Anda di halaman 1dari 14

EDISI 20 JULI 2006

MODEL
JARINGAN KURIKULUM

PUSAT KURIKULUM
BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN
DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL
2006
I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Undang-undang RI Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemeritahan Daerah mengamanatkan


otonomi daerah dalam berbagai sektor pembangunan termasuk pembangunan pendidikan.
Otonomi di sektor pendidikan menuntut kesiapan dari para pengelola dan pelaksana pendidikan
di daerah dalam merancang, melaksanakan dan meningkatkan berbagai bidang dan program
pendidikan. Salah satu bidang pendidikan yang memegang peranan penting bagi keberhasilan
pendidikan adalah pengembangan kurikulum. Selama ini kurikulum disusun secara terpusat dan
dilaksanakan seragam di seluruh Indonesia. Undang-undang RI Nomor 20 Tahun 2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasional pasal 38 ayat 1 dinyatakan bahwa ”Kerangka dasar dan struktur
kurikulum pendidikan dasar dan menengah ditetapkan oleh pemerintah”; dinyatakan pada ayat 2
bahwa ”Kurikulum pendidikan dasar dan menengah dikembangkan sesuai dengan relevansinya
oleh setiap kelompok atau satuan pendidikan dan komite sekolah/madrasah di bawah koordinasi
dan supervisi dinas pendidikan atau Kantor Departemen Agama Kabupaten/Kota untuk
pendidikan dasar dan provinsi untuk pendidikan menengah”.
Meskipun jumlah pengelola dan pelaksana pendidikan yang berkualifikasi di atas pendidikan
menengah bahkan di atas D2 sudah semakin besar, tetapi peningkatan mutu pendidikan,
khususnya mutu hasil belajar siswa, belum memperlihatkan hasil yang berarti. Meskipun para
pengelola dan pelaksana pendidikan bukan satu-satunya penentu keberhasilan pendidikan,
namun hal itu dapat menjadi petunujuk tentang masih kurangnya kemampuan dan kinerja
mereka. Undang-undang RI Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, pasal 30
menyatakan, ”dalam melaksanakan tugas keprofesionalannya guru berkewajiban merencanakan
pembelajaran, dan melaksanakan proses pembelajaran yang bermutu, serta menilai dan
mengevaluasi hasil pembelajaran” (butir a). Agar mampu melaksanakan pembelajaran yang
bermutu, pada butir b dinyatakan, ”guru berkewajiban meningkatkan dan mengembangkan
kualifikasi akademik dan kompetensi secara berkelanjutan sejalan dengan perkembangan ilmu
pengetahuan, teknologi, dan seni”.
Peningkatan dan pengembangan kualifikasi akademik dan kompetensi guru sebagai pelaksana
pendidikan dapat dilakukan melalui pembelajaran mandiri, studi lanjut ataupun pelatihan, dan
pemberdayaan dalam tugas (in service training). Berkaitan dengan pengembangan kurikulum
satuan pendidikan dan peningkatan kemampuan guru dalam pengembangan kurikulum,
diperlukan adanya wadah bagi peningkatan kemampuan itu, yang secara sistemik diwujudkan
dalam bentuk jaringan kurikulum dan secara kelembagaan dalam tim jaringan kurikulum.

B. Landasan Hukum

1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah.


2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional.
3. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional
Pendidikan.
4. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional RI Nomor 22 tahun 2006 tentang Standar Isi
5. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional RI Nomor 23 tahun 2006 tentang Standar Kompetisi
Lulusan.
6. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional RI Nomor 24 tahun 2006 tentang Pelaksanaan
Standar Isi.

Model Jaringan Kurikulum 2


C. Tujuan

Model Jaringan Kurikulum dikembangkan dengan tujuan :


1. membangun jaringan kerja sama antara pusat dan daerah, serta antardaerah dalam
pengembangan kurikulum; dan.
2. membantu daerah dalam membentuk dan memberdayakan Tim Jaringan Kurikulum sesuai
dengan kondisi dan kebutuhan masing-masing.

