Anda di halaman 1dari 26

ANALISIS JALUR

A. Pengertian Teknik analisis jalur pertama kali dikembangkan oleh Sewell Wright pada tahun 1930-an. Teknik ini digunakan untuk menguji hubungan kausal yang diduga masuk akal ( plausibility) antara satu variabel dengan variabel lain di dalam kondisi non-eksperimental. Se ara umum! prosedur analisis jalur dapat di"ormulasikan sebagai sebuah estimasi koe"isien dari seperangkat persamaan struktural linier yang menggambarkan hubungan sebab akibat (cause and effect relationships) yang dihipotesiskan oleh peneliti (#oreskog! 19$$). Se ara lebih terperin i Pedhazur (19$%) berpendapat bah&a analisis jalur merupakan sebuah metode yang digunakan untuk melihat akibat (effects) langsung dan tidak langsung dari suatu variabel yang dihipotesiskan sebagai penyebab ( causes) terhadap variabel yang diperlakukan sebagai akibat (effects). 'al yang perlu dipahami adalah bah&a sebenamya analisis jalur bukanlan suatu metode yang digunakan untuk menemukan penyebab-penyebab! akan tetapi digunakan untuk menemukan penjelasan mengenai pola-pola hubungan langsung dan tidak langsung dari suatu model kausal yang disusun berdasarkan pertimbangan-pertimbangan teoritis dan pengetahuan peneliti. (eskipun tidak esensial dalam analisis numerikal! tetapi sangat berguna jika pola-pola hubungan kausal antar variabel ditampilkan dalam bentuk gambar! yang dikenal dengan diagram jalur ( path diagram). )egunaan diagram jalur adalah untuk membantu mengkonseptualisasi masalah atau menguji hipotesis yang kompleks! dan juga untuk mengenali implikasi empirik dari teori yang sedang diuji. *alam diagram jalur dapat dilihat adanya 1

akibat langsung dan tidak langsung dari suatu variabel ke variabel lain. #ika di antara dua variabel terdapat hubungan kausal maka. harus ditentukan terlebih dahulu arah hubungan tersebut. +enentuan arah hubungan kausal ini dibuat atas dasar teori dan pengetahuan yang telah ada. 'ubungan kausal antara dua variabel yang hanya memiliki satu arah atau unidireksional disebut sebagai model yang memiliki hubungan yang recursive! dan apabila memiliki dua arah disebut nonrecursive (+heda,ur! 19$%). +enentuan arah hubungan kausal tidak selalu mudah. Sellti, ('asan, 199%) mengemukakan tiga kondisi yang harus dipenuhi untuk dapat menyatakan adanya hubungan kausal antara dua variabel! yaitu- 1) adanya kovariasi atau variasi yang beriringan antara peristi&a . dan peristi&a y! %) adanya urutan &aktu. terjadinya variasi! yang dalam hal ini variasi peristi&a . terjadi lebih a&al dari variasi peristi&a y! 3) kovariasi antara . dan y tersebut tidak hilang apabila dikontrol dengan kovariasi antara y dan variabel-variabel lain yang dapat diduga ikut menjadi penyebab terjadinya variasi pada y tersebut. )etiga syarat tersebut dapat dipenuhi dalam penelitian eksperimental yang berhasil mengontrol variabel-variabel yang bukan perlakuan. *alam penelitian yang dilakukan melalui survey hanya syarat pertama! ialah adanya kovarlasi (yang diukur dengan koe"isien korelasi)! yang dapat dipenuhi. /leh karena itu harus ada upaya lain agar syarat kedua dan ketiga dapat pula terpenuhi. Syarat kedua dapat diupayakan melalui kajian teoritik yang kuat. Syarat ketiga diupayakan dengan men akup sebanyak mungkin variabel lain yang diduga ikut menjadi penyebab atau mempengaruhi variabel terikat.

B. Variabel Eksogen dan Endogen *alam model kausal! harus dibedakan antara variabel eksogen dan endogen. 0ariabel eksogen adalah variabel yang variabilitasnya diasumsikan ditentukan oleh sebab-sebab yang berada di luar model. Sedangkan varibel endogen adalah variabel yang variasinya dapat diterangkan oleh variabel eksogen dan endogen yang berada di dalam sistem. 0ariabel endogen diperlakukan sebagai variabel terikat dalam suatu himpunan variabel tertentu mungkin juga dikonsepsikan sebagai variabel bebas dalam hubungannya dengan variabel yang lain (+edha,ur! 19$%). *itambahkan oleh 'asan (199%) bah&a disamping ada variabel eksogen dan endogen masih ada satu variabel lagi yaitu variabel kesalahan. 0ariabel eksogen adalah setiap variabel yang mempengaruhi variabel lain dan variabel endogen adalah setiap variabel yang mendapat pengaruh dari variabel lain. Sedangkan variabel kesalahan adalah semua "aktor lain yang mempengaruhi variabel endog n! dan dapat dipandang sebagai gabungan semua variabel ("aktor) eksogen yang tidak diukur plus kesalahan pengukuran. 'ubungan langsung dan tidak langsung antara variabel eksogen dengan endogen ter ermin dalam koe"isien jalur (path coefficients! p) yang sesungguhnya adalah koe"isien regresi yang telah dibakukan (beta! 1) yang diperoleh dari analisis regresi. 2kan tetapi terdapat perbedaan penting di antara dua pendekatan analisis regresi yang diterapkan pada analisis jalur dan analisis regresi sendiri. +ada analisis regresi! variabel terikat diregresikan dalam sebuah analisis tunggal (a single analysis) terhadap sernua variabel bebas. Sedangkan penerapan analisis regresi dalam analisis jalur dilakukan lebih dari sekedar analisis tunggal! artinya analisis regresi dilakukan beberapa tahap sesuai dengan struktur persamaan analisis jalur yang diajukan. +ada setiap tahap! sebuah 3

