Anda di halaman 1dari 30

PERCOBAAN VII ALKOHOL 1. Tujuan a.

Mengetahui sifat fisik dari beberapa senyawa alkohol, diantaranya untuk mengetahui perbedaan titik didih, perbedaan viskositas, perbedaan bau, dan perbedaan kelarutan. b. Menentukan struktur alkohol primer, sekunder, dan tersier berdasarkan reaktivitasnya terhadap beberapa pereaksi. 2. Dasar Teori 2.1 Pengertian alkohol Alkohol merupakan senyawa yang memiliki gugus fungsional OH yang terikat pada rantai karbon alifatik. Dalam molekul alkohol, Gugus fungsi OH berikatan secara kovalen dengan atom karbon. Alkohol yang memiliki satu gugus OH disebut dengan monoalkohol, sedangkan yang memiliki lebih dari satu gugus OH disebut dengan polialkohol. Alkanol merupakan monoalkohol turunan alkana. Rumus umum dari alkohol aalah CnH2n+1 OH atau ditulis R-OH, satu atom H dari alkana diganti oleh gugus OH. Alkohol merupakan senyawa seperti air yang satu hidrogennya diganti oleh rantai atau cincin hidrokarbon. Sifat fisis alkohol, alkohol mempunyai titik didih yang tinggi dibandingkan alkana-alkana yang jumlah atom C nya sama. Hal ini disebabkan antara molekul alkohol membentuk ikatan hidrogen. Rumus umum alkohol ROH, dengan R adalah suatu alkil baik alifatis maupun siklik. Dalam alkohol, semakin banyak cabang semakin rendah titik didihnya. Sedangkan dalam air, metanol, etanol, propanol mudah larut dan hanya butanol yang sedikit larut. Alkohol dapat berupa cairan encer dan mudah bercampur dengan air dalam segala perbandingan 2.2 Sifat-Sifat Senyawa Alkohol Alkohol merupakan zat yang memiliki titik didih relatif tinggi dibandingkan dengan senyawa hidrokarbon yang jumlah atom karbonnya sama. Hal ini disebabkan oleh adanya gaya antarmolekul dan adanya ikatan hidrogen antarmolekul alkohol akibat gugus hidroksil yang polar. Senyawa alkohol memiliki sifat-sifat fisika dan sifat-sifat kimia sebagai berikut: 1. Alkohol memiliki sifat yang mudah terbakar 2. Alkohol memiliki sifat yang mudah tercampur, terlarut dengan air, kelarutan ini disebabkan oleh adanya kemiripan struktur antara alkohol (ROH) dan air (HOH). 3. Alkohol dengan jumlah atom karbon sebanyak satu sampai empat berupa gas atau cair. Alkohol dengan jumlah atom lima sampai sembilan berupa cairan kental seperti minyak, sedangkan yang memiliki atom sepuluh atau lebih berupa zat padat.
1

4. Alkohol bersifat heterepolar. Memiliki sifat polar dari gugus OH dan nonpolar dari gugus R (alkil). Sifat polarnya tergantung dari panjang rantai alkilnya. Semakin panjang rantai alkilnya, maka sifat kepolarannya berkurang. Hal ini menyebabkan berkurangnya sifat kelarutannya. Alkohol dengan suku rendah seperti metanol dan etanol lebih mudah larut dalam pelarut-pelarut yang polar seperti air. 5. Titik didih alkohol lebih tinggi daripada titik didih alkana. Hal ini disebabkan oleh gugus fungsi OH yang sangat polar, sehingga gaya tarik-menarik antarmolekul alkohol mejadi sangat kuat. 2.3 Manfaat Alkohol Pada umumnya alkohol digunakan sebagai senyawa pelarut, dan sebagai bahan minuman beralkohol. Adapun Beberapa senyawa yang banyak digunakan dalam kehidupan sehari-hari adalah: a. Metanol merupakan jenis alkohol yang banyak digunakan sebagai pelarut getah dan resin. Alkohol dapat dibuat menjadi senyawa lain seperti senyawa ester. Digunakan untuk membuat polimer jenis plastik, dengan merubah metanol menjadi metanal atau formaldehid. b. Di industri, metanol digunakan sebagai bahan baku pembuatan formaldehid, sebagai cairan antibeku, dan pelarut, seperti vernish. Pada kendaraan bermotor, metanol digunakan untuk bahan bakar mobil formula. c. Etanol merupakan jenis alkohol yang sudah dikenal dan digunakan sejak zaman dahulu, baik sebagai pelarut obat-obatan (tingtur), kosmetikam maupun sebagi bahan minuman, seperti bir, anggur, dan whiskey. d. Etanol dapat dibuat melalui teknik fermentasi, yaitu proses perubahan senyawa golongan polisakarida, seperti pati dihancurkan menjadi bentuk yang lebih sederhana dengan bantuan enzim (ragi). e. Etanol merupakan jenis alkohol yang sering digunakan sebagai bahan bakar, untuk membuat senyawa organik lain, dan dapat dikonversi menjadi etanal atau asetaldehid untuk digunakan sebagi bahan pelarut. f. Etilen Glikol merupakan jenis alkohol yang banyak dimanfaatkan sebagai bahan antibeku pada radiator mobil. Digunakan juga sebagai bahan baku industri serat sintetik seperti dacron. Alkohol jenis ini banyak digunakan juga sebagai pelarut dan bahan pelunak atau pelembut. g. Gliserol merupakan jenis alkohol yang banyak dimanfaatkan sebagai bahan pelembab pada tembakau dan kembang gula. Etanol digunakan juga sebagai pelarut berbagai obat2

