Anda di halaman 1dari 13

TUGAS 3 MANAJEMEN BENCANA

Oleh : Arief Adrian 0810923158

Dosen : Taufika Ophiyandri, Ph.D

JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS ANDALAS PADANG 2014

PENDAHULUAN Indonesia adalah neagara kepulauan, dan hampir dua pertiga dari luas wilayahnya adalah perairan. Indonesia juga berada pada garis katulistiwa yang menyebabkan negara ini mempunyai dua iklim, yaitu iklim tropis dan subtropis. Dan yang paling penting untuk diketahui, Indonesia merupakan jalur lempengan-lempengan kulit bumi. Dari semua itu menempatkan Indonesia pada keadaan yang rawan akan bencana. Seperti daerah lainnya di Indonesia, iklim Sumatera Barat secara umum bersifat tropis dengan suhu udara yang cukup tinggi, yaitu antara 22,6C sampai 31,5C. Provinsi ini juga dilalui oleh Garis khatulistiwa, tepatnya di Bonjol, Pasaman. Di provinsi ini berhulu sejumlah sungai besar yang bermuara ke pantai timur Sumatera seperti Batang Hari, Siak, Inderagiri (disebut sebagai Batang Kuantan di bagian hulunya), dan Kampar. Sementara sungai-sungai yang bermuara ke pesisir barat adalah Batang Anai, Batang Arau, dan Batang Tarusan. Sumatera Barat berpenduduk sebanyak 4.846.909 jiwa dengan mayoritas beretnis Minangkabau yang seluruhnya beragama Islam. Provinsi ini terdiri dari 12 kabupaten dan 7 kota dengan pembagian wilayah administratif sesudah kecamatan di seluruh kabupaten (kecuali kabupaten Kepulauan Mentawai) dinamakan sebagai nagari. Sumatera Barat terletak di pesisir barat bagian tengah pulau Sumatera yang terdiri dari dataran rendah di pantai barat dan dataran tinggi vulkanik yang dibentuk oleh Bukit Barisan. Provinsi ini memiliki daratan seluas 42.297,30 km yang setara dengan 2,17% luas Indonesia. Dari luas tersebut, lebih dari 45,17% merupakan kawasan yang masih ditutupi hutan lindung. Garis pantai provinsi ini seluruhnya bersentuhan dengan Samudera Hindia sepanjang 2.420.357 km dengan luas perairan laut 186.580 km. Kepulauan Mentawai yang terletak di Samudera Hindia termasuk dalam provinsi ini. Terdapat 29 gunung yang tersebar di 7 kabupaten dan kota di Sumatera Barat, dengan Gunung Kerinci di kabupaten Solok Selatan sebagai gunung tertinggi, yang mencapai ketinggian 3.085 m. Selain Gunung Kerinci, Sumatera Barat juga memiliki gunung aktif lainnya, seperti Gunung Marapi, Gunung Tandikat, dan Gunung Talang. Selain gunung, Sumatera Barat juga memiliki banyak danau. Danau terluas adalah Singkarak di kabupaten Solok dan kabupaten Tanah Datar, disusul Maninjau di kabupaten Agam. Dengan luas mencapai 130,1 km, Singkarak juga menjadi danau terluas kedua di Sumatera dan kesebelas di Indonesia. Danau lainnya terdapat di

kabupaten Solok yaitu Danau Talang dan Danau Kembar (julukan dari Danau Diatas dan Danau Dibawah). Sumatera Barat merupakan salah satu daerah rawan gempa di Indonesia. Hal ini disebabkan karena letaknya yang berada pada jalur patahan Semangko, tepat di antara pertemuan dua lempeng benua besar, yaitu Eurasia dan Indo-Australia. Oleh karenanya, wilayah ini sering mengalami gempa bumi. Selain rawan gempa bumi, Sumatra barat juga pernah mengalami bencanabencana lain sperti gunung meletus, banjir dan lain sebagainya. Oleh karena itu dalam tugas Manajemen Bencana ini akan dijelaskan beberapa bencana yang pernah melanda Sumatra barat.

