Anda di halaman 1dari 9

BAB I PENDAHULUAN

Kejang merupakan suatu manifestasi klinis yang sering dijumpai di ruang gawat darurat. Hampir 5% anak berumur di bawah 16 tahun setidaknya pernah mengalami sekali kejang selama hidupnya.1 Kejang penting sebagai suatu tanda adanya gangguan neurologis. Keadaan tersebut merupakan keadaan darurat. Kejang mungkin sederhana, dapat berhenti sendiri dan sedikit memerlukan pengobatan lanjutan, atau merupakan gejala awal dari penyakit berat, atau cenderung menjadi status epileptikus. Tatalaksana kejang seringkali tidak dilakukan secara baik. Karena diagnosis yang salah atau penggunaan obat yang kurang tepat dapat menyebabkan kejang tidak terkontrol, depresi nafas dan rawat inap yang tidak perlu. Langkah awal dalam menghadapi kejang adalah memastikan apakah gejala saat ini kejang atau bukan. Selanjutnya melakukan identifikasi kemungkinan penyebabnya.

BAB II LAPORAN KASUS


Seorang anak laki-laki 12 tahun dibawa ibunya ke UGD karena baru saja kejang di rumah, tetapi saat sampai di UGD kejang sudah berhenti. Anamnesis pada ibunya ternyata pasien sejak kemarin kejang 4 kali. Kejang berlangsung 1 menit. Kejang terjadi di seluruh tubuh, sifatnya kaku dan kelojotan. Saat kejang pasien tidak sadar. Mata melirik ke atas, tetapi tidak mengeluarkan busa dan darah dari mulut. Sebelum ini pasien tak pernah kejang. Pasien lahir normal, cukup bulan. Perkembangan mental dan fisik normal. Pasien tak pernah menderita sakit berat atau trauma kepala. Pasien tak pernah dirawat di RS. Sejak 1 bulan pasien sering mengeluh nyeri kepala dan rasa berputar yang hilang timbul disertai mual dan muntah serta tidak panas.

BAB III PEMBAHASAN

I.

Masalah dan Hipotesis (terserah ini bu mau masupin yg kata-kata apa yg tabel :) ) Seorang anak laki-laki 12 tahun dibawa kejang tetapi saat sampai di UGD kejang sudah berhenti. Kejang adalah manifestasi klinis khas yang berlangsung secara intermitten dapat berupa gangguan kesadaran, tingkah laku, emosi, motorik, sensorik, dan atau otonom yang disebabkan oleh lepasnya muatan listrik yang berlebihan di neuron otak.
2

Kejang dapat

diakibatkan berbagai macam etiologi. etiologi kejang yang tersering pada anak yaitu: Kejang demam Infeksi: meningitis, ensefalitis Gangguan metabolik: hipoglikemia, hiponatremia, hipoksemia, hipokalsemia, gangguan elektrolit, defisiensi piridoksin, gagal ginjal, gagal hati, gangguan metabolik bawaan.3 Trauma kepala Keracunan: alkohol, teofilin Penghentian obat anti epilepsi Lain-lain: enselopati hipertensi, tumor otak, perdarahan intrakranial, idiopatik

Untuk itu perlu dilakukan anamnesis tambahan: Apakah ada pengobatan yang diberikan saat pasien kejang? Bagaimana onset kejang? Bagaimana kejangnya? Apakah ada penyakit lain? Riwayat kelahiran? Riwayat tumbuh kembang? Apakah ada demam? bagaimana riwayat vaksinasi anak? Factor pencetus / penyebab kejang: Trauma? Kelainan neurologis? Obat-obatan yang dikonsumsi? Nyeri/cedera akibat kejang? Apakah ada anggota keluar yang mengalami hal yang sama?
3

bagaimana asupan gizi harian anak?

Anamnesis pada ibunya ternyata pasien sejak kemarin kejang 4 kali. Kejang berlangsung 1 menit. Kejang terjadi di seluruh tubuh, sifatnya kaku dan kelojotan. Berdasarkan anamnesis yang didapat dari ibu pasien, dapat diketahui jenis kejang yang terjadi pada anak ini yaitu kejang umum tonik-klonik. Tipe kejang ini biasa terjadi pada epilepsi.

