Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


MATERI : HUKUM ISLAM ( AL-QURAN DAN AL-HADIST)

DISUSUN OLEH PRODI ANGGOTA

: KELOMPOK 5 : TEKNIK SIPIL : 1.RIEVAN RASYIDI AFIF 2. FERDY AGUS RAHMAN 3. HELMI SURYADI

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS MULAWARMAN SAMARINDA

KATA PENGANTAR Alhamdulillahirobbilalamin, segala puji bagi Allah SWT Tuhan seru sekalian alam atas segala berkat, rahmat, taufik, serta hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah dengan judul Hukum Dasar Islam ( Al-Quran dan Al-Hadist). Penulis menyadari bahwa didalam pembuatan makalah ini berkat bantuan dan tuntunan Tuhan Yang Maha Esa dan tidak lepas dari bantuan berbagai pihak untuk itu dalam kesempatan ini penulis menghaturkan rasa hormat dan terima kasih yang sebesarbesarnya kepada semua pihak yang membantu dalam pembuatan makalah ini. Penulis menyadari bahwa makalah ini masih banyak terdapat kekurangankekurangan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun agar makalah ini dapat lebih baik lagi. Akhir kata penulis berharap makalah ini dapat memberikan wawasan dan pengetahuan kepada para pembaca pada umumnya dan pada penulis pada khususnya.

Penyusun,

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR ................................................................................................... 1 DAFTAR ISI ................................................................................................................. 2 PENDAHULUAN ......................................................................................................... 3 ISI .................................................................................................................................. 4 DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................... 13

PENDAHULUAN Al-Quran sebagai wahyu dan mukjizat, kitab terakhir yang di turunkan Allah swt, kepada Nabi dan Rasul-nya memiliki syariat yang lengkap dengan metodelogi pendekatan hukum. Sehingga peluang untuk menumbuhkan semangat dalam syariah Al-Quran sangat terbuka untuk zaman. Tinjauan syariat Al-Quran adalah membangun kebajikan jalan hidup manusia, mewujudkan kemaslahatan syariat tersebut. Melalui asas yang lebih benar, lebih lurus jalannya, menuju suatu arah yang lebih selamat, baik di dunia dan di akhirat. Al-Quran merupakan sumber hukum Islam yang sangat kuat dan peraturan didalamnya harus di taati. Al-Quran merupakan aturan-aturan amal dan terapan membimbing akidah, syariat dan akhlak yang shahih. Allah memerintahkan hambahambanya agar merenungi ayat-ayat Al-Quran dan mengemalkannya semaksimal mungkin.

HUKUM ISLAM ( AL-QURAN DAN AL-HADIST)

A. Pengertian Hukum Islam Jika kita berbicara tentang hukum, secara sederhana segera terlintas dalam pikiran kita peraturan-peraturan atau seperangkat norma yang mengatur tingkah manusia dalam suatu masyarakat, baik peraturan atau norma itu berupa kenyataan yang tumbuh dan

berkembang dalam masyarakat maupun peraturan atau norma yang dibuat dengan cara tertentu dan ditegak kan oleh penguasa. Bentuknya mungkin berupa hukum yang tidak tertulis dalam peraturan perundang-undangan seperti hukum Barat. Hukum Barat melalui asas konkondarsi, sejak pertengahan abad ke 19 (1855) berlaku di Indonesia. Hukum dalam konsepsi seperti hukum Barat adalah hukum yang sengaja di buat oleh manusia untuk mengatur kepentingan manusia sendiri dalam masyarakat tertentu. Dalam konsepsi hukum perundang-undangan (Barat), yang di atur oleh hukum hanyalah hunbungan manusia dengan manusia lain benda dalam masyrakat. Maka secara hukum hukum dapat diartikan sebagai himpunan peraturan-peraturan yang dibuat oleh yang berwenang dengan tujuan untuk mengatur tata kehidupan bermasyrakat yang mempunyai ciri memerintah dan melarang serta mempunyai sifat memaksa dengan menjatuhkan sanksi hukuman bagi mereka yang melanggarnya Dari definisi ini terkandung unsure-unsur sebagai berikut : 1. Peraturan-peraturan yang dibuat oleh yang berwenang; 2. Tujuan mengatur tata tertib kehidupan masyarakat; 3. Mempunyai ciri memerintah dan melarang; 4. Bersifat memaksa agar dapat ditaati Sedangkan hukum Islam adalah hukum yang bersumber dan menjadi bagian dari agama Islam. Sehingga tidak dapat disamakan dengan sistem hukum yang lainnya yang pada umumnya terbentuk dan berasal dari kebiasaan-kebiasaan masyarakat dan hasil

