Anda di halaman 1dari 8

Black Rose

Oleh : Siti Aminathin N Aaaaaaaaahhh! Aku mendesah merasakan sakit di pergelangan tangan kiriku. Darah segar mengalir deras dari sana. Aku gemetar, pisau itu terlepas dan jatuh dari genggamanku. Tak lama, tubuhku pun ikut jatuh dan terduduk di sisi tempat tidur. Aku menyaksikan darah itu terus mengalir dari pergelanganku, tapi aku enggan untuk menghentikannya. iarkan saja. !tu barangkali yang kuinginkan. Darah itu mungkin akan memba"a rasa sakitku keluar dan menghilang selamanya. #ikiranku melayang menelusuri mem$ri yang tersisa. %em$ri yang men&atat setiap p$t$ngan kisahku denganmu. #andanganku menyapu setiap pernik yang tertata di seluruh sudut ruangan ini. %el$di indah lagu 'a($rit kita pun mengalun merdu, semakin memperkuat mem$ri kenangan itu. Aku menitikkan airmata, rasa sakit di hatiku semakin membabi buta, membuatku menikmati perihnya luka di pergelangan tanganku. Dan untuk kesekian kalinya hatiku terluka. ukan karena sayatan pisau. Tidak karena dikhianati kekasih. %elainkan, hatiku terluka karena aku men&intaimu untuk kedua kali. %en&intaimu lagi di saat kau telah berdua. )arang yang tegar diterpa $mbak, bukan berarti akan k$k$h selamanya. *ika aku pernah menjadi setegar karang saat kehilanganmu dahulu, kini mungkin ketegaranku telah terkikis $leh luka yang kau buat lagi, dan aku tak sanggup lagi berdiri. )eringat dingin mengu&ur deras. Seluruh tubuhku terasa sakit. %ataku pun mulai berkunang+kunang. )aki dan tanganku lemas. %el$di lagu yang indah kini hanya terdengar sayup+sayup. Aku bahkan merasa kedinginan. #erlahan aku menyandarkan kepalaku pada sisi ranjang tempat tidurku. Tiba+tiba segalanya menjadi kuning, $ranye, lalu hitam, gelap, dan tak ada rasa lagi. ,,, -angga, u&apku sp$ntan ketika kulihat s$s$k itu. S$s$k laki+laki yang sangat aku kenal. Dia men$leh padaku dan tersenyum. Aku hampir tak per&aya, itu benar dia. Dia yang pernah sangat aku &intai tiga tahun yang lalu, bahkan tetap aku &intai hingga kini. .aki+laki yang memba"a pergi p$t$ngan puzzle kehidupanku tanpa permisi. )ini ia telah berdiri di hadapanku, menantang rinduku untuk terlepaskan. Aku berlari dan memeluknya. Dia tak bergerak. Aku memeluknya makin erat, berharap ia

segera menyambut pelukanku. Akhirnya, aku dapat menikmati hangat pelukannya yang telah lama tak kurasakan. Sebuah ke&upan mesra pun mendarat di keningku. Aku dapat merasakan kerinduan yang ia pendam selama ini. /atiku yang hampir beku pun, kini kembali hangat $leh kehadirannya. %aa'kan aku, Nay. Aku pulang ke andung tanpa memberitahumu. )au pasti sangat menderita, dia membelai lembut kepalaku. Aku men&intaimu dengan keyakinanku, merindukanmu dengan harapanku, dan membutuhkanmu dengan d$aku. Aku baik+baik saja selama kau bahagia, ja"abku. 0elap malam telah mendegradasi senja. intang+bintang mengedipkan &ahayanya se$lah mengerti kebahagiaan yang aku rasakan. #emandangan lampu+lampu perk$taan terlihat gemerlap dari atap rumah kayu ini. -umah kayu yang kami bangun bersama dua tahun yang lalu di atas perbukitan. -umah yang kami beri nama -umah A"an, karena seluruh dek$rasi luarnya ber"arna putih. -umah inilah yang menjadi saksi bisu kisah &inta kita. -umah yang menjadi tempat kita melakukan segala hal bersama+sama. Sudah tiga tahun, rumah ini terasa begitu sepi, hanya ada aku sebagai penghuninya. Namun, kini semua se$lah kembali ber"arna dengan kembalinya dia. -asa ke&e"aku saat kehilangan dia pun memudar. Aku segera meletakkan tas kerjaku di s$'a, dan menuju dapur untuk memasak makanan. Sudah lama aku tidak memasak untuknya. )ali ini aku benar+benar ingin melakukan semua hal yang sudah lama tak kulakukan untuknya. Tiba+tiba dia meraih pergelanganku. Aku menatapnya. Aku ben&i tatapan itu, tatapan rasa bersalah dan belas kasihan, aku memben&inya. Aku membuang mukaku, mengalihkan pandanganku pada meja dapur, dan aku kembali melanjutkan pekerjaanku. Nay, ini semua tidak perlu. Aku hanya... )au, tunggu saja di meja makan. Aku akan membuatkanmu makanan yang enak. ukankah sudah lama kau tak merasakan masakanku1 Aku memaksakan bibirku untuk tersenyum padanya. Aku tidak ingin mendengar dia mengatakan apa pun lagi, karena aku tahu apa yang akan dikatakannya akan menghan&urkan hatiku. 2ntuk sementara aku tak mau memikirkannya. Saat ini aku ingin bahagia meski hanya sejenak. Setidaknya, aku bahagia karena bisa bertemu dengannya lagi. Aku menghidangkan masakan kesukaannya, nasi g$reng bumbu &inta. umbu

