun pada %rang berusia sekitar 98 tahun @J.9 namaA dan terus menurun seiring dengan bertambahnya usia. Pada usia 53 tahun$ sk%r .8 mungkin merupakan batas n%rma ba!ah. &rang n%rma umumnya dapat menyebutkan 27-78 kata yang bera!a an dengan huruf tertentu$ tergantung dari tingkat inte egensi$ usia$ dan tingkat pendidikan. (emampuan yang hanya sampai ./ kata atau kurang untuk setiap huruf merupakan petunjuk adanya penurunan ke ancaran berbicara ?erba namun per u diperhatikan pada pasien dengan tingkat pendidikan yang tidak ebih dari sek% ah menengah pertama.

Pemeriksaan pemahaman @k%mprehensiA bahasa isan Pemeriksaan pemahaman bahasa isan seringka i su it dini ai. Pemeriksaan k inis pada pasien ra!at inap yang biasa di akukan di samping tempat tidur pasien dapat .5

memberikan hasi yang menyesatkan. -angkah yang digunakan untuk menge?a uasi pemahaman secara k inis me iputi cara k%n?ersasi$ suruhan$ pertanyaan tertutup @ya atau tidakA$ dan menunjuk. o (%n?ersasi C #engan mengajak pasien bercakap-cakap dapat dini ai kemampuannya da am memahami pertanyaan dan suruhan yang diberikan % h pemeriksa o 'uruhan C 'erentetan suruhan$ mu ai dari yang sederhana @satu angkahA sampai pada yang su it dapat digunakan untuk meni ai kemampuan pasien da am memahami perintah. Mu a-mu a pasien dapat disuruh bertepuk tangan$ kemudian tingkat kesu itan dinaikkan misa nya mengambi benda dan

me etakkan benda tersebut pada %kasi yang ain. Per u diperhatikan bah!a perintah tipe ini tidak dapat di akukan pada pasien dengan ke emahan m%t%rik dan apraksia. Pasien juga dapat diminta untuk menunjuk ke beberapa benda$ mu a-mu a satu benda dan ditingkatkan menjadi sebuah perintah berantai untuk menunjuk ke beberapa benda secara berurutan. Pasien dengan afasia mungkin hanya mampu menunjuk sampai .-/ %bjek saja. o Ya atau Tidak C (epada pasien dapat juga diberikan pertanyaan tertutup dengan bentuk ja!aban ya atau tidak. Mengingat kemungkinan sa ah ada ah 38<$ jum ah pertanyaan yang diberikan minima 7 pertanyaan

misa nya Apakah anda bernama *udiK$ Apakah AB di ruangan ini matiK$ Apakah ini ;umah 'akitK$ Apakah di uar sedang hujanK$ Apakah saat ini ma am hariK. o Menunjuk C Pasien diminta untuk menunjuk mu ai dari benda yang mudah dipahami kemudian ber anjut ke benda yang ebih su it. B%nt%hnya C .6

tunjukkan ampu kemudian tunjukkan ge as yang ada di samping te e?isi. Pemeriksaan sederhana ini dapat di akukan di samping tempat tidur pasien. 'eka ipun kurang mampu meni ai kemampuan pemahaman dengan baik seka i$ pemeriksaan ini dapat memberikan gambaran kasar mengenai gangguan serta beratnya. Pemeriksaan repetisi (emampuan mengu ang dini ai dengan menyuruh pasien mengu ang mu a-mu a kata yang sederhana @satu patah kataA kemudian ditingkatkan menjadi banyak @satu ka imatA. Pemeriksa harus memperhatikan apakah pada tes repetisi ini didapatkan parafasia$ sa ah tatabahasa$ ke upaan$ atau penambahan. &rang n%rma umumnya dapat mengu ang ka imat yang mengandung .6 suku kata. *anyak pasien afasia menga ami kesu itan da am mengu ang$ namun ada juga yang menunjukkan kemampuan yang baik da am mengu ang$ bahkan ebih baik daripada berbicara sp%ntan. *i a kemampuan mengu ang terpe ihara$ maka ke ainan pat% %gis sangat mungkin tidak berada di area perisy ?ii. ,mumnya daerah ekstrasy ?ian yang ter ibat da am kasus afasia tanpa defek repetisi ter etak di daerah perbatasan ?asku er @!atershed areaA Pemeriksaan menamai dan menemukan kata (emampuan menamai %bjek merupakan sa ah satu dasar fungsi berbahasa. +a ini sedikit-banyak terganggu pada semua penderita afasia. #engan demikian$ semua tes yang di akukan untuk meni ai afasia mencakup peni aian terhadap kemampuan ini. (esu itan menemukan kata erat kaitannya dengan kemampuan menyebut nama @menamaiA atau disebut an%mia.

