Anda di halaman 1dari 4

HASIL PERTEMUAN PENGEMBANGAN GENETIKA IMPROVEMENT RUMPUT LAUT

Berdasarkan dari pemaparan, usulan serta tanggapan dari pertemuan Penyusunan dan Pembahasan Standar Prosedur Operasional (SPO) Kebun Bibit Rumput Laut Kotoni, maka dirumuskan hal-hal sebagai berikut: I. (1) Kondisi Umum Rumput Laut sebagai salah satu komoditas unggulan di bidang perikanan budidaya mempunyai peluang pasar ekspor yang "tidak terbatas", potensi sumberdaya lahan yang besar dan mudah dibudidayakan. Di samping itu, pengembangan usaha budidaya Rumput Laut dapat memberikan konstribusi dalam mengurangi pengangguran (pro-job), mengentaskan kemiskinan (propoor), dan pertumbuhan ekonomi (pro-growth). Produksi Rumput Laut di Indonesia dalam beberapa tahun terakhir meningkat cukup tinggi, dimana sampai dengan tahun 2005 mencapai sekitar 189 ribu ton atau meningkat rata-rata sebesar 56,29 10 per tahun dalam periode lima tahun terakhir. Rumput Laut sebagai komoditas ekspor tersedia dalam berbagai bentuk antara lain: bahan baku untuk obat, kertas, kosmitik, makanan maupun produk olahan olahan lainnya. Untuk komoditas ekspor dalam bentuk bahan baku masih dipersyaratkan dengan sangat longgar. Persyaratan umum bagi Rumput Laut antara lain meliputi sanitasi, rendemen karaginan yang tinggi, kadar air yang rendah. Selain Indonesia, negara pengekspor Rumput Laut di dunia saat ini yang menjadi pesaing utama antara lain Chili, China dan Philipina. Pasar ekspor Rumput Laut utamanya ditujukan ke Amerika Serikat dan Eropa. Namun demikian untuk beberapa eksportir, Rumput Laut masih dijadikan sebagai salah satu substitusi ekspor pada komoditas tambahan yang saat ini bahan baku masih berkurang; Pasar domestik Rumput Laut pada hakekatnya masih cukup besar, hal ini ditandai dengan tingginya harga jual Rumput Laut di beberapa daerah, khususnya di luar Pulau Jawa, sehingga cukup menarik bagi investor/pembudidaya; Permasalahan umum yang dihadapi dalam usaha budidaya Rumput Laut sampai saat ini meliputi beberapa hal sebagai berikut : i. Mutu serta sanitasi, rendemen karaginan Rumput Laut ada kecenderungan menurun; ii. kurangnya penyediaan bibit unggul; iii. fluktuasi harga jual Rumput Laut masih cukup tinggi; iv. pertumbuhan Rumput Laut yang semakin melambat; v. kemampuan dan akses permodalan pembudidaya Rumput Laut masih lemah

(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

vi. Kemampuan penyedia kebun bibit masih belum mampu memenuhi permintaan akan bibit yang bermutu secara kontinue; vii. Pembinaan SDM masih perlu pembinaan baik dalam teknologi pembibitan maupun managerial; viii. Standar prosedur operasional kultur jaringan dan kebun bibit Rumput Laut masih belum seragam dan masih belum dianut oleh pelaku usaha dibidang kebun bibit sehingga perlu distandarkan agar memudahkan pelaku usaha untuk menerapkan sesuai kondisi perairan di daerah masing-masing; (7) Dengan memperhatikan kondisi dan permasalahan di atas, maka pengembangan produksi bibit Rumput Laut ke depan harus dilakukan melalui "Penerapan SPO Kebun Bibit Rumput Laut" yang didukung dengan Sub-Sistem indoor atau laboratorium (Karakterisasi, kultur Jaringan) dan sub sistem out door (selektip breeding dan produksi bibit ) yang kuat, dengan menganut azas yang saling mendukung dan saling menguntungkan secara adil bagi setiap sub-sistem;

II. (8)

Pengembangan Sub Sistem Indoor Dan Out Door Dalam rangka penyediaan bibit Rumput Laut unggul, peran UPT Pusat/Daerah harus ditingkatkan dan dikembangkan secara terus menerus melalui kegiatan karakterisasi, kultur jaringan maupun rekayasa genetika melalui program penelitian/riset/kegiatan pada "Broodstock Center (BC)" Rumput Laut, yang selanjutnya didistribusikan ke UPTD dan swasta (kebun bibit) melalui pengaturan dan mekanisme yang ada serta memenuhi kriteria yang ditetapkan. Mekanisme distribusi bibit Rumput Laut sebagai berikut : a. b. c. Memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan; Mengajukan melalui UPTD/Dinas Perikanan Provinsi; UPTD/Dinas Perikanan Provinsi mengusulkan kebutuhan bibit kepada BC melalui Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya;

(9)

(10) Dalam upaya pemantapan dan peningkatan kinerja Broodstock Center, maka perlu dilakukan hal-hal sebagai berikut : a. Peningkatan SDM melalui pelatihan dan magang; b. Pendampingan oleh Tenaga Ahli pad a masing-masing BC; c. Melengkapi sarana dan prasarana yang diperlukan; d. Penyediaan anggaran yang memadai. (11) Pemuliaan bibit seperti kultur jaringan yang dilakukan oleh lembaga Riset Pengembangan Budiadya Air Payau Maros dan Balai Penerapan dan Pengkajian Teknologi perlu didorong untuk memperkaya dan mempercepat tersediaannya bibit unggul dengan berpedoman pada standar yang ditetapkan.