&inta1 3a, k$ny$l memang namanya. Dia yang mengatakannya padaku, nasi g$reng kesukaannya adalah nasi g$reng buatanku karena dibumbui dengan &inta. Tidak ada yang lebih enak dari itu. Tapi aku yakin rasa nasi g$rengku masih sama kini, dan masih dia sukai. Sudah berubah, katanya tiba+tiba. Dia masih memegang send$knya. Aku berhenti makan. Aku menghela napas, berharap beban ini ikut keluar bersama napasku. Aku bangkit dan menuju "asta'el untuk men&u&i tanganku yang sebenarnya tidak k$t$r. Aku menatap bayanganku dalam &ermin, lalu memejamkan mata. Suatu hari nanti, kita akan memiliki bukti cinta yang akan menyatukan kita, katanya sambil memelukku. Benarkah? Apa?Aku masih bergelayut manja dalam pelukannya. Sebuah rumah. Rumah? Aku menatapnya tak percaya. Ya, rumah. Bukankah rumah selalu menjadi surga bagi siapa saja. empat kita melepas penat, tempat kita makan bersama, tempat kita saling bicara, tempat kita melakukan segala hal bersama. !i dalamnya akan tersimpan segala kenangan kita bersama, dia tersenyum membayangkan rumah itu. Aku akan rajin membersihkannya,kataku berjanji. !ia terus bicara tanpa lelah, menceritakan tentang rumah impiannya itu. Rumah impiannya bersamaku. Aku membenamkan kepalaku dalam dekapannya. "enutup mataku, merasakan merdu suaranya menari#nari di telingaku. Bahagia. $tulah kata yang aku pilih untuk melukiskan suasana hatiku saat ini. Airmataku menetes. -umah ini memang ter"ujud sebagaimana seharusnya. Namun, apa yang terjadi tidak terjadi sebagaimana mestinya. %a"ar yang seharusnya mekar dan ber"arna putih, kini tak kunjung mekar. ahkan perlahan "arnanya menjadi abu+abu, yang semakin hari semakin gelap, seakan menunggu hitam datang membalut. Aku terhanyut dalam kesakitanku, hingga tak menyadari kini ia telah berdiri di belakangku. Tatapannya kembali meman&arkan sinar yang sangat aku ben&i. Tatapan yang mengasihaniku. Tatapan yang semakin menyadarkanku bah"a kini aku telah han&ur bersama kenangan yang ada. Apakah rumah ini bukan lagi menjadi rumah impian bersama1 Apakah segalanya berakhir begitu saja tanpa sedikit pun kebahagiaan

untukku1 Dia menatap ke dalam mataku. Aku pun membalas tatapan itu. Apa kau telah melupakannya? "elupakan semua janji yang pernah kau ciptakan untukku? Aku datang kembali karena aku mengingatnya. Benarkah? %alu? Aku tak ingin membuatmu lebih menderita. Aku kira sekarang aku merasa lebih menderita. &etika kau pergi tanpa kata, aku tidak pernah menyadari bah'a aku telah kehilanganmu. (amun, sekarang kau membuatku menyadarinya. !an itu menghancurkanku. %ulut kami masih terkun&i rapat. Aku mengalihkan pandanganku, tak ingin ia melihat airmataku. %ata ini seakan tak sanggup menatapnya lebih lama lagi. Aku bahkan merasakan tubuhku terlalu rapuh untuk berhadapan dengannya. Semua kenangan manis yang kumiliki bersamanya, kini mendadak terasa pahit dan men&ekik. /anya kenangan itu sebagai hartaku yang paling berharga. Namun, apalah arti sebuah kenangan. )enangan hanyalah masa lalu. %ereka yang berpegang pada masa lalu akan musnah bersama masa lalu itu sendiri. ,,, Aku membaringkan tubuhku. %ataku kini terpejam, tapi bukan tidur. Aku masih dapat merasakan hangatnya selimut yang ia sampirkan ke atas tubuhku. Sepertinya ia melupakan satu hal. !a lupa untuk menyelimuti hatiku. /atiku yang kedinginan, bahkan hampir membeku. Aku mendengar pintu kamarku ditutup diikuti suara derap kaki yang kian menjauh. Aku membuka mataku, menghela napas. Aku, kamar ini, dan ranjang tempat aku berbaring ini, semua mengingatkanku pada peristi"a terindah empat tahun yang lalu. #eristi"a yang kini menjadi kenangan terindah yang begitu menyesakkan dadaku. !ia menarik tanganku, meraih tubuhku dalam dekapannya. "ata kami pun saling bertatapan. )ajahnya semakin dekat dan terus mendekat hingga aku mulai merasakan hembusan napasnya. Bibir kami pun saling bertemu dan aku se*lah tersihir. Aku terba'a dalam irama ini. Aku membiarkan diriku berpagutan dengannya. !ia terus menciumiku tanpa memberiku kesempatan untuk melepaskan diri, aku pun tak ingin melepaskan diri darinya. +iuman pertamaku memang hanya ku berikan untuknya.

