Anda di halaman 1dari 11

Pengantar Epidemiologi Angka Kejadian dan 5 Tingkat Pencegahan Obesitas

Disusun Oleh :

Dias Tuti (G 601 11 046)

Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Tadulako

Angka Kejadian Obesitas


Prevalensi obesitas di seluruh dunia selalu meningkat dari tahun ke tahun. Menurut penelitian Malnick dan Kobler (2006), dibandingkan antara tahun 1976-1980 dengan tahun 1999-2000 terdapat peningkatan prevalensi overweight dari 46% menjadi 64,5%. Demikian halnya dengan prevalensi obesitas yang meningkat dua kali lipat menjadi 30,5%. World Health Organization (WHO) pada tahun 2003 mencatat bahwa sekitar satu milyar penduduk dunia mengalami overweight dan sedikitnya 300 juta menderita obesitas secara klinis. WHO juga memprediksikan bahwa pada tahun 2015, 2,3 milyar orang dewasa akan mengalami overweight dan 700 juta yang mengalami obesitas. Prevalensi obesitas dan overweight di Indonesia sendiri juga masih tinggi. Menurut data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) pada tahun 2007, prevalensi obesitas pada penduduk berusia 15 tahun berdasarkan Indeks Massa Tubuh (IMT) adalah 10,3% (laki-laki 13,9%, perempuan 23,8%). Sedangkan prevalensi overweight pada anak-anak usia 6-14 tahun adalah 9,5% pada laki-laki dan 6,4% pada perempuan. Prevalensi obesitas meningkat dari tahun ke tahun, baik di negara maju maupun negara yang sedang berkembang. Berdasarkan data Kementerian Kesehatan tahun 2007, prevalensi obesitas pada anak-anak usia 6 dan 14 tahun di Indonesia mencapai 9,5% untuk pria, sedangkan pada perempuan mencapai 6,4%. Kondisi ini meningkat dari tahun 1990-an yang berkisar 4% (RISKESDAS 2007). Menurut RISKESDAS (2010) secara nasional masalah kegemukan pada anak umur 6-12 tahun masih tinggi yaitu 9,2% atau masih di atas 5,0%. Prevalensi kegemukan pada anak laki-laki umur 6-12 tahun lebih tinggi dari prevalensi pada anak perempuan yaitu berturut-turut sebesar 10,7% dan 7,7%. Berdasarkan tempat tinggal prevalensi kegemukan lebih tinggi di perkotaan dibandingkan dengan prevalensi di perdesaan yaitu berturut-turut sebesar 10,4% dan 8,1%.

Five Levels Of Prevention Obesitas


Pencegahan obesitas yang akan dibahas berdasarkan ilmu kesehatan masyarakat sesuai dengan tingkat lima tingkat pencegahan penyakit menurut Leavell and Clark, yaitu: 1. Health Promotion (Peningkatan Kesehatan) Adapun hal-hal yang bisa dilakukan ialah penyuluhan pada masyarakat, promosi gaya hidup sehat. Penyuluhan pada masyarakat mengenai obesitas dan pada hal ini kepada ibu-ibu rumah tangga. Dapat diterangkan kepada mereka mengenai apa itu obesitas (berat badan lebih) risiko yang dapat ditimbulkan akibat obesitas, terutama dampaknya pada sistem kardiovaskular. Obesitas dapat menyebabkan berbagai kelainan yang sangat serius baik masalah fisik dan masalah kesehatan mental, mulai dari diabetes, penyakit jantung, infertilitas, dan gangguan psikologis. Komplikasi yang bisa terjadi pada obesitas meliputi hipertensi, penyakit jantung iskemik, diabetis melitus, gangguan pernafasan, kelainan sendi. Sedangkan pengaruh gaya hidup dengan pola atau kebiasaan makan, pemilihan makanan, cara menggunakan energi, serta cara kita dalam mengelola stres ternyata dapat mempengaruhi terjadinya obesitas. Antara faktor emosi dan selera makan ternyata memiliki hubungan yang erat karena hormon yang dikeluarkan pada saat emosi diduga akan berakibat pada peningkatan metabolisme tubuh sehingga menyebabkan penurunan kadar gula darah dan menimbulkan rasa lapar. Yang perlu diperhatikan juga adalah kebiasaan makan di keluarga. Penderita obesitas ternyata umumnya berasal dari keluarga yang memiliki kebiasaan makan dalam porsi besar, frekuensi makan lebih sering, selalu mempunyai persediaan makanan kecil di dapur, dan sering ngemil di luar waktu makan. Sebenarnya kita boleh saja mengonsumsi berbagai jenis makanan yang kita suka, namun yang paling penting adalah sudah sehatkah gaya hidup kita selama ini. Faktor penyebab obesitas akibat faktor genetik memang tak mungkin dihindari, namun kita masih bisa mengubah gaya hidup kita ke arah yang lebih