variabel yang diperlakukan sebagai variebel terikat diregresikan pada variabel-variabel yang diasumsikan sebagai variabel bebas. )oe"isien regresi baku! 1 ! yang dihasilkan merupakan koe"isien jalur pada jalur yang ada pada sekelompok variabel bebas terhadap variabel terikat. )oe"isien jalur ini mengindikasikan akibat langsung (direct effect) dari suatu variabel yang dihipotesiskan sebagai penyebab terhadap variabel yang dianggap sebagai akibat ()erlinger! 19$3). . Asu!si"Asu!si Seperti model-model analisis statistik parametrik lainnya! bah&a pengaplikasian yang memadai dari sebuah prosedur statistik untuk kepentingan pengujian hipotesis tergantung pada seberapa jauh seperangkat asumsi yang mendasari prosedur itu memenuhi syarat untuk tujuan analisis tersebut. (odel analisis jalur hanya sesuai untuk data yang memenuhi asumsi-asumsi yang berlaku bagi analisis regresi! antara lain- 1) variabel observasi berskala interval! %) linieritas ( linearity)! 3) normalitas (normality)! 4) homogenitas (homogenity atau homoscedasticity)! 5) independensi (independence)! kausal didalam sistem. (1) +ada asumsi pertama! mengindikasikan bah&a model analisis jalur o ok untuk variabel yang mempunyai skala interval atau rasio dan kurang o ok untuk variabel berskala nominal dan ordinal. #ika salah satu variabel dalam model yang dispesi"ikasikan mempunyai skala ordinal atau nominal! maka koe"isien korelasi variabel tersebut harus dihitung )emudian dengan koe"isien teknik statistik yang non-parametrik tertentu. korelasi 3) kesalahan (error) tidak berkorelasi dengan variabel bebas! 6! dan 7) 'anya ada satu arah

dihasilkan dimasukkan ke dalam matriks korelasi akan dipakai dalam analisis jalur ('asan! 199%). #alan lain yang bisa ditempuh untuk memperlakukan jenis data yang dianggap bukan sebagai 4

variabel interval! misalnya jenis data yang diperoleh dari skala 8ikert yang menghasilkan skor-skor 0! 1! %! 3! 4 dimana sebagian ahli skor-skor tersebut masih dianggap sebagai data ordinal atau 9uasi interval! meskipun ada yang langsung menganggapnya interval! maka untuk jenis data seperti itu harus diubah dahulu menjadi data interval. +engubahan atau konversi dari jenis data 9uasi interval menjadi interval dapat dilakukan dengan melakukan pembobotan (weighting) terhadap kategori-kategori ja&aban 0! 1! %! 3! dan 4 dengan menggunakan deviasi normal sehingga diperoleh data interval (:d&ards! 1957). (%) 2sumsi kedua adalah linieritas! yaitu asumsi bah&a semua hubungan antar variabel yang ada dalam model adalah hubungann yang mengikuti garis lurus! bukan garis lengkung ( curvilinear). 'ubungan yang mengikuti garis lurus artinya persamaan regresi dapat digunakan untuk melakukan prediksi ( prediction)! sedangkan bila berbentuk non-linear atau lengkung lebih sesuai digunakan untuk mengadakan eksplanasi ( explanation). ;ndikasi dari adanya hubungan yang linear dapat dilihat dari bentuk garis prediksi atau residu yang tidak membentuk pola hubungan tertentu atau terpen ar merata pada diagram pen ar residu ((+heda,ur! 19$%). (3) 2sumsi normalitas sangat penting terutama untuk kepentingan penarikan kesimpulan. +ada beberapa variabel hasil observasi enderung memiliki "rekuensi yang posisinya berada di pusat atau ditengah distribusi. *istribusi seperti ini disebut sebagai distribusi normal yang digambarkan seperti bentuk bel (bell shaped). *istribusi normal merupakan hal yang penting dalam statistik yang dipakai sebagai rujukan ( reference point) untuk menentukan ukuran normalitas tidaknya suatu distribusi data sampel. <ormalitas terjadi apabila skor pada setiap variabel dalam model mengikuti distribusi normal. <ormalitas dapat dilihat 5

dari bentuk kurva yang digambarkan dalam histogram! distribusi normal digambarkan seoerti bentuk bel. *apat juga dengan prosedur lain! yaitu dengan memeriksa ukuran yang menjadi indikasi tentang keadaan normalitas tidaknya suatu distribusi dengan jalan melihat indeks kemiringan (ske&ness) suatu kurva. 2pabila distribusi benar-benar normal! maka akan didapatkan indeks kemiringan sama dengan 0. 2kan tetapi hampir tidak mungkin mendapatkan data yang benar-benar terdistribusi se ara normal dengan indeks kemiringan sama dengan 0. ;ndeks kemiringan kurva yang digunakan sebagai ukuran normalitas adalah berkisar antara =3!0 S* sampai dengan >3 S* (<orusis! 1990). <amun ada ukuran yang agak longgar yang diberikan oleh ?oldstein (19$5) bah&a apabila didapatkan indeks kemiringan @ 0!5 S*! maka distribusi variabel tersebut tidak normal (?oldstein! 19$5A 'asan! 199%) (4) 2sumsi homogenitas sering juga disebut homoscedastisitas yaitu apabila skor-skor variabel endogen untuk setiap skor tertentu pada variabel eksogen selalu sama atau hampir sama. 2tau dengan kata lain bah&a varian kesalahan pada semua nilai 6 adalah konstan! artinya bah&a varian kesalahan adalah sama untuk semua level 6. #ika varian kesalahan berbeda untuk nilai 6 yang berbeda maka dalam distribusi itu mengindikasikan adanya heterogenitas atau sering disebut juga heteroscedasticity. +rosedur yang digunakan untuk melihat asumsi homogenitas yaitu dengan memeriksa indeks residu baku (standardized residual! zres) dalam distribusi. ;ndeks zres menunjukan besarnya rentangan standar deviasi atau penyimpangan data dari rata-rata kelompok. Semakin besar rentangannya berarti skor itu semakin menjauhi rata-ratanya! yang di dalam distribusi tersebut terdapat sejumlah skor ekstrim. yang berada di luar batas standar deviasi distribusi normal! yaitu minimal -3 S* dan maksimal >3 S*. 6

