: Mia Indah Sari : Sesvianda Fatma Y : Mutiara Isman Nadya Eka Putri Putri Mutiara Sari Siti Syarifah Dias Tiara Windasari Prayogo Budi Prabowo Muhammad Zahsyi Widya paramita
: B8
(1102011162) (1102011256) (1102011185) (1102011190) (1102011212) (1102011261) (1102011279) (1102011209) (1102010187) (1102010287)
Kelompok
Tn. A mengeluh demam dan batuk berdahak sejak 2 minggu yang lalu, dan setelah berobat, dokter memberikan antibiotika golongan penisilin kepada Tn. A. Setelah minum antibiotika tersebut timbul gatal dan bentol-bentol merah yang hampir merata di seluruh tubuhnya, dan timbul bengkak pada kelopak mata dan bibirnya. Ia memutuskan untuk kembali berobat ke dokter. Pada pemeriksaan fisik didapatkan angioedema di mata dan bibirnya, dan urtikaria di seluruh tubuhnya. Dokter menjelaskan keadaan ini diakibatkan oleh reaksi alergi (hipersensitivitas tipe cepat), sehingga ia mendapatkan pengobatan anti histamin dan kortikosteroid. Dokter memberikan saran agar selalu berhati-hati dalam meminum obat.
LO IV. MEMAHAMI DAN MENJELASKAN HIPERSENSITIVITAS TIPE III LI IV.1 MEMAHAMI DAN MENJELASKAN DEFINISI LI IV.2 MEMAHAMI DAN MENJELASKAN MANIFESTASI LI IV.3 MEMAHAMI DAN MENJELASKAN MEKANISME LO V. MEMAHAMI DAN MENJELASKAN HIPERSENSITIVITAS TIPE IV LI V.1 MEMAHAMI DAN MENJELASKAN DEFINISI LI V.2 MEMAHAMI DAN MENJELASKAN MANIFESTASI LI V.3 MEMAHAMI DAN MENJELASKAN MEKANISME LO VI. MEMAHAMI DAN MENJELASKAN FARMAKOKINETIK LI VI.1 MEMAHAMI DAN MENJELASKAN OBAT ANTI ALERGI LI VI. 2 MEMAHAMI DAN MENJELASKAN ANTI HISTAMIN LI VI. 3 MEMAHAMI DAN MENJELASKAN KORTIKOSTEROID LO VII. MEMAHAMI DAN MENJELASKAN ALERGI OBAT DALAM PERSPEKTIF ISLAM
LI I.1 MEMAHAMI DAN MENJELASKAN DEFINISI Hipersensitivitas adalah peningkatan reaktivitas atau sensitivitas terhadap antigen yang pernah dipajankan atau dikenal sebelumnya atau respon imun yang berlebihan dan yang tidak diinginkan karena dapat menimbulkan kerusakan jaringan tubuh.
LI I.2 MEMAHAMI DAN MENJELASKAN KLASIFIKASI A.Menurut waktu timbulnya reaksi : 1. Reaksi cepat Reaksi cepat terjadi dalam hitungan detik, menghilang dalam 2 jam. 2. Reaksi intermediet Reaksi intermediet terjadi setelah beberapa jam dan menghilang dalam 24 jam. 3. Reaksi lambat Reaksi lambat terlihat sekitar 48 jam setalah terjadi pajanan dengan antigen yang terjadi oleh aktivasi oleh sel Th. B. Menurut Gell dan Coombs : 1. Reaksi hipersensitivitas tipe I atau reaksi cepat atau reaksi alergi. 2. Reaksi hipersensitivitas tipe II atau reaksi sitotoksik. 3. Reaksi hipersensitivitas tipe III atau reaksi kompleks imun. 4. Reaksi hipersensitivitas tipe IV atau reaksi lambat.