sehat agar terhindar dari obesitas seperti tidak lupa sarapan setiap pagi, makan makanan yang sehat dan olah raga yang teratur. 2. Specific Protection (Perlindungan Khusus terhadap Penyakit tertentu) Mencegah pada pejamu (Host) dengan menaikkan daya tahan tubuh, yang dapat dilakukan adalah mengatur diet yang sehat dan aktifitas fisik yang baik.

Saran diet yang sehat


Beragam

Sertakan berbagai macam makanan pada diet dalam jumlah yang sedang. Mengurangi asupan makanan tinggi kalori untuk mengurangi kepadatan kalori diet. Mengurangi jumlah lemak dalam diet Makan diet rendah lemak jenuh Pilih atau mengurangi susu rendah lemak Memilih daging yang tipis dan mencoba untuk membatasi lemak mdaging. Makan ikan secara teratur. Batasi lemak tinggi, makanan ringan tidak sehat Meningkatkan jumlah karbohidrat dalam diet. Pilih terutama dari jenis nabati (atau dimurnikan) makanan, seperti roti sereal, wholegrains, nasi, pasta, sayuran, buahbuahan dan kacang-kacangan. Meningkatkan konsumsi buah dan sayuran Banyak minum air dari pada jus atau soft minum Batasi asupan alkohol Pilih makanan yang rendah lemak, garam dan gula. Baca label makanan saat pergi belanja, untuk membiasakan diri dengan produk-produk

Energi

Lemak dan protein

Karbohidrat

Minuman

Perbelanjaan

Makanan

Makan makanan yang bergizi disetiap waktu makan sarapan, makan siang dan makan malam Jangan melewatkan makan malam Hindari teraur mengemil diantara makan Pastikan makanan sehat dan tidak berkonstribusi terhadap kelebihan asupan energi

Gunakan metode memasak dengan sehat Penurunan porsi makan, terutama makanan yang cepat saji yang sehat dan untuk membantu pilihan makanan

Aktivitas Fisik
Aktivitas fisik didefinisikan sebagai gerakan tubuh yang dihasilkan oleh otot rangka yang memerlukan pengeluaran energi. Aktifitas fisik adalah dasar untuk menyeimbangkan energi dan mengontrol berat badan - jenis dan jumlah aktivitas fisik yang diperlukan untuk hasil kesehatan yang berbeda - setidaknya 30 menit yang teratur, intensitas sedang-aktivitas fisik pada hari-hari yang paling dianjurkan oleh para ahli. Tiga puluh menit intensitas sedang aktivitas fisik lima hari setiap minggu akan meningkatkan dan mempertahankan kesehatan dan dapat dilakukan dalam blok lebih singkat masing-masing 10 menit selama sehari dan dimasukkan ke dalam rutinitas sehari-hari - di tempat kerja, sekolah, rumah atau bermain. Berikut tips mudah melakukan olah raga seharai-hari Sit up atau berjalan keliling perumahan selama 30 menit. Berjalan keliling perumahan dapat Anda lakukan bersama teman-teman. Aerobik mengikuti video aerobic selama 45 menit Lakukan aktivitas ringan. Misalnya, main lempar bola Push up dan mengangkat dumbel seberat 1 kg selama 30 menit Bermain aktif selama satu jam tanpa henti. Manfaatkan trek joging dan play ground untuk beraktivitas atau bersepeda. Berenang selama satu jam tanpa berhenti. Naik tangga. Bila rumah memiliki tangga, gunakanlah sebagai alat olahraga. Angkat cucian. Ember atau keranjang yang dipenuhi cucian juga bisa kita pergunakan sebagai sarana melatih lengan. Angkat keranjang hingga di atas kepala lalu lakukan gerakan naik-turun sedikitnya tiga kali. Jika terlalu berat, keluarkan beberapa baju hingga merasa mampu mengangkatnya. Latihan ini berguna untuk pundak, lengan bagian atas, dan punggung bagian atas. Bisa membuat variasi gerakan dengan mengankat dan menurunkan keranjang sejajar dengan dada.