Secara khusus Model Jaringan Kurikulum diarahkan agar:


1. terbentuknya tim jaringan kurikulum pada tingkat provinsi dan kabupaten/kota
2. terbangunnya jaringan kerja sama antara Pusat Kurikulum dan Tim Jaringan Kurikulum
Provinsi serta Kabupaten/Kota;
3. terjalinnya kerja sama antar Tim Jaringan Kurikulum Provinsi dan Kabupaten/Kota;
4. terbangunnya jaringan kerja sama antara Tim Jaringan Kurikulum Provinsi dan
Kabupaten/Kota dengan satuan pendidikan;
5. meningkatnya kemampuan Tim Jaringan Kurikulum Provinsi dan Kabupaten/Kota dalam
memberikan pendampingan berkenaan dengan pengembangan kurikulum tingkat satuan
pendidikan;
6. meningkatnya kemampuan para pengelola dan pelaksana satuan pendidikan dalam
pengembangan kurikulum

D. Ruang lingkup

Ruang lingkup Model Jaringan Kurikulum meliputi:


1. pertukaran informasi, narasumber, dan program pendampingan antarJaringan Kurikulum;
2. kerja sama antar Tim Jaringan Kurikulum;
3. pembentukan dan pemberdayaan Tim Jaringan Kurikulum;
4. pendampingan pengelola dan pelaksana satuan pendidikan; dan
5. pengembangan kurikulum tingkat satuan pendidikan.

Model Jaringan Kurikulum 3


II. JARINGAN KURIKULUM

A. Pengertian Jaringan Kurikulum

Jaringan Kurikulum merupakan suatu sistem kerja sama antara pusat dengan daerah,
antardaerah, dan antar unsur di daerah dalam mengembangkan kurikulum yang sesuai dengan
karakteristik, kebutuhan, dan perkembangan daerah.

Tim Jaringan Kurikulum merupakan suatu organisasi nonstruktural terdiri atas unsur dinas
pendidikan, perguruan tinggi, dan masyarakat yang berfungsi membantu Dinas Pendidikan
Provinsi dan Kabupaten/Kota dalam pengembangan kurikulum.

Pemberdayaan merupakan upaya peningkatan kemampuan dalam pendampingan


pengembangan kurikulum baik yang bersifat eksternal maupun internal.

Pendampingan merupakan suatu proses peningkatan kemampuan satuan pendidikan dalam


pengembangan kurikulum dengan menekankan potensi dan kekuatan yang ada pada satuan
pendidikan.

B. Tujuan Jaringan Kurikulum

Pengembangan jaringan kurikulum diarahkan pada:


1. tumbuhnya kesadaran tentang pentingnya pengembangan kurikulum secara mandiri dan
fungsi pendampingan pada satuan pendidikan;
2. terbentuknya kesamaan persepsi tentang penyusunan, implementasi, pemantauan, evaluasi,
dan penyempurnaan kurikulum oleh pengelola, pengembang dan pelaksana kurikulum;
3. dikuasainya kemampuan pengembangan kurikulum oleh pengelola, pengembang dan
pelaksana kurikulum; dan
4. tersusunnya kurikulum tingkat satuan pendidikan yang sesuai dengan karakteristik,
kebutuhan, dan perkembangan daerah.

C. Kedudukan Jaringan Kurikulum

Jaringan Kurikulum merupakan subsistem dari Jaringan Penelitian dan Pengembangan


(Jarlitbang) Pendidikan khususnya dalam pengembangan kurikulum.
Organisasi Jaringan kurikulum berkedudukan di tingkat pusat, provinsi, dan kabupaten/kota. Di
tingkat pusat dikordinasikan oleh Pusat Kurikulum Balitbang Depdiknas yang dinamakan Tim
Jaringan Kurikulum Pusat. Di tingkat provinsi dikoordinasikan oleh Dinas Pendidikan Provinsi
yang dinamakan Tim Jaringan Kurikulum Provinsi. Di tingkat Kabupaten/Kota dikoordinasikan
oleh Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota yang dinamakan Tim Jaringan Kurikulum Kabupaten atau
Tim Jaringan Kurikulum Kota.

Dalam melaksanakan tugasnya, Tim Jaringan Kurikulum Pusat bekerja sama dengan Direktorat
Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah (Mandikdasmen), Direktorat Jenderal
Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan (PMPTK), Direktorat Jenderal Pendidikan
Tinggi (Dikti), Direktorat Jenderal Pendidikan Luar Sekolah (PLS), Penelitian dan Pengembangan

Model Jaringan Kurikulum 4


(Balitbang) Depdiknas, Departemen Agama, perguruan tinggi, Lembaga Penjamin Mutu
Pendidikan (LPMP), Pusat Pengembangan Penataran Guru (PPPG), Dewan Pendidikan, komite
sekolah, organisasi profesi, Jaringan Penelitian dan Pengembangan (Jarlitbang), Badan
Penelitian dan Pengembangan Daerah (Balitbangda), Badan Perencanaan Pembangunan
Daerah (Bappeda), Departemen Agama, Kantor Wilayah Departemen Agama, Kantor Wilayah
Perwakilan Departemen agama, Musyawarah Kerja Kepala Sekolah/ Madrasah (MKKS/M),
Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP), dan Kelompok Kerja Guru (KKG).