obatan. Digunakan juga untuk membuat nitrogliserin (gliserin trinitrat) yaitu bahan untuk peledak atau dinamit. 2.4 Sifat kimia Alkohol : a. Titik didih, Karena alkohol dapat membentuk ikatan hidrogen antara molekulmolekulnya, maka titik didih alkohol lebih tinggi dari pada titik didih alkil halida atau eter, yang bobot molekulnya sebanding. b. Kelarutan dalam air, Alkohol berbobot molekul rendah larut dalam air, sedangkan alkil halida padanannya tidak larut. Kelarutan dalam air ini langsung disebabkan oleh ikatan hidrogen antara alkohol dan air. Berdasarkan posisi atom karbon yang mengikat gugus hidroksil dalam senyawa alkohol maka alkohol (R-OH) dikelompokkan ke dalam tiga golongan, yaitu sebagai berikut. 1. Alkohol primer (1) adalah suatu alkohol dengan gugus hidroksil (OH) terikat pada atom karbon primer. Atom karbon primer adalah atom karbon yang mengikat satu atom karbon lain.

2. Alkohol sekunder (2) adalah alkohol dengan gugus hidroksil (OH) terikat pada atom karbon sekunder. Atom karbon sekunder adalah atom karbon yang mengikat dua atom karbon lain.

3. Alkohol tersier (3) adalah alkohol dengan gugus hidroksil (OH) terikat pada atom karbon tersier. Atom karbon tersier adalah atom karbon yang mengikat tiga atom karbon lain.

2.5 Aturan Penamaan / Tata Nama Alkohol Ada dua cara penataan nama alkohol, yaitu cara trivial dan cara IUPAC. Pada cara trivial, alkohol disebut alkil alkohol sehingga dalam pemberian nama alkohol selalu diawali dengan nama alkil diikuti kata alkohol. Pada cara IUPAC, nama alkohol diturunkan dari nama alkana, dengan akhiran a diganti oleh ol. Contohnya: Trivial: etil alkohol; IUPAC: etanol Tata nama alkohol menurut IUPAC mirip dengan tata nama alkana. Perbedaannya terletak pada penentuan rantai induk yang terpanjang. Pada alkohol, rantai induk terpanjang harus mencakup gugus hidroksil dengan nomor urut untuk gugus hidroksil terkecil. Contoh : CH3CH2OH

Alkohol adalah senyawa-senyawa dimana satu atau lebih atom hidrogen dalam sebuah alkana digantikan oleh sebuah gugus -OH. Pada pembahasan kali ini, kita hanya akan melihat senyawa-senyawa yang mengandung satu gugus -OH. Alkohol dapat dibagi kedalam beberapa kelompok tergantung pada bagaimana posisi gugus -OH dalam rantai atom-atom karbonnya. Masing-masing kelompok alkohol ini juga memiliki beberapa perbedaan kimiawi. Ada beberapa jenis-jenis alkolhol 1. Alkohol Primer Pada alkohol primer(1), atom karbon yang membawa gugus -OH hanya terikat pada satu gugus alkil.Beberapa contoh alkohol primer antara lain:

Perhatikan bahwa tidak jadi masalah seberapa kompleks gugus alkil yang terikat. Pada masing-masing contoh di atas, hanya ada satu ikatan antara gugus CH2 yang mengikat gugus -OH dengan sebuah gugus alkil. Ada pengecualian untuk metanol, CH3OH, dimana metanol ini dianggap sebagai sebuah alkohol primer meskipun tidak ada gugus alkil yang terikat pada atom karbon yang membawa gugus -OH. 2. Alkohol sekunder Pada alkohol sekunder (2), atom karbon yang mengikat gugus -OH berikatan langsung dengan dua gugus alkil, kedua gugus alkil ini bisa sama atau berbeda. 3. Alkohol tersier Pada alkohol tersier (3), atom karbon yang mengikat gugus -OH berikatan langsung dengan tiga gugus alkil, yang bisa merupakan kombinasi dari alkil yang sama atau berbeda. Contoh:

Pola-pola titik didih mencerminkan pola-pola gaya tarik antar-molekul. 1. Ikatan hidrogen Ikatan hidrogen terjadi antara molekul-molekul dimana sebuah atom hidrogen terikat pada salah satu dari unsur yang sangat elektronegatif fluorin, oksigen atau nitrogen. Untuk alkohol, terdapat ikatan hidrogen antara atom-atom hidrogen yang sedikit bermuatan positif dengan pasangan elektron bebas pada oksigen dalam molekul-molekul lain.