Jalan di tempat. Saat berada diharapan piring kotor yang menumpuk, lakukan gerakan jalan di tempat. Selain sedang mencuci, bisa melakukan gerakan jalan di tempat di sela-sela kegiatan apa pun 3. Early Diagnosis and Prompt Treatment (Penegakkan diagnosa secara dini dan pengobatan yang cepat dan tepat) A. Diagnosa

Mengukur lemak tubuh


Tidak mudah untuk mengukur lemak tubuh seseorang. Cara-cara berikut memerlukan peralatan khusus dan dilakukan oleh tenaga terlatih: Underwater weight, pengukuran berat badan dilakukan di dalam air dan kemudian lemak tubuh dihitung berdasarkan jumlah air yang tersisa. BOD POD merupakan ruang berbentuk telur yang telah dikomputerisasi. Setelah seseorang memasuki BOD POD, jumlah udara yang tersisa digunakan untuk mengukur lemak tubuh. DEXA (dual energy X-ray absorptiometry), menyerupai skening tulang. Sinar X digunakan untuk menentukan jumlah dan lokasi dari lemak tubuh. Dua cara berikut lebih sederhana dan tidak rumit: Jangka kulit, ketebalan lipatan kulit di beberapa bagian tubuh diukur dengan jangka (suatu alat terbuat dari logam yang menyerupai forseps). Bioelectric impedance analysis (analisis tahanan bioelektrik), penderita berdiri diatas skala khusus dan sejumlah arus listrik yang tidak berbahaya dialirkan ke seluruh tubuh lalu dianalisis. Pemeriksaan tersebut bisa memberikan hasil yang tidak tepat jika tidak dilakukan oleh tenaga ahli. Pengukuran berat badan menurut WHO ( 2010) dapat dilakukan dengan membagi berat badan dengan tinggi badan kuadrat. Hal ini dinamakan dengan Indeks Masa Tubuh ( IMT).

Tabel berat badan-tinggi badan


ini telah digunakan sejak lama untuk menentukan apakah seseorang mengalami kelebihan berat badan. Tabel biasanya memiliki suatu kisaran berat badan untuk tinggi badan tertentu.

Permasalahan yang timbul adalah bahwa kita tidak tahu mana tabel yang terbaik yang harus digunakan. Banyak tabel yang bisa digunakan, dengan berbagai kisaran berat badan yang berbeda. Beberapa tabel menyertakan ukuran kerangka, umur dan jenis kelamin, tabel yang lainnya tidak. Kekurangan dari tabel ini adalah tabel tidak membedakan antara kelebihan lemak dan kelebihan otot. Dilihat dari tabel, seseorang yang sangat berotot bisa tampak gemuk, padahal sesungguhnya tidak.

Indeks Massa Tubuh (Body Mass Index, BMI)


BMI < 18.5 18.524.9 25.029.9 30.034.9 35.039.9 40.0 BMI merupakan suatu Klasifikasi berat badan di bawah normal normal normal tinggi Obesitas tingkat 1 Obesitas tingkat 2 Obesitas tingkat 3 pengukuran yang menghubungkan

(membandingkan) berat badan dengan tinggi badan. Walaupun dinamakan "indeks", BMI sebenarnya adalah rasio atau nisbah yang dinyatakan sebagai berat badan (dalam kilogram) dibagi dengan kuadrat tinggi badan (dalam meter). Seseorang dikatakan mengalami obesitas jika memiliki nilai BMI sebesar 30 atau lebih. Rumus: Satuan Metrik menurut sistem satuan internasional :

Rumus :

dimana

adalah berat badan dalam satuan metrik kilogram dan

adalah

tinggi badan dalam meter.

