Anda di halaman 1dari 11

Refarat Pneumonia Aspirasi

Labels: refarat PNEUMONIA ASPIRASI I. PENDAHULUAN Peradangan akut parenkim paru-paru yang biasanya berasal dari suatu infeksi disebut sebagai pneumonia atau pneumonitis, namun istilah pneumonia lebih lazim digunakan oleh karena istilah yang kedua sering digunakan untuk menyatakan peradangan paru-paru non spesifik yang etiologinya tidak diketahui. Pneumonia mrupakan penyakit yang sering terjadi dan setiap tahunnya menyerang 1 % dari penduduk Amerika.(1) Ada beberapa klasifikasi pneumonia yaitu : Community-acquired pneumonia. Ini mengacu pada radang paru paru yang didapat dalam kehidupan sehari-hari, di sekolah, tempat kerja dan di tempat lainnya.(10,12,13) Hospital-acquired (nosocomial) pneumonia. Diperoleh saat seorang pasien di rawat inap pada sebuah rumah sakit, terutama jika si pasien memakai ventilator, atau pasien yang kekebalan tubuhnya rendah. Pneumonia tipe ini bisa menjadi parah khususnya pada anak-anak, dewasa muda, atau pada pasien yang menderita PPOK, dan HIV-AIDS.(10,12,13) Pneumonia Aspirasi. Pneumonia ini biasanya disebabkan oleh aspirasi isi lambung, Pneumonia yang terjadi sebagian bersifat kimia akibat reaksi terhadap asam lambung, sebagian lagi bersifat bakterial akibat organisme yang mendiami mulut dan lambungAspirasi paling sering terjadi sebelum dan sesudah anastesia, para pecandu alcohol, atau pada pasien yang refleks muntah dan batuknya tertekan.(1,10,13) Pneumonia caused by opportunistic organisms. Pneumonia tipe ini menyerang seseorang dengan system kekebalan tubuh yang rendah, misalnya pada pasien HIV-AIDS, terapi kortikosteroid, kemoterapi, dan pasca transplantasi, organisme penyebabnya adalah Pneumocystis carinii.(1,10) Emerging pathogens. Akibat outbreak Virus H5N1 (Avian influenza virus) and severe acute respiratory syndrome (SARS) dapat bersifat fatal dan menyebabkan kematian bahkan pada orang yang nampak sehat. (1,10) Aspirasi sendiri menggambarkan terinhalasinya bahan yang berasal dari oropharyngeal maupun yang berasal dari dalam lambung ke dalam jalan napas. Dalam kepustakaan yang lain dikatakan bahwa aspirasi merupakan kondisi dimana terinhalasinya baik benda solid maupun cair. Aspirasi ini dapat menyebabkan dua hal yakni pneumonia aspirasi dan peumonitis aspirasi.(1,2,3,9,10,17). Jadi pneumonia aspirasi sebagaimana yang dijelaskan sebelumnya merupakan radang pada paru-paru yang terjadi akibat terinhalasinya benda padat maupun cair. Bahan aspirat yang paling sering menyebabkan hal tersebut di atas adalah isi lambung dan bakteri (flora normal yang ada di mulut dan lambung).(1,3,14,15)