Jaringan Kurikulum Provinsi dan Kabupaten/Kota dalam melaksanakan tugasnya bekerja sama
dengan Jaringan Kurikulum Pusat, Lembaga Penjamin Mutu Pendidikan (LPMP), Pusat
Pengembangan Penataran Guru (PPPG), Badan Penelitian dan Pengembangan (Balitbang)
Depdiknas, Jaringan Penelitian dan Pengembangan (Jarlitbang), Badan Penelitian dan
Pengembangan Daerah (Balitbangda), Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda),
Departemen Agama, Kantor Wilayah Departemen Agama, Kantor Wilayah Perwakilan
Departemen agama, perguruan tinggi, Dewan Pendidikan, organisasi profesi, komite sekolah,
Musyawarah Kerja Kepala Sekolah/ Madrasah (MKKS/M, Musyawarah Guru Mata Pelajaran
(MGMP), dan Kelompok Kerja Guru (KKG).

DIAGRAM JARINGAN KURIKULM

Model Jaringan Kurikulum 5


Peran dari setiap institusi dalam pelaksanaan jaringan kurikulum adalah sebagai berikut ini.

1. Balitbangda pada tingkat Provinsi dan Bappeda baik pada tingkat Provinsi maupun
kabupaten/kota memfasilitasi kegiatan Jaringan Kurikulum dan memasukkannya sebagai
bagian dari perencanaan pembangunan pendidikan di daerah.

2. Dinas Pendidikan Provinsi dan Kabupaten/Kota berperan sebagai pembina dan pengarah
Tim Jaringan Kurikulum, mengeluarkan Surat Keputusan (SK) tentang pembentukan Tim
Jaringan Kurikulum, memberikan dukungan dana, sarana, dan prasarana untuk kelancaran
kegiatan jaringan kurikulum.

3. Kantor Wilayah dan Kantor Perwakilan Departemen Agama memfasilitasi Tim Jaringan
Kurikulum dalam tugas pendampingan pengembangan kurikulum pada satuan pendidikan
(madrasah).

4. LPMP dan PPPG berperan sebagai lembaga yang memberikan pendampingan dalam
pengembangan kurikulum yang sinergis dengan Tim Jaringan Kurikulum dalam kerangka
peningkatan mutu pendidikan.

5. Perguruan tinggi dan organisasi profesi yang relevan dengan jaringan kurikulum merupakan
unsur masyarakat yang memiliki kemampuan dan komitmen untuk membina Jaringan
Kurikulum. Peran unsur masyarakat tersebut sebagai mitra kerja dalam melaksanakan peran
dan tugas Jaringan Kurikulum.

6. Dewan Pendidikan menjadi mitra Tim Jaringan Kurikulum dalam pengembangan kurikulum
tingkat satuan pendidikan. Dewan Pendidikan menampung dan menyampaikan informasi
serta aspirasi masyarakat kepada Tim Jaringan Kurikulum berkenaan dengan
pengembangan kurikulum.

7. Komite Sekolah merupakan mitra sekolah dalam pengembangan kurikulum tingkat satuan
pendidikan. Komite Sekolah dan Tim Jaringan Kurikulum Provinsi dan/atau Kabupaten/Kota
bersama-sama mengidentifikasi, mengakomodasi kebutuhan dan keunggulan lokal untuk
pengembangan kurikulum tingkat satuan pendidikan.

8. MKKS/M, MGMP, dan KKG adalah mitra Tim Jaringan Kurikulum dalam pengembangan
kurikulum.

9. Organisasi profesi adalah mitra Tim Jaringan Kurikulum yang memberikan masukan sesuai
dengan profesi dan bidang keilmuannya dalam pengembangan kurikulum.

Model Jaringan Kurikulum 5


D. Peran dan Tugas Tim Jaringan kurikulum

1. Peran

Tim Jaringan Kurikulum berperan sebagai pendamping atau fasilitator, mediator, dan
inovator.

Sebagai pendamping atau fasilitator, Tim Jaringan Kurikulum berperan memberikan bantuan
teknis kepada satuan pendidikan mengenai penyusunan, implementasi, pemantauan,
evaluasi, dan penyempurnaan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan di berbagai jenis dan
jenjang pendidikan.

