Anda di halaman 1dari 6

4 ciri pokok Komunikasi Massa (Elizabeth-Noelle Neuman, 1973) Tidak langsung (harus melalui media teknis) Satu arah

arah (tidak ada interaksi antar komunikan) Terbuka (ditujukan kepada publik yang tidak terbatas dan anonim) Publik Tersebar secara geografis

Selanjutnya Robert K. Merton (1957:I) menyatakan bahwa ada 2 fungsi, yaitu fungsi nyata (manifest function) yang diinginkan dan fungsi tersembunyi (latent function) yang tidak diinginkan. Bagi fungsi yang tidak diinginkan jika ditinjau dari kesejahteraan masyarakat disebut dysfunctions. Fungsi Pengawasan media massa. a. Bagi Masyarakat: 1. Komunikasi Massa dapat memberikan peringatan adanya ancaman dan bahaya penyakit menular atau bencana alam. Peringatan tersebut menunjang perasaan egaliterianisme (sama dengan orang lain untuk meloloskan diri dari bahaya) dalam masyarakat. 2. Data tentang kejadian lingkungan akan menjadi alat bagi lembaga dalam kehidupan sehari-hari (kegiatan stok pasar, navigasi, dll). 3. Ethicizing (pengukuhan moral, pengakhlakan), apabila komunikasi dapat memperkuat kontrol sosial atas anggota masyarakat yang menyimpang. Disfungsinya : 1. Berita tanpa sensor dapat mengancam struktur masyarakat, misal informasi tentang kondisi dan idiologi masyarakat lain akan dapat mendesakkan perubahan. 2. Peringatan yang tidak ditafsirkan tentang bahaya dapat menimbulkan kepanikan masyarakat, seperti pendapat Hadley Cntril dkk (1940) tentang Invation from Mars. b. Bagi Individu : 1. Selama kesejahteraan perorangan terkait dengan kesejahteraan sosial, maka peringatan dan fungsi berita juga berguna bagi individu. 2. Utility : berita media massa sebagai pelengkap hidup sehari-hari, sehingga pada saat tidak ada berita, individu merasa ada yang kurang. 3. Insrument: Sebab media massa merupakan alat yang diperlukan bagi kehidupan sehari-hari sebagaimana dikemukakan oleh Berelson (1949:111-129).

4. Secara khusus Lazarfeld dan Merton (L. Bryson,tt:95-118) menyatakan bahwa komunikasi massa berfungsi penganugrahan status yang menambah prestige bagi individu yang selalu berusaha tahu berita. 5. Penganugrahan status seperti menjadi public status, sebagaimana dikemukakan oleh Merton tentang local maupun cosmopoitan influencials (Lazarfeld dan Stanton, tt:180-219). Disfungsinya : 1. Berita tentang bahaya dapat menimbulkan kecemasan. 2. Melimpahnya berita akan menimbulkan reaksi kembali pada halhal yang bersifat pribadi ( privacy) (Ernst dan Nathan, 1947). 3. Meningkatnya berita terkadang mengakibatkan perasaan masa bodoh atau aphaty. 4. Individu seolah terkena bius demi mengejar status serba tahu oleh Lazarfeld dan Merton sebagai narcotization. c. Bagi Sub-Kelompok : 1. Instrumental : Selama berita bermanfaat bagi suatu kelompok politik, maka dapat dijadikan alat memelihara kekuasaan. 2. Deteksi : Pengetahuan tentang perilaku menyimpang dan subversif. 3. Mengatur, mengontrol dan mungkin monitor opini publik. 4. Untuk golongan politik dapat dijadikan alat pengesahan kekuasaan melalui status conferal Disfungsinya : 1. Pemberitaan yang dijadikan propaganda musuh dapat melemahkan atau mengancam kekuasaan kelompok politik yang sah, sebagaimana dinyatakan oleh Hans Speier (Lerner dan Lasswell, 1951). 2. Berita-berita tentang realitas, propaganda dan ekspose-ekspose musuh. d. Bagi Kebudayaan : 1. Meningkatkan kontak antar budaya. 2. Meningkatkan pertumbuhan budaya. Disfungsinya : 1. Berita-berita yang tidak terkontrol akan mengenai masyarakat lain, memungkinkan adanya invasi budaya asing. 2. Melemahkan budaya bangsa. Fungsi Korelasi (pemilihan, interpretasi dan preskripsi ) media massa. a. Bagi Masyarakat : 1. Adanya interpretasi dan evaluasi dan kejadian yang ada di sekitarnya,