II. INSIDENS Di Amerika Serikat

Sedikit studi yang telah dilakukan untuk mengetahui perbedaan antara pneumonia aspirasi dan pneumonitis aspirasi. Beberapa studi menyatakan bahwa 5-15% dari 4.5 juta kasus communityacquired pneumonia diakibatkan oleh pneumonia aspirasi.(2) Kira-kira 10% pasien yang diopname pasca intoksikasi atau overdosis obat/racun akan menjadi pneumonitis aspirasi.(2) Secara internasional Pneumonia aspirasi dipertimbangkan sebagai penyakit yang paling sering, namun tak ada statistik yang menunjukkannya.(2) MORTALITAS/MORBIDAS Angka kematian/kesakitan dihubungkan dengan pneumonia aspirasi yang mirip dengan community-acquired Pneumonia pada kira-kira 1% pasien yang rawat jalan dan meningkat hingga 25% pada pasien yang diopname. Angka kematian ini cakupannya tergantung pada hadirnya faktor penyulit atau komplikasi.(2) Tingkat kematian akibat pneumonitis aspirasi ( Mendelson sindrom) bisa mencapai 70%.(2) Pneumonia aspirasi tanpa perawatan, dihubungkan dengan tingginya insidens timbulnya kavitas dan abses bila dibandingkan dengan community-acquired. Pneumonia. Walaupun demikian, ternyata keduanya bisa menyebabkan komplikasi berupa empyema, sindrom distress pernapasan akut, dan kegagalan pernapasan. Pneumonitis aspirasi dapat menyebabkan kegagalan pernapasan dengan cepat.(2) III. EPIDEMIOLOGI JENIS KELAMIN Pneumonia aspirasi lebih umum pada pria dibanding wanita.(2) UMUR Pneumonia aspirasi lebih sering terjadi pada orang tua atau maupun muda..(2) RAS Tidak ada bukti bahwa ras tertentu memiliki faktor risiko untuk menderita pneumonia aspirasi.(3) IV. ETIOLOGI Faktor penyebab paling sering aspirasi pada orang dewasa adalah alkoholism, stroke, gangguan neuromuscular,Anaestesi, pada kondisi dimana reflek batuk dan refleks muntah tertekan, gangguan menelan, abnormalitas struktur esophagus, Gastroesofageal refluks desease, serta hilangnya kesadaran.(3,16) V. ANATOMI Gambar di bawah ini menunjukkan anatomi dari sistem respirasi.(4)

Gambar 1.Anatomi sistem respirasi

Gambar 2. Anatomi segmen bronkopulmonum Penjelasan : 1. Paru-paru adalah organ berbentuk pyramid seperti spons dan berisi udara, terletak dalam rongga toraks. a. Paru kanan memiliki tiga lobus; paru kiri memiliki dua lobus. b. Setiap paru memiliki sebuah apeks yang mencapai bagian atas iga pertama, sebuah permukaan diafragmatik (bagian dasar) terletak di atas diafragma, sebuah permukaan medistinal (medial) yang terpisah dari paru lain oleh mediastinum, dan permukaan kostal terletak di atas kerangka iga. c. Permukaan mediastinal memiliki hilus (akar), tempat masuk dan keluarnya pembuluh darah bronki, pulmonary dan bronchial dari paru. 2. Pleura adalah membrane penutup yang membungkus setiap paru. a. Pleura parietal melapisi rongga toraks (kerangka iga, diafragma, mediastinum) b. Pleura visceral melapisi paru dan bersambungan dengan pleura parietal di bagian bawah paru. c. Rongga pleura (ruang intrapleural) adalah ruang potensial antara pleura parietal dan visceral yang mengandung lapisan tipis cairan pelumas. Cairan ini diseksresi oleh sel-sel pleural sehingga paru-paru dapat mengembang tanpa melakukan friksi. Tekanan cairan (tekanan intrapelura) agak negatif dibandingkan tekanan atmosfer. d. Resesus pleura adalah area rongga pleura yang tidak berisi jaringan paru. Area ini muncul saat pleura parietal bersilangan dari satu permukaan ke permukaan lain. Saat bernapas, paru-paru bergerak keluar masuk area ini. (1) Resesus pleura kostomediastinal terletak di tepi anterior kedua sisi pleura, tempat pleura parietal berbelok dari kerangka iga ke permukaan lateral mediastinum. (2) Resesus pleura kostodiafragmatik terletak di tepi posterior kedua sisi pleura di antara diafragma dan permukaan kostal internal toraks.(6,20)

