Anda di halaman 1dari 2

Bila Busung Perut Menyerang Ayam

Oleh : Drh. Tarmudji


Busung perut pada ayam yang dikenal dengan istilah asites (ascites), kurang popular di
kalangan peternak. Tetapi penyakit yang tidak menular ini belum bisa diobati bagaimana
mencegahnya.
Kejadian asites ini sering didiagnosis pada ayam pedaging di Indonesia. Penyakiit yang
tidak menular ini, juga dapat ditemukan pada ayam petelur.
Asites adalah suatu kedaan pada ayam yang menyebabkan terjadi penimbunan atau
akumulasi cairan yang banyak di dalam rongga perut (abdomen). Kasus semacam ini
dapat terjadi pada ayam broiler yang masih dalam tingkat pertumbuhan dan biasanya
berakhir dengan kematian.
Mengenali penyakit ini tidaklah sulit. Ayam memperlihatkan gejala perut gendut, lesu,
tak nafsu makan, bulu kusam, sulit berjalan dan susah bernafas. Apabila perutnya diraba,
terasa seperti balon berisi air. Jika dibedah, cairan bening, kekuningan atau kemerahan
keluar dari perut tersebut.
Tulangnya pucat, kulit kemerahan karena pembendungan. Kasus ini sering ditemukan,
paling tidak dari 1.000 ekor ayam dapat dijumpai 10 ekor penderita asites. Namun
kejadiannya akan lebih banyak, bila bersamaan dengan penyakit lain. Pada kondisi yang
jelek, kematiannya bisa mencapai 30 persen.
Pada ayam broiler yang berumur 4-6 minggu, volume cairan bisa lebih dari 500 ml.
Sedang pada ayam dewasa, bisa lebih dari satu liter. Hal ini dapat dibayangkan
bagaimana beratnya, jika ayam harus membawa cairan sebanyak itu di dalam rongga
perutnya. Dan yang lebih fatal adalah desakan cairan ke dalam rongga dada sehingga
mengakibatkan ayam sulit bernafas dan berakhir dengan kematiannya. Penyakit ini dapat
menyerang ayam semua umur, tetapi sangat jarag diderita pada ayam di bawah umur
dua minggu.
Penyebab
Banyak faktor penyebab asites antara lain, pakan (tingginya kadar protein dan kadar
garam) dalam ransum, penyakit pernafasan dan suhu lingkungan.
Ayam broiler yang diberi ransum superior, dengan kadar protein tinggi,
berkecenderungan akan terjadinya asites. Sejalan dengan pertumbuhannya yang cepat,
maka tuntutan kebutuhan tuuh akan oksigen juga meningkat. Untuk memenuhi
kebutuhan tersebut, jantng dipaksa bekerja keras memompakan darah ke seluruh bagian
tubuh. Apabila hal ini berlangsung lama, jantung akan mengalami kelelahan dan tidak
lagi mampu mengalirkan darahnya secara efisien. Jantung yang membesar (lumen
vertikel kanan meluas) disertai peningkatan tekanan darah paru-paru, dapat
menimbulkan pembendungan pada organ hati. Akibatnya terjadi perembesan cairan
plasma dari hati ke rongga perut dan keadaan itu disebut asites.
Kadar garam yang tinggi juga dapat menyebabkan asites. Kebutuhan garam untuk broiler
sekitar 0.1-0.2% dalam ransum. Tetapi ada kalanya kadar garam ini melonjak tanpa
diduga. Ini terjadi, bila campuran tepung ikan yang digunakan dalam ransum tersebut,
kualitasnya jelek (kadar garamnya 1% dalam pakan sudah bersifat racun bagi ayam dan
dapat menimbulkan asites.
Beberapa penyakit pernafasan, seperti kolibasilosis, ND, Infectious Bronchitis (IB) atau
mikoplasmosis, dapat menyebabkan kerusakan pada paru-paru. Ini merupakan faktor
pemicu terjadinya asites.
Kasus busung perut sering dijumpai di peternakan ayam ras pedaging di dataran tinggi (>
1.500 m di atas permukaan laut). Namun juga pada dataran rendah.
Pengendalian
Asites tidak bisa diobati, tetapi dapat dicegah dengan memperbaiki manajemen
pemeliharaan. Hindarkan ayam dari faktor-faktor pemicu terjadinya asites. Untuk itu,
perlu ventilasi kandang yang menjamin tercukupinya udara segar yang banyak
mengandung oksigen. Usahakan ayam tidak kedinginan dan kadar ammonia di dalam
kandang hendaknya dijaga jangan terlalu tinggi.
Sesuaikan kepadatan ayam dengan kapasitas kandang. Apabila kepadatan terlalu tinggi,
sedang berat badan ayam sudah bisa dimanfaatkan untuk konsumsi, sebaiknya sebagian
ayam diafkir dan dijual. Namun apabila belum bisa dikonsumsi, berikanlah vitamin C,
untuk membantu mengatasi stres akibat suhu lingkungan yang ekstrem dan
meningkatkan resistensi ayam terhadap penyakit serta menghilangkan pengaruh bahan
toksik.
Perhatikan kadar garam dalam ransum. Lakukan vaksinasi secara teratur guna mencegah
munculnya penyakit pernafasan. Perlu pembatasan ransum, agar tidak berlebihan. Hal
ini akan cukup menolong mengurangi jumlah ayam yang mati akibat asites.
D r h . T a r m u d j i
Penulis adalah Staf Peneliti pada Balitvet, Bogor
Dimuat pada Tabloid Sinar Tani, 7 April 2004

Anda mungkin juga menyukai