maka dapat meningkatkan mobilisasi masyarakat. 2. Mengurangi ancaman terhadap stabilitas sosial. 3. Mengurangi kepanikan. 4. Media massa dapat memilih masalah-masalah tertentu yang mempengaruhi agenda setting masyarakat. Menurut Mc Combs dan D.Shaw (972:176-187) bahwa apakah itu evaluasi atau membatasi tidak, yang paling nyata adalah bahwa media massa memilih berita dan masalah tertentu yang mempengaruhi agenda setting masyarakatnya. Disfungsinya : 1. Apabila komunikasi tersebut membatasi kegunaan dari kritik sosial, maka aktivitas korelasi akan meningkatkan konformitas sosial dan merintangi perubahan sosial. b. Bagi Individu : 1. Dapat menghemat (efisiensi) waktu dan mengasimilasi berita. 2. Mengurangi stimulasi yang berlebihan, kecemasan, apatis, pribadi (privatisasi) dan agenda setting. Disfungsinya : 1. Interpretsi dan edit berita oleh media massa melemahkan hak kritik individu. 2. Adanya gagasan, pendapat maupun pandangan yang sudah dicerna, akan menjadikan individu tidak efektif dan irasional (pasif). c. Bagi Sub-Kelompok : 1. Membantu mempertahankan kekuasaan. 2. Memelihara konsensus. Disfungsinya : 1. Meningkatkan tanggungjawab. d. Bagi Kebudayaan : 1. Mengurangi invasi kebudayaan. Disfungsinya : 1. Menghalangi pertumbuhan kebudayaan. Transmisi Budaya a. Bagi Masyarakat : 1. Meningkatkan kohesivitas sosial. 2. Memperluas dasar norma dan pengalaman bersama. 3. Mengurangi anomia. 4. Melanjutkan sosialisasi, mencapai kedewasaan bahkan setelah keluar dari lembaga sekolah. Disfungsinya : 1. Memperbesar massa masyarakat. b. Bagi Individu : 1. Meningkatkan integrasi, penekanan pada norma-norma umum. 2. Mengurangi indiosinkratik. 3. Mengurangi anomia.

Disfungsinya : 1. Media massa mendepersonalisasikan proses sosialisasi, yang merupakan proses dimana seorang anggotanya yang baru (lahir) akan mempelajari norma-norma dan kebudayaan masyarakat. Sedangkan dari sisi individu merupakan suatu proses mendapatkan pembentukan sikap untuk berperilaku yang sesuai dengan norma-norma kelompoknya. Menurut David Reisman (1953) bahwa pelajaran moral dalam cerita yang disampaikan media massa tidak dapat disesuaikan dengan kapasitas individu pendengarnya, seperti andaikata cerita tersebut disampaikan secara tatap muka. c. Bagi Sub-Kelompok : 1. Memperluas kekuatan lembaga lain untuk sosialisasi. Disfungsinya : (Tidak ada) d. bagi Kebudayaan : 1. Menstandarisasikan Kebudayaan. 2. Memelihara konsensus budaya. Disfungsinya : 1. Mengurangi berbagai macam subkultur. Hiburan. Hiburan yang bertentangan dengan bentuk-bentuk hiburan individualistik, kekeluargaan dan yang sifatnya pribadi lainnya. a. Bagi Masyarakat : 1. Pelepas lelah bagi kelompokkelompok massa, dengan media massa siaran seperti olahraga dapat dinikmati oleh puluhan juta orang pendengar/pemirsa. Disfungsinya : 1. Mengalihkan publik, menghindarkan aksi sosial. b. Bagi Individu : 1. Pelepas lelah. Disfungsinya : 1. Memperendah cita rasa, seperti Theodore W.Adorno (1945:208-217) yang menyatakan bahwa hiburan massa adalah disfungsi selama hiburan massa tersebut gagal menimbulkan atau menumbuhkan selera publik sampai tingkat bentuk hiburan teater, opera atau drama klasik. 2. Meningkatkan kepastian dan memungkinkan pengasingan diri. c. Bagi Sub-Kelompok : 1. Memperluas kekuasaan. 2. Pengendalian bidang kehidupan yang lain. Disfungsinya : (Tidak ada).