Sebagai mediator, Tim Jaringan Kurikulum berperan membantu mensosialisasikan berbagai


kebijakan tentang kurikulum dari pemerintah pusat ke pemerintah daerah dan lembaga-
lembaga penyelenggara pendidikan.

Sebagai inovator, Tim Jaringan Kurikulum berperan mengembangkan, mengkaji, dan


mengembangkan model pengembangan kurikulum dan pembelajaran yang sesuai
karakteristik, kebutuhan dan perkembangan daerah/sekolah.

2. Tugas

Tim Jaringan Kurikulum membantu tugas Dinas Pendidikan dalam:


a. memberikan pelatihan pengembangan kurikulum di daerah dan lembaga pendidikan;
b. menyediakan layanan dan konsultasi kurikulum dan pembelajaran bagi pihak yang
membutuhkan;
c. Menginformasikan berbagai kebijakan pemerintah dalam bidang pendidikan khususnya
kurikulum;
d. memberdayakan satuan pendidikan dalam pemantauan, evaluasi, dan penyempurnaan
kurikulum;
e. memberdayakan satuan pendidikan dalam mengembangkan model-model kurikulum dan
pembelajaran;
f. memberdayakan satuan pendidikan dalam mengembangkan media dan sumber
pembelajaran.

E. Pembentukan Tim Jaringan Kurikulum

1. Kriteria personil

Beberapa kriteria dalam memilih Tim Jaringan Kurikulum adalah sebagai berikut:
a. Dosen
 Latar belakang pendidikan dan kemampuan profesional yang sesuai
 Diutamakan berkualifikasi minimal Strata 2
 Jabatan fungsional minimal Lektor
 Mendapat rekomendasi dari atasan langsung
 Memiliki komitmen yang kuat
 Lulus seleksi

Model Jaringan Kurikulum 6


b. Pengawas
 Memiliki kualifikasi Strata 1
 Pengalaman sebagai pengawas minimal 3 tahun
 Mendapat rekomendasi dari atasan langsung
 Aktif di KKPS
 Memiliki komitmen yang kuat
 Lulus seleksi

c. Kepala Sekolah
 Memiliki kualifikasi minimal Strata 1
 Pengalaman sebagai Kepala Sekolah minimal 3 tahun
 Mendapat rekomendasi dari atasan langsung
 Aktif di MKKS/M, KKKS/M
 Memiliki komitmen yang kuat
 Lulus seleksi.

d. Guru
 Memiliki kualifikasi minimal Strata 1
 Pengalaman mengajar minimal 8 tahun
 Diutamakan yang aktif di KKG atau MGMP
 Mendapat rekomendasi dari atasan langsung
 Memiliki komitmen yang kuat
 Lulus seleksi

e. Tenaga kependidikan lainnya


 Memiliki kualifikasi minimal Strata 1
 Pengalaman kerja minimal 5 tahun
 Mendapat rekomendasi dari atasan langsung
 Memiliki komitmen yang kuat
 Lulus seleksi

f. Masyarakat (yayasan, dunia usaha dan dunia industri, swasta)


 Latar belakang pendidikan dan kemampuan profesional yang sesuai
 Memiliki kualifikasi minimal Strata 1
 Memiliki komitmen yang kuat
 Lulus seleksi

2. Mekanisme Pembentukan

a. Pembentukan Jaringan Kurikulum diprakarsai oleh Dinas Pendidikan


provinsi/kabupaten/kota dengan membentuk panitia untuk melakukan sosialisasi, seleksi,
dan penetapan anggota.
b. Panitia mengundang anggota yang lulus seleksi untuk membentuk kepengurusan
Jaringan Kurikulum.
c. Pengurus mengusulkan struktur dan personalia Jaringan Kurikulum untuk ditetapkan
dengan surat keputusan Kepala Dinas Pendidikan Provinsi/ Kabupaten/Kota. Hal-hal
yang ditetapkan dalam SK tersebut antara lain latar belakang perlunya Jaringan

Model Jaringan Kurikulum 7


Kurikulum, peran dan tugas, struktur dan personalia organisasi, pendanaan, dan masa
kepengurusan Jaringan Kurikulum.
d. Pergantian antar waktu personil Jaringan Kurikulum diseleksi dan diusulkan oleh Ketua
Jaringan Kurikulum untuk ditetapkan dalam sebuah SK Kepala Dinas Pendidikan.