ISI DAN PEMBAHASAN 1. Bencana Gempa Bumi. Ada beberapa bencana gempa bumi yang pernah melanda provinsi Sumatra barat antara lain akan dijelaskan dibawah. 1) Gempa bumi Sumatera 1797 kekuatan : 8,4 Skala Rikter Epicenter : Sekitar Utara Pulau Siberut Tipe : Subduksi

Inilah Gempa besar pertama dari deretan gempa besar lainnya di sumatra. ketinggian tsunaminya sekitar 5-10 meter di kota padang dan Desa air manis. 2) Gempa Sumatera 1833 kekuatan : 8,8 - 9,2 skala rikter Epicenter : Utara pulau Pagai Utara Tipe : Subduksi kurang dari 50 tahun gempa lebih besar memporak-porandakan Kota padang, epicenter kali ini lebih ke selatan yang berakibat Kota Bengkulu ikut terkena dampaknya Tsunaminya menghancurkan 8 negara di sekitar samudra Hindia. Dengan ini Padang sudah hancur 2 kali. 3) Gempa Padang Panjang 1926 kekuatan : 7,6 skr Epicenter : Lepas pantai padang pada Juni 1926 gempa berkekuatan 7,6 Skr mengguncang Padang panjang, Bukit tinggi, Solok, Sawahlunto, Alahan panjang. menyebabkan 345 orang tewas. 4) Gempa Sumbar 2007 kekuatan : 6,4 SKR epicenter : timur laut padang panjang walaupun tergolong sedang tapi gempa ini mampu membuat 65 orang tewas. 5) Gempa padang 2009 kekuatan : 7,9 SKR Epicenter : Barat Daya kota Pariaman

Inilah gempa yang menghebohkan indonesia pada akhir september 2009. gempa ini menyebabkan ratusan ribu bangunan hancur. dan lebih dari 6000 orang tewas. 6) Gempa Mentawai 2010 kekuatan : 7,7 SKR Epicenter : selatan Pagai Selatan 25 oktober adalah terjadinya gempa di mentawai gempa ini hampir bersamaan dengan letusan Gungung Merapi yang meletus tanggal 26 oktober dan saat terjadinya Banjir bandang Wasior. Tsunami dengan tinggi 3-10 meter membuat lebih dari 400 orang tewas. 2. Tsunami Sumatra barat pernah mengalami beberapa tsunami di antaranya yaitu: 1) Tsunami tahun 1797 gelombang tsunami tahun 1797 dipicu oleh Gempa bumi Sumatera 1797 yang merupakan gempa bumi pertama dari serangkaian gempa bumi besar yang terjadi pada bagian segmen Sumatera di sesar megathrust Sunda. yang menyebabkan kerusakan parah di Kota Padang. Tinggi gelombang tsunami di Padang dan desa Air Manis diperkirakan sekitar 510 m. Catatan tsunami untuk peristiwa ini menyatakan bahwa tsunami mungkin disebabkan oleh longsor bawah laut yang dipicu oleh gempa bumi. Gelombang tsunami menghantam sebuah kapal Inggris bermuatan 150-200 ton yang ditambatkan di Batang Arau, dan menyapunya hingga sejauh 1 km ke pedalaman Kota Padang. Perahu-perahu kecil juga dihanyutkan hingga 1,8 km ke hulu sungai. Di Air Manis, seluruh wilayahnya digenangi air dan mayat Hanya dua korban yang dilaporkan tewas di Kota Padang, namun jumlah korban yang tewas di Air Manis lebih banyak. Gelombang tsunami dilaporkan juga mencapai Kepulauan Batu. 2) Tsunami tahun 1833 tsunami yang menerjang pesisir barat Sumatera dengan wilayah terdekat dari pusat gempa adalah Pariaman hingga Bengkulu. Tsunami juga menyebabkan kerusakan parah di Maladewa, Sri Lanka, dan Seychelles. Selain itu, tsunami juga dilaporkan mencapai Australia bagian utara, Teluk Benggala, dan Thailand