/8

Peni aian harus mencakup kemampuan pasien menyebutkan nama %bjek$ bagian dari %bjek$ bagian tubuh$ !arna$ dan bi a per u gambar ge%metrik$ simb% matematik$ atau nama dari suatu tindakan. #a am ha ini$ per u digunakan benda-benda yang sering digunakan sampai ke benda-benda yang jarang ditemui atau digunakan. *anyak penderita afasia yang masih mampu menamai %bjek yang sering ditemui atau digunakan dengan cepat dan tepat$ namun amban dan tertegun dengan me ukiskan kegunaannya atau parafasia pada %bjek yang jarang dijumpainya. *i a pasien tidak mampu atau su it menamai$ dapat dibantu dengan memberikan suku kata pemu a atau dengan menggunakan ka imat penuntun. Yang penting ia ah sampainya pasien kepada kata yang dibutuhkan$ yakni kita ni ai kemampuan pasien da am menamai %bjek. Ada pu a pasien yang mengena %bjek dan mampu me ukiskan kegunaannya namun tidak dapat menamainya. Pertama-tama terangkan kepada pasien bah!a ia akan disuruh menyebutkan nama beberapa %bjek juga !arna dan bagian dari %bjek tersebut. (ita dapat meni ai dengan memper ihatkan misa nya ar %ji$ b% p%in$ kaca mata$ kemudian bagian dari ar %ji$ ensa kaca mata. &bjek atau gambar yang dapat digunakan misa nya meja$ kursi$ ampu$ pintu$ jende a. *agian dari tubuh misa nya mata$ hidung$ gigi$ ibu jari$ utut. >arna misa nya merah$ biru$ hijau$ kuning$ ke abu. *agian dari %bjek c%nt%hnya jarum jam$ s% sepatu$ kepa a ikat pinggang$ bingkai kaca mata. Perhatikan ah apakah pasien dapat menyebutkan nama %bjek dengan cepat atau amban$ atau tertegun$ atau menggunakan sirkum %kusi$ parafasia$ ne% %gisme$ dan apakah ada perse?erasi. #i samping menggunakan %bjek$ dapat pu a digunakan gambar %bjek.

/.

*i a pasien tidak mampu menyebutkan nama %bjek$ per u diperhatikan apakah pasien dapat memi ih nama %bjek tersebut dari beberapa pi ihan nama %bjek. Pada pemeriksaan ini per u digunakan kurang ebih /8 nama %bjek sebe um menentukan bah!a tidak didapatkan gangguan. Pemeriksaan sistem bahasa E?a uasi sistem bahasa harus di akukan secara sistematis. Per u diperhatikan bagaimana pasien berbicara sp%ntan$ k%mprehensi$ repetisi$ maupun menamai. 'e ain itu kemampuan membaca dan menu is harus dini ai pu a. Tidak upa e?a uasi di akukan untuk memeriksa sisi %tak mana yang d%minan dengan me ihat penggunaan tangan. #engan me akukan peni aian yang sistematis biasanya da am !aktu yang singkat dapat diidentifikasi adanya afasia serta jenisnya. Pasien yang afasia se a u agrafia dan sering a eksia$ untuk itu pemeriksaan membaca dan menu is dapat dipersingkat. Namun pada pasien yang tidak afasia$ pemeriksaan membaca dan menu is harus di akukan sepenuhnya karena a eksia$ agrafia$ atau keduanya dapat terjadi secara terpisah. Pemeriksaan penggunaan tangan Penggunaan tangan dan sisi %tak yang d%minan mempunyai kaitan yang erat. 'ebe um meni ai bahasa per u ditanyakan pada pasien apakah ia kida atau menggunakan tangan kanan. *anyak %rang kida te ah diajarkan untuk menu is dengan tangan kanan$ % eh karena itu %bser?asi cara menu is saja tidak cukup untuk mennetukan apakah ia se%rang yang kida atau kanda . Pasien dapat juga diminta memperagakan

//

gerakan tangan yang digunakan untuk memegang pisau$ me empar b% a$ dan sebagainya. 2.. Penatalaksanaan Penata aksanaan pada pasien afasia bergantung pada penyebab dari sindr%m afasia itu sendiri. Penanganan terhadap str%ke akut seperti pemberian rTPA pada pasien str%ke iskemik$ terapi inter?ensi intra-arteria $ stenting dan endarterect%my kar%tid$ atau k%ntr% dari tekanan darah dapat meringankan defisit yang dia ami. Pembedahan pada subdura hemat%ma atau tum%r serebri juga memberikan hasi yang cukup memuaskan. Pada afasia yang disebabkan % eh infeksi seperti herpes simp eks dapat diberikan terapi anti?irus. Terapi berbicara dan berbahasa merupakan terapi utama da am afasia. >aktu dan teknik pe aksanaan inter?ensi pada pasien afasia ber?ariasi uas karena pene itian yang di akukan sangat minim. Namun da am beberapa pene itian te ah terbukti bah!a teapi berbicara dan berbahasa dapat meningkatkan pr%gn%sis pasien afasia. (esu itan yang dia ami pasien da am menja ani terapi ini sangat beragam karena berbeda dari indi?idu ke indi?idu. *eberapa ha yang hasur diperhatikan saat me akukan terapi pada pasien afasia C *anyak pasien afasia menderita depresi % eh karena itu pasien afasia memer ukan dukungan psik% %gis. (etepatan diagn%sis$ terapi$ dan dukungan em%si%na dapat sangat berguna bagi pasien. Terdapat beberapa teknik terapi khusus untuk pasien dengan masa ah artiku asi$ masa ah k%sa kata$ minimnya i mu ka imat$ dan kurangnya int%nasi. #a am kata ain$ terapi pada pasien afasia dapat di?ariasi agar sesuai dengan kebutuhan pasien /2

Terapi farmaka pada afasia masih bersifat eksperimenta . Penggunaan d%paminerjik$ ch% inerjik$ dan %bat-%batan stimu an be um memberikan hasi yang je as. Namun penggunaan terapi farmaka sebagai pendamping dari terapi berbicara te ah menunjukkan hasi yang baik.