pemikiran manusia serta budaya manusia pada suatu saat di suatu masa. Berbeda dengan sistem hukum yang kain, hukum Islam tidak hanya merupakan hasil pemikiran yang dipengaruhi oleh kebudayaan manusia di suat tempat pada suatu masa, tetapi dasarnya ditetapkan oleh Allah melalui wahyu-Nya yang kini terdapat dalam Al-Quran dan dijelaskan oleh Nabi Muhammad sebagai Rasul-Nya melalu sunnah beliau yang kini terhimpn dengan baik dalam kitab-kitab hadist. Dasar inilah yang membedakan hukum Islam secara fundamental dengan hukum-hukum lain. Dalam perkembangannya hukum Islam persamaan sekaligus perbedaan, Istilah-Istilah tersebut adalah sebagai berikut: 1. Syariah adalah seperangkat norma Ilahi yang terdapat dalam Al-Quran dan Hadist Nabi SAW. Yang mengatur hubungan manusia dengan Allah, hubungan manusia dengan manusia lain dalam kehidupan sosial, hubungan manusia dengan benda dan alam lingkungan hidupnya. 2. Fikih adalah pemahaman manusia yang memenuhi syarat untuk berijtihad tentang syariah dalam mengatur tingkah laku manusia. Di dalam kepustakaan hukum Islam berbahasa Inggris, syariat Islam diterjemahkan dengan Islamic Law, sedangkan fikih Islam diterjemahkan dengan Islamic Jurispudence. Di dalam bahasa Indonesia, untuk syariat Islam sering dipergunakan istilah hukum syariat atau hukum syara, untuk fikih Islam dipergunakan istilah hukum fikih. Dalam peraktik seringkali kedua istilah ini dirangkum dalam kata hukum islam, tanpa menjelaskan apa yang dimaksud. Hal ini dapat dipahami karena keduanya sangat erat hubungannya, dapat dibedakan tetapi tidak dapat dipisahkan. Syariat merupakan landasan fikih, dan fikih merupakan pemahaman orang memenuhi s yarat tentang syariat. Syariat bersifat fundamental, mempunyai ruang lingkup yang lebih luas dari fikih, berlaku abadi dan menunjukkan kesatuan dalam Islam. Sedangkan fikih bersifat instrumental, ruang lingkupnya terbatas pada hukum yang mengatur perbuatan manusia, yang biasanya disebut sebagai perbuatan hukum.

B. Sumber - Sumber Hukum Islam Dalam menetapkan hukum para ulama fikih, mengambil sumber hukunm Islam secara berurutan yaitu sumber-sumber hukum Islam berikut ;