Subyek yang mempunyai skor ekstrim tinggi atau rendah atau disebut outlier akan menyebabkan bilangan-bilangan statistik hasil analisa kurang men erminkan keadaan mayoritas subyek. (asalah adanya outlier dapat diatasi dengan mengeluarkan subyek yang mempunyai skor ekstrim dari analisis! atau menganalisis tersendiri subyek-subyek yang menjadi outlier (?oldstein! 19$5A +heda,ur! 19$%) (5) 2sumsi independensi mempersyaratkan bah&a antara nilai B yang didapat harus independen terhadap satu sama lain untuk setiap nilai 6. 2sumsi ini dapat dipenuhi dengan jalan memeriksa multikolinieritas (multi- colinearity) antar variabel 6 (ultikolinieritas terjadi apabila terdapat koe"isien korelasi antar variabel eksogen (6) yang sangat tinggi! misalnya lebih besar dari 0!$0. 2da tidaknya maslah multikolinieritas dapat dilihat pada matriks korelasi. #ika ada! maka kedua variabel eksogen yang bersangkutan perlu dijadikan variabel majemuk! atau dipilih salah satu saja sedangkan lainnya dikeluarkan dari model ('asan! 199%A ?oldstein! 19$5A +heda,ur! 19$%). (3) 2sumsi bah&a variabel kesalahan tidak berkorelasi dengan variabel-variabel yang mun ul lebih dahulu dalam suatu model analisis jalur! mengimplikasikan bah&a variabel-variabel yang relevan saja yang masuk di dalam model adalah yang akan diuji. 2tau dengan kata lain! bah&a variabel-variabel yang tidak masuk dan berada diba&ah variabel kesalahan diasumsikan menjadi tidak berkorelasi dengan variabel yang relevan. Setiap variabel endogen dikonsepsikan sebagai kombinasi linier dari variabel-variabel eksogen dan endogen di dalam model dan kesalahan. 0ariabel eksogen dianggap sebagai variabel yang terberikan ( givens). /leh karena itu! jika variabel eksogen berkorelasi diantara mereka sendiri! korelasi sema am ini dianggap sebagai terberikan dan dikategorikan sebagai unanalyzed (+heda,ur! 19$%). 7

(7) 2sumsi mengenai adanya satu arah jalur di dalam model! mengindikasikan bah&a arah jalur yang mengandung arti hubungan timbal balik (reciprocal) di dalam suatu model analisis jalur menjadi diabaikan. Satu arah jalur di dalam model analisis jalur dikenal dengan sebutan model rekursi" (re ursive models). 2rah jalur dalam model rekursi" dengan demikian menggunakan arah jalur yang disebut sebagai unidire tional. *inyatakan se ara berbeda berarti bah&a dalam &aktu yang bersamaan suatu variabel tidak dapat menjadi variabel sebab ( ause) sekaligus sebagai variabel akibat (effect) terhadap variabel lain. 0ariabel yang diperlakukan sekaligus menjadi sebab dan akibat dalam suatu model analisis jalur disebut sebagai model nonrekursi" (nonre ursive model) yang bisa dianalisis dengan baik oleh analisis selain teknik analisis jalur! yaitu 8inear Stru tural Celation atau terkenal dengan sebutan 8;SC:8 yang dikembangkan oleh #oreskog (+heda,ur! 19$%). 2da lagi satu persyaratan yang terdapat dalam analisis jalur dan tidak terdapat dalam analisis regresi! yaitu bah&a model yang dispesi"ikasi harus teridenti"ikasi (identi"ied). Suatu model dikatakan teridenti"ikasi apabila setiap koe"isien dalam model yang harus dihitung benar-benar dapat dihitung dan menghasilkan suatu bilangan yang pasti. +ersyaratan ini dapat dianalogikan dengan aljabar! jika ada dua bilangan (koe"isien) yang tidak diketahui maka harus tersedia dua persamaan yang disajikan. #ika hanya tersedia satu persamaan! maka kedua koe"isien itu tidak memiliki nilai yang pasti. *engan kata lain tidak dapat dihitung. 'al ini menjadi masalah penting terutarna pada model nonrekursi" yang memiliki banyak variabel. /leh karena itu di dalam analisis jalur harus dipenuhi suatu. persyaratan agar ia menjadi model kausal yang teridenti"ikasi! yaitu bah&a jumlah persamaan yang

ada harus sama dengan jumlah parameter yang akan diestimasi (+heda,ur! 19$%A 'asan! 199%). #. Prosedur dala! analisis $alur +enerapan model analisis hubungan kausal dalam analisis data ditempuh komputer dengan analisis beberapa jalur! ara. Disa digunakan for program of misalnya! Program Analysis

Structural Equations (+2S:) (Eol"e! 19$3) atau bisa digunakan inear Structural !elations (8;S;C:8) (#oreskog! 19$$). Fara lain adalah dengan menghitung koe"isien regresi baku (beta! ") dengan menggunakan program S+SS. )oe"isien regresi baku (beta! ") yang dihasilkan dari persaman regresi merupakan koe"isien jalur (path coefficients# p) (<orusis! 1990A +heda,ur! 19$%). 8angkah a&al yang harus dilakukan sebelum menghitung koe"isien yang jalur adalah oleh menetapkan penalaran terlebih dahulu Daru model konseptual hubungan kausal antara variabel-variabel yang diteliti ditopang teoritik. kemudian perhitungan-perhitungan statistik dapat dilanjutkan. Sebagai hubungan ontoh dari penerapan analisis jalur dapat diambilkan antara kerja! sumber stress di tempat bahaya kerja! dan iklim sikap dari penelitian Einarsunu (%000) yang mengkaji tentang pola-pola keselamatan kesadaran terhadap

terhadap keselamatan kerja dengan perilaku berbahaya. +enelitian dilakukan terhadap 355 orang karya&an bagian produksi yang bekerja di 3 pabrik besi dan baja! yaitu +T. )rakatau Steel Filegon! +T. (a.imangando ;ndustry dan +T. ;nter&orld Steel (ilils ;ndonesia yang berlokasi di Tangerang #akarta. Derdasarkan kajian teoritik dari penelitian tersebut diperoleh suatu pemahaman tentang model konseptual hubungan antar variabel. (odel konseptual hubungan antar variabel tersebut dikembangkan dari suatu pertanyaan penelitian! sebagai berikut9