Atom-atom hidrogen sedikit bermuatan positif karena elektron-elektron ikatan tertarik menjauh dari hidrogen menuju ke atom-atom oksigen yang sangat elektronegatif. Pada alkana, satu-satunya gaya antar-molekul yang ada adalah gaya dispersi van der Waals. Ikatan-ikatan hidrogen jauh lebih kuat dibanding gaya-gaya tersebut sehingga dibutuhkan lebih banyak energi untuk memisahkan molekul-molekul alkohol dibanding untuk memisahkan molekul-molekul alkana.Inilah sebab utama mengapa titik didih alkohol lebih tinggi dari alkana.Pengaruh gaya van der Waals: a. Pengaruh terhadap titik didih alkohol: Ikatan hidrogen bukan satu-satunya gaya antar-molekul dalam alkohol. Dalam alkohol ditemukan juga gaya-gaya dispersi van der Waals dan interaksi dipol-dipol.Ikatan hidrogen dan interaksi dipol-dipol hampir sama untuk semua alkohol, tapi gaya dispersi akan meningkat apabila alkohol menjadi lebih besar.Gaya-gaya tarik ini menjadi lebih kuat jika molekul lebih panjang dan memiliki lebih banyak elektron. Ini meningkatkan besarnya dipoldipol temporer yang terbentuk.Inilah yang menjadi penyebab mengapa titik didih meningkat apabila jumlah atom karbon dalam rantai meningkat. Diperlukan lebih banyak energi untuk menghilangkan gaya-gaya dispersi, sehingga titik didih meningkat. b. Pengaruh terhadap perbandingan antara alkana dan alkohol: Bahkan jika tidak ada ikatan hidrogen atau interaksi dipol-dipol, titik didih alkohol tetap lebih tinggi dibanding alkana sebanding yang memiliki jumlah atom karbon sama. Bandingkan antara etana dan etanol:

Etanol memiliki molekul yang lebih panjang, dan oksigen yang terdapat dalam molekulnya memberikan 8 elektron tambahan. Struktur yang lebih panjang dan adanya atom oksigen akan meningkatkan besarnya gaya dispersi van der Waals, demikian juga titik didihnya.Jika kita hendak membuat perbandingan yang cermat untuk mengamati efek ikatan hidrogen terhadap titik didih, maka akan lebih baik jika kita membandingkan etanol dengan propana bukan dengan etana. Propana memiliki panjang molekul yang kurang lebih sama dengan etanol, dan jumlah elektronnya tepat sama. Kelarutan alkohol dalam air, alkohol-alkohol yang kecil larut sempurna dalam air. Bagaimanapun perbandingan volume yang kita buat, campurannya akan tetap menjadi satu larutan. Akan tetapi, kelarutan berkurang seiring dengan bertambahnya panjang rantai
6

hidrokarbon dalam alkohol. Apabila atom karbonnya mencapai empat atau lebih, penurunan kelarutannya sangat jelas terlihat, dan campuran kemungkinan tidak menyatu.Kelarutan alkohol-alkohol kecil di dalam air. Perhatikan etanol sebagai sebuah alkohol kecil sederhana. Pada etanol murni dan air murni yang akan dicampur, gaya tarik antar-molekul utama yang ada adalah ikatan hidrogen.

Untuk bisa mencampur kedua larutan ini, ikatan hidrogen antara molekul-molekul air dan ikatan hidrogen antara molekul-molekul etanol harus diputus. Pemutusan ikatan hidrogen ini memerlukan energi. Akan tetapi, jika molekul-molekul telah bercampur, ikatan-ikatan hidrogen yang baru akan terbentuk antara molekul air dengan molekul etanol.

Energi yang dilepaskan pada saat ikatan-ikatan hidrogen yang baru ini terbentuk kurang lebih dapat mengimbangi energi yang diperlukan untuk memutus ikatan-ikatan sebelumnya.Disamping itu, gangguan dalam sistem mengalami peningkatan, yakni entropi meningkat. Ini merupakan faktor lain yang menentukan apakah penyatuan larutan akan terjadi atau tidak.Kelarutan yang lebih rendah dari molekul-molekul yang lebih besar. Bayangkan apa yang akan terjadi jika ada, katakanlah, 5 atom karbon dalam masing-masing molekul alkohol.

Rantai-rantai hidrokarbon menekan diantara molekul-molekul air sehingga memutus ikatan-ikatan hidrogen antara molekul-molekul air tersebut.Ujung -OH dari molekul alkohol bisa membentuk ikatan-ikatan hidrogen baru dengan molekul-molekul air, tetapi "ekor-ekor" hidrogen tidak membentuk ikatan-ikatan hidrogen. Ini berarti bahwa cukup banyak ikatan hidrogen awal yang putus tidak diganti oleh ikatan hidrogen yang baru.Yang menggantikan ikatan-ikatan hidrogen awal tersebut adalah gaya-gaya dispersi van der Waals antara air dan "ekor-ekor" hidrokarbon. Gaya-gaya tarik ini jauh lebih lemah. Itu berarti bahwa energi yang terbentuk kembali tidak cukup untuk mengimbangi ikatan-ikatan hidrogen yang telah terputus. Walaupun terjadi peningkatan entropi, proses pelarutan tetap kecil kemungkinannya untuk berlangsung. Sifat-sifat fisik alkohol yaitu: a. Titik Didih Grafik berikut ini menunjukan titik didih dari beberapa alkohol primer sederhana yang memiliki sampai 4 atom karbon. Yakni:

Alkohol-alkohol primer ini dibandingkan dengan alkana yang setara (metana sampai butana) yang memiliki jumlah atom karbon yang sama.

Oksidasi sempurna menjadi asam karboksilat. Untuk melangsungkan oksidasi sempurna, kita perlu menggunakan agen pengoksidasi yang berlebih dan memastikan agar aldehid yang terbentuk pada saat produk setengah-jalan tetap berada dalam campuran. Alkohol dipanaskan dibawah refluks dengan agen pengoksidasi berlebih. Jika reaksi telah selesai, asam karboksilat bisa dipisahkan dengan distilasi. Persamaan reaksi sempurna untuk oksidasi etanol menjadi asam etanoat adalah sebagai berikut:

Persamaan reaksi yang lebih sederhana biasa dituliskan sebagai berikut:

Atau, kita bisa menuliskan persamaan terpisah untuk dua tahapan reaksi, yakni pembentukan etanal dan selanjutnya oksidasinya.

