0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
51 tayangan2 halaman
Busung perut atau asites pada ayam disebabkan oleh beberapa faktor seperti pakan berprotein tinggi, kadar garam tinggi, dan penyakit pernafasan. Gejalanya adalah perut membesar, lesu, dan sulit bernafas. Penyakit ini dapat dicegah dengan menjaga kualitas pakan, ventilasi, dan vaksinasi ayam secara teratur.
Busung perut atau asites pada ayam disebabkan oleh beberapa faktor seperti pakan berprotein tinggi, kadar garam tinggi, dan penyakit pernafasan. Gejalanya adalah perut membesar, lesu, dan sulit bernafas. Penyakit ini dapat dicegah dengan menjaga kualitas pakan, ventilasi, dan vaksinasi ayam secara teratur.
Busung perut atau asites pada ayam disebabkan oleh beberapa faktor seperti pakan berprotein tinggi, kadar garam tinggi, dan penyakit pernafasan. Gejalanya adalah perut membesar, lesu, dan sulit bernafas. Penyakit ini dapat dicegah dengan menjaga kualitas pakan, ventilasi, dan vaksinasi ayam secara teratur.
Busung perut pada ayam yang dikenal dengan istilah asites (ascites), kurang popular di kalangan peternak. Tetapi penyakit yang tidak menular ini belum bisa diobati bagaimana mencegahnya. Kejadian asites ini sering didiagnosis pada ayam pedaging di Indonesia. Penyakiit yang tidak menular ini, juga dapat ditemukan pada ayam petelur. Asites adalah suatu kedaan pada ayam yang menyebabkan terjadi penimbunan atau akumulasi cairan yang banyak di dalam rongga perut (abdomen). Kasus semacam ini dapat terjadi pada ayam broiler yang masih dalam tingkat pertumbuhan dan biasanya berakhir dengan kematian. Mengenali penyakit ini tidaklah sulit. Ayam memperlihatkan gejala perut gendut, lesu, tak nafsu makan, bulu kusam, sulit berjalan dan susah bernafas. Apabila perutnya diraba, terasa seperti balon berisi air. Jika dibedah, cairan bening, kekuningan atau kemerahan keluar dari perut tersebut. Tulangnya pucat, kulit kemerahan karena pembendungan. Kasus ini sering ditemukan, paling tidak dari 1.000 ekor ayam dapat dijumpai 10 ekor penderita asites. Namun kejadiannya akan lebih banyak, bila bersamaan dengan penyakit lain. Pada kondisi yang jelek, kematiannya bisa mencapai 30 persen. Pada ayam broiler yang berumur 4-6 minggu, volume cairan bisa lebih dari 500 ml. Sedang pada ayam dewasa, bisa lebih dari satu liter. Hal ini dapat dibayangkan bagaimana beratnya, jika ayam harus membawa cairan sebanyak itu di dalam rongga perutnya. Dan yang lebih fatal adalah desakan cairan ke dalam rongga dada sehingga mengakibatkan ayam sulit bernafas dan berakhir dengan kematiannya. Penyakit ini dapat menyerang ayam semua umur, tetapi sangat jarag diderita pada ayam di bawah umur dua minggu. Penyebab Banyak faktor penyebab asites antara lain, pakan (tingginya kadar protein dan kadar garam) dalam ransum, penyakit pernafasan dan suhu lingkungan. Ayam broiler yang diberi ransum superior, dengan kadar protein tinggi, berkecenderungan akan terjadinya asites. Sejalan dengan pertumbuhannya yang cepat, maka tuntutan kebutuhan tuuh akan oksigen juga meningkat. Untuk memenuhi kebutuhan tersebut, jantng dipaksa bekerja keras memompakan darah ke seluruh bagian tubuh. Apabila hal ini berlangsung lama, jantung akan mengalami kelelahan dan tidak lagi mampu mengalirkan darahnya secara efisien. Jantung yang membesar (lumen vertikel kanan meluas) disertai peningkatan tekanan darah paru-paru, dapat menimbulkan pembendungan pada organ hati. Akibatnya terjadi perembesan cairan plasma dari hati ke rongga perut dan keadaan itu disebut asites. Kadar garam yang tinggi juga dapat menyebabkan asites. Kebutuhan garam untuk broiler sekitar 0.1-0.2% dalam ransum. Tetapi ada kalanya kadar garam ini melonjak tanpa diduga. Ini terjadi, bila campuran tepung ikan yang digunakan dalam ransum tersebut, kualitasnya jelek (kadar garamnya 1% dalam pakan sudah bersifat racun bagi ayam dan dapat menimbulkan asites. Beberapa penyakit pernafasan, seperti kolibasilosis, ND, Infectious Bronchitis (IB) atau mikoplasmosis, dapat menyebabkan kerusakan pada paru-paru. Ini merupakan faktor pemicu terjadinya asites. Kasus busung perut sering dijumpai di peternakan ayam ras pedaging di dataran tinggi (> 1.500 m di atas permukaan laut). Namun juga pada dataran rendah. Pengendalian Asites tidak bisa diobati, tetapi dapat dicegah dengan memperbaiki manajemen pemeliharaan. Hindarkan ayam dari faktor-faktor pemicu terjadinya asites. Untuk itu, perlu ventilasi kandang yang menjamin tercukupinya udara segar yang banyak mengandung oksigen. Usahakan ayam tidak kedinginan dan kadar ammonia di dalam kandang hendaknya dijaga jangan terlalu tinggi. Sesuaikan kepadatan ayam dengan kapasitas kandang. Apabila kepadatan terlalu tinggi, sedang berat badan ayam sudah bisa dimanfaatkan untuk konsumsi, sebaiknya sebagian ayam diafkir dan dijual. Namun apabila belum bisa dikonsumsi, berikanlah vitamin C, untuk membantu mengatasi stres akibat suhu lingkungan yang ekstrem dan meningkatkan resistensi ayam terhadap penyakit serta menghilangkan pengaruh bahan toksik. Perhatikan kadar garam dalam ransum. Lakukan vaksinasi secara teratur guna mencegah munculnya penyakit pernafasan. Perlu pembatasan ransum, agar tidak berlebihan. Hal ini akan cukup menolong mengurangi jumlah ayam yang mati akibat asites. D r h . T a r m u d j i Penulis adalah Staf Peneliti pada Balitvet, Bogor Dimuat pada Tabloid Sinar Tani, 7 April 2004