Gmelalui pola yang bagaimanakah yang memungkinkan antara variabel-variabel sumber stress di tempat kerja! iklim keselamatan kerja! kesadaran terhadap bahaya dan sikap terhadap keselamatan kerja berhubungan dengan terbentuknya prilaku berbahayaHI. +ertanyaan ini mengarah kepada upaya untuk melihat pola hubungan antara variabel eksogen (bebas) terhadap variabel endogen (terikat). 2pakah hubungan tersebut memiliki pola langsung! dimana variabel eksogen tanpa melalui variabel perantara memiliki koe"isien hubungan yang signi"ikan dengan variabel endogen! ataukah pola hubungan tidak langsung dimana variabel eksogen memiliki koe"isien hubungan yang signi"ikan dengan variabel endogen setelah melalui variabel perantara. (odel konseptual divisualisikan dalam gambar 13. e1 e3

3 5

e5

e%

e4

?ambar 13- (odel konseptual hubungan antar variabel. (1) Sumber stress di tempat kerja! (%) ;klim keselamatan kerja! (3) )esadaran terhadap bahaya! (4) Sikap terhadap keselamatan kerja! dan (5) +erilaku berbahaya. Setiap variabel endogen di dalam model kausal digambarkan oleh sebuah persamaan yang di dalamnya terdiri variabel yang diasumsikan menjadi terikat (dependent) dan suatu variabel yang menggambarkan kesalahan (error# residual) atau variabel yang berada di luar model yang diajukan. Setiap variabel 10

eksogen

dalam

persamaan

yang

memiliki

koe"isien

jalur

mengindikasikan tentang jumlah perubahan yang diharapkan dalam variabel terikat sebagai hasil dari sebuah unit perubahan dalam gambar variabel 13 bebas. +ersamaan-persamaan sebagaimana yang pada semua pada variabel di&ujudkan dalam bentuk skor standar ( z score) dalam adalah terdapat persamaan-persamaan (1.a-e). J1 J% J3 J4 J5 K e1 K e% K +31 J1 > +3% J% > e3 K +41 J1 > +4% J1 > +43 J3 > e4 K +51 J1 > +5% J% > +53 J3 > +54 J4 > e5 Derdasarkan persamaan-persamaan (1.a) (1.b) (1. ) (1.d) (1.e) standar (1.a-e)

dapat diterangkan bah&a model konseptual pada gambar 13 menghasilkan 3 struktur persamaan (,3-5) sesuai dengan jumlah variabel yang diasurnsikan sebagai variabel endogen yaitu variabel-variabel 3! 4! dan 5! dimana pnm artinya koe"isien jalur variabel n terhadap m dan en adalah kesalahan pada variabel n. J1 K e1 mengindikasikan bah&a variabel 1 merupakan variabel eksogen yang indeksnya digambarkan oleh kesalahan e1 sehingga variabel 1 tidak masuk dalam model. *emikian juga ,%Ke% mengindikasikan bah&a variabel % merupakan variabel eksogen yangindeksnya digambarkan oleh kesalahan sehingga variabel % juga tidak masuk dalam model. Seperti telah didiskusikan dalam kajian asumsi! bah&a variabel kesalahan diasumsikan tidak berkorelasi dengan variabel-variabel lain yang ada di dalam persamaan juga dengan variabel-variabel yang mun ul lebih dahulu di dalam model. (isalnya e1 tidak berkorelasi dengan variabel 1! e% tidak 11

berkorelasi dengan variabel %! e3 tidak berkorelasi dengan variabel 1! %! 3! e4 tidak berkorelasi dengan variabel 1! %! 3! 4! dan e5 tidak berkorelasi dengan variabel 1! %! 3! 4! dan 5. 2sumsi mengenai keadaan ini memiliki implikasi bah&a diantara kesalahan-kesalahan dalam persamaan tersebut tidak berkorelasi satu sama lain. Lntuk menghitung koe"isien jalur dengan mendasarkan diri pada asumsi kesalahan tersebut dapat digunakan rumus regresi baku (beta! 1) dengan menggunakan metode kuadrat terke il (least squares) (+heda,ur! 19$%). +roses penghitungan koe"isien jalur dapat dilakukan dengan merujuk pada persamaan (1. -e)! sehingga akan dihasilkan persamaan-persamaan koe"isien jalur sebagaimana terdapat dalam persamaan (%.a-i) berikut ini. (1) )oe"isien jalur yang mengindikasikan pengaruh ( effect) variabel 1 terhadap variabel 3 (+31) adalah sebagai berikutJ3 r13 r13 r13 K +31 J1 > +3% J% > e3 K MNO P J1 (+31 J; > +3% J%) K +31 > +3% e% K +31 (%.a) (1. )

)oe"isien jalur yang mengindikasikan pengaruh ( effect) variabel % terhadap variabel 3 (+1%) adalah sebagai berikutJ3 r%3 r%3 r%3 K +31 J1 > +3% J% > e3 K MNO P J1 (+41 J; > +4% J% > +43 J3) K +3% > +31 e1 K +3% (%.b) (1. )

(%) )oe"isien jalur yang mengindikasikan pengaruh (e""e t) variabel 1 terhadap variabel 4 (p41) adalah sebagai berikut12

J4 r14 r14

K +14 J1 > +4% J% > +43 J3 > e34 K MNO P J1 (+41 J; > +4% J% > +43 J3) K +41 > +4% e% > +43 r13

(1.d) (%. )

)oe"isien jalur yang mengindikasikan pengaruh ( effect) variabel % terhadap variabel 4 (+4%) dan pengaruh variabel 3 terhadap variabel 4 (+43) dihitung dengan menggunakan persamaan (1.d) hasi;nya sebagai berikutr%4 r34 K +41 e; > +4% K +41 > r13
>

>

+43 r%3

(%.d) (%.e)

+4% r%3 > +43

(4) )oe"isien jalur yang mengindikasikan pengaruh ( effect) variabel 1! %! 3! dan 4 terhadap variabel 5 (+51)! (+5%)! (+53)Q dan (+54) dihitung menggunakan persamaan (1.e) hasilnya sebagai berikutJ5
r15 r 15 r %5

K +51 J; > +5%


K

J %

> +53

J 3

> +54
r

J 4

>

(1.e) (%.") (%.g) (%.h) (%.i)