,ingga tanpa sadar, tubuh kami pun terjatuh di atas ranjang. (ay, aku... Aku menarik kepalanya dan kembali menciumnya. $nilah caraku meyakinkannya bah'a ia memilikiku seutuhnya. "emiliki seluruh ji'a dan ragaku. Aku pun tak ingin ragu, rumah ini sudah cukup menjadi bukti cinta kita. Aku yakin padanya, dan aku juga akan membuatnya yakin padaku. !an malam itu, kami pun bercinta. "enghabiskan malam bersama layaknya sepasang pengantin baru yang bahagia. Seumur hidupku, inilah yang terindah. &ad* ulang tahun paling spesial di usiaku yang ke#-.. ,ari ini hari ulang tahun ketiga hubunganku dengan laki#laki yang paling aku cintai. ,ari ini adalah hari pertama rumah ini berdiri. ,ari ini hari dimana aku mendapatkan ciuman pertamaku. ,ari ini hari dimana aku telah menyerahkan seluruh tubuhku dalam malam pertamaku. ,ari ini begitu spesial. Aku takkan pernah menghapusnya dari hati dan pikiranku. Aku men&$ba menahan isak tangisku. Semua kenangan ini menekan dadaku, hingga terasa sesak dan sakit sekali. %ungkin baginya, semua hanya kenangan masa lalu. )enangan masa lalu yang tak ada harganya. .alu, bagaimana denganku1 Apakah ia pernah bertanya seberapa berartikah kenangan ini untukku1 Aku telah menyerahkan segalanya. %empertaruhkan seluruh kehidupan dan masa depanku untuk &intanya. )enangan ini nya"a hidupku yang membuatku mampu bertahan sampai sekarang. ,,, Seperti apa dia1 tanyaku. Sementara aku sibuk meng$leskan selai ke atas r$ti. Dia tidak seindah dirimu, ja"abnya singkat. enarkah1 .alu, apa alasanmu menikahinya dan bukan aku1 Aku tetap sibuk dengan r$tiku. !ni bukan keinginanku, Nay. .alu, kenapa kau tak men$laknya1 Aku mengambil sep$t$ng r$ti lagi dan meng$lesinya dengan selai. Dia terdiam. Aku tidak bisa, Nay. )enapa1 Apa kau men&intainya1 Aku menggenggam erat pisau di tanganku dan terus meng$leskan selai. Aku hanya men&intaimu. enarkah1 .alu kenapa kau meninggalkanku berkali+kali1 Aku semakin kasar

