2479-Rully-Is-Final SITIA 2009 - 004
2479-Rully-Is-Final SITIA 2009 - 004
ABSTRAK - Momen Legendre telah banyak signifikan. Komputasi momen Legendre merupakan
digunakan pada aplikasi pengenalan pola, peng- proses yang rumit dengan kompleksitas cukup
indeks-an citra, pengenalan wajah, dll karena tinggi. Hal ini karena komputasi ini meliputi 2
kemampuannya sebagai deskriptor citra invariant. proses, pertama adalah menghitung polinomial
Namun komputasinya yang kompleks dengan error Legendre dari setiap piksel citra pada suatu orde,
aproksimasi yang signifikan sering menjadi kedua yakni menghitung momen Legendre dari
masalah dalam penggunaan momen Legendret. keseluruhan orde yang ada. Semua proses tersebut
Pada makalah ini akan dibandingkan beberapa merupakan prosedur yang memakan waktu.
metode komputasi momen Legendre dalam aplikasi Keakuratan hasil komputasi juga perlu
rekonstruksi citra dan merekomendasikan yang diperhitungkan. Mengingat selama ini komputasi
terbaik dengan error minimal dan waktu komputasi melibatkan proses aproksimasi integral yang
yang efisien. memungkinkan ketidakakuratan. Pada penelitian ini
Proses komputasi dilakukan dengan akan dilakukan perbandingan dari beberapa metode
mensampling citra input dan mengaproksimasi komputasi momen Legendre, dalam suatu aplikasi
polinomial Legendre. Momen Legendre didapat rekonstruksi citra.
dari perkalian polinomial Legendre dengan fungsi
citra. Kemudian citra direkonstruksi dari Sistem yang dibuat merupakan perangkat lunak
polinomial Legendre dan momen Legendre yang rekonstruksi citra yang mengimplementasikan
terbentuk. Beberapa varian pengembangan dari kelima metode (ELM, EGM, ZOA, SR, SLM)
proses komputasi ini antara lain Exact Legendre dalam komputasi momen Legendre-nya.
Moment (ELM), Speedy Legendre Moment (SLM), Permasalahan yang dihadapi dalam pembuatan
Exact Geometric Moment (EGM), Zeroth Order sistem pengujian kninerja ini adalah :
Approximation (ZOA), dan Simpson’s Rule (SR). • Bagaimana mengaplikasikan momen
Dari hasil rekonstruksi citra disimpulkan Legendre yang merupakan momen kontinyu
bahwa ELM merupakan metode terbaik untuk citra dalam ruang citra diskrit.
berwarna atau keabuan. Sedangkan untuk citra • Bagaimana melakukan komputasi momen
biner, SLM merupakan metode terbaik. Keakuratan Legendre yang akurat dengan waktu
hasil rekonstruksi dipengaruhi oleh ukuran block komputasi yang cepat
encoding dan orde maksimum polinomial. Semakin • Bagaimana menentukan metode terbaik
kecil ukuran block encoding, semakin akurat untuk komputasi momen Legendre diantara
haslinya, tetapi waktu komputasinya lama. Orde 5 metode berikut : Exact Legendre Moment
polinomial yang tinggi juga menyebabkan waktu (ELM), Exact Geometric Moment (EGM),
komputasi yang lama, tetapi hasil yang didapat Zeroth Order Approximation (ZOA),
akan lebih akurat. Simpson’s Rule, dan Speedy Legendre
Moment (SLM).
Kata kunci: momen Legendre, polinomial
Legendre, rekonstruksi citra. 2. Metode Komputasi Momen Legendre
1. Pendahuluan Momen Legendre orde (m+n) didefinisikan oleh :
Momen citra adalah proyeksi fungsi intensitas (2m + 1)(2n + 1) 1 1
piksel citra ke dalam ruang polinomial. Diantara
λmn =
4 ∫−1 ∫−1 Pm ( x) Pn ( y) f ( x, y)dxdy
berbagai jenis momen citra, momen Legendre (1)
sering dipakai sebagai deskriptor citra invariant
yang handal. Penggunaan momen Legendre dalam dengan m,n = 0, 1, 2,3...∞ . f(x,y) merupakan fungsi
berbagai aplikasi seringkali terhambat oleh citra kontinyu dan Pm dan Pn merupakan
komputasinya yang kompleks dan error yang polinomial Legendre dengan bentuk umum :
Pn ( x) = ∑ (−1) m
M
(2n − 2m)! x n−2m ............ (−1) k (2n − 2k )!