d. Bagi Kebudayaan : (tidak ada). Disfungsinya : 1. Melemahkan aestetik : budaya pop. Fungsi atau peranan dari komunikasi massa antara lain sebagai sumber informasi, hiburan, persuasi, transmisi budaya, korelasi, pengawasan, dan masih banyak lagi. Dalam peranannya sebagai sumber informasi, komunikasi massa bertujuan untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang ada diseputar kita mengenai fakta-fakta. Dalam dunia hiburan, jangan ditanya lagi, banyaknya infotainment yang ada di televisi nasional adalah salah satu bukti nyata bahwa komunikasi massa berperan sebagai dunia hiburan. Dari sana para penonton bisa mengambil informasi, sekaligus terhibur akan tayangan-tayangan yang diberikan. Sebagai persuasi, kita bisa mengambil contoh terhadap iklan yang ada di televisi. Tayangan-tayangan tersebut jelas bertujuan agar dapat membujuk para penonton untuk membeli produk mereka. Selain itu persuasi juga bisa berguna untuk mengubah sikap seseorang akan keyakinan/nilai, menggerakan untuk melakukan sesuatu, dan memperkuat sikap/keyakinan. Sedangkan jika kita berbicara disfungsi dalam komunikasi massa, kita bisa kaitkan hal ini dengan kejahatan, ataupun yang bisa menimbulkan ketakutan di masyarakat. Seperti yang kita ketahui sekarang ini, media terkadang punya 2 fungsi yang berbeda, di satu sisi bisa menguntungkan (positif) tapi disisi lain juga bisa merugikan (negatif). Contohnya saja media internet, internet jika digunakan dengan benar dapat berdampak positif bagi penggunanya. Namun jika disalahgunakan, misalnya untuk membuka situs porno, khususnya bagi anak-anak, ini akan berdampak negatif dan sangat merugikan. Bukan hanya itu, sekarang sudah banyak sekali penipuan yang bisa dilakukan lewat dunia maya, bahkan ada kasus penculikan yang berawal dari pertemanan dalam sebuah jejaring sosial. Inilah yang disebut disfungsi dalam komunikasi massa.

Media komunikasi yang termasuk media massa adalah radio siaran, dan televisi, keduanya dikenal sebagai media elektronik, yaitu surat kabar dan majalah, keduanya disebut dengan media cetak, yaitu serta media film. Film sebagai media komunikasi massa adalah film bioskop Intergrasi Banyak bangsa di dunia dewasa ini diguncang oleh kepentingankepentingan tertentu karena perbedaan etnis dan ras, komunikasi seperti satelit dapat dimanfaatkan untuk menjembatani perbedaanperbedaan itu dalam memupuk dan memperkokoh persatuan bangsa. Teori Uses and Gratification digambarkan sebagai a dramatic break with effects tradition of the past, suatu loncatan dramatis dari teori jarum hipodermik. Teori ini tidaktertarik pada apa yang dilakukan media terhadap khalayak,tetapi ia tertarik pada apa yang dilakukan khalayak terhadap media. Khalayak dianggap aktif menggunakan media untuk memenuhi kebutuhannya. Dari sinilah timbul istilah uses dan gratification Ada berbagai macam riset yang berangkat dari model. Uses and Gratifications, salah satunya adalah yang dilakukan oleh Philip Palmgreen dari Kentucky University. Kebanyakan riset. Uses and Gratifications memfokuskan pada motif sebagai variabel independen yang mempengaruhi penggunaan media. Palmgreen kendati juga menggunakan dasar yang sama yaitu orang mengggunakan media didorong oleh motif-motif tertentu, namun konsep yang diteliti oleh model Palmgreen ini lebih tidak berhenti disitu, dengan menanyakan apakah motif-motif khalayak itu telah dipenuhi oleh media. Dengan kata lain, apakah khalayak puas setelah menggunakan media. Konsep mengukur kepuasan ini disebut GS (Gratification Sought) dan GO (Gratification Obtained). Penggunaan konsep-konsep baru ini memunculkan teori yang merupakan varian dari teori Uses and Gratifications, yaitu teori Expectancy Values (nilai pengharapan). Gratification Sougth adalah kepuasan yang dicari atau diinginkan individu ketika mengkonsumsi suatu jenis media tertentu (radio, tv, koran). Gratification sougth adalah motif yang mendorong seseorang mengkonsumsi media. Sedangkan gratification obtained kepuasan yang nyata yang diperoleh seseorang setelah mengkonsumsi suatu jenis media