Pasien lahir normal, cukup bulan. Perkembangan mental dan fisik normal. Pasien tak pernah menderita sakit berat atau trauma kepala. serta tidak panas. Keterangan di atas dapat memperjelas bahwa penyakit yang terjadi pada pasien bukan berasal dari infeksi, trauma, keracunan, serta kelainan bawaaan.

Pasien tak pernah dirawat di RS. Sejak 1 bulan pasien sering mengeluh nyeri kepala dan rasa berputar yang hilang timbul disertai mual dan muntah Dapat disebabkan peingkatan tekanan intrakranial baik karena adanya tumor maupun sebab lainnya. Selain itu mual-muntah sendiripun dapat merupakan akibat dari pengaruh tumor intrakranial secara umum. Rasa berputar yang hilang timbul (vertigo) pada pasien termasuk vertigo non-vestibular, yaitu vertigo yang kerusakannnya bukan dari alat vestibular namun ada penyebab lain.

Masalah Dasar Mual dan Anamnesis muntah

Hipotesis Neoplasma

Mekanisme Adanya neoplasma dapat mengakibatkan peningkatan tekanan intrakranial, dengan manifestasi muntah

Epilepsi

Mual dan muntah merupakan aura pada epilepsi, yaitu gejala pendahuluan dari epilepsi

Anamnesis Tambahan - Onset dari muntah? - Apakah ada demam sebelumnya? - Apakah ada nafsu makan yang berkurang? - Apakah ada penurunan BB signifikan? - Onset dari muntah? - Bagaimana riwayat pasca lahir? (Adanya asfiksia, perdarahan dapat menyebabkan sel-sel otak rusak dan pencetus untuk terjadi epilepsi) - Bagaimana riwayat keluarga? (Epilepsi bisa diturunkan secara herediter) - Apa sebelumnya sudah dilakukan pengobatan? - Bagaimana psikis anak sebelumnya? (Stres merupakan faktor
4

Gangguan metabolik

Infeksi (meningitis, encepalitis)

Muntah dapat menyebabkan chlorida keluar dan digantikan oleh bikarbonat (chloride shift) sehingga pH menjadi alkalosis Adanya infeksi dapat menyebabkan peningkatan tekanan intrakranial dengan manifestasi muntah

pencetus terjadinya epilepsi) Onset dari muntah? Bagaimana riwayat penyakit dahulu, apa ada kelainan ginjal?

Nyeri kepala berputar, hilang timbul

Anamnesis

Epilepsi

Nyeri kepala merupakan aura pada epilepsi yaitu gejala pendahuluan dari epilepsi Adanya neoplasma menyebabkan penekanan pada otak, sehingga timbul nyeri -

Apakah ada demam sebelumnya? Apakah disertai dengan penurunan kesadaran? Bagaimana dengan lingkungan pasien? (Lingkungan dengan padat penduduk lebih rentan) Apa disertai dengan penglihatan double? (Pada meningitis dapat mengenai nervus III, IV, VI) Onset dari nyeri kepala? Apakah sudah diberi pengobatan sebelumnya? Apa disertai dengan mual dan muntah? Onset dari nyeri kepala? Apakah sudah diberi pengobatan sebelumnya? Apa disertai dengan mual dan muntah? Apakah ada demam sebelumnya? Apakah ada nafsu makan yang berkurang? Apakah ada penurunan BB signifikan? Apakah ada demam sebelumnya? Apakah disertai dengan penurunan kesadaran? Bagaimana dengan lingkungan pasien? (Lingkungan dengan padat penduduk lebih rentan) Apa disertai dengan penglihatan double (Pada meningitis dapat mengenai nervus III, IV, VI

Neoplasma

Infeksi (meningitis, encepalitis)

Adanya reaksi inflamasi pada bagian otak, terjadi rangsangan pada hipotalamus sehingga suhu tubuh tinggi. Suhu tubuh tinggi dapat menimbulkan nyeri kepala