MNO P J1 (+51J1 > +5%J% > +53J3 > +54J4


14 r %4

K +51> +5% e % > +!3 r!3 > +54 K +5!e! > +5% > +.3 r%3 > +.4
r %3

K +5! r!3 > +5%


r 4

> +53 > +54


r %4

r 3l

K +!r( > +5%

> +53 r!4> +.4

Sebagaimana terdapat dalam persamaan-persamaan analisis jalur tersebut di atas! jumlah pada masing-masing variabel dalam persamaan tersebut berupa skor baku (z scores)! dengan demikian akan diperoleh koe"isien regresi baku (beta! 1) yang juga merupakan koe"isien regresi! 13 jalur! p. (eskipun ada sama-sama yang digunakan analisis namun perbedaan

mendasar di antara dua pendekatan analisis regresi vang diterapkan pada analisis jalur dengan yang diterapkan dalam analisis regresi itu sendiri. +ada analisis regresi! variabel terikat diregresikan dalam sebuah analisis tunggal ( a single analysis) terhadap semua variabel bebas. Sedangkan penerapan analisis regresi dalam analisis jalur dilakukan beberapa tahap sesuai jumlah struktur persamaan analisis jalur yang diajukan. +ada setiap tahap! sebuah variabel. yang diperlakukan sebagai variabel endogen (terikat) diregresikan pada variabel-variabel yang diasumsikan sebagai variabel eksogen (bebas). *engan demikian apabila ingin mengetahui koe"isien jalur pada model konseptual seperti yang terdapat pada gambar 9 maka akan membutuhkan 3 kali analisis regresi! yaitu sesuai dengan jumlah persamaan struktural dari variabel yang dihipotesiskan sebagai variabel endogen. )oe"isien meregresikan jalur pada 3 +31 dan +3% 1 dan diperoleh % dengan variabel terhadap sebagaimana

persamaan (%.a dan %.b). )oe"isien jalur untuk + 41! +4%! dan +43 diperoleh dengan meregresikan variabel 4 terhadap 1! %! dan 4 sebagaimana persamaan (%. ! %.d! %.e). Sedangkan koe"isien jalur untuk +51Q +5% +53Q dan +54 diperoleh dengan jalan meregresikan variabel 5 terhadap variabel 1! %! 3 dan 4 sebagaimana persamaan (%."-i). *emikian juga dapat dihitung koe"isien jalur untuk variabel-variabel kesalahan! e (error# residual) pada masing-masing persamaan. )oe"isien kesalahan dapat dihitung sebagai berikut- e3 K e4 K 1- CR4.1%3 dan e5 K 1- CR5.1%34 E. #eko!%osisi &orelasi Salah satu keunggulan dari teknik analisis jalur adalah adanya suatu usaha untuk melakukan dekomposisi terhadap korelasi antara variabel eksogen dengan endogen! dimana hal ini akan 14 1- CR31%

meningkatkan interpretasi terhadap pola-pola hubungan atau pengaruh dari satu variabel terhadap variabel yang lain. (elalui dekomposisi korelasi akan didapatkan in"ormasi tentang komponen-komponen- (1) hubungan langsung ( $irect Effect# $E)! hubungan tidak langsung (%ndirect Effects# %E)! (3) takteranalisa (&nanalyzed# u) yang disebabkan oleh saling berkorelasinya variabel penyebab (causes) dan (4) palsu (Spurious# S) karena memiliki variabel penyebab yang sama. +ola-pola hubungan yang berjenis *: dan ;: adalah komponen-komponen hubungan kausal sedangkan L dan S merupakan komponen hubungan yang non-kausal (+heda,ur! 19$%A *enton! 19$1A Eol"le!19$3). /leh karena penelitian ini memusatkan diri pada analisis hubungan kausal di antara variabel-variabel yang diteliti! maka komponen-komponen hubungan yang berjenis *: dan ;: saja yang dipergunakan dalam uji hipotesis! sementara L dan S akan diabaikan. +ola hubungan yang berjenis *: ditunjukan oleh besaran koe"isien jalur (pnm) yang diperoleh dari koe"isien analisis regresi baku (nm) pada variabel endogen terhadap eksogen. Sedangkan pola hubungan ;: adalah bagian koe"isien jalur (total) yang dapat dila ak se ara kausalitas melalui variabel perantara. +rosedur yang biasa digunakan untuk menentukan besarnya ;: adalah dengan jalan mengalikan koe"isien jalur-koe"isien jalur yang mele&ati variabel perantara pada hubungan antar variabelvariabel tersebut. 'asil penjumlahan antara koe"isien jalur *: dan ;: disebut koe"isien total ('otal (oefficient) atau koe"isien jalur (Path (oefficient) (Eol"e!19$3A *enton! 19$$1). 'asil dekomposisi koe"isien korelasi berdasarkan persamaan-persamaan yang dikemukakan sebelumnya adalah sebagai berikut-

15

r13 K +31 > +3% e% K +31 *: r%3 K +41 e% > +31 e1 K +3% *: r14 K +31 > +3% e% > +43 r13 K +41 > +43 +31 *: ;: r%4 K +41 e1 > +4% e% > +43 r%3 K +4% > +43 +3% *: ;: r34 K +41 r13 > +4% r%3 > +43 K +41 +31 > +4% +3% > +43 S S *: r15 K +51 +5% e% > +53 r13 > +54 r14 K +51 > +53 +31 > +54 +41 > +54 +43 +31 *: r%5 K +51 e1 *: r35 K +51 r13 S r45 K +51 r14 S S
> >

(%.a)

(%.b)

(%. )

(%.d)

(%.e)

(%.") ;: (%.g) ;: (%.h) S IE (%.i) S S *:

;:

;:

+5% > +53 r%3 > +54 r%4 ;: ;:

K +5% > +53 +3% > +54 +4% > +54 +43 +3% +5% r%3> +53 r%3 > +54 r34 DE S

K +51 +31 > +5% +3% > +53 > +54 +41 +31 > +54 +41 +31 >+54 +43 S
>

+5% r%4> +53 r34 > +54 S


>

K +51 +41 > +51 +43 +31 > +5% +4% > +5% +43 +3% S S > +53 +41 +31 > +53 +4% +3% +53 +43 > +54

16

'. (i%otesis +rosedur selanjutnya yang akan ditempuh setelah koe"isien jalur ditemukan adalah melakukan uji hipotesis! yaitu dengan jalan memeriksa batas penerimaan-penolakan tara" signi"ikansi statistik dari koe"isien jalur yang dihasilkan. 'ipotesis alternati" yang diajukan adalah sebuah hipotesis yang dikembangkan dari model konseptual hubungan antar variabel (gambar 13) yang disederhanakan sebagai berikut0ariabel Debas Sumber Stress Ditempat Kerja Kesa#aran er!a#ap $a!a%a &erilaku $erba!a%a Iklim Keselamatan Kerja Sikap !p Kese"amatan Kerja 0ariabel Terikat