B. Pengobatan Berkunjung ke Dokter. Ibu-ibu rumah tangga yang memiliki pemahamn yang baik terhadap pola hidup sehat dan berusaha menjaga kondisi tubuh tetap sehat termasuk menjaga keseimbangan berat badan sebaiknya mengkonsultasikan

masalahnya ke dokter umum atau dokter ahli gizi. Dengan berkunjung maka ibu rumah tangga akan mengetahui apakah mereka mengalami obesitas atau tidak. Penentuan obesitas dengan menggunakan IMT (Index Massa Tubuh), dengan mengukur berat badan dan tinggi badan. Setelah dapat nilainya maka dihitung dengan rumus IMT= kg/m2. Apabila hasil yang didapat adalah lebih dari atau sama dengan 25 maka dikatakan obesitas Manajemen penurunan berat badan. Penurunan berat badan harus SMART; Specific, Measurable, Achievable, Realistic and Time Limit. Tujuan awal dari terapi penurunan berat badan adalah untuk mengurangi berat badan sebesar sekitar 10 persen dari berat awal. Batas waktu yang masuk akal untuk penurunan berat badan sebesar 10 persen adalah 6 bulan terapi. Untuk pasien overweight dengan rentang BMI sebesar 23 sampai 24,9, penurunan kalori sebesar 300 hingga 500 kcal/hari akan menyebabkan penurunan berat badan sebesar setengah sampai 1 kg/minggu dan penurunan sebesar 10 persen dalam 6 bulan. Setelah 6 bulan, kecepatan penurunan berat badan lazimnya akan melambat dan berat badan menetap Karena seiring dengan berat badan yang berkurang terjadi penurunan energy ekspenditure. Oleh karena itu, setelah terapi penurunan berat badan selama 6 bulan, program penurunan berat badan harus terus dilakukan. Jika dibutuhkan penurunan berat badan lebih banyak, dapat dilakukan penyesuaian lebih lanjut terhadap anjuran diet dan aktivitas fisik

4. Disability Limitation (Pembatasan Kecacatan) Pengobatan dan pencegahan terhadap komplikasi. Pembatasan asupan kalori dan peningkatan aktivitas fisik, kedua komponen ini penting dalam mempertahankan berat badan setelah terjadi penurunan berat badan. Harus dilakukan perubahan dalam pola aktivitas fisik dan mulai menjalani kebiasaan makan yang sehat. Terapi penurunan berat badan yang sukses meliputi empat pilar, yaitu Diet rendah kalori, Terapi diet. Pada program manajemen berat badan, terapi diet direncanakan berdasarkan individu. Terapi diet ini harus dimasukkan ke dalam status pasien overweight. Hal ini bertujuan untuk membuat defisit 500 hingga 1000 kcal/hari menjadi bagian yang tak terpisahkan dari program penurunan berat badan apapun. Aktivitas fisik, Aktivitas Fisik. Untuk pasien obese, terapi harus dimulai secara perlahan, dan intensitas sebaiknya ditingkatkan secara bertahap. Latihan dapat dilakukan seluruhnya pada satu saat atau secara bertahap sepanjang hari. Pasien dapat memulai aktivitas fisik dengan berjalan selama 30 menit dengan jangka waktu 3 kali seminggu dan dapat ditingkatkan intensitasnya selama 45 menit dengan jangka waktu 5 kali seminggu. Dengan regimen ini, pengeluaran energy tambahan sebanyak 100 sampai 200 kalori perhari dapat dicapai Perubahan perilaku Terapi perilaku. Strategi yang spesifik meliputi pengawasan mandiri terhadap kebiasaan makan dan aktivitas fisik, manajemen stress, stimulus control, pemecahan masalah, contingency management, cognitive restructuring dan dukungan social. Obat-obatan / bedah. Farmakoterapi. Sibutramine dan Orlistaa merupakan obat-obatan penurunan berat badan yang telah disetujui oleh FDA di Amerika Serikat, untuk penggunaan jangka panjang

5. Rehabilitation (Pemulihan) Suatu tindakan atau upaya kesehatan yang dilakukan dalam taraf pemulihan (recovery) terhadap suatu penyakit tertentu.