VI. HISTOLOGY

Gambar 3. Diagram histologi dari bronkiolus hingga alveoli g Gambar 4. Gambaran histologis beberapa type alveoli, panah biru menunjukkan

pneumosit tipe 1, panah hijau menunjukkan pneumosit tipe 2. Bronkiolus merupakan segmen intralobularis dari sistem konduksi pernapasan dengan diameter kurang lebih 1 mm. (5) Mikroskopik bronkiolus : 1. tidak terdapat lagi kartilago 2. lamina propria tidak terdapat kelenjar 3. sel goblet hanya dijumpai pada bagian proksimal 4. epitel mukosa adalah epitel selapis torak rendah bersilia Bonkiolus akan mempercabangkan dua cabang lebih kecil dan disebut sebagai bronkiolus terminalis, disebut terminalis sebab dianggap sebagai akhir bagian konduksi.(5) Bronkiolus Terminalis, mempunyai struktur mikroskopik pada umumnya sama dengan bagian distal dari bronkiolus hanya disini mukosa dilapisi oleh epitel yang dibenyuk oleh selapis kubis bersilia, diantara sel-sel kubis bersilia ini terdapat sel clara yang berfungsi untuk menghasilkan surfaktan sehingga bronkiolus tidak kolaps meskipun tidak dijumpai kartilago lagi. (5) Bronkiolus akan bercabang menjadi bronkiolus respiratorius, yang secara mikroskopis sama dengan bronkiolus terminalis yakni epitel selapis kubis bersilia yang makin ke distal silia akan menghilang dan sel kubis menjadi lebih rendah. Pada dindingnya mulai banyak alveolus kadang-kadang terlihat berkelompok membentuk sakkus alveolaris, makin ke distal alveolus makin banyak, didinding banyak kapiler darah.(5) Alveolus merupakan kantung kecil yang terbuka pada satu sisi dan berbentuk polyhedral dengan ukuran 75-300 mikron. Struktur ini merupakan bagian akhir dari bronchial tree dan merupakan struktur spongiosa paru-paru. Pertukaran gas terjadi pada alveoli dimana udara yang masuk dipisahkan dengan kapiler darah oleh : sitoplasma sel epitel alveolar lamina basalis epitel alveolar lamina basalis sel endotel kapiler sitoplasma sel endotel kapiler Diantara dua alveolus yang berdampingan dibatasi oleh dinding yang disebut septum interalveolaris atau dinding interalveolaris, septum interalveolaris terutama terdiri dari 3 jenis sel, yaitu : 1. sel endotel kapiler yang merupakan sel gepeng yang sangat tipis, inti sangat kecil, sel endotel membentuk lapisan kontinyu tidak fenestrata. 2. sel alveolar yang terdiri dari Sel alveolar gepeng, disebut juga sel tipe 1 atau pneumosit tipe 1, merupakan sel-sel gepeng yang melapisi alveoli yang sangat mirip endotel kapiler Sel alveolar besar disebut juga sel tipe II, sel septal, dan pneumosit tipe II), sel berbentuk kubis dan bisaanya berkelompok 2-3 sel, mengandung badan multilamellar yang disebut juga sitosom yang pada intinya menghasilkan fosfolipid, protein dan mukopolisakarida yang mana ketiga zat ini disintesa secara terus menerus dan dikeluarkan pada permukaan apical sel, dan membentuk selubung di permukaan sel pada alveoli dan dikenal dengan nama surfaktan.(5) 3. Makrofag alveolar, atau disebut juga sebagai dust cell yang merupakan bagian system fagosit mononuclear, sel-sel ini secara terus menerus membersihkan permukaan epitel dan melindungi epitel alveolar dari kerusakan oleh mikroorganisme atau zat-zat yang dapat menyebabkan iritasi yang ikut masuk melalui udara yang dihirup, dengn cara fagositosis dan pencernaan dari benda asing oleh lisosom makrofag alveolar.(5)