?ambar 14- (odel )onseptual 'ubungan 2ntar 0ariabel Lji hipotesis dalam penelitian ini dilakukan terhadap bentuk nihil dari hipotesis alternati" yang diajukan berdasarkan model konseptual hubungan antar variabel (gambar 14) tersebut. +rosedur yang ditempuh dalam uji hipotesis adalah dengan jalan memeriksa batas penerimaan-penolakan tara" signi"ikansi statistik dari koe"isien jalur yang dihasilkan. )oe"isien jalur (+) adalah koe"isien regresi baku! 1. (enurut +heda,ur (19$%) ada dua ara yang dapat ditempuh untuk menentukan koe"isien yang sa ara statistik apakah " termasuk dalam

signi"ikan atau tidak! yaitu dengan memeriksa rasio t dan rasio ). 2pabila rasio t yang dihasilkan lebih ke il dari pada rasio t dalam tabel maka koe"isien jalur pada variabel tersebut tidak signi"ikan. *emikian juga didalam penggunaan rasio ) telah dikenal suatu kriteria umum! yaitu apabila tara" signi"ikansi rasio 17

) pada )*+,+, maka koe"isien jalur pada variabel tersebut tidak signi"ikan. )oe"isien jalur yang tidak dapat signi"ikan memiliki konsekuensi antara lain '0 tidak ditolak dan jalur

kausalitas terhadap variabel endogen tersebut harus dihapus karena tidak ada hubungan langsung antara variabel eksogen dengan variabel endogen dalam model tersebut. Sebagaimana sudah diuraikan! koe"isien jalur dalam penelitian tersebut dihitung melalui 3 persamaan struktural yang akan memerlukan 3 tahap analisis regresi. (asing-masing persamaan struktural itu adalah sebagai berikutJ3 J4 J5 K +31 J1 > +3% J% > e3 K +41 J1 > +4% J1 > +43 J3 > e4 K +51 J1 > +5% J% > +53 J3 > +54 J4 > e5 (1. ) (1.d) (1.e)

Derdasarkan hasil perhitungan analisis regresi pada persamaan (1. -e) dengan menggunakan program komputer S+SSS+F> T( 4.0 dapat diperoleh in"ormasi tentang koe"isien jalur ( p) sebagaimana terdapat pada tabel 97 berikut ini. Tabel 97- )oe"isien #alur antara 0ariabel :ksogen terhadap 0ariabel :ndogen
N o 1 % 3 4 5 3 7 $ 9 (ubungan Antar Variabel Sumber stress ditempat kerja *engan perilaku berbahaya ;klim keselamatan kerja dengan prilaku berbahaya )esadaran terhadap behaya dengan prilaku berbahaya Sikap terhadap keselamatan kerja dengan prilaku berbahaya Sumber stress di tempat kerja dengan kesadaran terhadap bahaya ;klim keselamatan kerja dengan kesadaran terhadap bahaya Sumber stress ditempat kerja dengan sikap terhadap keselamatan kerja ;klim keselamat kerja dengan sikap terhadap keselamatan kerja )esadaran terhadap bahaya dengan sikap terhadap keselamatan kerja La!" bang &oe-. % 0!%1 0!07 -0!15 -0!53 0!03 0!43 0!03 0!3% 0!3% Rasio ' 0!00 0!%7 0!00 0!00 0!49 0!00 0!3% 0!00 0!00 &eterangan Signi"ikan Tdk Signi"ikan Signi"ikan Signi"ikan Tdk Signi"ikan Signi"ikan Tdk Signi"ikan signi"ikan signi"ikan

P*+ P*, P*P*. P-+ P-, P.+ P., P.-

18

Derdasarkan

koe"isien

jalur

yang

telah

dihitung

sebagaimana terdapat dalam tabel 97 dapat disusun sbuah model empirik hubungan antar variabel yang divisualisasikan dalam diagram jalur sebagaimana terdapat pada gambar 15. Sumber Stress Ditempat Kerja Kesa#aran er!a#ap $a!a%a
+51 (0!%1)

+53 (-0!15) &erilaku $erba!a%a +54 (-0!53)

+3% (0!43) +43 (0!3%) Iklim Keselamatan Kerja +4%(0!3%) Sikap !p Kese"amatan Kerja

?ambar 15- (odel :mirikal 'ubungan 2ntar 0ariabel. Derdasarkan hasil perhitungan koe"isien jalur tersebut di atas maka analisis data dapat dilanjutkan kepada proses dekomposisi korelasi antara variabell eksogen dengan endogen dengan tujuan menemukan besarnya koe"isien pada pola hubungan langsung! $irect Effect (*:) dan hubungan tidak langsung! %ndirect Effect (;:). +roses dekomposisi dalam penelitian ini akan dilakukan pada koe"isien jalur yang signi"ikan saja. Tabel 9$- *ekomposisi 'ubungan )ausal thd 0ariabel +erilaku Derbahaya (y)
#ari Variabel Sumber stress di tempat kerja (61) )esadaran terhadap bahaya (63) (elalui (64) Sikap keselamatan kerja (64) ;klim keselamatan kerja (6%) (elalui (64) ;klim keselamatan kerja (6%) (elalui (64) ;klim keselematan kerja (6%) (elalui (63 dan 64) #E 0!%1 -0!15 0!53 0!00 0!00 0!00 IE 0!00 0!17 0!00 0!07 0!33 0!0$ .otal 0!%1 -0!3% -0!53 -0!07 -0!33 -0!0$