meskipun dalam intensitas kecil. Besarnya gempa ini telah diestimasi dengan menggunakan catatan pengangkatan microatoll karang. Namun bencana ini tidak terdokumentasi dengan baik sehingga tidak diketahui dengan pasti dampak dan korbannya. 3) Tsunami Mentawai 2010 Gempa bumi dan tsunami di Kepulauan Mentawai 2010 terjadi pada 25 Oktober 2010 dilepas pantai Sumatera. United States Geological Survey (USGS) menyatakan gempa terjadi pada pukul 21:42 sekitar 150 mil (240 km) sebelah barat Bengkulu, dekat dengan Kepulauan Mentawai. Berdasarkan laporan Pacific Tsunami Warning Center, gempa menyebabkan sebuah tsunami, yang dilaporkan melanda Resor Selancar Macaronis di Kepulauan Mentawai, yang menghantam dua perahu sewaan. Akibatnya 286 orang dilaporkan tewas dan 252 orang lainnya dilaporkan hilang, hal ini disebabkan terpencilnya lokasi (pulau hanya dapat dijangkau dengan kapal laut) sehingga membuat laporan korban mengalami keterlambatan. 3. Gunung Meletus Daerah Sumatra barat mempunyai gunung api yang masih aktif. dibawah ini akan dijelaskan beberapa gunung api dan aktifitasnya.: 1) Gunung Marapi Gunung Marapi secara administratif berada di Kabupaten Agam dan Kabupaten Tanah Datar. Gunung Marapi merupakan gunungapi paling aktif di Sumatera Barat dengan ketinggian 2.891 m dpl. Sejak waktu sejarah, Gunung Marapi telah sering kali meletus baik secara eksplosif maupun efusif. Kegiatannya bersumber pada beberapa kawah dan lapangan solfatara di sekitar puncaknya. Letusan terakhir pada umumnya eksplosif. Walaupun terdapat singkapan lava di sekitar puncak dan lereng bagian barat, tetapi itu terjadi pada masa prasejarah (Verbeek, 1919). Pusat kegiatan berpindah secara tidak teratur diantara K. Tuo - K. Bungo - K. Bongsu menurut garis timur-baratdaya dengan masa istirahat antara 1 - 28 tahun (van Padang, 1938). Dari catatan sejarah kegiatan letusan Gunung Marapi pernah terjadi pada (Kusumadinata, 1979, Data Dasar Gunungapi Indonesia) Berikut aktifitas gunung Marapi dari tahun 1770 Tahun 1770 : Tanggal kegiatan tidak diketahui.

Tahun 1807 Tahun 1882

: Terjadi letusan seperti dalam 1882. : Letusan asap hitam kelabu disertai sinar bara api dan leleran lava.

Tahun 1833-1834

: Letusan asap kelabu disertai sinar bara api dari kawah puncak.

Tahun 1845 Tahun 1854 Tahun 1855

: Letusan disertai suara gemuruh dan sinar bara api. : Tanggal 29 Agustus, letusan abu selama beberapa hari. : Tanggal 2 Oktober terjadi gempa terasa dan letusan abu disertai suara gemuruh serta bara api. Tanggal 2 dan 9 November, letusan disertai lava.

Tahun 1856

: Selama Januari, peningkatan kegiatan yang kadangkadang disertai pancaran bara api.

Tahun 1861 Tahun 1863 Tahun 1871

: Selama Bulan April peningkatan kegiatan vulkanik. : Tanggal 23 Mei, terjadi letusan asap. : Tanggal 24 April, letusan disertai hujan abu sampai Bukittinggi.

Tahun 1876

: Tanggal 4 April dan selam Agustus sampai Desember, terjadi serentetan letusan abu disertai lontaran material pijar dan bongkah lava.

