Pemanfaatan Rumput Laut
Pemanfaatan Rumput Laut
DISUSUN OLEH:
MARCHELLA DHARMA ARUMSARI
NIM. 26030110120050
Pendahuluan
Rumput laut tergolong tanaman berderajat rendah yang umumnya tumbuh
melekat pada substrat tertentu, tidak mempunyai akar, batang, dan daun sejati tetapi
hanya menyerupai batang yang disebut talus. Rumput laut tumbuh di alam dengan
melekatkan dirinya pada karang, lumpur, pasir, batu, dan benda keras lainnya.
Rumput laut mengambil nutrisi dari sekitarnya secara difusi melalui dinding talus.
Perkembangbiakannya dilakukan dengan dua cara, yaitu kawin antara gamet jantan
dan betina (generatif) serta secara tidak kawin dengan melalui vegetif dan konjugatif.
Di Indonesia beberapa jenis rumput laut yang bernilai ekonomis dan sejak
dahulu diperdagangkan yaitu Eucheuma sp., Hypnea sp., Sargassum sp., Gracilaria
sp., dan Gelidium sp. Eucheuma sp. dan Hypnea sp. menghasilkan metabolit primer
senyawa hidrokoloid yang disebut keraginan. Gracilaria sp. dan Gelidium sp.
menghasilkan metabolit primer senyawa hidrokoloid yang disebut agar, sedangkan
Sargassum sp. menghasilkan metabolit primer senyawa hidrokoloid yang disebut
alginat. Akan tetapi hanya jenis Eucheuma dan Gracilaria yang dibudidayakan secara
komersial1).
Rumput laut telah digunakan manusia sebagai makanan dan obat-obatan sejak
dahulu. Di Indonesia, penduduk yang bertempat tinggal di daerah pantai sudah lama
1)
Jana Anggadiredja, Achmat Zaenika, dan Heri Purwanto, Rumput Laut, Jakarta: Penebar Swadaya, 2006, hlm. 6.
memanfatkan rumput laut meskipun masih dalam bentuk yang sederhana, misalnya
dalam bentuk es rumput laut. Padahal rumput laut dapat diolah menjadi bahan
komoditas ekspor yang dapat menambah devisa negara. Rumput laut mengandung
hidrokoloid yang merupakan alasan utama rumput laut dapat dijadikan sebagai bahan
baku industri farmasi, cat, tekstil, pakan ternak, kosmetik dan industri lainnya. Dari
literatur Cina Kuno, Tseng dan Chang mencatat sekitar 32 jenis rumput laut yang
tumbuh di perairan Cina dimanfaatkan sebagai obat herbal2).
Demikian banyak manfaat rumput laut, tetapi daerah-daerah pesisir di
Indonesia masih sedikit yang mengolahnya secara maksimal.
Dari data Tim Rumput Laut BPPT dapat diketahui bahwa industri agar,
keraginan, dan alginat belum dapat mencukupi kebutuhan dalam negeri atau bahkan
memenuhi kebutuan ekspor. Hal ini tercermin dari tingginya impor ketiga
hidrokoloid tersebut3).
Ironis sekali padahal dua per tiga wilayah Indonesia terdiri atas perairan yang
memiliki potensi rumput laut cukup tinggi. Sampai saat ini, ekspor dalam bentuk
bahan baku masih mendominasi dibandingkan hasil olahan. Padahal apabila diekspor
dalam bentuk olahan akan memiliki nilai jual yang lebih tinggi.
2)
3)
II.
Permasalahan
Dalam makalah ini kami akan menguraikan tentang:
1.
2.
III. Pembahasan
1.
Mulyanto, Inovasi Teknologi Perikanan, Jakarta: Universitas Terbuka, 1998, hlm. 62.
2.
Meningkatkan
kemitraan
yang
serasi
dan
saling
5)
Pusat Riset Pegolahan Produk dan Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan, Teknologi Pengolahan Rumput
Laut, Jakarta: Departemen Kelautan dan Perikanan, 2002, hlm. 62.
IV. Simpulan
Sumberdaya perairan di Indonesia sangat kaya. Salah satunya adalah rumput
laut. Namun sumberdaya rumput laut yang ada belum dimanfaatkan secara maksimal,
padahal rumput laut merupakan komoditas ekspor yang komersial. Teknologi
formulasi untuk menghasilkan produk siap pakai bagi industri hilirnya masih belum
dikembangkan padahal rumput laut dalam bentuk olahan seperti agar, alginat, dan
karaginan akan memberikan nilai jual yang lebih tinggi daripada dalam bentuk
mentah. Oleh karena itu masyarakat tanah air sebaiknya memperhatikan peluang
untuk membangun industri rumput laut yang tidak sekedar dalam bentuk dasar, tetapi
sampai produk akhir yang siap pakai.
DAFTAR PUSTAKA
Anggadiredja, Jana, Achmat Zaenika, dan Heri Purwanto. 2006. Rumput Laut.
Jakarta: Penebar Swadaya
Mulyanto. 1998. Inovasi Teknologi Perikanan. Jakarta: Universitas Terbuka
Pusat Riset Pegolahan Produk dan Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan.
2002. Teknologi Pengolahan Rumput Laut. Jakarta: Departemen Kelautan dan
Perikanan