Anda di halaman 1dari 2

Suatu hari di sebuah ruangan gelap, ada 9 lilin yang menyala, sedikit demi sedikit untuk menerangi sekitar.

Suasana begitu sunyi sehingga terdengarlah percakapan di antara mereka. Yang pertama berkata: Aku adalah Damai. Namun manusia tak mampu menjagaku: maka lebih baik aku mematikan diriku saja!. Demikianlah sedikit demi sedikit sang lilin padam. Yang kedua berkata: Aku adalah Iman. Sayang aku tak berguna lagi. Manusia tak mau mengenalku. Jadi tak ada lagi gunanya aku tetap menyala.. Begitu selesai berbicara, lilin ditiup angin keras, kemudian lilin padam. Dengan sedih giliran Lilin ketiga bicara: Aku adalah Cinta. Aku sudah tak mampu lagi untuk tetap menyala. Manusia tidak lagi memandang dan menganggapku berguna. Mereka saling membenci, bahkan membenci mereka yang mencintainya, membenci keluarganya. Tanpa menunggu waktu lama, maka matilah Lilin ketiga. Lilin Keempat pun ikut berbicara: Aku ini kesabaran. Manusia tak membutuhkan aku pula, mereka selalu mencari yang instan tanpa menungu Tak lama kemudian lilin itupun padam. Yang kelima berkata: Aku adalah Kebenaran. Aku tak berguna lagi. Manusia tak pernah mempedulikanku. Jadi tak ada lagi gunanya aku tetap menyala. Sesegera ia selesai berbicara, lilin itupun padam. Lilin yang keenam dan ketujuh berkata: Kami adalah keadilan dan kejujuran. Kami tak dibutuhkan oleh manusia, bahkan mereka senang jika kami tidak ada. Kami tak sanggup untuk menyala lagi. Setelah ia berbicara,perlahan-lahan lilin itu padam. Lilin kedelapan pun berkata: Aku adalah kerendahan hati. Tak pernah ada manusia yang menggunakan aku lagi. Mereka selalu menyombongkan diri dan tidak pernah mau menghargai dan menghormati Ssssshh... Angin pun bertiup dan lilin itupun padam. Tanpa terduga, seorang anak saat itu masuk ke dalam ruangan itu, dan melihat kedelapan Lilin telah padam. Karena takut akan kegelapan, ia berkata: apa yang terjadi?! Kalian harus tetap menyala, Aku takut akan kegelapan! Iapun menangis tersedu-sedu. Lalu dengan terharu Lilin keempat berkata: Jangan takut, janganlah menangis, selama aku masih ada dan menyala, kita tetap dapat selalu menyalakan kedelapan Lilin lainnya. Akulah HARAPAN

Dengan mata bersinar, sang anak mengambil Lilin Harapan, lalu menyalakan kembali kedelapan Lilin lainnya. Apakah yang tidak pernah mati hanyalah HARAPAN yang ada dalam hati kita? Dan masing-masing kita semoga dapat menjadi alat, seperti anak tersebut, yang dalam situasi apapun mampu menghidupkan kembali bangsa ini dari keterpurukannya. Menjadi generasi yang membangun bangsa dan negara ini menjadi bangsa dan negera yang dikehendaki Tuhan.

Anda mungkin juga menyukai