VII. PATOFISIOLOGI Pneumonitis aspirasi menyebabkan suatu kerusakan akut yang terjadi pada-paru-paru sebagai akibat inhalasi bahan bahan material yang berasal dari lambung. Penyakit ini terjadi pada orangorang dengan perubahan tingkat kesadaran sebagai akibat dari kejang, gangguan cerebrovascular ( CVA), Intoksikasi alcohol dan obat-obatan serta trauma kepala. (2) Resiko aspirasi secara tidak langsung dihubungkan dengan tingkatan kesadaran dari pasien (dengan kata lain,penurunan skor Glasgow Coma Skala [ GCS] terkait dengan resiko aspiration). Sedangkan Tingkat keparahan penyakit ini secara langsung dihubungkan dengan kadar keasaman dan volume bahan aspirat yang dinhalasi . Aspirasi massif atau dalam jumlah besar bahan bahan material dari lambung disebut sebagai Mendelson Sindrom, yang bisa menimbulkan distress pernapasan akut dalam 1 jam.(2) Pneumonia aspirasi terjadi ketika seorang pasien menghisap bahan material yang berasal dari dalam oropharynx yang merupakan hasil kolonisasi bakteri pada jalan napas bagian atas.(2). Studi bakteriologis menunjukkan bahwa organisme anaerobik memainkan peran penting dalam patogenesis pneumonia aspirasi yang didapat (community-acquired aspiration pneumonia). Serta mengungkapkan bahwa Streptococcus pneumoniae, Staphylococcus aureus, Haemophilus influenzae, dan Enterobacteriaceae menjadi organisme yang paling sering menyebabkan Hospital-Acquired Pneumonia, pada sisi lain, organisme gram-negatif seperti Pseudomonas aeruginosa, merupakan penyebab utama aspirasi pada pasien yang diintubasi. (2,11) Sindrom ini paling umum terjadi pada individu dengan mekanisme pertahanan jalan napas yang lemah. Ini meliputi gag refleks, batuk, pergerakan silia, dan mekanisme kekebalan imun, yang kemudian memudahkan pemindahan bahan material (hasil kolonisasi bakteri) dengan cepat ke jalan napas bawah. Resiko lain berupa faktor meliputi higienitas gigi dan mulut yang kurang baik. yang mana kedua-duanya dapat menyebabkan peningkatan sekresi oropharyngeal yang disertai oleh overload bakteri. (2,11) Ada beberapa tipe aspirat yang bisa masuk ke dalam paru-paru yakni : 1. Aspirasi benda asing (corpus alienum) Aspirasi benda asing atau corpus alienum, merupakan penyebab yang paling umum obstruksi intraluminal jalan napas pada anak-anak. Corpus alienum yang paling sering adalah makanan dan fragmen gigi yang rusak, keduanya paling sering ditemukan pada daerah bronkus utama atau bronkus lobar. Kebanyakan pasien datang dengan manifestasi klinis yang bervariasi tergantung besar dan dimana level/lokasi korpus alienum tersebut berada. Dalam banyak kasus, pencitraan radiologis menunjukkan obstruksi lobar, segmental atau atelektasis. Diagnosis memerlukan pengintegrasian antara gejala klinis dan penemuan radiologis, walaupun hasil diagnosa pasti pada umumnya dibuat dengan radiografi dada/foto konvensional. Namun demikian CT Scan jauh lebih sensitif dibanding radiografi dada dalam menunjukkan badan asing yang radiolusen.(7) 2. Aspirasi cairan 2.1 Aspirasi yang berhubungan dengan asam lambung ( Mendelson Sindrom) Muntah dengan aspirasi masif bahan-bahan material yang berasal dari lambung merupakan peristiwa yang sangat sering terjadi dan mungkin salah satu penyebab paling umum penyakit aspirasi. Karakteristik lesi tergantung pada ukuran dan sifat aspirat. Asam lambung dengan pH kurang dari 2.5 dapat menyebabkan reaksi patologis yang bermacam-macam mulai dari