Mata Anamnesis melirik ke atas tetapi

Hanya sebagai tanda anak sedang kejang


5

tidak mengeluark an busa dan darah dari mulut

II. 1.

Pemeriksaan Fisik Pemeriksaan fisik umum a. Berat badan Berat badan pasien 40 kg dapat memperlihatkan bahwa status gizi pasien cukup baik

b. Tanda-tanda vital (tekanan darah, nadi, suhu) Tekanan darah 120/80, nadi 80 x/menit, napas 24 x/menit, serta suhu 37o C. Tanda vital yang normal pada pasien ini dapat menunjukkan keadaan umum pasien baik serta menyingkirkan kemungkinan pasien mengalami infeksi sistemik.

c. Pemeriksaan Neurologis Pasien sering menutup mata dan membuka mata bila ditanya. Bila ditanya pasien bisa menjawab dengan baik serta pasien bisa melakukan instruksi bila diminta. Pernyataan diatas dapat digunakan dalam menilai kesadaran pasien denga kuantitatif yaitu melalui Glasgow Coma Scale. Glasgow Coma Scale (GCS) adalah skala yang dipakai untuk menentukan/menilai tingkat kesadaran pasien, mulai dari sadar sepenuhnya sampai keadaan koma.4 Teknik penilaian dengan ini terdiri dari tiga penilaian terhadap respon yang ditunjukkan oleh pasien setelah diberi stimulus tertentu, yakni respon buka mata, respon

motorik terbaik, dan respon verbal. Setiap penilaian mencakup poin-poin, di mana total poin tertinggi bernilai 15. Interpretasi tingkat kesadaran GCS pada pasien adalah E3V5M5. Tidak terdapat rangsangan selaput otak Menunjukkan pasien tidak mengalami perangsangan pada selaput otaknya contohnya pada keadaan meningitis. Pemeriksaan nervus Cranialis dan sistem sensoris maupun motoris tidak jelas ada kelainan

Hasil ini dapat diperoleh pada keadaaan pasien yang tidak dapat dinilai, jadi tidak jelas apakah ada kelainan atau tidak. III. a. Pemeriksaan Penunjang Pemeriksaan Laboratorium dan Foto Thorax Hasil pemeriksaan laboratorium yang normal dapat menggambarkan kelainan pada pasien bukan berasal dari gangguan metabolik maupun merupakan infeksi. Lalu pada foto thorax juga normal, hal ini mengindikasikan bahwa pasien tidak menderita tumor metastasis, karena pada umumnya tumor metastasis berasal dari paru-paru. b. Pemeriksaan EEG sesuai dengan penyakit convulsi umum, hasil ini dapat menyatakan keadaan yang dialami pasien adalah kejang umum. c. CT scan Kepala Pada CT Scan, Terdapat gambaran hiperdens pada bagian Fossa Cerebri posterior intratentorium. Gambaran ini biasanya terdapat pada medulloblastoma. (krg gambar) IV. V. Diagnosis dan Patofisiologi Tatalaksana

a. Medikamentosa b. Non Medikamentosa VI. VII. Komplikasi Prognosis

BAB IV TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV PENUTUP

DAFTAR PUSTAKA
1. Schweich PJ, Zempsky WT. Selected topic in emergency medicin. In: McMilan JA, DeAngelis CD, Feigen RD, Warshaw JB, Ed. Oskis pediatrics. Philadelphia: Lippincot Williams & Wilkins; 1999. p. 566-89. 2. Smith DF, Appleton RE, MacKenzie JM, Chadwick DW. An Atlas of epilepsy. 1st ed. New York: The Parthenon Publishing Group, 2000. p. 15-23. 3. Anonymous. Mechanisms Underlying Seizures and Epilepsy. Available at : http://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK2510/. Accessed on 2013 July 12th. 4. Dieckmann RA, Brownstein D, Gausche-Hill M. Pediatric Education for Prehospital Professionals. Sudbury Massachussets : Jones and Bartlett Publishers; 2002. p. 98-113.

Anda mungkin juga menyukai