(12) Untuk kelancaran dan keamanan mekanisme tersebut diperlukan penerapan Standar Prosedur Operasional (SPO) yang akan revisi oleh Tim Ahli, BC dan Balai Riset. (13) Aplikasi transfer gen (transgenik) dapat dilakukan sebagai salah satu upaya dalam perbaikan mutu Bibit Rumput Laut dengan tujuan untuk mempercepat pertumbuhan, meningkatkan daya tahan terhadap penyakit, meningkatkan daya adaptasi terhadap kondisi lingkungan yang ekstrim, perbaikan kualitas rendemen dan lain-lain. Teknik transgenik ini diharapkan dapat meningkatkan laju pertumbuhan secara drastis, efisiensi lahan dan meningkat rendemen karaginan secara signifikan. (14) Berkaitan dengan butir di atas, pada jangka pendek merekomendasikan bahwa: Balai Riset Maros akan menyempurnakan SPO Kultur jaringan Rumput Laut Gracilaria sebagai SPO terbatas; BBPBL Lampung menyusun SPO kebun bibit Rumput Laut metoda Jalur; LIPI (Prof. Dr. Sulistijo) menyusun SPO Teknik Pembibitan Rumput Laut Sargasum; BBL Lombok menyempurnakan SPO kebun bibit Rumput Laut Kotoni yang meliputi antara lain: a) Sistem Rakit apung, b) Sistem Long Line; b) Sistem Lepas Dasar dan; c) Standar Prosedur Operasional Induksi Kalus Dan Regenerasi Rumput Laut Eucheuma cottonii Dengan Teknik Kultur Jaringan

(15) Pengembangan kebun bibit Rumput Laut pada sentra produksi Rumput Laut perlu dilakukan pembatasan untuk memudahkan dalam monitor distribusi/penggunaan bibit unggul dan proses produksi bibitnya. Di setiap UPT Air Laut agar ditetapkan lokasi kawasan sentra produksi bibit Rumput Laut sebagai pilot proyek. (16) Perlu ditingkatkan sosialisasi tentang Standard Prosedur Operasional Kebun Bibit di masyarakat, penerapan standar dalam menghasilkan induk dan bibit agar sesuai dengan yang dipersyaratkan pengguna ; (17) Perlu payung hukum pemberlakuan SPO khususnya untuk komoditas Rumput Laut yang mempunyai peran dalam peningkatan produksi rumput laut sebesar 60 %. Di samping itu perlu adanya SNI bibit Rumput Laut; (18) Sistem informasi dan jaringan genetika Rumput Laut perlu dibangun yang berskala Nasional yang mencakup tentang ketersediaan induk dan bibit Rumput Laut berbagai strain, kebutuhan induk dan bibit.

(19) Diharapkan MPPI dapat berperan sebagai partner pemerintah dalam pengembangan industri perbenihan dan perlu adanya forum komunikasi di setiap kabupaten yang mewadahi kepentingan pembudidaya Rumput Laut skala kecil. (20) Untuk meningkatkan jenis Rumput Laut dan plasma nutfah Rumput Laut perlu DJPB introduksi Rumput Laut unggul dari negara lain seperti dari Cina don Chili seperti strain E Chilineus. III. Lain-Lain

(21) Prioritas jenis Rumput Laut yang disusun SPO nya adalah E. cotonii dan Gracillaria; (22) Untuk mendukung kesahihan SPO perlu disusun secara benar dengan memperhatikan antara lain: Sistimatis dan rinci; Didukung dengan penelitian dan percobaan - percobaan misalnya "Percobaan pemupukan" sebagai pengkayaan nutisi di perairan; Dapat ditentukan secara terukur sehingga memberikan data yang kwantitatif; Sedetail dan selengkap mungkin; Standar yang dinamis dan dapat direvisi; Penggunaan alat dan bahan disesuaikan dengan kemudahan ketersediaan bahan, nilai ekonomis dan mudah dalam penerapan dilokasi/daerah; Sasaran SPO adalah untuk UPT, perorangan dan atau kebun bibit; Ada unsur upaya untuk peningkatkan mutu bibit Rumput Laut. (23) Draft SPO Kebun Bibit Rumput laut Kontoni yang terdiri dari: SPO Metode Rakit apung, metode long Line dan metode Lepas dasar sebagaimana terlampir. (24) Untuk mewadahi dan menjalin komunikasi antar stakeholder dalam rangka memfasilitasi dan mengatasi berbagai kendala di bidang usaha Rumput Laut, perlu dioptimalkan peran serta FORUM Rumput Laut.

Anda mungkin juga menyukai