1. Al-Quranul Karim A. Pengertian Al-quran Al-Quran berasal dari bahasa Arab yang secara etimologi berarti Bacaan berbicara tentang apa yang tertulis padanya atau melihat dan menelaahnya. Secara terminology AlQuran dapat di definisikan dengan rumusan arti yaitu : Lafaz yang berbahasa Arab yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW yang dinukilkan secara mutawatir. Al-Quran diturunkan dalam dua periode, pertama: periode sebelum hijrah dalam jangka waktu 15 tahun yang disebut dengan ayat-ayat Makiyah. Kegiatan pokok bagi risalah Nabi dalam periode ini adalah pembinaan akidah islam. Karenanya ayat-ayat yang turun pada periode ini pada umumnya berisi akidah dan akhlak. Kedua, adalah periode sesudah hijrah dalam jangka waktu 10 tahun. Ayat-ayat Al-Quran yang diturunkan dalam periode ini disebut ayat-ayat Madaniyah. Karena kegiatan pokok bagi risalah Nabi dalam periode ini adalah pembinaan masyarakat Islam, maka kebanyakan ayat-ayat yang turun dalam periode ini berbentuk aturan-aturan atau ayat-ayat hukum. Al-Quran adalah kalam Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad saw dalam bahasa arab dan maknanya yang murni, yang sampai kepada kita secara mutawatir . Termasuk ibadah jika membacanya diawali dengan surah Al-fatihah dan diakhiri dengan surah AN-Nas. Al-Quranul karim merupakan lembaga utama tentang kenabian dan risalah ilahiyah pada diri Nabi Muhammad saw. Awal diturunkannya Al-Quran yang agung pada hati Nabi, malalui wahyu Ilahi, lewat lisan Jibril Al-Amin as. Untuk disampaikan pada manusia. Wahyu dalam bentuk Al-Quran menjadi sumber pembentukan syariat (tasyri) atau hukum-hukum syaral pada zaman Nabi saw hingga masa kini. Al-Quran merupakan syariat yang universal, inti Agama Islam dan dasar Agama. Mengerti dan mengetahui Al-Quran, akan berfungsi menjelaskan argumentasi dalam menyimpulkan beberapa hukum dan menjelaskan sah tidaknya ibadat atau salat. B. Ayat-ayat Hukum dalam Al-Quran Perintah dan larangan dalam Al-Quran menempati kedudukan yang sangat penting dalam kehidupan kaum muslimin. Ia merupakan sumber syariah yang terkandung di dalam Ayaful Ahkam. Menurut imam As-Suyuti ada lima ratus ayat Al-Quran yang mengandung perintah hukum . Namun menurut Ulama yang lain jumlahnya lebih dari lima ratus ayat sedangkan

yang lain lagi berpendapat kurang dari itu. Namun, berapapun jumlah sesungguhnya, ayatul ahkam ini membentuk tata sikap dan perilaku bagi bagi setiap muslim sejak lahir sampai akhir hayatnya. Iya merupakan natu uji untuk membedakan antara yang benar dengan salah, baik busuk, halal dan haram dalam setiap aspek kehidupan inilah sebelumnya mengapa Al-Quran tetap berlaku selama 1400 tahun yang hingga akhir nanti. Rangkayan kalam-kalam Allah tersebut kini telah tertuang secara sempurna dalam sebuah kitab suci yang diberi nama Al-Quran al-karim, yang secara keseluruhan berisikan ajaranajaran akidah, syariah (norma-norma hukum), serta norma, norma akhlak bagi ummat manusia ini. Allah mengatur kehidupan manusia di dunia in dengan ajaran.ajaran yang langsung dia turunkan lewat rasul-nya ini, dalam rangka memberi petunjuk kepada mereka agar memperoleh kebahagiaan dunia dan akhirat. Dari total ayat Al-Quran yang mencapai 6360, ayat hukum menurut versi perhitungan abdul Al-wahad hanya mencapai 368 ayat, atau kurang lebih 5,8 % dari total keseluruhan ayat-ayat Al-Quran Distribusi dari ayat-ayat tersebut adalah sebagai berikut : 1. aspek ibadah mahdhah, seperti shalat, puasa, zakat dan haji sebanyak 140 ayat. 2. aspek kehidupan keluarga, seperti perkawinan, perceraian mawarits dan yang sebangsanya sebanyak 70 ayat. 3. aspek perekonomian yang berkaitan dengan masalah perdagangan, sewa menyewa, kontrak dan hutang-piutang sebanyak 70 ayat. 4. aspek keadaan yang berkaitan dengan norma-norma hukum tentang pelanggaran kriminal sebanyak 30 ayat. 5. aspek qadha yang berkaitan dengan persaksian dan sumpah dalam proses pengadilan sebanyak 13 ayat 6. aspek politik dan perundang undangan yang berkaitan dengan hak-hak warga negara dan hubungan pemerintahan dengan warganya, sebanyak 10 ayat. 7. Hubungan sosial antara umat islam dengan non muslim dalam negara islam, serta hubungan negara islam dengan negara non islam sebanyak 25 ayat. 8. hubungan kaya-miskin, yakni peraturan-peraturan tentang pendistribusian harta terhadap orang-orang miskin, serta perhatian negara mengenaihal ini. Ayat-ayat yang mengatur mengatur persoalan ini terjumlah 10 ayat.