Strategi mencegah kelebihan berat badan dan obesitas.


WHO Global Strategy di Diet, Aktivitas Fisik dan Kesehatan, yang diadopsi oleh Majelis Kesehatan Dunia pada tahun 2004, menjelaskan tindakan yang diperlukan untuk mendukung penerapan diet sehat dan aktivitas fisik secara teratur. Strategi ini menyerukan kepada seluruh pemangku kepentingan untuk mengambil tindakan di tingkat global, regional dan tingkat lokal dan bertujuan untuk mencapai pengurangan yang signifikan dalam prevalensi penyakit kronis dan faktor risiko bersama mereka, dan diet sehat tertentu dan fisik tidak aktif. Karya WHO tentang diet dan aktivitas fisik merupakan bagian dari keseluruhan kerangka pencegahan dan pengendalian penyakit kronis untuk Departemen Penyakit Kronis dan Promosi Kesehatan, yang strategis tujuan antara lain: mempromosikan promosi kesehatan pencegahan dan

pengendalian penyakit kronis, meningkatkan kesehatan, terutama di kalangan miskin dan kurang beruntung menghentikan dan membalikkan tren yang merugikan pada faktor risiko untuk penyakit kronis yang umum, dan mencegah kematian dini dan kecacatan dapat dihindari karena utama penyakit kronis Karya ini dilengkapi oleh Departemen Gizi Kesehatan dan

Pembangunan, yang tujuan strategis adalah untuk mempromosikan diet sehat dan meningkatkan status gizi penduduk sepanjang hidup, terutama di kalangan yang paling rentan, yang memberikan dukungan untuk negaranegara untuk mengembangkan dan melaksanakan program dan kebijakan pangan lintas-nasional dan nutrisi untuk menghadapi beban ganda penyakit yang berhubungan dengan gizi dan memberikan kontribusi untuk mencapai Tujuan Pembangunan Milenium

Terapi Bedah
Terapi ini hanya diberikan kepada pasien obesitas berat secara klinis dengan BMI 40 atau 35 dengan kondisi komorbid. Terapi bedah ini harus dilakukan sebagai alternatif terakhir untuk pasien yang gagal dengan farmakoterapi dan menderita komplikasi obesitas yang ekstrem. Mengobati komplikasi yang terjadi:

Hipertensi: Diberikan obat antihipertensi (Ace-I, Beta Bloker, Ca Channel


Bloker, Diuretik

Penyakit jantung iskemik: diberikan obat penyakit jantung iskemik (anti


iskemik, antiplatelet, anticoagulant)

Diabetis mellitus : Penderita obes dengan diabetes melitus diberi diit


rendah kalori yaitu 15 20 kalori/kg bb/hari. Selain itu sering didapatkan kurangnya sensitivitas terhadap pemberian insulin tetapi responsif terhadap sulfonil urea. Pemberian insulin harus dengan dosis yang lebih tinggi, kemudian ditumnkan secara perlahan-lahan. Askandar (1980) menetapkan penumnan dosis tersebut sebesar 2 unit per kali, disertai peningkatan penggunaan OAD sampai adekuat.

Osteoathritis : memberikan diet untuk menurunkan berat badan dengan


tujuan mengurangi beban pada sendi penyangga berat badan; bila nyeri sekali sebaiknya sendi diistirahatkan dan dilakukan fisioterapi, bila tak teratasi dapat diberikan obat-obatan anti radang nonsteroid (NSAID), kadang-kadang dapat pula diberi-kan steroid intra artikuler

Anda mungkin juga menyukai