Reaksi yang terjadi pada tahap kedua adalah:

3. Alat dan Bahan 3.1 Alat No . 1. Gelas Kimia Digunakan sebagai wadah untuk melarutkan sampel Nama Alat Gambar Alat Fungsi Alat

2.

Piknometer

alat yang digunakan untuk mengukur nilai massa jenis atau densitas

3.

Rak tabung reaksi

sebagai tempat meletakkan tabung reaksi.

4.

Alat ostwald

Untuk mengukur waktu yang dibutuhkan bagi cairan tersebut untuk lewat antara 2 tanda ketika mengalir karena gravitasi melalui viskometer Ostwald.

5.

Batang Pengaduk

Digunakan untuk mengaduk sampel ketika dilarutkan

6.

Statif klem

dan

untuk menjepit alat ostwald

10

7.

Pipet Tetes

Digunakan untuk meneteskan larutan dalam volume sedikit

8.

Tabung reaksi

sebagai tempat untuk mereaksikan zat - zat kimia

9.

Neraca analitik

Digunakan untuk menimbang sampel

10.

Gelas ukur

Gelas ukur berfungsi untuk mengukur volume larutan

11

3.2 Bahan No 1 Bahan Alkohol Sifat Fisika Titik didih : 78,4 o C Titik beku : -144 o C Titik lebur : 114,3 o C Sifat Kimia Berbentuk cair Berbau Berwarna bening

Kelarutan alkohol dalam air Mudah terbakar makin rendah bila rantai Mudah menguap hidrokarbonnya panjang. Massa jenisAlkohol 800 kg/m3, 0,8 gr/cm Alkohol yang mengandung atom karbon lebih dari 12 berupa zat padat yang tidak berwarna. Rumus umum : R-OH 2 etanol rumus kimia : C2H5OH rumus empiris : C2H6O Temperatur penyalaan : 425 C Kelarutan di dalam air : (20 C) larut Titik leleh : -117 C Massa molar : 46.07 g/mol Densitas : 0.805 0.812 g/cm3 (20 C) Angka pH : 7.0 (10 g/l, H2O, 20 C) Titik didih : 78 C (1013 hPa) Tekanan uap : 59 hPa (20 C) Batasan ledakan : 3.5 12

makin

Berbentuk cair Berbau Berwarna bening Mudah terbakar Mudah menguap

15 %(V) Titik nyala : 17 C

N-butanol

Rumus Kimia : n-C4H9OH Berat Molekul : 74,120

memiliki ikatan hidrogen Mudah menguap dan mudah

0 Titik Didih Normal ( C) terbakar

:117,73

Bila direaksikan dengan asam alkyl

0 Spesifik Gravity (20 C) : halida akan membentuk halida dan air 0,8098

Densitas
3

pada

30 C CH3CH2OH + HC=CH CH3CH2OCH=CH2

:(kg/m ) 787,2

0 Viscositas pada 30 C (cP) Dehidrogenasi etanol menghasilkan asetaldehid :2,307

Temperatur kritis ( C) : 287 Tekanan kritis (atm) : 43,6

Mudah terbakar diudara sehingga menghasilkan lidah api (flame) yang berwarna biru muda dan transparan, dan membentuk H2O dan CO2.

13

Rumus molekul: H2O Massa molar: g/mol 3 Aquadest/ H2O

Pelarut yang baik

18.0153 Memiliki pH 7 (netral) Bukan merupakan zat

Densitas dan fase: 0.998 pengoksidasi kuat. g/cm, cairan 0.92 g/cm, Lebih bersifat reduktor dari pada padatan oksidator

berat

molekul

92,09 Larut dalam air Merupakan senyawa hidroskopis Tidak stabil pada suhu kamar Rumus Kimia Gliserol : C3H8O3

kg/kmol titik beku : 17,9 0C 4 Gliserol titik didh : 290 0C spesifik gravity : 1,260 densitas : 0.847 g/cm3 70 C viskositas : 34 cP Fasa : Cair ( 30 0C, 1 atm ) sempurna dalam air mudah terhidrogenasi merupakan asam lemak tak jenuh

5.

n-butil alkohol

Rumus Struktur CH3CH2CH2CH2OH Titik Leleh (C) -89,5 Titik Didih (C) 117,3 Kelarutan dalam H2O pada 23C 8,0 g/100 mL

Berbentuk cair Berbau Berwarna bening Mudah terbakar Mudah menguap

14

6.

metanol

rumus kimia CH3OH tekanan sedang 1 hingga 2 MPa (1020 atm) t e m p e r a t u r tinggi (sekitar 850 C), titik 64,7
0

cairan yang ringan mudah menguap, tidak berwarna mudah terbakar beracun dengan bau yang khas (berbau : etanol) lebih ringan daripada

didih C

metanol

panas

pembentukan

(cairan) pada suhu 25 0 C : -239,03

s-butanol

Densitas energi : 29,1 MJ/L Rasio Udara/Bahan Bakar : 11,1 RON : 96 MON: 78 Titik beku : -89 oC Titik didih : 117-118 oC Massa jenis relatif : 0,811 Viskositas 25oC : 2,911 Viskositas
o

memiliki ikatan hidrogen Mudah menguap dan mudah terbakar Berbentuk cair Berbau Berwarna bening Mudah terbakar Mudah menguap

kinematik

at

20 C : 3,64 cSt Energi Penguapan : 0,43 MJ/kg Kelarutan 9 ml/100 ml H2O Autoignisi 343 oC Kemurnian*
15

99.5% min Kandungan air* 0,05% max Keasaman* 0,02 max (mg KOH/kg) Aldehid* 0,05% max Oksigen 21,5 %