Ungkapan ayat-ayat Allah dalam Al-Quran banyak yang berbentuk mujmal dan muthlaq, sehingga diperlukan penjelasan-penjelasan serta pembalasan dalam aplikasinya oleh Rasulullah. Penjelasan serta pembatasan tersebut, kemudian menjadi bagian dari sunnah-sunnah Nabi. Selain itu, sebagaimana telah diungkapkan di atas, bahwa pernyataan, pernyataan AlQuran, dan bahkan penjelasan-penjelasannya dari Rasulullah belum menjangkau seluruh fenomena yang berkembang dalam kehidupan masyarakat. Terutama dalam masalahmasalah muamalah dan aspek-aspek non-ubudiah lainnya dari generasi-generasi pasca sahabat. Oleh sebab itu, untuk memberikan jawaban-jawaban terhadap kejadian-kejadian tersebut diperlukan kajian ijtihadi para ulama mujtahid. Namun untuk persoalan-persoalan ubudiah tuntutan ijtihad itu tidak ada selain dalam aspek-aspek kulturalnya. Karena norma-norma hukum dalam aspek ini telah sempurna disyariatkan oleh Allah pada masa kerasulan, dan tidak berubah dengan perubahan zaman, serta tidak mengalami penambahan atau penyusutkan. Yang masih terus menjadi persoalan dalam berijtihad adalah mengenai norma-norma hukum dalam aspek-aspek non-ubudiah yang diungkapkan Allah dalam pernyataan rinci. Seperti ketentuan tentang warits, hudud dan qishash. Mengenai corak-corak ijtihad akan di bahas lebih lanjut pada bab ijtihad serta modernisme dalam ijtihad. Namun yang pasti bahwa Al-Quran sebagai sumber hukum, di samping memaparkan sebagai norma hukum juga memberikan legalitas terhadap para ulama untuk melakukan kajian hukum lewat analisis nalar mereka. Seperti terangkat pada penggalan ayat 2 surah Al-Hadyr yang berbunyi maka ambillah (kejadian itu) sebagai pelajaran, wahai orang-orang yang mempunyai pandangan

9. Sunnah Nabi Kata sunnah berasal dari bahasa Arab yang secara etimologi berarti cara yang biasa dilakukan, apakah cara itu baik atau buruk. Dalam artian khusus yaitu:Cara yang biasa dilakukan dalam pengamalan agama. Dikala sunnah dirangkaikan dengan kata kitab maka sunnah berarti cara-cara beramal dengan agama yang di nukilkan oleh semua pihak.

Sunnah dalam Istilah ulama ushul adalah apa-apa yang diriwayatkan, perbuatan maupun pengakuan dan sifat Nabi. Maka dari segi materinya sunnah terbagi kepada tiga macam, yaitu pertama: Sunnah Qauliyah, yang merupakan ucapan Nabi yang didengar oleh sahabat beliau dan disampaikannya kepada orang lain, kedua: Sunnah Filiyah yang merupakan perbuatan yang dilakukan oleh Nabi Muhammad yang dilihat atau di ketahui oleh sahabat kemudian disampaikannya kepada orang lain dengan ucapannya, ketiga: Sunnah taqririyah yang merupakan perbuatan seorang sahabat yang dilakukan dihadapan atau sepengetahuan Nabi. Diamnya Nabi tersebut disampaikan oleh sahabat lain dengan ucapannya. Sunnah berfungsi sebagai penjelas tehadap hukum-hukum yang terdapat dalam AlQuran dan kadang-kadang sunnah memperluas dan menetapkan sendiri hukum diluar apa yang ditentukan Allah dalam Al-Quran. Jumhur ulama berpendapat bahwa sunnah berkedudukan sebagai dalil hukum kedua sesudah Al-Quran dan mempunyai kekuataan untuk di taati.