LI I.3 MEMAHAMI DAN MENJELASKAN ETIOLOGI Toksoid Antibiotik Makanan Serangga (lebah)
LO II. MEMAHAMI DAN MENJELASKAN HIPERSENSITIVITAS TIPE I LI II.1 MEMAHAMI DAN MENJELASKAN DEFINISI Reaksi hipersensitifitas tipe 1 adalah suatu reaksi yang terjadi secara cepat atau reaksi anafilaksis atau reaksi alergi mengikuti kombinasi suatu antigen dengan antibodi yang terlebih dahulu diikat pada permukaan sel basofilia (sel mast) dan basofil. LI II.2 MEMAHAMI DAN MENJELASKAN MANIFESTASI 1. Reaksi lokal Reaksi hipersensitifitas tipe 1 lokal terbatas pada jaringan atau organ spesifik yang biasanya melibatkan permukaan epitel tempat alergan masuk. 2.. Reaksi sistemik anafilaksis Anafilaksis adalah reaksi Tipe 1 yang dapat fatal dan terjadi dalam beberapa menit saja. Reaksi ini ditimbulkan oleh IgE yang dapat mengancam nyawa. 3. Reaksi pseudoalergi atau anafilaktoid
Reaksi pseudoalergi atau anafilaktoid adalah reaksi sistemik umum yang melibatkan pengelepasan mediator oleh sel mast yang terjadi tidak melalui IgE. Mekanisme pseudoalergi merupakan mekanisme jalur efektor nonimun.
LI II.3 MEMAHAMI DAN MENJELASKAN MEKANISME Terdapat beberapa fase, yaitu : 1. Fase sensitasi yaitu waktu yang dibutuhkan untuk membentuk IgE sampai diikat silang oleh reseptor spesifik pada permukaan sek mast/basofil. 2. Fase aktivasi yaitu waktu yang diperlukan antara pajanan ulang dengan antigen yang spesifik dan sel mast/basofil melepas isinya yang berisikan granul yang menimbulkan reaksi. Hal ini terjadi oleh ikatan silang antara antigen dan IgE. 3. Fase efektor yaitu waktu yang terjadi respon yang kompleks (anafilaksisi) sebagai efek mediator-mediator yang dilepas sel mast/basofil dengan aktivasi farmakologik.
LO III. MEMAHAMI DAN MENJELASKAN HIPERSENSITIVITAS TIPE II LI III.1 MEMAHAMI DAN MENJELASKAN DEFINISI Disebut juga reaksi sitolitik/ sitotoksik, karena dibentuk ab jenis IgG/ IgM terhadap antigen yang merupakan bagian sel pejamu. LI III.2 MEMAHAMI DAN MENJELASKAN MANIFESTASI Reaksi transfusi Reaksi cepat Disebabkan oleh inkompatibilitas golongan darah ABO yang dipacu oleh IgM. Reaksi lambat Terjadi pada orang yang mendapat transfusi berulang dengan darah yang kompatibel ABO namun inkompatibel dengan golongan darah yang lain.
Penyakit hemolitik pda bayi baru lahir Ditimbulkan oleh inkompatibilitas Rh dalam kehamilan, yaitu pada ibu dengan golongan darah rhesus () dan janin dengan rhesus (+). Anemia hemolitik Antibiotika tertentu yang membentuk kompleks .Pada beberapa penderita, kompleks membentuk ab yang selanjutnya mengikat obat pada SDM dan dengan bantuan komplemen menimbulkan lisis dengan dan anemia progresif.
Ag masuk tubuh menempel pada sel tertentu merangsang terbentuknya Ig G atau Ig M mengaktifkan komplemen menimbulkan lisis
LO IV.
LI IV.1 MEMAHAMI DAN MENJELASKAN DEFINISI Reaksi hipersensitivitas tipe III atau yang disebut juga reaksi kompleks imun adalah reaksi imun tubuh yang melibatkan kompleks imun yang kemudian mengaktifkan komplemen sehingga terbentuklah respons inflamasi melalui infiltrasi masif neutrofil.
LI IV.2 MEMAHAMI DAN MENJELASKAN MANIFESTASI Reaksi Lokal atau Fenomena Arthus Suntikan serum kuda/kelinci. Dalam waktu 2-4 jam, terdapat eritema ringan dan edem pada kelinci. Lalu setelah sekitar 5-6 suntikan, terdapat perdarahan dan nekrosis di tempat suntikan. Reaksi serum sickness (sistemik) Imunisasi pasif pada diphteria-tetanus dengan antiserum kuda. Timbul gejala dalam waktu 1-2 minggu.
Antigen berikatan dengan Antibodi masuk ke pembuluh darah berikatan dengan komplemen di dalam pembuluh darah terdapat basofil yang menyebabkan vasodilatasi pembuluh darah dan ada netrofil mengeluarkan enzim yang dapat merusak pembuluh darah.