19

Derdasarkan

hasil-hasil

perhitungan

dekomposisii

tersebut di atas maka dapat dilakukan interpretasi data dengan mengadakan estimasi yang lebih eksak yaitu. dengan jalan menghitung proporsi variasi variabell perilaku berbahaya ( y) yang dapat dijelaskan atau diprediksi melalui variasi variabelvariabel x1! x%! x3! dan x4 +roporsi ini biasa dinyatakan dalam persentase varian. y yang dapat dijelaskan atau diprediksi melalui variasi .. +roporsi ini disebut explained variance atau sumbangan e"ekti". Desarnya sumbangan e"ekti" dapat di ari dengan jalan mengalikan koe"isien jalur (p) dengan koe"isien korelasi (r) produ t moment (zero order) untuk sebuah variabel bebas tertentu (matriks korelasi antar variabell dapat diperiksa pada tabel 99). .abel //0 1atriks &orelasi Antar Variabel
Variabel 1 % 3 4 5 2 1!0000 -0!0034 0!0%93 0!0331 0!1$35 3 1!0000 0!4305 0!7347 0!4031 4 1!0000 0!3043 -0!4355 5 1!0000 0!5317 , 1!0000

)eterangan- (1) Sumber stress di tempat kerja!. 1 (%) iklim keselamatan kerja!.%! (3) )esadaran terhadap bahaya .3! (4) Sikap terhadap keselamatan kerja!. 4! dan. (5) +erilaku berbahaya!B. Sumbangan e"ekti" variabel-variabel .1! .% ! .3 ! dan .4 terhadap B adalah sebagaimana yang terdapat dalarn tabel 100 berikut ini.abel 2++0 Su!bangan E-ekti- terhada% Variabel Perilaku Berbaha6a 768 20

#ari Variabel Sumber stress di tempat kerja (61) )esadaran terhadap bahaya (63) (elalui (64) Sikap keselamatan kerja (64) ;klim keselamatan kerja (6%) (elalui (64) ;klim keselamatan kerja (6%) (elalui (64) ;klim keselematan kerja (6%) (elalui (63 dan 64) Ju!lah 9abungan

#E
0!%1 (0!19) 0!040 -0!15 (0!44) 0!033 -0!53 (0!53) 0!%97 -

IE
-

.otal
0!047

0!17 (-0!44) 0!075 0!07 (-0!41) 0!0%9 -0!33 (0!41) 0!135 -0!0$ (0!41) 0!033 +,3:3

0!141

0!%97 -

+,5+4

0!197 +,;:,

Derdasarkan hasil perhitungan sumbangan e"ekti" seperti yang terdapat dalam tabel 100 dapat disimpulkan bah&a 37!5T dari variasi perilaku berbahaya (y) dapat dijelaskan atau diprediksi melalui variasi variabel-variabel .! dengan rin ian %9!7T melalui sikap terhadap keselamatan kerja (.1)! 19!7T melalui iklim keselamatan kerja (.%)Q 14!1T melalui kesadaran terhadap bahaya (.3) dan 4!0T melalui sumber stress di tempat kerja (.4). Sedangkan sisanya yaitu 3%!5T tidak dapat dijelaskan melalui keempat variabel bebas tersebut. Sebagian dari sisa ini mungkin dapat dijelaskan melalui variabel lain di luar keempat variabel yang diteliti dan sebagian lainnya merupakan variasi akibat kesalahan pengukuran. Se ara keseluruhan! sisa ini disebut "aktor kesalahan (error terms) atau varian yang takterjelaskan (unexplained variance). Sedangkan untuk pembuktian hipotesis dalam penelitian ini dapat dikemukakan sebagai berikut1. 'ubungan antara sumber stress di tempat kerja dengan perilaku berbahaya sumber stress di tempat kerja tidak memiliki pola hubungan tidak langsung dengan perilaku berbahaya! akan tetapi memiliki pola hubungan langsung yang 21

signi"ikan (p51 K 0!%1) dan memiliki sumbangan e"ekti" sebesar 0!040 artinya bah&a proporsi varian perilaku berbahaya yang dapat dijelaskan oleh variabell sumber stress di tempat kerja hanya sebesar 4!0T. (eskipun hubungannya dengan perilaku berbahaya adalah hubungan yang langsung namun derajat hubungannya itu merupakan yang terendah bila dibandingkan dengan variabel-variabel lain yang sumbangan e"ekti"nya lebih tinggi. %. 'ubungan antara iklim keselamatan kerja dengan perilaku berbahaya hubungan lklim keselamatan dengan kerja perilaku tidak memiliki pola langsung berbahaya! namun

memiliki 3 pola hubungan tidak langsung yang signi"ikan. +ertama! pola hubungan tidak langsung melalui variabel sikap terhadap keselarnatan kerja (+54 +4% K -0!33) dengan sumbangan e"ekti" sebesar 13!5T! kedua melalui dua variabel sekaligus yaitu kesadaran terhadap bahaya dan sikap terhadap keselamatan kerja (+54 +43 +3% K -0!0$) dengan. sumbangan e"ekti" sebesar 3!3T! dan ketiga melalui kesadaran terhadap bahaya (+53 +3% K -0!07) dengan sumbangan e"ekti" sebesar %!9T. *ari ketiga pola hubungan tidak langsung antara iklim keselamatan kerja dengan perilaku berbahaya tersebut dapat dilihat bah&a disamping memiliki sumbangan e"ekti" paling tinggi yaitu 13!5 T! sikap terhadap keselamatan kerja se ara bersama-sama setelah melalui kesadaran terhadap bahaya juga memiliki sumbangan e"ekti" sebesar 3!3T terhadap perilaku berbahaya! dan seperti diketahui bah&a sumbangan e"ekti" dari variabel perantara kesadaran terhadap bahaya adalah lebih ke il dari padanya! yaitu %!9T. Derdasarkan kenyataan ini dapat disimpulkan bah&a meskipun tidak memliki hubungan langsung dengan terbentuknya perilaku berbahaya akan. tetapi setelah melalui variabel perantara kesadaran terhadap bahaya 22

dan terutama variabel sikap terhadap keselamatan kerja! terlihat bah&a variabel tidak dengan iklim keselamatan e"ekti" kerja memiliki perilaku perilaku hubungan berbahaya langsung dengan terbentuknya terhadap