meng$les r$ti itu. Tak bisakah kita hentikan pembi&araan ini1 Aku lelah. /entikan1 Apa kau sendiri bisa menghentikan pernikahanmu untukku1 )au lelah1 Apa kau tak ingin menanyakan seberapa lelahkah aku1 -$ti itu kini mulai ter&abik. Nay, apa yang bisa kulakukan1 )au bisa melarikan diri dari mereka bersamaku, seperti saat kau melarikan diri dariku bersama mereka. Aku mengambil r$ti lagi dan meng$leskan selai. Nay, pasti ada laki+laki yang akan men&intaimu lebih baik dari aku. Tapi, adakah laki+laki yang aku &intai lebih darimu1 Aku masih meng$leskan selai. )alau kau terus seperti ini, aku akan semakin sulit meninggalkanmu. )alau begitu jangan tinggalkan aku, Dia hamil, apa aku bisa men$laknya1 .alu kenapa kau tidak men$lak untuk menidurinya!! Aku membanting pisau dan r$tiselai dengan sekuat tenagaku. *ika saat itu aku dalam keadaan sadar, aku lebih memilih mati daripada tidur dengannya, dia bangkit dan berbi&ara dengan nada meninggi. Andai aku bisa kembali ke masa lalu, dia kembali duduk dan tertunduk. aiklah, u&apku pelan. Aku men&intaimu, Nayla, dia menatapku. *ika memang ini satu+satunya jalan, aku akan menempuhnya. Aku mengalihkan pandanganku darinya. Aku tahu, jika aku menatapnya, aku akan berubah pikiran. *ika hujan telah menjatuhkan diri dari langit, tetesannya takkan berhenti di tengah jalan bukan1 Terimakasih, Nay. Aku sangat men&intaimu, u&apnya dengan senyuman. Aku ingin hari ini menjadi hari terakhir yang paling indah untuk kita, aku ingin mengenang semua yang pernah kita lakukan bersama, semuanya. isakah1 Aku tak akan men$laknya. Dia pun mendekapku. ahagia sekali merasakan dekapannya. Se$lah aku dan dia takkan terpisah, se$lah aku dan dia akan bahagia selamanya. Aku ingat dulu kami pernah saling berjanji takkan berpisah ke&uali $leh kematian. %emang tidak akan ada

yang bisa memisahkan hubungan antar manusia selain kematian. %aka selama aku hidup, aku takkan pernah berpisah darinya. ,,, %alam telah larut dan aku terbangun dari tidurku. Aku membuka pintu kamarku dan berjalan perlahan menuju ruang tamu. Aku melihatnya terbaring di s$'a. %atanya masih terpejam. Aku membetulkan p$sisi selimutnya. Aku mengelus keningnya, menatap lekat "ajahnya. Dia sangat tampan, dan aku masih sangat men&intainya. Aku menge&up keningnya. Dia membuka mata perlahan dan tersenyum padaku. Aku membalas senyumnya, dan memberikan se&angkir susu &$klat hangat kesukaannya. Dia tersenyum dan menge&up bibirku. Terimakasih, Sayang, bisiknya lembut di telingaku. Aku hanya tersenyum. Dia pun segera meminumnya perlahan. Aku membaringkan tubuhnya dan menyelimutinya lagi. Dia pun menurut. %atanya masih terus menatapku dengan senyuman yang terjaga. Tidurlah dengan nyenyak, kataku sambil mengelus kepalanya. Dia pun memejamkan mata. Senyum di bibirnya masih mengembang. Aku kembali ke kamarku. Aku membaringkan tubuhku dan kembali terlelap. ,,, #agi yang &erah. 4ahaya mentari mengetuk jendela kamarku, se$lah mendesak untuk masuk. Aku mengabaikannya. Aku menuju ruang tamu. !a masih terlelap, senyumnya masih tersungging. Aku mengelus keningnya, dingin. ibirnya pun terlihat pu&at. Aku mendekap tubuhnya yang dingin. Aku tak lagi merasakan ada aliran darah yang mengalir di tubuhnya. Aku menyandarkan kepalaku di dadanya. Seperti inilah kita harus berpisah, -angga. ukankah kau yang mengatakan lebih memilih mati1 ukankah kau yang berjanji bah"a hanya maut yang akan memisahkan kita1 Aku telah me"ujudkannya. Aku hanya membantumu agar lebih mudah. )au tak perlu berterimakasih, kau juga telah me"ujudkan segalanya untukku, rumah ini dan segala kenangan kita, semua hanya untukku bukan1 Anggap saja ini balas budiku. Aku sangat men&intaimu, bisikku pelan. Dia tak menja"ab. Aku men&ium bibirnya. Dingin. Dia pasti sangat kedinginan tadi malam. Aku menarik ujung selimut hingga menutupi seluruh tubuhnya.

,,, Aku mengun&i pintu kamarku. Tanganku gemetar, kakiku terasa lemas. Aku terduduk di lantai. #erlahan kuraih pisau dari mejaku. Aku menatap pisau itu lekat+ lekat. Aku melihat bayangan "ajah -angga di sana. Senyumnya begitu manis. *angan takut, Nay. )au akan bersamaku, aku akan menjagamu kelak. )emarilah dan kita akan bersatu tanpa terpisahkan $leh apa pun lagi, bayangan itu berbi&ara padaku. Aku melihat ia memba"akan ma"ar putih untukku. Nay, aku menunggumu. Aku yakin kau akan datang. Datanglah se&epatnya, u&apnya lagi. Dia berlari menjauh dan menghilang. Dia menghilang bersama semua &ahaya hingga. #erlahan &ahaya mulai remang dan semakin gelap. )ita akan bertemu, u&apku sebelum semuanya menjadi sangat gelap. Dan dingin.

Anda mungkin juga menyukai