3. Kepengurusan

Personalia Jaringan Kurikulum merupakan tenaga profesional di bidang kurikulum dan


pembelajaran yang susunan kepengurusannya terdiri atas Pembina, Pengarah, Ketua,
Sekretaris, Bendahara, dan Anggota. Dalam pembentukannya, struktur organisasi Jaringan
Kurikulum dapat disesuaikan dengan keadaan dan kebutuhan daerah.
Pembina Jaringan Kurikulum terdiri atas Kepala Dinas Pendidikan dan Bappeda. Pengarah
berasal dari unsur Kasubdin dan/atau Kasi Kurikulum TK, SD, SMP, SMA, SMK, dan PLB.
Ketua, sekretaris, bendahara dipilih dari unsur Jaringan Kurikulum.
Kepengurusan Jaringan Kurikulum antara satu daerah dengan daerah lainnya dapat berbeda
jumlah personilnya yang disesuaikan dengan keadaan dan kebutuhan daerah. Namun
diharapkan setiap unsur diwakili minimal oleh satu orang. Dalam implementasinya,
kepengurusan Jaringan Kurikulum berfungsi sebagai regulator yang mengkoordinasikan
kegiatan-kegiatan dan sumber daya dari berbagai unsur, baik dari unsur-unsur Jaringan
Kurikulum (Perguruan Tinggi, LPMP-PPPG, organisasi profesi, Dewan Pendidikan, Komite
Sekolah, KKPS, MKKS/KKKS, MGMP, dan KKG) maupun dari unsur lainnya.
Penentuan ketua dilakukan melalui musyawarah anggota Jaringan Kurikulum. Sekretaris dan
bendahara ditunjuk oleh ketua berdasarkan masukan dari anggota. Personil Jaringan
Kurikulum ditetapkan dalam Surat Keputusan Kepala Dinas Pendidikan.

Model Jaringan Kurikulum 8


III. PEMBERDAYAAN JARINGAN KURIKULUM

Terbentuknya organisasi Jaringan Kurikulum merupakan langkah awal dari tugas dalam
mengembangkan kurikulum dalam era otonomi pendidikan. Pemberdayaan Jaringan Kurikulum
menyangkut peningkatan dalam hal-hal sebagai berikut ini.
a. Kewenangan pelaksanaan Tim Jaringan Kurikulum dalam menjalankan tugasnya. Bentuk
pemberdayaannya adalah dikeluarkannya bentuk legitimasi dalam melakukan kegiatan organisasi.
Karena itu, agar organisasi Jaringan Kurikulum ini ingin berkembang maka tertib organisasi dan
administrasi mutlak harus dilakukan
b. Kemampuan dalam memberikan pelayanan teknis, konsultasi, pendampingan, dan fasilitasi dalam
pengembangan kurikulum. Pelayanan-pelayanan itu diberikan dalam bentuk pelatihan, workshop,
lokakarya, seminar, dan bentuk pembinaan lainnya.
c. Kemampuan memberdayakan satuan pendidikan dalam penyusunan, implementasi, pemantauan,
dan evaluasi serta penyempurnaan kurikulum pada berbagai jenjang dan jenis pendidikan.
d. Kemampuan untuk membina kerja sama dengan Jaringan Kurikulum lain, baik vertikal maupun
horisontal.
e. Pemilikan sumber informasi yang mutakhir agar penerapan kemampuan dalam melaksanakan
kewenangan tersebut dapat dilakukan secara tepat dan efisien. Wujud pemberdayaannya adalah
dengan cara memfasilitasi tim jaringan kurikulum untuk mampu mengakses informasi lebih luas dari
pihak-pihak terkait untuk menjalankan tugasnya dengan baik.

Adapun strategi pemberdayaan Jaringan Kurikulum dapat dilakukan melalui hal-hal berikut ini.

a. Pemantapan komitmen
Pemantapan komitmen dapat dilakukan melalui pertukaran ide, pengalaman, dan informasi
antaranggota Jaringan Kurikulum.
b. Peningkatan kemampuan anggota
Usaha peningkatan kemampuan anggota dilakukan melalui lokakarya, seminar, pelatihan,
penataran, studi banding, penelitian dan pengembangan.
c. Koordinasi Jaringan Kurikulum
Koordinasi Jaringan Kurikulum dilakukan melalui pembagian tugas dan wewenang yang jelas,
perencanaan kegiatan secara bersama, pemantauan pelaksanaan kegiatan, dan kaji silang
terhadap kegiatan yang telah dilakukan.
Sedangkan koordinasi antarjaringan dilakukan melalui rapat atau pertemuan rutin/berkala pada
tingkat pusat dan daerah.
d. Transparansi dan akuntabilitas
Transparansi dan akuntabilitas dilakukan melalui laporan kegiatan, keberhasilan dan hambatan,
serta kondisi keuangan secara berkala.