16

4. Cara Kerja 4.1 Titik Didih

Etanol

n-butanol

Etanol

Menyediakan kapas yang dibulatkan, besarnya bulatan tersebut disesuaikan dengan mulut botol senyawa alkohol Membasahi masing-masing kapas dengan senyawa alkohol, etanol, n-butanol, dengan jalan memiringkan botol Menggoreskan kapas-kapas yang telah basah tersebut pad permukaan kaca, goresannya harus sama luasnya. Mengamati manakah yang lebih dahulu mengering Mengulangi percobaan diatas dengan menggunakan senyawa alkohol, n-butanol, dengan t-butanol

Etanol lebih cepat menguap dibandingkan n-butanol Tert-butanol lebih cepat menguap dibandingkan dengan n-butanol

17

4.2 Kelarutan dalam Air Etanol n-butanol Se -butanol tert-butanol gliserol

Dimasukan ke dalam tabung reaksi kecil yang bersih dan kering Digunakan pipet tetes yang sama yang sebelumnya harus dibilas terlebih dahulu dengan senyawa alkohol yang akan diujikan Dimasukan tetes demi tetes secara perlahanlahan Diamati bagaimana kelarutannya, apabila terdapat kekeruhan atau emulasi, penembahan harus dihentikan Dihitung berapa tetes senyawa alkihol yang ditambahkan tadi Diulangi percobaan diatas dengan menggunakan senyawa alkohol, etanol, nbutanol, pentanol, 5-butanol,t-butanol, dan gliserol

Etanol pada tetesan ke 15 cairan terpisah menjadi 2 (tidak larut)

n-butanol pada tetesan ke 8 terjadi kekeruhan cairan terpisah menjadi 2 (tidak larut)

s-butanol pada tetesan ke 11 terjadi kekeruhan (larut)

t-butanol pada tetesan ke 101 larut sempurna

Gliserol pada tetesan ke 70 larutan menjadi kental

18

4.3 Viskositas Aquadest n-butanol Gliserol

Menentukan densitas contoh dengan piknometer Membersihkan alat ostwald dan dibilas dengan contoh 2 -3 kali Memipet 5 ml contoh dan dimasukan ke dalam alat ostwald Menetapkan berapa waktu yang diperlukan untuk mengalirkan contoh, dengan jalan menghisapnya sampai melebihi tanda garis atas. Bila muka cairan berimpit dengan tanda tera, dimulai, sampai berimpit lagi dengan tanda tera bawah. Mencatat suhu percobaan Memperhatikan : untuk percobaan ini sebaliknya di ukur dahulu cairan yang paling encer. Urutannya adalah air, nbutanol, gliserol.

Aquadest tinggi aliran 4 cm Waktu Aliran 9 detik

n-butanol tinggi aliran 4 cm Waktu Aliran 19 detik

Gliserol tinggi aliran 4 cm Waktu Aliran 16 menit

19

4.4 Uji Bau Etanol n-butanol s-butanol t-butanol gliserol

membuka tutup botol yang berisi zat membaui zat dengan cara menepiskan uapnya dari mulut botol ke arah hidung Dilarang mencium langsung ke mulut botol

Etanol Berbau Harum

n-butanol Berbau harum

s-butanol berbau khas

t-butanol berbau khas

Gliserol Tidak berbau

4.5 Kecepatan reaksi dengan HCl (Uji Lucas) n-butanol s-butanol t-butanol

Disedikan 4 tabung reaksi yang bersih Diisi dengan masing-masing zat sebannyak 3 ml Ditambahkan 10 ml pereaksi Lucas (ZnCl2 dalam HCl pekat Diamati perubahan dalam masing-masing tabung selama 5 menit, 30 menit, 45 menit dan 60 menit Dicatat hasil reaksinya kemudian dibandingkan kecepatan reaksi dari masingmasing alkohol dengan melihat perubahan warmanya

n-butanol Tidak terjadi perubahan

s-butanol Terjadi penambahan jumlah gelebung

t-butanol terjadi kekeruhan pada menit ke 60

20

5. Hasil Pengamatan 5.1 Titik Didih N0 1. Perlakuan Menyediakan kapas yang dibulatkan, besarnya Bulatan tersebut disesuaikan dengan mulut botol Senyawa alkohol 2. Membasahi masing-masing kapas dengan senyawa Alkohol, etanol, dan n-butanol dengan jalan Memiringkan botol 3. Menggoreskan kapas-kapas yang telah basah Tersebut goresnya Harus sama luasnya 4. Mengulangi percobaan yang sama untuk Tert butil alcohol lebih cepat larutan yang berbeda yaitu : tert butil menguap di bandingkan dengan n alcohol dengan u - butanol butanol pada permukaan kaca Etanol lebih cepat menguap Hasil pengamatan

arloji, dibandingkan n-butanol

5.2 Kelarutan dalam air No 1. Pelakuan Memasukan 10 tetes air kedalam tabung reaksi kecil yang berisi dan kering 2. Masukkan tetes demi tetes senyawa alkohol (Etanol, n-Butanool, S-Butanol, T-Butanol, Gliserol) 3. Mengamati Kelarutannya - Etanol (10 : 89) larut sempurna dan agak kekuningan - n-Butanol (10 : 20) Keruh dan terdapat 2 fasa - sec-butanol ( 10 : 8) keruh - Tert-Butanol ( 10 : 65 ) larut sempurna dan keruh (jernih)
21

Hasil pengamatan

- Gliserol ( 10 : 88) larut sempurna kental, jernih.