LO V. MEMAHAMI DAN MENJELASKAN HIPERSENSITIVITAS TIPE IV LI V.1 MEMAHAMI DAN MENJELASKAN DEFINISI Merupakan hipersensitivitas tipe lambat yang dikontrol sebagian besar oleh reaktivitas sel T terhadap antigen. Reaksi ini dibagi menjadi dua,yaitu : Delayed Type Hypersensitivity Tipe IV Merupakan hipersensitivitas granulomatosis, terjadi pada bahan yang tidak dapat disingkirkan dari rongga tubuh seperti talkum dalam rongga peritoneum dan kolagen sapi dari bawah kulit. T Cell Mediated Cytolysis Kerusakan jaringan terjadi melalui sel CD8+/CTL/Tc yang langsung membunuh sel sasaran.
LI V.2 MEMAHAMI DAN MENJELASKAN MANIFESTASI Dematitis kontak Merupakan penyakit CD8+ yang terjadi akibat kontak dengan bahan yang tidak berbahaya seperti formaldehid, nikel, bahan aktif pada cat rambut (contoh reaksi DTH). Hipersensitivitas tuberkulin Bentuk alergi spesifik terhadap produk filtrat (ekstrak/PPD) biakan Mycobacterium tuberculosis yang apabila disuntikan ke kulit (intrakutan) Reaksi ini diperantarai oleh sel CD4+. Reaksi Jones Mote( hipersensitivitas basofil kutan) Reaksi terhadap antigen protein yang berhubungan dengan infiltrasi basofil yang mencolok pada kulit di bawah dermis.
Penyakit CD8+ Kerusakan jaringan terjadi melalui sel CD8+/CTL/Tc yang langsung membunuh sel sasaran. Biasanya tidak sistemik, contoh pada infeksi virus hepatitis.
LO VI. MEMAHAMI DAN MENJELASKAN FARMAKOKINETIK LI VI.1 MEMAHAMI DAN MENJELASKAN OBAT ANTI ALERGI Natrium kromalin Kromolin adalah obat yang dapat menghambat penglepasan histamin dari sel mast paru-paru dan tempat-tempat tertentu, yang diinduksi oleh antigen. Nedokromil Nedokromil menghambat penglepasan mediator dari sel mast bronkus dan diindikasikan untuk mencegah serangan asma pada pasien asma bronkial ringan sampai sedang. Nedokromil umumnya lebih efektif dari kromolin. Ketotifen Ketotifen bersifat antianafilaktik karena menghambat penglepasan histamin. Ketotifen juga bersifat antihistamin kuat.
LI VI. 2 MEMAHAMI DAN MENJELASKAN ANTI HISTAMIN Antagonis reseptor H1 (AH1) AH1 menghambat efek histamin pada pembuluh darah, bronkus, bermacam otot polos, selain itu AH1 bermanfaat untuk mengobati reaksi hipersensitivitas atau keadaan lain yang disertai penglepasan histamin endogen berlebihan. Antagonis reseptor H2 (AH2) Simetidin dan Ranitidin Menghambat reseptor H2 secara selektif dan reversible. Kerjanya menghambat sekresi asam lambung. Simetadin dan ranitidin juga mengganggu volume dan kadar pepsin cairan lambung.
Famotidin Famotidin merupakan AH2 sehingga dapat menghambat sekresi asam lambung pada keadaan basal, malam, dan akibat distimulasi oleh pentagastrin. Famotidin 3 kali lebih poten daripada ranitidin dan 20 kali lebih poten daripada simetidin. Nizatidin Potensi nizatidin dalam menghambat sekresi asam lambung kurang lebih sama dengan ranitidin.
LI VI. 3 MEMAHAMI DAN MENJELASKAN KORTIKOSTEROID Kortikosteroid mempengaruhi metabolisme karbohidrat, protein, dan lemak.selain itu juga mempengaruhi fungsi sistem kardiovaskular, ginjal, otot lurik, sistem saraf dan organ lain. Kortikosteroid dibagi menjadi dua, yaitu : 1. Glukokortikoid Efek utama glukokortikoid ialah pada penyimpanan glikogen hepar dan efek anti-inflamasi, sedangkan pengaruhnya pada keseimbangan air dan elektrolit kecil. 2. Mineralokortikoid Efek pada mineralokortikoid ialah terhadap keseimbangan air dan elektrolit, sedangkan pengaruhnya pada penyimpanan glikogen hepar sangat kecil.
LO VII. MEMAHAMI DAN MENJELASKAN ALERGI OBAT DALAM PERSPEKTIF ISLAM ( : 29 ) Dan janganlah kamu membunuh dirimu, sesungguhnya Allah terhadap kalian Maha menyayangi ( an nisa : 29 ) ( : 195 ) Dan janganlah kamu menjatuhkan dirimu sendiri kedalam kebinasaan ( al baqoroh : 195)
THANKS