Tahun 1877 Tahun 1878

: Peningkatan kegiatan vulkanik. : Selama gemuruh. bulan Desember, letusan disertai suara

Tahun 1883 Tahun1885 Tahun 1886

: Tanggal 5 Juni dan 27 Agustus terjadi letusan abu. : Tanggal 12 November terjadi letusan asap dan abu. : Tanggal 31 Maret - 3 Mei, serentetan letusan asap disertai abu, pasir dan suara gemuruh. Kadang-kadang terjadi gempa terasa. Hujan abu sampai di Sumpur dan Simawang.

Tahun 1888

: Tanggal 19 - 25 Februari, letusan abu disertai suara ledakan dan material pijar. Beberapa kali gempa terasa.

Tahun 1889-1913 Tahun 1916

: Tidak ada keterangan. Tanggal kegiatan tidak diketahui. : Tanggal 5 dan 7 Mei, letusan disertai suara gemuruh.

Tahun 1917

: Tanggal 16-18 Juni dan 16 September, letusan abu hitam tebal. Hujan abu sampai Bukittinggi. 8-10 Maret dan pertengahan Agustus,

Tahun 1918

: Tanggal

peningkatan kegiatan yang diikuti letusan abu. Kadangkadang disertai ledakan dan pancaran material pijar. Tahun 1919 : Tanggal 28 Februari, dan 1 Mei, letusan abu disertai lontaran bongkah lava. Tahun 1925 : Tanggal 12-13 April, peningkatan kegiatan vulkanik disertai munculnya sumbat lava di dasar kawah. Tahun 1927 : Tanggal 5-11 Februari, akhir Mei sampai Juni dan 3 Agustus, terjadi serentetan letusan abu hitam tebal berbentuk kembang kol. Tinggi asap mencapai 2-3 km. Hujan abu sampai Padang Panjang. Pusat letusan K. Bungo. Tahun 1929 Tahun 1930 : Tanggal 22 Juni, letusan abu disertai lontaran lava pijar. : Tanggal 9 April, peningkatan kegiatan vulkanik disertai munculnya lava pada rekahan di dasar kawah. Tanggal 19 Tahun 1932 Tahun 1949 Juni dan 2 September, letusan abu dan pasir.

: Letusan asap. Tanggal kegiatan tidak diketahui. : Tanggal 29 April dan pertengahan Oktober, letusan abu yang diawali gempa terasa. Awan letusan berbentuk kembang kol, kegiatan letusan berlangsung beberapa hari.

Tahun 1951 1952

: Tanggal 22 Maret, letusan abu dari Kepundan Bongsu. : Tanggal 29 Mei - 6 Juni, serentetan letusan abu berbentuk cendawan setinggi lk. 2-3 km. Hujan abu jatuh di Padang Panjang. 7-14 Juni letusan berangsur

melemah. Pusat kegiatan bersumber dari tiga lokasi yang Tahun 1955-1970 Tahun 1971 Tahun 1972 berlainan, tampak sili berganti.

: Peningkatan kegiatan vulkanik. : : Letusan abu di kawah B dan C. Peningkatan kegiatan solfatara di kawah B, C dan Kepundan Bongsu.

Tahun 1973

: Tanggal 24 Juli, letusan asap hitam pada kawah Verbeek.

Tahun 1975

: Tanggal 26-28 Maret, letusan eksplosif disertai suara gemuruh dan lontaran material pijar terjadi pada kawah Verbeek. Tinggi asap lk. 1000-1500 m, berbentuk cendawan. Hujan abu sampai Batu Sangkar dengan ketebalan sekitar 1 cm.

Tahun 1977

: Tanggal 29 Oktober, letusan abu pada Kw. Verbeek, B dan C. Asap putih tebal setinggi lk. 1000 m.

Tahun 1978

: Tanggal 8 September, letusan eksplosif dari Kw. Verbeek dan C. Asap letusan berbentuk kembang kol mencapai setinggi lk. 1500 m. Hujan abu sampai di wilayah Tanah Datar sejauh lk. 25 km.