bronchiolitis ringan hingga edema paru-paru hemorrhagic. Segmen posterior dari lobus superior dan segmen superior dari lobus inferior merupakan tempat yang paling sering terkena ketika pasien berbaring pada posisi telentang. Cairan asam dengan cepat masuk kedalam percabangan bronchial dan parenkim paru-paru, menyebabkan pneumonitis kimia dalam beberapa menit. Derajat kerusakan jaringan secara langsung dihubungkan dengan pH dan volume dari aspirat. Tingkat kematian yang terjadi pada pasien dengan aspirasi asam lambung adalah kira-kira 30% dan lebih dari 50% diantaranya mengalami syok atau apnea, radang paru paru sekunder, dan distress pernapasan akut.(7) 2.2. Near drowning Aspirasi akut sejumlah air dalam jumlah masif pada kasus near drowning akan menghasilkan suatu edema paru-paru yang secara radiologis tak dapat dibedakan dengan edema paru-paru dari penyebab lainnya. Kepentingan klinis pada pasien tergantung pada volume air yang diaspirasi, juga apakah aspirat adalah air bersih atau laut.(7) 2.3 Aspirasi barium Aspirasi barium merupakan komplikasi yang terjadi selama pencitraan gastrointestinal (mag duodenum). Beberapa faktor predisposisi kejadian aspirasi barium, yakni gangguan menelan dan pasca operasi esofagus. Tingkat kematian kira-kira 30% dan lebih dari 50% diantaranya juga mengalami syok atau apnea, radang paru paru sekunder, dan distress pernapasan akut seperti Mendelson Syndrome. Bahan kontras nonionik yang larut air mungkin menyebabkan morbiditas yang berarti, namun tidak menyebabkan pneumonitis kimiawi seperti halnya bahan kontras ionik yang larut dalam air.(7) 2.4 Pneumonia Lipoid Exogen ( Fire-Eater Pneumonia) Aspirasi Paraffin cair (minyak tanah) dan petroleum dalam jumlah besar bisa mendorong ke arah pneumonia lipoid eksogen yang akut dan fatal. Aspirasi minyak tanah tidak hanya terjadi pada anak-anak tetapi juga pada fire-eaters, yaitu pemain sirkus yang mencoba memperbesar nyala api pada sebuah obor dengan menggunakan hidrokarbon cair seperti minyak tanah. Mereka biasanya meneguk tapi tak sampai menelan minyak tanah tersebut, lalu mereka semburkan kearah obor yang sudah menyala, sehingga seolah-olah menciptakan suatu aerosol yang akan menghampiri api, efeknya tentunya adalah nyala api akan semakin meningkat. Namun sayangnya mereka memiliki risiko untuk mengalami aspirasi dari bahan tadi. Fire-Eater Pneumonia memang jarang, tetapi mudah didiagnosis, ditandai oleh hadirnya pneumatokel.(7) 3. Aspirat Infeksius (Necrotizing Pneumonia) Jenis pneumonia aspirasi yang terjadi akibat inhalasi aspirat infeksius yang berasal dari kolonisasi bakteri di oropharynx dan gastrointestinal. Para pecandu minuman beralkohol dan pasien dengan tingkat higienitas oral yang buruk, memiliki risiko berkembang menjadi pneumonia aspirasi. Sembilan puluh persen pneumonia aspirasi disebabkan oleh organisme anaerobik. Disisi lain pasien yang diopname dengan/dipasang intubasi maupun ventilasi bisa meningkatkan prevalensi aspirasi yang pada pada akhirnya menjadi pneumonia. dan ternyata sinusitis maksillaris bisa menyebabkan pneumonia via endotracheal tube.(7) 4. Pneumonia Aspirasi Lentil Pneumonia Aspirasi Lentil adalah suatu pneumonitis granulomatous yang disebabkan disebabkan oleh aspirasi bahan material yang berasal dari tanaman kacang-kacangan seperti kacang tanah maupun kacang polong. Gangguan neurologis, kelainan struktural pharynx dan esophagus serta demensia sering dihubungkan dengan kondisi ini Secara khas nampak pada pemerisaan radiografi atau CT-scan dengan gambaran diffus atau nodul yang tidak tegas. Pada pemeriksaan patologi anatomi, hadir