tertentu Sistem Pers Arti Penting Pers dalam Sistem Komunikasi Sistem pers adalah subsistem dari sistem komunikasi. Unsur paling penting daalm sistem pers adalah media massa. Media massa berfungsi mempengaruhi sikap dan perilaku masyarakat. Contoh : - masyarakat menyetujui/menolak kebijakan pemerintah melalui media. - masyarakat bisa melaksanakan inovasi/pembaruan melalui media. Marshall Mc Luhan menyebut pers/media sebagai the extension of man (media adalah ekstensi manusia). Artinya, media adalah perpanjangan dan perluasan dari kemampuan jasmani dan rohani manusia. Wilbur Schramm : pers sebagai pengamat, forum dan guru (watcher, forum dan teacher). Arti: setiap hari pers memberikan laporan, ulasan mengenai kejadian, menyediakan tempat (forum) bagi masyarakat untuk mengeluarkan pendapat secara tertulis & turut mewariskan nilai-nilai ke masyarakat dari generasi ke generasi. Dengan kata lain: pers mengamati kejadian, melaporkan ke masyaraka, tempat diskusi (ide/gagasan dan memberi tanggapan/respon) serta mampu mendidik masyarakat ke arah kemajuan (ilmu pengetahuan dan pembaruan). 2 Sisi Kedudukan Pers: Sebagai medium komunikasi yang tertua dibanding medium yg lain. Sebagai lembaga kemasyarakatan atau institusi sosial yang merupakan bagian integral dari masyarakat & bukan merupakan unsur asing/terpisah. Arti Penting Pers di Indonesia 1. Menjadi salah satu unsur sistem komunikasi. Bila Pers Indonesia tidak bekerja akan mempengaruhi sistem komunikasi. Contoh: aksi boikot SK (tidk terbit slm 1 minggu) akan mempengaruhi kinerja sistem komunikasi. 2. Tujuan pers juga menjadi tujuan sistem komunikasi itu sendiri. Contoh: Sistem komunikasi mempunyai tujuan mengurangi ketidakpastian dlm pengambilan keputusan, maka melalui pers semuanya bisa diatasi. 3. Pers adalah unsur pengolah data, peristiwa, ide/gabungan ketiganya menjadi output ke dalam sistem komunikasi. Arti: berbagai informasi yang diolah lewat media menjadi hasil yang

berguna bagi proses output sistem komunikasi. Sistem Pers Indonesia Setiap negara memiliki sistem pers berbeda (tujuan, fungsi, dan latar belakang sospolnya). Sehingga berbeda dalam mengaktualisasikannya. Nilai, filsafat hidup, dan ideologi suatu negara sangat mempengaruhi pers. Sistem yang dikembangkan berbeda, termasuk sistem persnya. Pola hubungan segi tiga (pemerintah, pers dan masyarakat) berbeda. Alasan kita mempelajari berbagai macam sistem Pers adalah untuk mengetahui & melakukan perbandingan antara sistem pers. Serta mengetahui posisi sistem pers Indonesia. Fred Siebert, Wilbur Schramm dan Theodore Peterson Mengamati 4 Teori Sistem Pers: 1. Sistem Pers Otoriter (Authoritarian) Pers berfungsi sbg penunjang negara untuk memajukan rakyat, Pemerintah menguasai dan mengawasi media. 2. Sistem Liberal (Libertarian) Disebut juga dengan aufklarung/pencerahan. Manusia mempunyai hak asasi dan meyakini bahwa manusia akan dapat mengembangkan pemikirannya secara baik jika diberi kebebasan. Kontrol pemerintah dipandang sebagai manifestasi pemerkosaan kebebasan berpikir. Pers diberi tempat sebebas2xnya u/ membantu mencari kebenaran. 3. Sist. Pers Komunis (Marxist) Disebut juga totaliter Soviet/Soviet Totalitarian. Pers merupakan alat pemerintah/partai & menjadi bagian integral dari negara. Segala sesuatu ditentukan oleh negara (partai). Kritik diijinkan sejauh tidak bertentangan dengan ideologi partai. Media massa melakukan yang terbaik untuk partai yang ditentukan oleh pemerintah. Pers harus menjadi collective propagandist, collective agitator, collective organizer. Fungsi pers adalah indoktrinasi massa, pendidikan/bimbingan massa yang dilancarkan partai. 4. Sistem Pers Tanggung Jawab Sosial (Social Responsibility) Harus ada pembatasan atas dasar moral & etika. Tanggung jawab sosial ditekankan untuk menghindari kemungkinan terganggunya ketertiban umum. Peterson: kebebasan pers harus disertai kewajiban untuk bertanggung jawab kepada masyarakat guna melaksanakan tugas pokok yang dibebankan kepada komunikasi massa dalam masyarakat modern.