2 m!(n − m)!(n − 2m)!
n Bkn = (8)
m =0 2n k!(n − k )!(n − 2k + 1)!
(2n)! (2n − 2)! D(n)=n/2 atau n-1/2 dipilih yang bulat. Dengan
= n − x n−2 + −.....
2 (n!) 2 2 n1!(n − 1)!(n − 2)! demikian momen Legendre bisa dihitung secara
(2) lebih akurat karena diintegrasikan langsung dari
Sampling citra dilakukan dengan menempatkan polinomialnya, bukan dengan mengaproksimasi per
fungsi citra f(xi,yj) pada ruang diskrit [-1,1] × [-1,1] interval. Untuk menghindari faktorial, persamaan
sehingga (8) dapat diubah menjadi :
1 1
xi = −1 + (i + ) × Δx, y j = −1 + ( j + ) × Δy, (n − k + 1)(n − 2k + 3)(n − 2k + 2)
2 2 Bkn = − Bk −1 , n
2 dan 2 (2n − 2k + 2)(2n − 2k + 1)k
Δx i = Δx = ; ∀ i Δy j = Δy = ; ∀ j
M N (9)
Nilai polinomial Legendre didapat dengan dengan
menghitung polinomial Legendre di setiap titik (2n)! 2n − 1
tengah interval. B0,n = = B0,n−1 , B0,0 = 1 (10)
2 n!(n + 1)! n + 1
n
fˆ ( x, y ) = ∑ ∑ λ m, n Pm ( x) Pn ( y) (5)
m=0 n =0 2.2 Exact Geometric Moment (EGM)
Persamaan (4) inilah yang diaplikasikan untuk
merekonstruksi citra menggunakan momen Momen Legendre juga bisa dihitung melalui
Legendre. Beberapa metode komputasi momen momen Geometri. Momen Geometri orde (m+n)
Legendre yang mengimplementasikan persamaan didefinisikan oleh :
(1) antara lain : 1 1
M mn = ∫ ∫ x m y n f ( x, y )dxdy (13)
2.1 Exact Legendre Moment (ELM) −1 −1
Jika citra didefinisikan hanya pada titik-titik diskrit
Metode ELM ini melakukan perhitungan momen (xi ,yj) maka persamaan (13) menjadi,
Legendre dengan mengintegrasikan langsung dari
polinomialnya secara matematis. Polinomial Δxi Δy j
xi + yj+
M −1 N =0 2 2
Legendre pada persamaan (2) diintegrasikan
menjadi: M mn = ∑∑ f ( xi , y j ) ∫ ∫x
m
y n dxdy (14)
i =0 j =0 Δxi Δy j
xi − y −
2 j 2
Δxi
xi +
Δxi Integrasi pada persamaan ini dilakukan seperti
[ ]
2 D ( m) xi +
∫ Pm ( x)dx = ∑ Brm xm−2r +1
r =0
2
Δx
xi − i (6)
persamaan (14)
Jika dinotasikan dengan Zip seperti pada persamaan
Δxi 2
xi −
2 (15) menjadi,
Δy j M −1 N =0
1
∑∑ f ( xi , y j )Zi,m+1Z j ,n+1
yj + Δy j
M mn =
∑ B [y ]
2 D ( n) yj +
∫ (m + 1)(n + 1) i=0 j =0
n − 2 s +1
Pn ( y)dy = sn
2
Δy j (7)
s =0 yj −
yj −
Δy j 2 (15)
2
Adapun hubungan antara momen Legendre dan Algoritma dari IBR Encoding adalah sebagai
momen Geometri adalah pada persamaan (16): berikut :
1. Plot citra biner pada diagram cartesius. Pada
(2m + 1)(2n + 1) D ( m)D( n ) setiap garis y perhatikan interval antara blok
λmn =
4
∑ ∑ B'rm B'sn M m−2r ,n−2s
r =0 s =0
(berpiksel 1) dan latarnya (berpiksel 0)