5.3 Viskositas No 1. pelakuan Hasil pengamatan

Menentukan densitas ( n-butanol, gliserol, dan n-butanol = 0,807 gr/mL air ) gliserol Air = 1,225 gr/mL = 1,0034 gr/mL

2.

Membersihkan alat Oswald dan bilas dengan (nbutanol,gliserol, dan air) 2-3 kali Memasukkan 5 mL (n-butanol, glisreol, air) - nbutanol : 23,89 s kedalam alat ostwald. - Gliserol : 5,17 s : 8,15 s Menetapkan waktu yang diperlukan contoh - Air dengan jalan menghisapnya sampai melebihi tanda garis atas. Bia muka cairan berimpit dengan tanda tera, perhitungan dimulai sampai berimpit lagi dengan tanda tera bel
28 oC

3.

5.

Mencatat suhu percobaan

5.4 Uji Bau N0 1. Perlakuan Memasukkan senyawa alkohol (Metanol, Etanol, n-Butanol, Sec-Butanol, T-Butanol dan Gliserol. 2 Membaui dengan cara menepiskan uapnya dari mulut botol ke arah hidung 3. Melakukan uji bau pada senyawa alkohol - Metanol, Etanol dan n-Butanol (Metanol, Etanol, n-Butanol, Sec-Butanol, baunya menyengat. Tert-Butanol, T-Butanol, dan Gliserol) - Sec-Butanol dan Tert-Butanol Hasil pengamatan

memiliki bau khas - Gliserol tidak berbau

22

5.5 Kecepatan reaksi dengan Hcl (uji lucas) No 1. Pelakuan Memasukkan masing-masing 1,6 mL nButanol, Sec-Butanol, Tert-Butanol Hasil pengamatan

kedalam 3 tabung reaksi. 2. Menambahkan 5 mL pereaksi lucas (ZnCl2 dalam HCl Pekat) kedalam masing-masing tabung reaksi. 3. Mengamati perubahan dalam amsing- - n-butil dari menit ke 5-60 warnanya

masing tabung setelah 15 menit, 30 menit, jernih 45 menit dan 60 menit. - S-butil dari menit ke 5-30 warnanya jernih. Pada menit ke 45-60 banyak gelembung T-Butil dari menit 30-45 menit dan ke 5-15

bergelembung. berkurang. gelembung kekeruhan.

gelembung ke 60

Pada kurang

terjadi

23

6. Pembahasan 6.1 Titik didih Percobaan pertama penentuan titik didih dengan menggunakan kapas yang dibulatkan, besarnya bulatan kapas tersebut disesuaikan dengan mulut botol, hal ini dilakukan agar senyawa alkohol tidak tumpah dan senyawa dapat menyentuh langsung bulatan kapas tersebut. Kemudian membasahi masing-masing kapas dengan menggunakan senyawa alkohol, etanol, n-butanol, dan tert-butil alkohol dengan cara memiringkan botol dan menggoreskan kapas-kapas yang telah basah tersebut pada permukaan kaca arloji yang besar, Menggoreskan dilakukan secara bersamaan. Kemudian mengamati manakah yang lebih dahulu mengering, etanol atau n butanol. Ternyata etanol lebih cepat mengering bila dibandingkan dengan n-butanol. Begitupun tert-butil alkohol lebih cepat menguap dibandingkan n-butanol Hal ini disebabkan karena etanol yang mempunyai rantai atom pendek bila dibandingkan dengan n-butanol. Sehingga apabila diuapkan diudara antara etanol dan nbutanol maka etanol yang lebih menguap. Perlakuan yang sama juga dilakukan pada nbutanol dan t-Butanol dan setelah diamati tbutanol lebih cepat menguap dibandingkan nbutanol. T-butanol dan n-butanol memang memiliki jumlah atom dan rumus molekul yang sama akan tetapi t-butanol dalam rantainya memiliki cabang, cabang ini mempengaruhi titik didih. Semakin banyak cabang semakin rendah titik didihnya. Dengan demikian n- butanol memiliki titik didih lebih tinggi daripada t-Butanol. Jadi etanol dan t-butanol dapat ditentukan memiliki titik didih paling rendah dibandingkan dengan n-butanol yang memiliki titik didih tinggi segingga menyebabkan n-butanol akan lebih lama menguap. 6.2 Kelarutan dalam air Pada percobaan kelarutan dalam air, menggunakan senyawa alkohol berupa, Etanol, N-butanol, S-butanol, T-butanol, dan Gliserol. Pada tabung reaksi diteteskan 10 tetes air pada tabung yang berbeda. Etanol pada saat 15 tetes cairan terpisah dua atau tidak larut. Pada Nbutanol pada saat 8 tetes di masukan kedalam air yang berada di tabung reaksi tidak larut, terdapat dua lapisan, dan keruh. Pada Sec-butanol pada saat 11 tetes di masukan kedalam air yang berada di tabung reaksi larut dalam air dan larutan keruh. Pada T-butanol saat 101 tetes di masukan kedalam air yang berada di tabung reaksi larut dalam air. Pada gliserol saat 70 tetes di masukan kedalam air yang berada di tabung larutan menjadi kental. Dapat disimpulkan bahwa semakin besar gugus R semakin berkurang kepolaran, sehinnga kelarutan dalam pelarut yang bersifat polar (seperti air) berkurang, sedangkan kelarutan dalam pelarut nonpolar bertambah.
24