Note : Indonesia menganut sistem pers tanggung jawab sosial. Pers & Sistem Hukum Sistem hukum memberi peluang pers bertindak di dalam rambu-rambu yang sudah disepakati sehingga pers berada pada titik ideal. Tanpa hukum pers akan berkembang menjadi liberal. Bermacam aktualisasi berita, opini, foto dsb tidak dimunculkan untuk tujuan-tujuan terselubung. Contoh: dengan tidak ada rambu hukum, pers justru akan memperkeruh suasana. Hukum dapat digunakan alat legitimasi pemerintah untuk mengawasi pers. Contoh: SIUPP UU Pokok Pers pernah mengatur dan menjamin kebebasan dalam menyiarkan pemberitaan, namun SIUPP menjadi alat membatasi kebebasan. Di Era Habibie (Pasca 21 Mei 1998) Pemerintah menganggap SIUPP bukan zamannya lagi & sangat memperkosa HAM. Pengurusan untuk mendirikan perusahaan/penerbit pers tidak lagi bertele-tele melewati birokrasi yang sangat rumit. Pemberitaan berkembang trial by press/pengadilan oleh pers = pers cenderung mengadili sesorang bersalah sebelum muncul keputusan pengadilan. Contoh: pemberitaan berkisar pada Soeharto. Muncul self censhorship media media lemah dalam mempertimbangkan apakah pemberitaan itu layak dimunculkan & sesuai dengan keinginan masyarakat / tidak. Fenomena Kebebasan Pers ORDE Baru Pers menyandang berbagai atribut yang menyebabkan sering terpojok dalam posisi dilematis. Pada satu sisi tuntutan masyarakat mengharuskan memotret realitas sosial sehingga pers berfungsi sebagai alat kontrol. Di sisi lain sebagai institusi yang tidak lepas dari pemerintah, pers cenderung tidak vis a vis thd pemerintah. Arti: pers mau tidak mau harus mematuhi mekanisme yang menjadi otoritas pemerintah. Pers sulit menentukan pilihan antara kewajiban moral terhadap masyarakat & keharusan untuk mematuhi aturan sebagai konsekuensi logis. Solusi: melakukan harmonisasi hubungan antara pers, pemerintah & masyarakat. Pers masih memiliki otonomi relatif adanya peringatan dari pemerintah

terhadap pers karena kepedulian pers pada kepentingan masyarakat. Pers berani menentukan pilihan untuk berpihak pada masyarakat. Contoh: pembatalan 3 penerbitan sekaligus pd 21 Juni 1994 (Tempo, Editor, Detik) karena dipicu semangat pers untuk memelihara otonominya. Tidak bisa dipungkiri dominasi pemerintah sangat kuat dalam kehidupan pers di era ORBA.Bagi masyarakat pers berfungsi sebagai katarsis (kelegaan emosional setelah mengalami ketegangan & pertikaian batin akibat suatu perlakuan dramatis. Berkembang teori : pers tunduk pada sistem pers, sistem pers tunduk pada sistem politik. Ada 2 fakta yang berkaitan dengan teori : 1. Fungsi pers sebagai katarsis melalui mana masyarakat menyalurkan uneguneg nya, ketidakpuasan, protes dan komentarnya terhadap suatu kejadian. Ketika masyarakat menginginkan perubahan maka pers harus berperan aktif. 2. Pers dapat berperan dalam menyampaikan kebijaksanaan & program pembangunan kepada masyarakat. Pers harus mampu menterjemahkan kebijaksanaan pemerintah berupa pembatasan kepada masyarakat. Pers mempunyai hubungan vertikal dengan pemerintah. Kesimpulan: pers sebagai katarsis maupun ketundukkan pers pada sistem politik memaksa pers bersifat pasif & kurang otonom. Ia dijadikan wahana tarik menarik kepentingan antara masyarakat & pemerintah, tanpa pers diberi otonomi untuk memilih kebijakan yang diinginkan. Untuk tidak memungkiri peran pers dalam kehidupan berbangsa, bermasyarakat dan bernegara perlu ada hubungan yang harmonis antara pers, masyarakat & pemerintah serta pemberian otonomi kepada pers. Michael Ta Kung Wei memberi konsep kebebasan pers: Larangan pemerintah untuk mengganggu pers dalam bentuk sensor serta pembatasan-pembatasan serupa lainnya. Asas bhw pembatasan yang diterapkan pada kebebasan pers harus diberlakukan/harus diteliti dulu oleh pengadilan & pengadilan juga yang mempunyai wewenang untuk memberlakukan sanksi. Kesimpulan Konsep Michael T. Kung Wei: Ketika banyak pihak ingin memposisikan pers pada kedudukan ideal akan terkait banyak hal. Contoh: ketika pers diadili, ia harus mengacu pada sistem politik yang ada. Jika sistem politik memberi kewenangan

