Mashfufatul Ilmah (1112016200027) Eka Yuli Kartika, Eka Noviana Nindi Astuti, Nina Afria Damayanti
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2014
ABSTRACT Kebanyakan klorida larut dalam air, sehingga banyak sekali kemungkinan limbah hasil produksi yang berupa cairan mengandung klorida, dan jika limbah ini mengalir dan bercampur pada air sungai, danau, laut, dan meresap dalam tanah dalam jumlah yang berlebihan akan mengakibatkan kerusakan lingkungan, karena klorida mempunyai sifat yang beracun pada lingkungan. Oleh sebab itu perlu adanya analisis klorida dengan menggunakan berbagai macam metode untuk menentukan besarnya kadar klorida yang terkandung dalam suatu sampel. Pada percobaan ini ditentukan kadar klorida yang terkandung dalam air yang mengandung magnesium klorida dengan menggunakan metode argentometri. Argentometri adalah metode dengan cara titrasi yang menggunakan AgNO3 0.5M dan indikator yang digunakan adalah asam kromat, alasan digunakan metode ini adalah caranya yang mudah dan memiliki ketelitian yang tinggi. Dari hasil percobaan yang dilakukan didapatkan hasil molaritas klorida sebesar 2.09M INTRODUCTION Sesuai dengan namanya, penentuan kadar ini menggunakan peark nitrat (AgNO3). Garam ini merupakan satu-satunya garam perak yang terlarutkan air sehingga reaksi perak nitrat dengan garam lain akan menghasilkan endapan. Garam-garam, seperti natrium klorida, dan kalium sianida dapat ditentukan kadarnya dengan cara berikut ini
AgNO3 + NaCl
AgNO3 + KCN AgCN (endapan) + KNO3 Sampel garam dilarutkan dalam air dan dititrasi dengan larutan perak nitrat standar sampai keseluruhan garam perak mengendap. Jenis titrasi ini dapat menunjukkan titik akhirnya sendiri (self-indicating), tetapi biasanya suatu indikator dipilih yang menghasilkan endapan berwarna pada titik akhir. Pada penetapan kadar NaCl, kaliaum kromat ditambahkan kedalm larutan; setelah semua NaCl berreaksi, tetesan pertama AgNO 3 berlebih menghasilkan endapan perak kromat berwarna merah yang mengubah warna larutan menjadi coklat merah (Donald: 2003). Persis seperti sistem asam basa bisa dipergunakan sebagai indikator untuk sebuah titrasi asan basa, pembentukan suatu endapan lain dapat diperunakan untuk mengindikasikan selesainya sebuah titrasi pengendapan. Contoh yang paling terkenal dari kasus ini adalah yang disebut titrasi Mohr klorida dengan ion perak, di mana ion kromat dipergunakan sebagi indikator. Kemunculan awal endapan perak kromat berwarna kemerah-merahan diambil sebagai titik akhir dari titrasi (Underwood: 1998). Tentu saja penting bahwa pengendapan indikator terjadi pada titik ekivalen atau didekat titik ekivalen dari titrasi tersebut. Perak kromat lebih mudah larut dari pada perak klorida. Jika ion-ion perak ditambahkan dalam suatu larutan yang mengandung ion klorida dengan konsentrasi besar dan ion kromat dengan konsentrasi kecil, perak klorida akan mengendap terlebih dahulu; perak kromat tidak terbentuk sebelum konsentrasi ion perak meningkat sampai nilai yang cukup besaruntuk melebihi Ksp dari perak kromat. Titrasi Mohr terbatas pada larutan-larutan dengan znilai pH sekitar 6 sampai 10. Dalam larutan-larutan yang lebih alkalinb, perak oksida mengendap. Dalam larutan-larutan asam, konsentrasi kromat secara besar-besaran menurun (Underwood: 1998). Metode Mohr dapat pula diaplikasikan dalam titrasi dengan ion bromida dengan perak, dan juga ion sianida dalam larutan-larutan yang sedikit alkalin. Efek-efek adsorbsi membuat titrasi dari ion-ion iodida dan tiosianat tidak memungkinkan. Perak tidak dapat dititrasi secara langsung dengan klorida menggunakan indikator kromat. Perak kromat mengendap, terlihat secara sekilas, terurai kembali secara lambatsaat dekat dengan titik ekivalen. Bagaimanapun juga orang dapat menambahkan larutan klorida standar lebih dan kemudian melakukan titrasi mundur dengan menggunakn indikator kromat (Underwood: 1998).