6.3 Viskositas Pada Percobaan viskositas oleh senyawa alkohol yaitu n-butanol gliserol juga air. Pertama-tama melakukan perhitungan terhadap densitas cairan yang akan diujikan dengan menggunakan piknometer. Setalah dilakukan perhitungan terhadapdensitas masing-masing cairan dimasukan ke dalam alat ostwald, selanjutnya dilakukan perhitungan waktu aliran cairan pada alat oswald pada ketinggian tertentu. Dari percobaan yang didapatkan bahwa gliserol memiliki kekentalan yang tinggi dibandingkan dengan n-butanol dan air. Karena untuk mengalir setinggi 4 cm gliserol membutuhkan waktu 16 cm sedangkan n-butanol hanya 19 detik begitu pula dengan air hanya 9 detik saja untuk mengalir. 6.4 Uji Bau Pada percobaan uji bau, oleh senyawa alkohol di antaranya Etanol, N-butanol, Pentanol, S-butanol, T-butanol, gliserol dan etilengikol serta kegunaanya. Etanol mempunyai bau harum yang sangat menyengat seperti alkohol, pada etanol kegunaanya yaitu sebagai antiseptic. N-butanol saat uji bau, juga mempunyai bau harum yang sangat menyengat, kegunaannya yaitu sebagai pelarut, sebagai perantara dalam sintesis kimia, dan sebagai bahan bakar. Selanjutnya pada S-butanol dan T-butanol mempunya bau yang khas dan menyengat, kegunaanya sebagai pelarut, sebagai perantara dalam sintesis kimia. Pada uji bau gliserol bau nya tidak menyengat kegunaanya yaitu Sebagai pembuatan sabun dari lemak dan minyak. Yang terakhir pada uji bau etilenglikol senyawa ini tidak berbau, kegunaanya yaitu sebagai bahan baku tambahan pada pembuatan cat, cairan rem, solven, alkyl resin, tinta cetak, tinta ballpoint, foam stabilizer, kosmetik, dan bahan anti beku. Jadi pada uji bau tersebut, setiap senyawa alkohol mempunyai kegunaannya yang berbeda-beda. 6.5 Kecepatan reaksi dengan HCl (uji lucas) Pada uji lucas, sampel yang sedang direaksikan dengan reagen lucas berada dalam tabung reaksi yang disumbat dengan tisu. Hal ini dilakukan agar alkohol tidak menguap sehingga dapat dilihat perubahannya ketika direaksikan dengan reagen lucas. Saat percobaan, tidak terjadi perubahan warna yang dihasilkan oleh n-butil , hal ini sesuai dengan teori bahwa n-butil ( senyawa primer) tidak bereaksi dengan reagen lucas sehingga menghasilkan warna yang tetap sama seperti semula yaitu berwarna jernih. Pada percobaan s-butil dengan senyawa lucas terjadi pada setiap menit yang bertambah terjadi penambahan gelembung dari menit ke 5 sampai ke 60 menit gelembung terus bertambah. Hal ini menandakan bahwa s-butanol dapat bereaksi dengan HCl melalui pereaksi lucas. Tetapi hasil percobaan kami tidak sesuai dengan teori yang ada, karena
25

bau/harum serta

seharusnya di dalam teori menyebutkan bahwa akan terjadi perubahan warna atau reaksi pada s-butil (senyawa sekunder) apabila dilakukan pemanasan. Pada percobaan t-butil terjadi perubahan warna, yaitu larutan menjadi berwarna keruh pad menit ke 60. Hal ini sesuai dalam teori yang ada bahwa t-butil (senyawa tersier) bereaksi dengan reagen lucas untuk menghasilkan kekeruhan walaupun tanpa pemanasan. 7. Kesimpulan Titik didih Alkohol merupakan zat tidak berwarna. Bagian hidrokarbon alkohol bersifat hidrofob sedangkan gugus fungsi hidroksil bersifat hidrofil. Alkohol bersuhu rendah (sampai C3) adalah cairan encer yang dapat tercampur dengan air dalam segala perbandingan. Alkohol bersuhu sedang menyerupai minyak. Semakin panjang rantai atom C semakin rendah kelarutannya dalam air. Senyawaan C12 dan lebih tinggi berupa padatan panjang rantai C makin tinggi titik cair dan titikyang tidak larut. Makin didih. Gugus hidroksil mengakibatkan alkohol bersifat polar. Kelarutan dalam air Semakin besar gugus R semakin berkurang kepolaran, sehinnga kelarutan dalam pelarut yang bersifat polar (seperti air) berkurang, sedangkan kelarutan dalam pelarut nonpolar bertambah. Viskositas Dari pengamatan didapatkan Gliserol adalah senyawa alkohol yang paling kental dibandingkan dengan n-butanol dan air sehingga dapat panjang rantai karbon pada alkohol maka semakin kental pula zat alkohol tersebut Uji bau Setiap senyawa alkohol misalnya Etanol, N-butanol, S-butanol, T-butanol, gliserol mempunyai bau dan kegunaanya yang berbeda-beda. Kecepatan reaksi dengan HCl (uji lucas) Butanol dalam larutan normal tidak dapat bereaksi dengan HCl dalam pereaksi lucas akan tetapi jika telah membentuk s-butanol dan t-butanol maka senyawa ini akan mudah bereaksi dengan alkohol karena dipengaruhi oleh ikatan pada kerbon tersebut 8. Pertanyaan Praktikum 1. Jelaskan konsep perbedaan titik didih berdasarkan gaya- gaya intermolekul 2. Adakah hubungan antara meningkatnya gugus hidroksil pada senyawa alkohol dengan sifat kelarutan dalam air? Jelaskan.