dengan karakteristik granuloma epitelioid dengan atau tanpa nekrosis sentral sebagai representasi reaksi inflamasi akibat masuknya bahan tersebut kedalam paru-paru.(7) VIII. GEJALA KLINIS Penegakan Diagnosis 1. Anamnesis Ditujukan untuk mengetahui kemungkinan kuman penyebab yang berhubungan dengan faktor infeksi, meliputi evaluasi faktor pasien/predisposisi, membedakan lokasi infeksi, usia pasien dan awitan.(8) 2. Pemeriksaan fisis a. Awitan akut biasanya oleh kuman S. Pneumoniae, Streptococcus spp., Staphylococcus. Pneumonia virus ditandai dengan mialgia, malaise, batuk kering, dan nonproduktif.(8) b. Tanda fisis seperti pada tipe pneumonia klasik bisa didapatkan berupa demam, sesak napas, tanda-tanda konsolidasi paru (perkusi paru pekak, ronki nyaring, suara napas bronchial). Bentuk klasik berupa bronkopneumonia, pneumonia lobaris, atau pleuropneumonia.(8) c. Warna, konsistensi, dan jumlah sputum penting untuk diperhatikan.(8) 3. Pemeriksaan penunjang a. Pemeriksaan radiologis Pola radiologis dapat berupa pneumonia alveolar dengan gambaran air bronchogram misalnya oleh Streptococcus pneumoniae; bronkopneumonia, dan pneumonia interstisial. Distribusi infiltrat pada segmen apikal lobus bawah atau inferior lobus atas sugestif untuk kuman aspirasi. Bentuk lesi berupa kavitas dengan air fluid level sugestif untuk abses paru, infeksi anaerob, gram negatif atau amiloidosis. Pembentukan kista terdapat pada pneumonia nekrotikans/supurativa, abses, dan fibrosis akibat terjadinya nekrosis jaringan paru.(8,17) b. Pemeriksaan laboratorium Leukositosis umumnya menandai adanya infeksi bakteri ; leukosit normal/rendah dapat disebabkan oleh infeksi virus/micoplasma atau pada infeksi berat. Leukopenia menunjukkan depresi imunitas.(8,9) c. Pemeriksaan bakteriologis Bahan berasal dari sputum, darah, aspirasi nasotrakeal, aspirasi jarum transtorakal. Torakosentesis, bronkoskopi, atau biopsi.(9) d. Pemeriksaan khusus Titer antibodi terhadap infeksi virus, legionella, dan mikoplasma. Analisis gas darah dilakukan untuk menilai tingkat hipoksia dan kebutuhan oksigen.(9) Riwayat klinis penting dalam mendiagnosis pneumonia aspirasi. Sifat alami material yang teraspirasi, kuantitas, dan interval waktu sejak peristiwa aspirasi pertama kali terjadi akan mempengaruhi distribusi dan ukuran kelainan yang terjadi pada parenkim paru-paru. (3) Pasien sangat dicurigai mengalami aspirasi jika mengalami kondisi-kondisi berikut : Perubahan status mental yang berkaitan dengan stroke, intoksikasi alkohol atau obat/racun, anesthesia umum, kejang-kajang, trauma, dan gangguan berkenaan dengan metabolisme seperti hypoglycemia. (3) Gangguan neuromuskular seperti neuromuscular kekacauan merosot/mundur, distrofi muskular, atau Guillain-Barr sindrom. (3) Kelainan struktural atau anatomi seperti tumor lokal, striktur esophagus, achalasia,fistula

tracheoesophagea, atau gastroesophageal reflux desease. (3) Manifestasi klinis tergantung pada sifat alami aspirat. Beberapa penjelasan dari hal tersebut yakni : Aspirat yang berasal dari lambung (Mendelson sindrom) : Seperti sakit asma ( jika aspirat semata-mata cairan) atau obstruksi ( jika partikel ukuran sedang hingga besar dilibatkan) bisa terjadi dari aspirat. Manifestasi lain bisa dalam bentuk dispnea, takikardia, mengi, ronki, edema paru-paru, hemorrhagic tracheobronchitis, hipotensi, desaturasi oksigen atau cardiopulmonary arrest. (3) Aspirat infeksius: Kuman anaerob (Flora normal oral) menyebabkan infeksi/peradangan pada pasien yang rawat jalan, dan sedangkan kuman aerob ( yang merupakan flora normal usus, kulit, jalan napas bagian atas, dan rumah sakit) menyebabkan infeksi/peradangan pada pasien yang dirawat di rumah sakit. Pasien yang memakai ventilator lebih dari 48 jam beresiko untuk mengalami radang paru paru, abses, empyema, dan ARDS. (3) Aspirat obstruktif: gejala dan tanda tergantung pada ukuran dan tempat ( level) di mana aspirat berada. Pasien dapat mengalami atelektasis, mengi, stridor, dan hipoksia. (3) IX. GAMBARAN RADIOLOGI