pada pengadilan, maka persoalan keputusan mengenai pelanggaran terhadap kejahatan pers harus diproses melalui pengadilan. Jika tidak pemerintah akan selalu vis a vis masyarakat & pers. Kebebasan Pers Indonesia Alfian : Kebebasan yang pernah berkembang di Indonesia adalah kebebasan ala gelang karet. Pengertiannya: Pers Indonesia harus mampu menuntut kebebasan lebih ketika pemerintah membuka kran keterbukaan (terjadi tahun 90-an). Dalam posisi lain (ketika pemerintah marah) pers harus mampu untuk mengkerut, seperti gelang karet. Pemerintah terlihat angin-anginan, kadang baik kadang jahat. Pasca ORBA, pers bebas bahkan terkesan liberal. Namun terlepas dari kebebasan apa yang diwujudkan, pers akan terpengaruh oleh sistem politik yang dikembangkan. Komponen komponen komunikasi massa 1. Komunikator komunikasi massa Komunikator/Penyampai pesan/Sumber/Source Semua proses komunikasi berasal dari sumber, yang dapat berupa perorangan , jika dalam komunikasi individual atau antar perorangan, atau seorang dengan beberapa orang Suatu lembaga atau organisasi, atau orang yang dilembagakan (komunikasi dengan media massa) Syarat Komunikator yang baik: Menurut Aristoteles, karakter komunikan (Ethos) terdiri dari good will (maksud yang baik), good sense (pikiran yang baik), dan good moral character (karakter yang baik). Menurut Hovland dan Weiss, karakter komunikan (credibility) terdiri dari expertise (keahlian), trustworthiness (dapat dipercaya) dan acceptability (dapat diterima) prabu adalah seorang pedagang yang menawarkan barang dagangannya kepada pembeli, menyampaikan pesan tersebut berupa. Memperlihatkan dagangannya kepada pembeli. Dan khalayaknya tersebut adalah pembeli. 2. Pesan komunikasi massa Yang disebut pesan adalah hal-hal yang dikomunikasikan, yakni item berita, seperti film, lagu rekaman, iklan billboard, novel, dll. (Vivian 2008:503)

Karakteristiknya adalah: a. Bersifat umum/untuk semua orang b. Meliputi segala bidang pengetahuan c. Berdimensi skill, art dan science. Unsur pesan meliputi semua materi atau isi yang dikomunikasikan antara pihak-pihak yang terlibat dalam proses komunikasi, baik yang disampaikan secara verbal maupun non verbal., baik secara langsung maupun tidak langsung (melalui media massa misalnya) Pesan dapat berupa: pesan verbal, misalnya: bahasa/kata-kata lisan atau tertulis pesan non verbal, misalnya: isyarat, gambar, warna pesan paralinguistik, misalnya: kualitas suara, tekanan suara(tinggi rendah nada bicara), kecepatan suara, vokalisasi. 3. Khalayak (audience / komunikan) Melvin DeFleur dalam bukunya Theories of Mass Communication mengemukakan empat teori efek