26

3. Sebutkan 3 macam kegunaan gliserol. 4. Sebutkan 3 macam manfaat etilenaglikol. 5. Jelaskan mekanisme reaksi alkohol primer dengan senyawa hidrogen halida. Bagaimana peranan ZnCl2 dalam reaksi tersebut? Jelaskan. 6. Manakah yang lebih reaktif terhadap oksidasi, alkohol primer, sekunder, atau tersier? Mengapa? Jelaskan. Jawaban 1. Konsep Perbedaan Titik Didih berdasarkan gaya-gaya intermolekul Gaya antar molekul adalah gaya tarik menarik antar atom suatu molekul dengan atom molekul tetangganya. Adanya perbedaan titik didih yaitu molekul yang mempunyai bentuk memanjang lebih mudah mengalami polarisasi dibandingkan molekul yang bentuknya membulat, kompak dan simetris. Contohnya: Neopentana t.d = 9,5oC dan normal-pentana t.d = 36,1oC. 2. Hubungan antara meningkatnya gugus hidroksil padasenyawa alkohol dengan sifat kelarutan dalam air, yaitu: gugus hidroksil bersifat polar sebagai akibat atom oksigen elektronegatif yang menarik elektron ke arah dirinya sendiri. Akibatnya, molekul air tertarik ke gugus fungsional, dan hal ini akan membantu melarutkan senyawa organik yang mengandung gugus seperti ini. Contoh: gula, kelarutannya dalam air terjadi karena adanya gugus hidroksil. Sehingga, terjadi hubungan antara meningkatnya gugus hidroksil pada senyawa alkohol dengan sifat kelarutan dalam air. 3. 3 macam kegunaan gliserol, yaitu: a. Pembuatan lotion tangan dan kosmetik b. Bahan tambahan dalam tinta c. Bahan pemanis dan pelarut pada obat-obatan 4. 3 macam manfaat etilena glikol, yaitu: a. Digunakan pada pembuatan fiber poliester (dacron) b. Digunakan pada pembuatan film magnetik (mylar) yang digunakan untuk pita pada kaset dan printer. c. Digunakan sebagai bahan antibeku dalam radiator mobil di daerah beriklim dingin. 5. Mekanisme reaksi alkohol primer dengan senyawa hidrogen halida Semua alkohol mudah bereaksi dengan HBr dan HI menghasilkan alkil bromida dan alkil iodida. Alkohol tersier, alkohol benzilik dan alkohol alilik juga mudah bereaksi dengan HCl. Tetapi alkohol primer dan sekunder kurang reaktif dan memerlukan bantuan ZnCl2 tak berair atau katalis yang serupa, agar bereaksi dengan HCl yang kurang reaktif ini dalam waktu yang tak terlalu lama. Adapun reaksi alkohol primer dengan senyawa hidrogen halida Primer:
27

CH3CH2OH + HCl

CH3CH2Cl + H2O

6. Lebih reaktif terhadap oksidasi adalah alkohol primer. Di mana alkohol primer bisa di oksidasi baik menjadi aldehid maupun asam karboksilat tergantung pada kondisi-kondisi reaksi. Untuk pembentukan asam karboksilat, alkohol pertama-tama dioksidasi menjadi sebuah aldehid yang selanjutnya dioksidasi lebih lanjut menjadi asam. Oksidasi parsial menjadi aldehid Oksidasi alkohol akan menghasilkan aldehid jika digunakan alkohol yang berlebihan, dan aldehid bisa dipisahkan melalui distilasi sesaat setelah terbentuk. Oksidasi sempurna menjadi asam karboksilat Untuk melangsungkan oksidasi sempurna, diperlukan agen pengoksidasi yang berlebih dan memastikan agar aldehid yang terbentuk pada saat produk setengah-jalan tetap berada dalam campuran alkohol dipanaskan dibawah refluks dengan agen pengoksidasi berlebih. Jika reaksi telah selesai, asam karboksilat bisa dipisahkan dengan distilasi.
Persamaan reaksi sempurna untuk oksidasi etanol menjadi asam etanoat adalah sebagai berikut:

CH3CH2OH + 2[O]

CH3COOH + H2O

Atau, kita bisa menuliskan persamaan terpisah untuk dua tahapan reaksi, yakni pembentukan etanal dan selanjutnya oksidasinya: CH3CH2OH + [O] CH3CHO + [O] CH3COOH + H2O CH3COOH

28

DAFTAR PUSTAKA

Anonim.

2010.

Laporan

Praktikum

Alkohol.

Online

available

ttp://www.scribd.com/doc/108931744/Laporan-Praktikum-Alkohol
Anonim. 2011 Oksidasi Alkohol. http://www.chem-is-try.org/materi_kimia /sifat_senyawa_organik/ alkohol1/oksidasi_alkohol/

Rina.

2011.

Laporan

Praktikum

Kimia

Organik.

Online

available

http://rinagitchu.blogspot.com/2011/12/laporan-praktikum-kimia-organik.html

29

Lampiran

30

Anda mungkin juga menyukai