Anda di halaman 1dari 8

Seledri (Apium graveolens L.

)
1. Nama Tanaman : Seledri Klasifikasi : Kingdom Divisi Sub-divisi Kelas Ordo Famili Genus Species Deskripsi : Seledri biasanya tumbuh dengan ketinggian 1sampai 2 kaki. Batangnya agak keras dan bergalur, memiliki daun majemuk (segmented) dengan tepi bergerigi. Selama bulan Juni dan Juli, mengeluarkan bunga kecil yang berwarna putih yang nantinya berkembang menjadi buah dengan biji yang halus. Tanah yang basah dengan sifat asam merupakan lingkungan pertubuhan yang sesuai untuk seledri. Biji seledri memiliki bau yang khas dengan rasa agak pahit. Pascal menerapkan nama umum ke beberapa seledri hijau. Di Eropa, seledri : Plantarum : Spermatophyta : Angiospermae : Monocotyledoneae : Umbelliferales : Umbelliferae : Apium : Apium graveolens L.

merupakan istilah yang sering digunakan pada sayuran akar, Apium graveolen L. varitas Rapaceum, DC. Seledri liar dapat mengacu pada Vallisneria spiralisl., merupakan tumbuhan akuatis yang tumbuh menahun. [1]

www.nadjeeb.wordpress.com ahmad.najib@ymail.com

Page 1

2. Sinonim : Apii Fructus, Celery Fruit, Celery Seed, Smallage [2] 3. Kandungan Kimia Utama : Apigenin[2,3] Rumus Struktur Apigenin

OH

HO

OH

apigenin (5,7-dihydroxy-2-(4-hydroxyphenyl)-4H-chromen-4-one)

Biosintesis Apigenin[4] www.nadjeeb.wordpress.com ahmad.najib@ymail.com

Page 2

www.nadjeeb.wordpress.com ahmad.najib@ymail.com

Page 3

4. Identifikasi[5] : Identifikasi Kualilitatif : Dengan Metode KLT Sampel dilarutkan dengan 50 l minyak menguap dalam 1 ml xylene, dengan pembanding 2 l chamazulene, 5 l of ()-a-bisabolol and 10 mg bornil asetat dalam 5 ml of toluene. Fase gerak; etil asetat : toluena (5:95) Fase diam; lempeng KLT dengan ukuran 10 cm

Sampel dan pembanding diaplikasaikan pada lempeng KLT dan dielusi denga fase gerak, sampai pada batas elusi, kemudian disemprot dengan larutan anisaldehyde lalu dipanaskan pada suhu 100-105oC selama 5-10 menit. Hasil positif berupa noda yang berwarna biru keunguan dan merah keunguan degan Rf yang sama pada larutan pembanding. Identifikasi Kuntitatif : Dengan metode liqiud chromatography Larutan sampel berupa 2 g serbuk yang dilarutkan dengan 200 ml etanol absolut dimasukkan kedalam labu alas bulat; kemudian diekstraksi dengan menggunakan refluk selama 15 menit. Larutan sampel disaring dan dibilas dengan sedikit etanol absolut. Kedalam filtrat ditambahkan NaOH dan kembali dilakukan proses ekstraksi selama 1 jam. Sampel diencerkan sampai 250,0 ml dengan etanol absolut dan 0,5 g asam sitrat kemudian dikocok selama 5 menit. Larutan pembanding (a) berupa 10,0 g apigein 7-glukosidase dalam 100,0 ml metanol. Larutan dipipet 25,0 ml dan diencerkan sampai 200,0 ml. Larutan pembanding (b) berupa 10,0 g 5,7-dihydroxy-4-methylcoumarin 100,0 ml metanol. Larutan dipipet 25,0 ml dan diencerkan sampai 100,0 ml. Kedalam 4,0 ml ditambahkan larutan pembanding (a) dan diencerkan sampai 10,0 ml. Ukuran pre kolom = 8 mm dengan diameter = 4,6 mm, ukuran kolom = 0,25 m dengan diameter = 4,6 mm, fase gerak asam fosfat : air (0,5:99,5), kecepatan aliran 1 ml/menit panjang gelombang 340 nm; injeksi 20 l.

www.nadjeeb.wordpress.com ahmad.najib@ymail.com

Page 4

Persen kadar apigenin dihitung berdasarkan rumus :