C. Ayat Yang Mengajarkan Manusia Berbagai Ketentuan Hukum Didalam Al-Quran (Ilmu tadzkir di Ayatila Ahkam)

Banyak ayat yang mengandung perintah ataupun larangan Allah untuk mengatur tata perilaku setiap muslim sejak lahir sampai akhir hayatnya, maka dengan menjalankan dan mengenalkannya akan diperoleh kebahagiaan hidup yang hakiki baik di dunia maupun di akhirat. Ayat-ayat ini disebut Ayatul Ahkam. Ayat-ayat hukum ini dapat dikelompokkan dalam empat kategori : a. Ahkam Al-Mujmal (perintah yang ringkas) Di dalam Al-Quran ada beberapa ayat uang mengandung perintah yang ringkas dan tegas. Di sini Al-Quran tidak memberikan uraian terperinci mengenai perintah tersebut. Seperti perintah bersudi, shalat, puasa, zakat dan haji. Semua hal tersabut disebutkan dan diperintahkan di dalam Al-Quran namun penjelasannya yang terperinci hanya terdapat dalam hadits Rasulullah saw.

b. Ahkam Al-Mujmal Wal Mufasshil (perintah yang ringkas dan juga terperinci) Dalam beberapa ayat perintah hukum disebut secara ringkas namun pada ayat yang lain dijelaskan secara terperinci dan diuraikan lebih lanjut dalam Hadits Nabi saw. Contohnya adalah perintah perang, damai, jihad, tawanan perang, harta rampasan, dan hubungan dengan bukan muslim. Melainkan dapat pula dengan metode ijtihad untuk dapat memecahkan yang sesuai dan memuaskan terhadap berbagai permasalahan yang dihadapi. c. Ahkam Al-Mufasshil (perintah yang terperinci) Perintah ini diberikan dalam beberapa ayat Al-Quran dengan penjelasan yang terperinci. Oleh karena itu tak ada tempat untuk ijtihad, seperti semua bentuk batas-batas hukuman / hadil, Qishash, persamaan hubungan ke keluargaan (waris), pembunuhan tak sengaja, pembunuhan dan penganiyaan, pencurian, perampokan, zina, dan fitnah.

d. Beberapa Prinsip Pokok Petunjuk Dari Ayat-Ayat Hukum Al-Quran juga menyebutkan beberapa prinsip dasar sebagai petunjuk bagi kaum muslim dalam bertindak yang sesuai dengan ketentuan-ketentuan hukum yang lainnya. Namun prinsip-prisip itu tidak dijelaskan secara tegas baik didalam Al-Quran ataupun As-Sunnah selain kaidah dasar norma-normanya. Ia hanya akan diperoleh dengan melalui proses ijtihad. Prinsip-prinsip tersebut adalah : 1. prinsip kebebasan 2. prinsip keadilan 3. prinsip musyawarah 4. prinsip kepentingan umum 5. prinsip kesamaan

HADIST SEBAGAI SUMBER AJARAN ISLAM Seluruh umat Islam telah sepakat bahwa Hadis Rasul merupakan sumber dan dasar hukum Islam al-Quran, dan umat Islam diwajibkan mengikuti hadis sebagaimana diwajibkan mengikuti al-Quran. Karena tanpa keduanya orang islam tidak mungkin dapat memahami islam secara mendalam. Seorang mujahid dan seorang alim tidak diperbolehkan hanya mengambil dari salah satu dari keduanya. Banyak ayat al Quran dan Hadis yang memberikan pengertian bahwa hadis itu merupakan sumber hukum Islam selain al Quran yang wajib diikuti, baik dalam bentuk perintah maupun larangannya. Di bawah ini merupakan paparan tentang kedudukan hadis sebagai sumber hukum Islam dengan melihat beberapa dalil, baik naqli maupun aqli. - Dalil Al-Quran Banyak ayat al-Quran yang menerangkan tentang kewajiban mempercayai dan menerima segala yang disampaikan oleh Rasul kepada ummatnya untuk dijadikan pedoman hidup. Ayat yang dimaksud adalah: Firman Allah SWT:

Allah sekali-kali tidak akan membiarkan orang-orang yang beriman dalam keadaan kamu sekarang ini, sehingga Dia menyisihkan yang buruk (munafiq) dari yang baik (mukmin). Dan Allah sekali-kali tidak akan memperlihatkan kepada kamu hal-hal yang gaib, akan tetapi Allah memilih siapa yang dikehendakiNya diantara Rasul-rasul-Nya. Karena itu berimanlah kepada Allah dan Rasul-rasul-Nya, dan jika kamu bariman dan bertaqwa, maka bagimu pahala yang besar. (QS. AliImran 3:179 Dalam ayat tersebut Allah memisahkan antara orang-orang mukmin dengan orang-orang munafiq, dan akan memperbaiki keadaan orang-orang mukmin dan memperkuat iman mereka. Oleh karena itu orang mukmin dituntut agar tetap beriman kepada Allah dan Rasul-nya. Selain Allah memerintahkan umat Islam agar percaya kepada Rasul SAW, juga menyerukan agar menaati segala bentuk perundang-undangan dan peraturan yang dibawanya, baik berupa perintah maupun larangan. Tuntutan taat dan patuh kepada Rasul SAW. Ini sama halnya tuntutan taat dan patuh kepada Allah SWT. Ayat yang berkenaan dengan masalah ini ialah: Firman Allah SWT:

Katakanlah! Taatlah kalian Allah dan Rasu-nya, jika kamu berpaling, maka sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang kafir. (QS. Ali Imran 3:32) - Dalil Al-Hadis Dalam salah satu pesan Rasulullah SAW. Berkenaan dengan keharusan menjadikan hadis sebagai pedoman hidup, disamping al-Quran sebagai pedoman utamanya, beliau bersabda: ) ) Aku tinggalkan dua pusaka untukmu sekalian, yang kalian tidak akan tersesat selagi kamu berpegangan teguh pada keduanya, yaituberupa kitab Allah dan Sunnah Rasul-Nya:. (HR. Malik) - Kesepakatan Ulama (ijma) Umat islam telah sepakat menjadikan hadis sebagai salah satu dasar hukum beramal, karena sesuai dengan yang dikehendaki oleh Allah. Penerimaan mereka terhadap hadis sama seperti penerimaan al-Quran, karena keduanya sama-sama dijadikan sebagai sumber hukum Islam. Kesepakatan umat Muslimin dalam mempercayai, menerima dan mengamalkan segala ketentuan yang terkandung di dalam hadis ternyata sejak Rasullah masih hidup. Sepeninggaln beliau, semenjak masa khulafa Al- Rasydin hingga masa-masa selanjutnya, tidak ada yang mengingkarinya. Banyak diantara mereka yang tidak hanya memahami dan mengamalkan isi kandungan-Nya, akan tetapi bahkan mereka menghafal, memelihara, dan menyebarluaskan kepada generasi-generasi selanjutnya.

DAFTAR PUSTAKA

Drs Dede Rosyada M.A, hukum islam dan pronatasosial, (jakarta, raja grafindo,1993)

Prof. Abdur Rahman 1. Doi, Ph.D. Syariah kondifikasi Hukum Islam (Jakarta, Rieneka cipta.1993)

Dosen Agama Islam MPK Universitas Mulawarman. Pendidikan Agama Islam. 2010. Samarinda : MPK-Universitas Mulawarman

Anda mungkin juga menyukai