media terhadap audiensnya

a. The Individual Differences Theory Setiap individu memiliki potensi, pengalaman dan lingkungan yang berbeda sehingga pengaruh media massa pun akan berbeda pada tiap individu. b. The Social Categories Theory Setiap kelompok audience dari kategori yang sama cenderungan untuk menyukai pesan yang sama dan seringkali memberikan respons yang relatif sama c. The Social Relationship Didasari oleh penelitian Paul Lazarsfeld, Bernard Berelson, dan Elihu Katz yang menekankan hubungan informal lebih signifikan dalam mempengaruhi khalayak Perspektif ini bisa dilihat pada model two steps flow of communication: d. The Cultural Norms Theory Isi media massa dapat mengubah audience sehingga mereka memiliki opini baru terhadap suatu hal. Seorang individu akan berubah apabila dia sudah menjadi audiens media massa Karakteristik Audience Komunikasi Massa: a. Biasanya terdiri atas individuindividu yang memiliki pengalaman yang sama dan terpengaruh oleh

hubungan sosial dan interpersonal yang sama. b. Berjumlah besar (Quantity Charles Wright) c. Heterogen d. Anonim e. Tersebar, baik dalam konteks ruang dan waktu 4. Filter Faktor penerimaan yang mengganggu komunikasi. Menurut Vivian (2008) ada tiga jenis filter: a. Filter informasional, yakni faktor pengetahuan penerima yang membatasi pemahaman simbol. b. Filter fisik, yakni tingkat kesadaran fisik yang membatasi memahami pesan, seperti sakit, dll. c. Filter psikologis, yakni keadaan pikiran penerima yang mempengaruhi pemahaman simbol. Penginderaan sebagai filter dipengaruhi oleh tiga kondisi, yaitu: a. Cultural (budaya) Edward T. Hall dalam bukunya The Silent Language mengemukakan bahwa budaya mempengaruhi cara manusia menyampaikan dan menerima pesan b. Psychological (Tatanan Psikologi) Kerangka acuan (frame of reference) seperti latar belakang pendidikan, pengalaman, dan lain-lain mempengaruhi persepsi audience terhadap pesan media massa c. Physical (Kondisi fisik) Berkaitan dengan keadaan kesehatan audience baik secara internal maupun eksternal yang berdampak pada penafsiran terhadap pesan yang diterima dari media massa. 5. Gate kiper Istilah Gatekeeper pertama kali digunakan oleh Kurt Lewin pada bukunya Human Relation. Istilah ini mengacu pada proses: (1) suatu pesan berjalan melalui berbagai pintu, selain juga pada (2) orang atau kelompok yang memungkinkan pesan lewat. Gatekeepers dapat berupa seseorang atau satu kelompok yang dilalui suatu pesan dalam perjalanannya dari sumber kepada penerima. Fungsi utama gatekeeper adalah menyaring pesan yang diterima seseorang. Gatekeeper membatasi pesan yang diterima komunikan, seperti editor surat kabar, majalah, penerbitan. Seorang gatekeepers dapat memilih, mengubah, bahkan menolak pesan yang disampaikan kepada penerima 6. Feedback ( unpan balik )

a. Internal feedback umpan balik yang diterima oleh komunikator bukan dari komunikan, akan tetapi datang dari pesan itu atau dari komunikator sendiri. b. External feedback umpan balik yang diterima oleh komunikator dari komunikan, yang bersifat: Representative feedback Umpan balik diukur dari sekian persen dari total keseluruhan audience (perwakilan/representatif) dan hasilnya akan dianggap sebagai feedback dari keseluruhan audiences. c. Indirect feedback Umpan balik bersifat tidak langsung dan biasanya melibatkan pihak ketiga d. . Delayed feedback Respons komunikasi massa tertunda, karena respon membutuhkan waktu untuk ditransmisikan dari komunikan kepada komunikator. e. Cumulative feedback Respon yang diterima oleh komunikator dikumpulkan dalam satu periode tertentu untuk nantinya dijadikan sebagai bahan pertimbangan pengambilan keputusan f. Institutionalized feedback Umpan balik yang datang dari lembaga yang langsung mendatangi komunikannya untuk mengumpulkan pendapat yang hasilnya akan dianalisis oleh lembaga tersebut Contoh: Rizal adalah seorang penjual obat keliling, dan biasanya rizal menjualnya pada hari minggu. Di waktu semua penduduk sekitar sedang libur bekerja. Lalu dengan bantuan pengeras suara dia berkata. mari - mari ibu bapak sekalian silahkan lihat- lihat obat obatan yang teruji keasliannya dan silahkan bapak dan ibu mencobanya. Apabila obat yang kami jual tidak berhasiat maka uang ibu-bapak akan kami kembalikan. Lalu orang-orang yang di sekitar penasaran, lalu mereka menghampiri penjual obat tersebut. Dan para masyarakat sekitar penasaran untuk membli barang tersebut. Dan ada juga yang menanyakan akan kasiatnya, lalu ada juga yang belum ada yang percaya. Apabila belum terbukti kebenarannya. Lalu rizal ( penjual obat ), menawari atau mencoba atau menawarkan harga setengahnya. Lalu pembeli tersebut membelinya. Dari cerita tersebut bisa kita simpulkan yaitu Komunikatornya Rizal sang penjual obat tersebut Pesan / cara menyampaikan pesan