A1 x m2 A2 x m1 x P x 0,625

A1 = daerah puncak dari apigenin pada larutan sampel A2 = daerah puncak dari apigenin pada larutan pembanding m1 = berat sampel dalam larutan (g) m2 = berat apigenin dalam larutan pembanding a (g) P = persen kandungan apigenin pada reagen 5. Penggunaan & Dosis: Penggunaan : Berikut adalah hasil penelitian yang menunjukkan aktifitas antikanker dari senyawa apigenin : - Telah diteliti bahwa kemampuan apigenin, flavonoid yang nonmutagenik mencegah pertumbuhan dan menimbulkan apoptosis dari sel neuroblastoma manusia. Apigenin menghambat kemampuan pembentukan koloni dan kelangsungan hidup apoptosis yang diinduksi dari inti-7 dan sel LAN-5. Pada penelitian yang menggunakan tikus apigenin tidak menghambat pertumbuhan primer pada saraf simpatis, hal ini menunjukkan bahwa apigenin tidak toksik terhadap sel yang tidak mengalami trasfomasi. (Juornal: Molecular Cancer Theurapetic,vol 4, ed 1 , 2005) - Apigenin secara potensial mengaktifkan wild-type p53 dan menginduksi apoptosis pada sel kanker. Pemamaran dengan menggunakan sel kanker prostat manusia (sel 22Rv1) menunjukkan bahwa apigenin melindungi wild-type p53 pada konsentrasi 10-80M. Secara in vivo pemberian apigenin menununjukkan mediasi induksi

apoptosis p53 pada sel tumor 22Rv1. Hasil ini menunjukkan bahwa induksi apoptosis pada sel 22Rv1 oleh apigenin dipicu karena ketidakstabilan Reactive Oxygen Species-dependent (ROS-dependent) pada membran potensial mitokonria yang merupakan jalur transkripsi independen dan dependent dari p53.

(Journal: Free Radical Biology and Medicine, Volume 44, Issue 10, 15 May 2008)

www.nadjeeb.wordpress.com ahmad.najib@ymail.com

Page 5

- Apigenin secara nyata menghalangi perkembangbiakan sel kanker payudara pada manusia dengan konsentrasi 50 M, dengan mengabaikan waktu pemamaran (p< 05), diperoleh hasil yang scara nyata menghambat siklus pertumbahan sel G2/m. Pada fase pengobatan setelah 48 jam pada konsentrasi 50 dan 100 M; p< 05. (The Journal of Nutritional Biochemistry Volume 20, Issue 4, April 2009, Pages 285-290). - Secara in vivo, kombinasi terapi apigenin dengan gemcitabine memperbesar penghambatan dari pertumbuhan sel kanker pangkreas melalui down-regulation dari NF-kB pada jaringan tumor. Kombinasi dari gemcitabine dan apigenin meningkatkan efikasi dari anti-tumor melalui Akt dan NF-kB dan induksi apoptosis. (Journal Cancer Letters, Volume 259, Issue 1, 18 January 2008, Pages 39-49). - Pengobatan apigenin menujukkan hasil yang secara nyata pada proses apoptosis sel CA-HPV-10 dari ladder DNA assay, yang dilihat melalui mikroskop fluorescence dan TUNEL assay, dimana sel NHPE and PZ-HPV-7 tidak mengalami apoptosis tapi secara khusus terlihat adanya bercak nekrosis pada pemberian dosis tinggi 40 M. Pemberian apigenin (110 M) dengan dose-dependent juga memperlihatkan penghambatan siklus sel G2-M dan CA-HPV-10 tapi tidak pada sel PZ-HPV-7. Penghambat pertumbuhan dan potensi apoptosis yang diperlihatkan oleh apigenin juga telah diteliti dengan menggunakan beberapa jenis sel kanker prostat yang juga menghasilkan perbedaan tingkatan pertumbuhan dan respon pada androgen. (Journal Biochemical and Biophysical Research Communications, Volume 287, Issue 4, 5 Oktober 2001, Pages 914-920) Dosis[2] : Buah kering 0,52,0 g dalam bentuk dekok 1 : 5 3x sehari Ekstrak larut alkohol 0,31,2 mL (1 : 1 dalam alkohol 60% ) 3xsehari Ekstrak cair 0,31,2 mL 3x sehari

www.nadjeeb.wordpress.com ahmad.najib@ymail.com

Page 6

6. Khasiat Lainnya : Seledri ditandaskan memiliki efek antirematik, obat penenang, diuretik ringan terutama untuk rheumatoid[11]. Pada tikus, efek sedatif dan aktifitas antispasmodik telah dilaporkan untuk komponen phthalide[12]. Minyak biji seledri telah dilaporkan memperlihatkan efek bakteriostatik pada Bacillus subtilis, Vibrio cholerae, Staphylococcus aureus, Staphylococcus albus, Shigella dysenteriae, Corynebacterium diphtheriae, Salmonella typhi, Strepto coccus faecalis, Bacillus
[13]