Tahun 1979

: Tanggal 28 April pk. 10.30 WIB terjadi gempa bumi berkekuatan 5,7 SR. Tanggal 30 April pk. 00.15 WIB terjadi tanah longsor dan banjir lumpur pada lereng puncak bagian timur dan utara, mengakibatkan 80 orang tewas, ratusan orang luka-luka dan ribuan Sementara kegiatan vulkanik keadaan aktif normal

rumah rusak. Gunung Marapi dalam (tenag). Tahun 1980

: Tanggal 8 Mei dan 14 Oktober, letusan eksplosif disertai suara gemuruh pada Kawah Verbeek. Tinggi asap lk. 1000 dengan m. Hujan abu jatuh di Kabupaten Tanah Datar ketebalan kurang dari 1 mm.

Tahun 1981-1983

: Peningkatan kegiatan, kadang-kadang terjadi letusan asap pada kawa Verbeek.

Tahun 1984 Tahun 1985

: Tanggal 15 November, letusan di Kapundan Tuo. : Selama bulan Juli terjadi peningkatan kegiatan di Kawah Tuo. Letusan di kawah Verbeek dengan tinggi asap lk. 250 m.

Tahun 1987

: Tanggal 15-27 Januari. letusan eksplosif disertai suara gemuruh dan lontaran material pijar terjadi pada kawah

Verbeek. Tinggi asap letusan bervariasi antara 600-1500 m, berwarna hitam tebal seperti cendawan. Tanggal 2728 Maret, letusan abu disertai suara ledakan. Tinggi asap Palano 25-30 Mei, kawah Verbeek. dan Tanah Datar antara 400-600 m. Hujan abu sampai di Batu dengan ketebalan kurang dari 1 mm. Tanggal serentetan letusan eksplosif terjadi di Hujan abu sampai di Kabupaten Agam dengan ketebalan antara 0,2-0,5 mm.

Tanggal 1-15 Juni tercatat lebih dari 20 kali letusan dari kawah Verbeek. Suara letusan terdengar sampai Batu Palano dengan tinggi asap lk. 600 m. Tanggal 18 September-27 Desember, serentetan letusan terjadi lagi dari kawah Verbeek. Tinggi asap antara 400-1000 m berwarna hitam tebal. Sebaran abu kadang-kadang sampai di Bukittinggi, Tanah Datar, Pariaman dan Talori. 1988-1990 : suara sepanjang Verbeek. Tinggi dengan warna hitam cendawan. Hujan abu sampai di Tanah sejauh lk. 6-10 km dari pusat kegiatan. 2) Gunung Talang Gunung Talang merupakan gunungapi aktif tipe A dengan ketinggian puncak 2.597 dpl yang berbentuk Strato Volcano yang artinya tubuh gunungapi tersebut dibangun oleh akumulasi perulangan hasil letusan yang terjadi. Berikut aktifitas gunung talang dari tahun 1833 1833 : Korthals melihat suatu letusan dari Kota Padang dalam bulan Rentetan letusan eksplosif, kadang-kadang disertai gemuruh dan sinar bara api terjadi sporadis tahun. Pusat letusan terjadi pada kawah asap bervariasi antara 400-2000 m tebal berbentuk Datar

Oktober, berupa tiang asap tebal dan batu membara yang disemburkan dari kawahnya (Junghuhn, 1853, dalam Kusumadinata, 1979, hal 58); sedangkan Neumann van Padang (1951, dalam Kusumadinata, 1979, hal 59) menganggapnya sebagai eksploasi normal yang terjadi dalam kawah parasit.