2. Bandingkan dengan interval pada garis y-1.
(16) 3. Jika interval tidak cocok dengan blok
berpiksel, maka ini adalah awal dari blok baru
dimana B’rm=(m-2r+1) Brm dan B’sn=(n-2s+1) Bsn, 4. Jika interval cocok dengan blok berpiksel,
Dengan demikian Exact Legendre Moment (ELM) maka akhir dari blok ini pada garis y
bisa dihitung secara tidak langsung lewat Exact
Geometric Moment (EGM)
dimana Δxi = xi +1 − xi dan Δy j = y j +1 − y j . di mana x1,bi , x2,bi dan y1,bi , y2,bi merupakan
dengan m,n = 0, 1, 2,3...∞ , Pm dan Pn merupakan koordinat dari blok bi . Implementasi SLM adalah
polinomial Legendre dan f(x,y) merupakan fungsi dengan menyederhanakan persamaan untuk menca-
citra kontinyu. ri Momen Legendre pada suatu blok, yakni:
x = x2 b y = y2 b
i
y = y1b
(18)
Nilai h merupakan interval integrasi, yakni interval ⎛x2 b
⎞⎛ ⎞ y2 b
= ⎜⎜ ∑ Qm ( x) ⎟⎟⎜⎜ ∑ Qn ( y) ⎟⎟
sampling citra dibagi 3, h = xi +1 − xi . Setelah nilai (21)
3 ⎝ x = x1b ⎠⎝ y = y1b ⎠
polinomial Legendre tiap interval diaproksimasi, Sehingga, nilai keseluruhan Momen Legendre
selanjutnya momen Legendre dihitung dengan untuk k blok adalah
persamaan (17). k −1 ⎛ x2 b
⎞⎛ y2 b
⎞
λmn = ∑ ⎜⎜ ∑ Qm ( x) ⎟⎟⎜⎜ ∑ Qn ( y) ⎟⎟ (22)
i =0 ⎝ x= x1b ⎠⎝ y= y1b ⎠
2.5 Speedy Legendre Moment (SLM)
belum
Komputasi Momen
Citra
Legendre
Output
Rekonstruksi Citra
5. Kesimpulan
Gambar 6 Grafik Waktu Komputasi
Kesimpulan yang dapat diambil dari hasil studi
kinerja yang telah dilakukan adalah sebagai berikut:
4.3 Citra Biner • Keakuratan hasil rekonstruksi citra dipengaruhi
oleh besar kecilnya ukuran block encoding dan
Uji coba rekonstruksi dilakukan dengan citra input orde maksimum polinomial. Semakin kecil
cameraman.jpg 102×102 piksel. Karena merupakan ukuran block encoding, semakin akurat hasil
citra biner, maka kelima metode (ELM, EGM, yang didapat, namun berakibat pada semakin
ZOA, SR, SLM) bisa diimplementasikan). lamanya waktu komputasi. Orde maksimum
Rekonstruksi dilakukan dengan ukuran block polinomial yang tinggi berakibat pula pada
encoding 16×16 piksel dan orde diiterasi dari (3,3) waktu komputasi yang lama, tetapi hasil yang
sampai (21,21) dengan interval iterasi sejumlah 3. didapat akan lebih akurat.
• Masing-masing metode memiliki batas orde
tertentu yang menjadi titik balik dimana error
rekonstruksi akan semakin meningkat setelah
melalui orde ini. Hal ini disebabkan oleh Local
Truncation Error(LTE) karena keterbatasan
aplikasi dalam melakukan komputasi. Error ini
biasa ditemukan dalam setiap komputasi. Pada
metode ELM, titik balik terjadi pada orde yang
lebih tinggi dari yang lain (pada kisaran orde
(40,40) ke atas), sehingga error rekonstruksi
bisa mencapai hasil yang minimum yakni bisa
mendekati 1.0e-007, tergantung pada ukuran
block encoding dan orde nya. Pada metode
SLM, error rekonstruksi bisa mencapai 0
Gambar 7 Grafik Error Rekonstruksi meskipun belum berada pada titik balik.
• Exact Legendre Moment (ELM) merupakan
metode komputasi momen Legendre paling
akurat dan efisien untuk citra true color atau
grayscale. Sedangkan untuk citra biner, Speedy
Legendre Moment (SLM) memberikan akurasi
yang melebihi metode lainnya dengan waktu
komputasi yang cukup minim. Kedua metode
ini, SLM dan ELM, merupakan metode yang
handal untuk digunakan pada orde tinggi.
DAFTAR PUSTAKA