dan

antiseptik pada saluran kemih. Juga telah digunakan untuk radang sendi, encok, dan

pumilus,

Streptococcus

pyogenes

dan

Pseudomonas

solanacearum

7. Mekanisme Kerja[6] : Apigenin menginduksi apoptosis melalui up-regulation dari p53 dengan jalan meningkatkan kestabilan atau transkripsi protein p53 . Apigenin mempunyai efek di p53 sama dengan dan Bax di sel kanker prostat manusia, data fungsional menunjukkan bahwa kehadiran mutan p53 atau overexpression dari Bcl-XL menghambat proses induksi apoptosis dari apigenin. Pada keratinocytes, apigenin menunjukkan kestabilan pada protein p53 oleh ganguan dari interaksi denganh mdm2, yangmana targetnya adalah p53, tanpa adanya tingkat modulasi mRNA p53. Berlawanan dengan uji awa pada PCR dengan menggunakan sel NUB-7; yang diberikan apigenin menunjukkan adanya peningkatan mRNA p53 setelah 1 - 4 jam setelah pemberian. Bagaimanapun mekanisme apigenin yang bekerja pada proses up-regulation dan aktivasi p53 belum terpublikasi sebelumnya dan memerlukan penelitian yang lebih lanjut. Efek apigenin pada pasangan sel isogenik termasuk wild-type dan mutan p53 dari sel kanker kolon juga disarankan untuk menanbah data megenai efek apigenun pada sel kanker jenis yang lain dengan tetap menggunakkan parameter pada fungsi protein p53. 8. Uji Klinis : Tidak ada yang terdokumentasi untuk buah seledri. Efek hipotensi dilaporkan pada 14-16 pasien hipertensi dengan pemberian ekstrak[2].

www.nadjeeb.wordpress.com ahmad.najib@ymail.com

Page 7

Daftar Pustaka
1. Marderosian.A. Beutler. J. (2004). The Review of Natural Product. University of The Science in Philadelphia College of Pharmacy. Philadelphia. USA Barnes. J. Anderson. A.L, Phillipson. J.D. (2005). Herbal Medicine. Second edition. Pharmaceutical Press. USA Capman & Hall. The Merck Index. Twelfth edition. Ver 12:3. CD-ROM Whitehouse Station, NJ, USA, 2000 Flavanoid_Bioshyntesis._http://www.chem.qmul.ac.uk. 09/04/09 Department of Health. (2007). British Pharmacopeia 2007. Medicine and Healthcare products Regulatory Agency (MHRA), England. Torkin R. Lavoie JF. Kaplan DR. Yeger H. (2005). Induction of Caspase-Dependent, p53-Mediated Apoptosis by Apigenin in Human Neuroblastoma. Juornal: Molecolar Cancer Theurapetic,vol 4, ed 1. American Association for Cancer Research. Shukla S. Gupta S. (2008). Apigenin Induced Prostate Cancer Cell Death is Initiated by Reactive Oxygen Species and p53 Activation. Journal: Free Radical Biology and Medicine, Volume 44, Issue 10 Choi EJ. Kim GH. (2009). Apigenin causes G2/M arrest associated with the modulation of p21Cip1 and Cdc2 and activates p53-dependent apoptosis pathway in human breast cancer SK-BR-3 cells. The Journal of Nutritional Biochemistry Volume 20, Issue 4 Sang HL. Et al. (2008) Enhanched Anti-Tumor Effect of Combinatoin Theraphy with Gemcitabine and apigenin in Panreatic Cancer. Jurnal Cancer Letters, Volume 259, Issue 1.

2.

3.

4. 5.

6.

7.

8.

9.

10. Gupta S. Afaq F. Mukhtar H. (2001). Selective Growth-Inhibitory, Cell-Cycle Deregulatory and Apoptotic Response of Apigenin in Normal versus Human Prostate Carcinoma Cells. Journal Biochemical and Biophysical Research Communications, Volume 287, Issue 4, 5 October 2001 11. Bisset NG, ed. (1994). Herbal Drugs and Phytopharmaceuticals Medpharm Stuttgart. 12. Duke JA.(1985). Handbook of Medicinal Herbs. CRC : Boca Raton. 13. Kar A, Jain SR.(1971). Investigations on the antibacterial activity of some Indian indigenous aromatic plants. Flavour Industry. www.nadjeeb.wordpress.com ahmad.najib@ymail.com

Page 8

Anda mungkin juga menyukai