1843

Kern telah melaporkan (1845, dalam Kusumadinata, 1979,

hal 59) terjadinya letusan yang serupa pada tanggal 21 Oktober. 1845 : Stumpe mengabarkan terjadinya tiang asap raksasa berwarna

hitam pada tanggal 22 April, hingga rakyat yaitu penduduk disekelilingnya menjadi panik karenanya. Menurut Jungjhuhn (1853, dalam Kusumadinata, 1979, hal 59) letusannya terjadi juga dari kawah parasit. 1883 : Verbeek (1833, dalam Kusumadinata, 1979, hal 59) menyebut-

nyebut adanya dua buah rekahan dengan jurus timurlaut-baratdaya dan yang giat adalah rekahan sebelah selatan. Neumann van Padang (1951, dalam Kusumadinata, 1979, hal 59) mencantumkan juga pada laporannya sebagai letusan dari kawah parasit. 1963 1967 : Terjadi kenaikan kegiatan. : Seorang pengamat gunungapi ,melaporkan bahwa pada tanggal 10

Oktober terjadi kenaikan kegiatan tembusan fumarola pada sebuah celah sepanjang 800 m, lebarnya 10 hingga 50 m dengan jurus timurlaut. Kegiatan utamanya terjadi pada 7 lubang utama yang lokasinya lk, 200 m di bawah puncak. Dilporkan oleh Kusumadinata (1979, hal 59) tidak ada letusan terjadi. 1972 adalah 61o C. 1973-1979 1980-1981 : Kegiatan dalam keadaan aktif normal. : Gempa tercatat sejak bulan Agustus 1980 hingga bulan Maret 1981 : Tidak ada hal yang mencolok terjadi; suhu mata air panas di

Batubarjanjang pada tanggal 9 September adalah 56o C dan pada bulan November 1967

yaitu 65 gempa tektonik dan 10 kali gempa vulkanik. Tanggal 23 Maret 1981 sekitar pukul 01.00 WIB, dari kepundan Panjang terdengar suara gemuruh; esok paginya asap tampak putih tebal, bau belerang agak tajam. 1989-1990 : Dilaporkan sampai dengan tahun 1989 kegiatan dalam keadaan aktif

normal, hingga sepanjang tahun 1990 tidak ada kegiatan erupsi.

2005

: 12 April 2005 tepatnya pukul 03.42 aktivitas gunung Talang meningkat

dan terjadi letusan phreatik yang menyemburkan material vulkanik (debu dan asap) hingga terbentuk kepundan (kawah) baru di bagian selatan. Pada pukul 19.00 WIB letusan-letusan dari kawah Gunung Talang semakin meningkat dan memancarkan bunga api. Akibat kegiatan vulkanik Gunungapi Talang ini, terjadilah pengungsian penduduk sekitar 40.000 jiwa yang bermukim di Kawasan Rawan Bencana (KRB) gunungapi ini. Dari tahun 2005 hingga sekarang (2014) kegiatan vulkanik Gunungapi Talang berfluktuasi dengan status waspada-siaga-waspada.

Sebagai salah satu gunungapi aktif di Indonesia, kegiatan vulkanik Gunung Talang dipantau secara terus menerus oleh Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi melalui Pos Pengamatan Gunungapi di Batubanjanjang, Kecamatan Lembang Jaya, Kabupaten Solok. (Nop). 4. Banjir 1) Banjr bandang Kecamatan pauh Padang Banjir bandang di kecamtan pauh ini terjadi karena hujan yang turun cukup deras dan waktu berhenti cukup lama. Dilaporkan bahwa tidak ada korban jiwa pada musibah ini, namun kerugian diyakini cukup tinggi. 2) Banjir Mentawai Banjir in terjadi pada bulan april 2013.Banjir tahun ini merupakan banjir terbesar sejak 20 tahun terkahir yang melanda banyak desa. Petrus Geyak Siribetuk, warga Desa Monganpoula Kecamatan Siberut Utara, mengatakan biasanya tinggi air hanya dua meter, tapi kali ini mencapai atap rumah penduduk. Akibat banjir kali ini, sekitar 3.000 penduduk mengungsi. Curah hujan yang tinggi sejak Rabu 3 April lalu diduga telah memicu banjir sejak 5 April dan baru mulai surut pada 8 April.

Anda mungkin juga menyukai