sumbangan

berbahaya yang ukup tinggi! yaitu 19!7T. 2pabila dilihat dari perbandingan tinggi rendahnya sumbangan e"ekti" yang terjadi dalam hubungan-hubungan tidak langsung antara variabel iklim keselamatan kerja dengan terbentuknya perilaku berbahaya yang terjadi setelah melalui variabel kesadaran terhadap bahaya dan sikap terhadap keselamatan kerja! dapat diketahui bah&a dari 19!7T sumbangan e"ekti" keseluruhan iklim keselamatan kerja! mayoritas (13!5T) merupakan sumbangan e"ekti" yang berasal dari sikap terhadap keselamatan kerja! 3!3T gabungan antara sikap terhadap keselamatan kerja dengan kesadaran terhadap bahaya lan sisanya sebesar %!9T berasal dari kesadaran. terhadap bahaya. Derdasarkan temuan ini dapat disimpulkan bah&a sikap terhadap keselamatan kerja merupakan keselamatan variabell kerja perantara tidak dengan yang paling baik didalam iklim jika menjembatani hubungan langsung perilaku antara

berbahaya

dibandingkan dengan variabel kesadaran terhadap bahaya. 3. 'ubungan antara kesadaran terhadap bahaya dengan perilaku berbahaya. )esadaran terhadap! bahaya memiliki pola hubungan langsung (p53 K -0!15) sekaligus tidak langsung (+54 +43 K -0!17) yang signi"ikan dengan perilaku berbahaya. Sumbangan e"ekti" untuk pola hubungan langsung sebesar 3!3T sedangkan pola hubungan tidak langsung melalui variabel sikap terhadap keselamatan kerja diperoleh sumbangan e"ekti" sebesar 7!5T. *ari besarnya sumbangan e"ekti" ini dapat disimpulkan bah&a kesadaran terhadap bahaya memiliki hubungan tidak langsung melalui sikap terhadap keselarnatan 23

kerja

yang

lebih

kuat

dengan

perilaku

.berbahaya

jika

dibandingkan dengan pola hubungan langsungnya. 2rtinya bah&a hubungan antara kesadaran terhadap bahaya dengan perilaku berbahaya akan menjadi lebih kuat jika melalui sikap! terhadap keselarnatan kerja. Derdasarkan temuan ini maka dapat disimpulkan bah&a sikap! terhadap keselamatan kerja merupakan satu-satunya variabel dalam penelitian ini yang dapat menjadi variabel perantara yang dapat menjembatani hubungan tidak langsung antara variabell kesadaran terhadap bahaya dengan perilaku berbahaya. 4. 'ubungan antara sikap terhadap keselamatan kerja dengan perilaku berbahaya. Sikap terhadap keselamatan kerja tidak memiliki pola hubungan tidak langsung dengan perilaku berbahaya! namun memiliki pola hubungan langsung yang signi"ikan (p54K -0!53) dan memiliki sumbangan e"ekti" sebesar 0!%97. 2rtinya proporsi varian perilaku berbahaya yang dapat dijelaskan atau diprediksi melalui variabel sikap terhadap keselamatan kerja adalah sebesar %9!7T. Sumbangan e"ekti" sebesar itu merupakan! sumbangan e"ekti" yang paling tinggi jika dibandingkan dengan sumbangan e"ekti" yang dimiliki variabel-variabel lain. Sebagaimana terdapat dalam tabel 100 besarnya sumbangan e"ekti" pada pola hubungan langsung antara kesadaran terhadap bahaya dengan perilaku berbahaya sebesar 3!3T dan besarnya sumbangan e"ekti" sumber stress dii tempat kerja terhadap perilaku berbahaya sebesar 4!0T. Derdasarkan pembuktian hipotesis yang telah dilakukan maka dapat dibuat beberapa kesimpulan penting! (1) variabel sumber stress di tempat kerja! kesadaran terhadap bahaya dan sikap terhadap keselamatan kerja memiliki hubungan langsung dengan terbentuknya perilaku berbahaya! sedangkan iklim keselamatan kerja tidak. (%) Semua proporsi varian perilaku 24

berbahaya pada semua pola hubungan yang terjadi (ke uali pada hubungan yang berasal dari sumber stress di tempat kerja) dapat dijelaskan atau diprediksi dengan baik melalui variabel sikap terhadap keselarnatan kerja. *alam pola hubungan langsung dengan perilaku berbahaya! sikap terhadap keselamatan kerja memiliki sumbangan e"ekti" yang paling tinggii dibanding variabel lain. Sebagai variabel perantara dalam pola hubungan tidak langsung antara iklim keselamatan kerja dengan perilaku berbahaya! ia memberi kontribusi pada terbentuknya sumbangan e"ekti" yang lebih tinggi dari pada sumbangan e"ekti" karena variabel kesadaran terhadap bahaya. *en-8ikian juga dalam pola hubungan tidak langsung antara kesadaran terhadap bahaya dengan perilaku berbahaya! sikap keselamatan kerja sebagai variabel perantara memberikan sumbangan e"ekti" yang lebih tinggi yang menjadikan hubungan tidak langsung itu menjadi lebih kuat dari pada hubungan langsungnya. (3) Sikap terhadap keselamatan kerja merupakan variabel dengan sumbangan e"ekti" yang paling tinggi diantara variabel-variabel perilaku lain dalam menentukan variabel terbentuknya berbahaya! sedangkan

diba&ahnya se ara berturut-turut adalah iklim keselamatan kerja! kesadaran terhadap bahaya dan variabel yang memiliki hubungan paling rendah atau lemah dengan terbentuknya perilaku berbahaya adalah sumber stress di tempat kerja. (4) *engan demikian variabel sikap terhadap keselamatan kerja merupakan suatu. variabell paling menentukan terbentuknya perilaku berbahaya dalam kajian ini! disamping karena ia memiliki hubungan yang paling kuat dengan terbentuknya perilaku berbahaya se ara langsung! tetapi juga karena ia menjadi variabel perantara yang paling dapat menjelaskan terbentuknya perilaku berbahaya se ara tidak langsung jika 25

dibandingkan dengan variabel-variabel lain yang digunakan dalarn penelitian ini seperti iklim keselamatan kerja! kesadaran terhadap bahaya! maupun sumber stress di ternpat kerja. BU&U SU1BER )erlinger! Ured.<. (19$9) Uoundation o" Dehavior Cesear h. <e& Bork- 'olt! Cenihart and Einston. +edha,ur! :la,ar #. (19$%). (ultiple Cegression in Dehavior Cesear h. <e& Bork- FDS Follege +ublishing. Einarsunu! Tulus. (1993). Statistik! Teori dan 2plikasinya dalam +enelitian. (alang- L(( +ress.

26

Anda mungkin juga menyukai