Tekn% %gi baru yang dinamakan stimu asi magnetik transkrania sedang diuji c%ba pada pasien afasia dan sejauh ini menunjukkan hasi yang baik.

2.1/

Pr gn sis

Pr%gn%sis pada pasien afasia sangat bergantung pada penyebabnya. Pada afasia yang disebabkan % eh str%ke$ penanganan utama str%ke dan kesembuhannya sangat berpengaruh terhadap kesembuhan dari afasia itu sendiri. Menginat penyembuhan dari str%ke memakan !aktu ama dan biasanya meningga kan bekas defisit neur% %gis$ kesembuhan afasia dari pasien str%ke sangat tidak menentu. Pada pasien afasia yang disebabkan % eh infeksi herpes simp eks misa nya$ kesembuhan dapat segera terjadi dengan memberikan terapi anti?ira yang sesuai.

/4

BAB III PENUTUP ".1 Kesi)&0lan Afasia merupakan penyakit penyerta dari berbagai penyakit neur% %gis ain seperti str%ke$ cedera kepa a$ tum%r %tak$ dan penyakit neur%degeneratif. #engan geja a kurangnya pemahaman bahasa dan ketidakmampuan da am mengungkapkan kata-kata$ afasia sangat berpengaruh bagi kua itas hidup pasien. Afasia dapat mempersu it baik diagn%sis maupun terapi dari berbagai penyakit ain karena minimnya k%munikasi yang dapat di akukan bagi pasien. #iagn%sis dini dari afasia sangat penting untuk memu ai terapi afasia baik bagi pasien maupun pendamping pasien agar defisit yang dia ami tidak makin berat. ,ntuk itu$ se%rang d%kter harus dapat mendiagn%sa afasia dengan tepat$ baik dari segi pembuatan diagn%sis afasia maupun dari segi mengk asifikasikan afasia tersebut karena setiap jenis afasia dapat membutuhkan penata aksanaan yang berbeda. 'ebe um itu$ se%rang d%kter harus dapat me akukan pemeriksaan diagn%sis afasia dengan tepat$ yakni me iputi anamnesa$ pemeriksaan fisik$ dan pemeriksaan penunjang untuk me ihat penyebab dan %kasi esi afasia. Terapi utama dari afasia ada ah terapi berbicara. Terapi ini biasa di akukan % eh tenaga rehabi itasi medik dan dipantau % eh ah i syaraf. Tingkat kebrhasi an dari terapi ini sangat bergantung kepada penyebab dari afasia itu sendiri. & eh karena itu$ afasia tidak b% eh dibiarkan serta tidak b% eh diterapi tungga me ainkan biasanya digunakan terapi k%mbinasi.

/3

DAFTA1 PUSTAKA *arrett$ (im E$ 'usan M *arman$ 'c%tt *%itan%$ dan +edd!en *r%%ks. Ganong's Review of Medical Physiology. ,nited 'tates %f AmericaC Mc:ra! +i $ /8.8. :uyt%n$ Arthur B$ dan 0%hn E +a . Textbook of Medical Physiology. 'ingap%reC E se?ier$ /885. +%!ard$ (irshner. Medscape Reference. /7 0anuari /8./.

httpCLLemedicine.medscape.c%mLartic eL..23644-c inica Msh%!a @diakses Mei /5$ /8./A. -%ng%$ #an -$ Anth%ny ' 1auci$ #ennis - (asper$ dan 'tephen - +auser. Harrison's Principles of Internal Medicine. ,nited 'tates %f AmericaC Mc:ra! +i $ /8./. -umbant%bing$ ' M. Penerbit 1(,)$ /8.8. ;esearch$ Banadian )nstitute %f +ea th. &anadian Instit!te of Health Research ' Instit!te of e!roscience( Mental Health( adn )ddiction. 0uni /8.8. e!rologi "linik # Pe$eriksaan %isik dan Mental. 0akartaC *a ai

httpCLLthebrain.mcgi .caLf ashLdLdN.8LdN.8NcrLdN.8NcrN anLdN.8NcrN an.htm /5$ /8./A.

@diakses Mei

;%pper$ A an +$ dan Martin A 'amue s. )da$s and *ictor's Principles of e!rology. ,nited 'tates %f America C Mc:ra! +i $ /886. 'im%n$ ;%ger P$ A #a?id :reenberg$ dan 0 Michae Amin%ff. +ange # &linical ,e. ,nited 'tates %f AmericaC Mc:ra! +i $ /886. e!rology

/7

Anda mungkin juga menyukai