Gambar 5a. Pneumonia aspirasi akut (Mendelson sindrom) pada seorang laki-laki 68 tahun yang menjalani perawatan pasca operasi obstruksi usus .Foto thoraks ini diambil kurang dari 2 jam setelah pembedahan, yang menunjukkan suatu konsolidasi fokal pada lapangan paru kanan bawah. (dikutip dari kepustakaan 12)

Gambar 5b. Pneumonia aspirasi akut Foto thoraks 24 kemudian menunjukkan edema paru-paru akut. (dikutip dari kepustakaan 12)

Gambar 6. Pasien umur 46 tahun dengan foto dada yang diambil di ICU menunjukkan edem paru bilateral. (dikutip dari kepustakaan 11)

Gambar 7 Lipoid pneumonia fire-eater pneumonia pada laki laki umur 21 tahun. Gambaran foto thorak menunjukkan nodul dengan batas tidak tegas dengan peningkatan opasitas pada kedua lapangan paru bawah. (dikutip dari kepustakaan 12)

Gambar 8. pneumonia bakterial (aspirat infeksius) Tampak bercak-bercak infiltrat pada lapangan paru kanan atas. (dikutip dari kepustakaan 8)

X. DIAGNOSIS BANDING ATELEKTASIS Kolaps pada RLL mengakibatkan pergeseran ke arah posterior dan inferior. Gambaran radiopak bentuk segitiga dapat mengaburkan penampakan arteri pulmonalis pada bagian RLL. Fissura mayor yang secara normal tidak tampak, dapat tampak pada keadaan ini. Struktur mediastinum superior dapat bergeser ke kanan, membentuk suatu superior triangle sign. 17

Gambar 9.Atelektasis pada RLL(right lower lobe), fissure mayor kanan tampak dan bergeser ke bawah EFUSI PLEURA Gambaran radiologis dengan foto thoraks adalah perselubungan homogen, sinus costophrenicus yang tidak lancip, dan meniscus sign positif.20

Gambar 10. Efusi Pleura Dextra 21 TUMOR PARU Tumor-tumor paru dapat dibedakan atas tumor primer dan tumor sekunder/matastase. Tumor

primer bisa jinak atau ganas. Gambaran radiologis pada tumor jinak bisa berupa bayangan massa dengan densitas tinggi, soliter dengan batas tegas, dan biasa tampak bintik-bintik kalsifikasi di dalamnya. Pada tumor ganas primer, gambaran radiologisnya bisa berupa hilus kanan terangkat, banyangan ganda pada knob aorta, terlihat kavitas yang eksentris, dalam lesi peripheral mass, Golden sign dan Rigler Notch Sign.20

Gambar 11. Tumor Paru pada lapangan paru sinistra21 XI. PENGOBATAN (8) 1. Terapi suportif umum a. Terapi O2 untuk mencapai PaO2 80 100 mmHg atau saturasi 95 96% berdasarkan pemeriksaan analisis gas darah. b. Humidifikasi dengan netribulizer untuk pengenceran dahak yang kental, dapat disertai nebulizer untuk pemberian bronkodilator bila terdapat bronkospasme c. Pengaturan cairan. e. Ventilasi mekanis. 2. Antibiotik Dimaksudkan sebagai terapi kausal terhadap kuman penyebabnya. - Penisilin G dosis tinggi 6 12 juta unit/hari - Ampicilin/Amoxicilin 3 4 x (500 1000) mg/hari - Eritromicin 3 4 x 500 mg/hari - Sefalosporin dosis sesuai jenis preparat - Cotrimoxazol 2 x (1 2) tablet - Dapat pula diberi klindamycin selama 1 hingga 2 minggu.(11)

XII. PROGNOSIS Prognosis sangat ditentukan oleh tingkat keparahan pneumonia, jenis organisme yang menginvasi, dan luas area paru yang terlibat. Jika terus dibiarkan maka akan berkembang pada kegagalan respirasi yang akut dan fatal yang bisa menyebabkan kematian.(18) XIII. KOMPLIKASI Penyebaran infeksi secara hematogen (bacteremia) Penurunan tekanan darah Syok Acute Respiratory Distress Syndrome

Pneumonia dengan abses paru(18,19)

Anda mungkin juga menyukai