Dengan cara menarik perhatian kepada masyarakat sekitar, dan menarik hati pembeli atau komunikan untuk membeli obat tersebut contoh mari - mari ibu bapak sekalian silahkan lihat- lihat obat obatan yang teruji keasliannya dan silahkan bapak dan ibu mencobanya. Apabila obat yang kami jual tidak berhasiat maka uang ibu-bapak akan kami kembalikan Khalayak Audience atau komunikannya adalah pembeli yang berada di tempat penjualan tersebut. Filter Adalah dimana seorang audience menerima penawaran penjual obat tersebut, seperti ada yang tertarik penawaran tersebut. Dan ada juga yang tidak, lalu ada yang hanya melihat saja dan mungkin acuh tak acuh. Gate kiper Dimana pembeli tersebut menawarkan kepada penjual dengan harga yang murah, dan penjual tersebut dapat menolah tawaran pembeli tersebut. Feedback Dari penawarannya tersebut, dia berhasil menjual obat tersebut. Dan mendapat untung.

Kelebihan
1. Memfokuskan perhatian pada individu dalam melihat proses komunikasi massa. 2. Respek pada kemampuan intelektual dari pengguna media. 3. Menyediakan analisis yang mencerahkan bagaimana pengguna berinteraksi dengan isi media. 4. Membedakan antara pengguna yang aktif dengan yang pasif. 5. Mempelajari media sebagai bagian dari kehidupan sehari-hari. 6. Menyediakan wawasan yang berguna untuk dalam proses adopsi terhadap media baru.

Kekurangan
1. Bergantung pada analisis fungsional, yang dapat menciptakan bias terhadap status quo. 2. Tidak dapat dengan mudah memberi petunjuk ada tidaknya efek. 3. Banyak konsepkonsep kuncinya dikritik, karena tidak dapat diukur 4. Terlalu berorientasi pada level mikro.

Teori Uses and Gratification ini bertujuan untuk menjelaskan tentang informasi yang ada di dalam media terutama media massa. Dalam teori ini audiens tidak lagi dipandang sebagai orang pasif yang hanya menerima informasi yang disampaikan oleh media, tapi audiens berlaku aktif dan selektif, dan juga kritis terhadap semua informasi yang disampaikan oleh media. Teori ini dapat kita lihat, contohnya dari sinetron-sinetron televisi yang banyak ditayangkan televisi swasta di Indonesia, sinetron-sinetron ini umumnya banyak disukai oleh para kaum hawa, khususnya ibu rumah tangga. Hal ini merupakan suatu fenomena yang dapat kita nilai dengan teori Uses and Gratification, dari fenomena ini bisa dilihat bahwa para ibu rumah tangga menilai positif akan tayangan sinetron tersebut. Padahal jika kita menilik alur ceritanya, banyak peristiwa budayan yang sama sekali tidak rasional dan sangat bertentangan dengan pola budaya di Indonesia.Dilihat dari aspek rasionalitas ceritanya juga banyak yang aneh atau ganjil. Dramatisasinya juga sangat bertele-tele, namun demikian cerita sinetron tersebut masih tetap disukai oleh para ibu rumah tangga. Contoh di atas membuktikan bahwa audiens berlaku aktif dalam memilih tayangan yang disampaikan oleh media massa.

Anda mungkin juga menyukai