Model Jaringan Kurikulum 9


IV. PROGRAM KERJA DAN PENDANAAN

A. Program Kerja

Program kerja Tim Jaringan Kurikulum disusun berdasarkan peran dan tugas Jaringan Kurikulum.
Program kerja itu antara lain meliputi komponen-komponen sebagai berikut ini.

1. Peningkatan kemampuan Tim Jaringan kurikulum


 Mengadakan lokakarya, seminar, pelatihan, penataran, studi banding, dan penelitian, dan
pengembangan.
 Melakukan kerja sama dengan perguruan tinggi dan lembaga-lembaga lain yang terkait.
 Pertukaran ide, pengalaman, informasi antaranggota Tim Jaringan Kurikulum.
 Penyediaan kepustakaan Tim Jaringan Kurikulum.
2. Pendampingan Pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
 Mengkaji dokumen kebijakan nasional dan daerah.
 Mengkaji karakteristik, kebutuhan, dan perkembangan daerah/sekolah
 Mengadakan analisis SWOT terhadap kondisi sekolah
 Perumusan standar kompetensi dan kompetensi dasar program muatan lokal
 Pengembangan rambu-rambu implementasi kurikulum dan model-model pembelajaran.
 Pengembangan evaluasi (instrumentasi) kurikulum tingkat satuan pendidikan.
3. Layanan Teknis dan Konsultasi
 Menyediakan narasumber pelatihan/lokakarya/seminar tentang optimalisasi peran dan
fungsi Jaringan Kurikulum.
 Menyediakan narasumber Pelatihan/lokakarya/seminar tentang berbagai kebijakan-
kebijakan kurikulum dan implementasinya.
 Memberikan layanan konsultasi pelaksanaan (implementasi) Kurikulum.
 Menyediakan narasumber untuk membantu mengembangkan kurikulum tingkat satuan
pendidikan
4. Pemantauan, Evaluasi, dan Penyempurnaan Kurikulum
 Mengadakan pemantauan terhadap pelaksanaan kurikulum tingkat satuan pendidikan
secara periodik.
 Mengadakan evaluasi terhadap pelaksanaan kurikulum tingkat satuan pendidikan secara
periodik.
 Mengadakan penyempurnaan kurikulum tingkat satuan pendidikan.

Model Jaringan Kurikulum 10


B. Sumber Dana

Dana operasional untuk kegiatan-kegiatan Jaringan Kurikulum bersumber dari pemerintah pusat,
pemerintah daerah, masyarakat, dan lembaga lainnya, serta dana hasil jasa layanan teknis dan
konsultasi.

C. Alokasi Dana

Dana Jaringan Kurikulum dialokasikan untuk kegiatan-kegiatan:


- penyusunan program kerja;
- rapat koordinasi;
- sosialisasi Jaringan Kurikulum dan kebijakan kurikulum;
- pendampingan penyusunan kurikulum tingkat satuan pendidikan;
- pengembangan model-model kurikulum, media, dan sumber belajar;
- peningkatan kemampuan Tim Jaringan Kurikulum;
- pencarian dan pertukaran informasi melalui media cetak dan elektronik;
- administrasi dan kerumah tanggaan kantor;
- studi banding; dan
- penelitian dan pengembangan.

Model Jaringan Kurikulum 11


V. PENUTUP

Model Jaringan Kurikulum ini dapat dijadikan acuan dalam pembentukan dan pemberdayaan
Jaringan Kurikulum pada tingkat provinsi dan kabupaten/kota. Model ini diharapkan dapat membantu
para pengelola dan pelaksana pendidikan dalam mengembangkan kurikulum sesuai dengan kebutuhan
dan potensi daerah/sekolah

Model ini dapat juga dijadikan acuan oleh Jaringan Kurikulum Provinsi dan Kabupaten/Kota
dalam menyusun petunjuk pelaksanaan dan petunjuk teknis pembentukan dan pemberdayaan jaringan
kurikulum daerah dalam pengembangan kurikulum tingkat satuan pendidikan.

Model Jaringan Kurikulum 12

Anda mungkin juga menyukai