MATERIAL AND METHODS Alat dan bahan Pada percobaan ini alat dan bahan yang digunakan adalah statif, buret, corong, erlenmeyer, gelas ukur ukuran 10 mL, gelas beaker, pipet tetes, larutan MgCl2, asam kromat (K2CrO4), AgNO3 0.5M Metode Metode argentometri didasarkan pada titrasi pengendapan dalam larutan perak yang dilepaskan dari buret pada sampel air yang tercampur dengan ion klorida dan indikator. Pada percobaan ini mula-mula mengisi buret dengan larutan AgNO3 yang sebelumnya buret telah dibersihkan dan dicek dengan menggunakan air untuk memastikan buret yang digunakan terdapat kebocoran atau tidak. Mengambil 10 mL larutan MgCl2 dengan gelas ukur dalam erlenmeyer dan menambahkan 10 tetes indikator asam kromat (K2CrO4), melakukan titrasi pada larutan MgCl2 dengan AgNO3 sampai terjadi perubahan warna ungu muda atau warna abu-abu yang mendekati ungu dan menyimpan hasil praktikum. RESULTS AND DISCUSSION Titrasi argentometri didasarkan pada reaksi AgNO3 + ClAgCl(s) + NO3 - . kalium
kromat dapat digunakan sebagai suatu indikator, menghasikan warna merah dengan kelebihan ion Ag+, titrasi yang lebih banyak dapat digunakan adalah metode titrasi balik. Titrasi argenometri digunakan pada penetapan kadar dalam farmakope untuk tablet natrium dan kalium klorida, tiamin hidroksida, musti klorida dan karbromal (David: 2005). Percobaan ini dilakukan untuk menentukan kadar klorida dari senyawa MgCl2 dan asam kromat sebagai katalis. Pada titrasi argentometri, zat yang sudah dicampur dengan indikator dititrasi dengan perak nitrat dan dengan mengukur volume larutan standar yang digunakan sehingga seluruh ion Ag+ dapat tepat diendapkan, kadar garam dalam larutan MgCl2 dapat ditentukan. Yang dugunakan sebagi indikator adalah K2CrO4 karena suasana sistem cenderung netral. Kalium kromat hanya bisa digunakan dalam suasana netral. Jika kalium kromat pada reaksi dengan suasana asam, maka ion kromat menjadi ion bikromat dengan reaksi : 2CrO42- + 2H+ Cr2O72- + H2O. Sedangkan dalam suasana basa, ion Ag + akan bereaksi dengan OH- dari basa dan membentuk endapan Ag(OH). Molaritas garam yang dihasilkan dalam percobaan ini adalah sebagi berikut:
Mencari Molaritas MgCl2 Diketahui : Molaritas AgNO3 = 0.5M Volume AgNO3 = 41.8 mL Volume MgCl2 = 10 mL M1 x V1 = M2 x V2 0.5M x 41.8 mL = M2 x 10 mL 20.9MmL = 10 M2 mL M2 =
20.75 190
= 2.09M
Molaritas MgCl2 = 2.09M Berdasarkan data yang telah diperoleh dari percobaan dapat diketahui molaritas MgCl2 sebesar 2.09M. molaritas dari MgCl2 ini dapat ditentukan dari volume AgNO3 yang diketahui pada saat titrasi yaitu 41.8mL. titrasi dilakukan hingga mencapai titik ekivalen, titik ekivalen adalah titik dimana larutan standar tepat habis berreaksi dengan sampel. Titik ekivalen pada titrasi kali ini yaitu ditandai dengan adanya perubhan warna pada sampel dari bening tak berwarna menjadi warna keunguan atau warna yang mendekati ungu, serta munculnya endapan yang permanen. Reaksi yang terjadi adalah Cl- + Ag+ AgCl endapan peark klorida yang seperti dadih dan putih. Ia tidak larut dalam air dan dalam asam nitrat encer, tetapi larut dalam larutan amonia encer dan dalam larutan-larutan kalium sianida dan tiosulfat, jika endapan ini disaring dan dicuci dengan air suling dan lalu dikocok dengan larutan natriun atsenit, endapan diubah menjadi perak arsenit yang kuning. Reaksi ini boleh dipakai untuk sebagia uji pemastian terhadap klorida (Vogel II: 1985). CONCLUSION Metode argentometri didasarkan pada titrasi pengendapan dalam larutan perak yang dilepaskan dari buret pada sampel air yang tercampur dengan ion klorida dan indikator. titrasi
dilakukan hingga mencapai titik ekivalen, titik ekivalen adalah titik dimana larutan standar tepat habis berreaksi dengan sampel. Dipilih indikator K2CrO4 karena suasana sistem cenderung netral. Dari 0.5M AgNO3 41.8mL yang digunakan untuk menitrasi 10mL MgCl2 didapatkan konsentrasi MgCl2 sebesar 2.09 M REFERENCE Cairns, Donald. 2004. Intisari Kimia Farmasi Edisi 2. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. Svehla, G. 1985. Vogel II: Buku Teks AnalisisAnorganik Kualitatif Makro dan Semimikro Edisi Ke Lima. Jakarta: PT Kalman Media Pustaka Underwood, A.L., 1980. Analisa Kimia kuantitatif . Jakarta : Erlangga Watson, David G. 2007. Analisi Farmasi Untuk Mahasiswa Farmasi dan Praktisi Kimia Farmasi Edisi 2. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.