Anda di halaman 1dari 4

2.4 2.4.

Diare Definisi diare Diare merupakan penyakit yang terjadi ketika terdapat perubahan

konsistensi feses selain dari frekuensi buang air besar, feses lebih berair dari biasanya, atau jika buang air besar tiga kali atau lebih, dengan kandungan air tinja lebih dari normal (>200 gram atau 200ml/24 jam) dan dapat/tanpa disertai lendir dan darah (Dinas Kesehatan Kota Padang, 2011). Diare dapat diklasifikasikan berdasarkan menurut lama waktu diare, yaitu : a. Diare akut Diare akut didefinisikan sebagai diare yang berlangsung kurang dari 2 minggu dengan pasase tinja yang cair/lembek dan jumlah yang lebih banyak dari normal (frederick S. Southwick, MD, 2008, WHO, 1980). b. Diare kronik Diare kronik adalah diare yang berlansung lebih dari 2 minggu. c. Diare persisten Diare persisten adalah diare yang berlansung 15-30 hari yang merupakan kelanjutan dari diare akut ( Nasrronudin,2007, WHO, 1980). 2.4.2 Epidemiologi dan distribusi diare Diare adalah penyakit yang banyak ditemui di negara-negara berkembang dan merupakan salah satu penyebab utama kematian di seluruh dunia. Hampir 2,5 juta orang meninggal setiap tahunnya akibat penyakit ini (frederick S. Southwick, MD, 2008). Frekuensi kejadian diare pada negara-negara berkembang termasuk indonesia lebih banyak 2-3 kali dibandingkan dengan negara maju (Simadibrata, 2009).

26

2.4.3

Etiologi dan patogenesa diare

2.4.3.1 Etiologi Penyebab tersering dari penyakit diare yang banyak ditemukan di masyarakat yaitu disebabkan oleh bakteri patogen (Simadibrata, 2009) (DKK Kota Padang, 2010). Data menunjukkan bahwa 90 % diare akut disebabkan oleh infeksi mikroorganisme, sementara 10 % lainnya disebabkan oleh pengaruh obatobatan, toksin yang tertelan, alergi, iskemia, dan Nasrronudin,2007). Beberapa penyebab terjadinya diare, diantaranya : a. infeksi enteral Bakteri ; Shigella sp., E. coli patogen (ETEC, EPEC, EIEC, EaggEC), dll. Virus : rotavirus, adeno virus, dll. Parasit : Protozoa ; Entamoba histolytica, Giardia lamblia. Fungus : kandida/moniliasis beberapa keadaan lain(

b. parenteral : otitis media akut (OMA), Pneumonia. dll. (B.K. Mandal dkk, 2008, Simadibrata, 2009). Sementara itu juga terdapat penyebab diare non infeksi, seperti : Intoksikasi makanan Alergi : susu sapi, makanan tertentu Malabsorpsi Imunodefisiensi efek obat-obat dan lain-lain. Penelitian lain tentang diare, khusunya diare akut, terhadap 123 pasien di rumah sakit persahabatan tahun 1993-1994 , oleh hendarwanto, setiawan dkk

27

mendapatkan bahwa etiologi infeksi tertinggi adalah disebabkan oleh E. coli (38,29%), disusul oleh Vibrio cholera ogawa, Aeromonas sp., Shigella flexneri, Salmonella sp (Simadibrata, 2009). Patofisiologi Diare dapat disebabkan oleh satu atau lebih patofisiologi, sebagai berikut : a. Osmolaritas intraluminal meninggi, disebut diare osmotik.

b. Sekresi cairan dan elektrolit meninggi, disebut diare skretorik. Malabsorpsi asam empedu, malabsorpsi lemak c. Defek sistem pertukaran anion/transport elektrolit aktif di enterosit. d. Motilitas dan waktu transit usus abnormal. e. Gangguan permeabilitas usus

f. Inflamasi dinding usus, disebut diare inflamatorik. g. Infeksi dinding usus, disebut diare infeksi (Simadibrata, 2009) Volume tinja yang meningkat dimungkinkan karena salah satu proses berikut, yaitu : Hipersekresi : salah satu contohnya disebabkan oleh toksin kolera, yang diaktifkan sekresi dari sel ephitelial usus. Inflamasi, dimana sekresi dapat dirangsang dan kapasitas reabsorpsi dari usus terganggu Osmotik diare, dimana zat osmotik aktif dalam isi usus mencegah reabsorpsi air dengan menciptakan gradien tekanan osmotik yang curam

28

Hipermotilitas, di mana peningkatan hasil peristaltis dalam rapid transit dari isi usus melalui usus, melebihi tingkat di mana cairan dapat diserap kembali.

(Keshav, 2011) 2.4.3.2 Patogenesis Yang berperan pada terjadinya diare terutama karena infeksi yaitu faktor kausal (agent) dan faktor penjamu (host). Faktor penjamu adalah kemampuan tubuh untuk mempertahankan diri terhadap organisme yang dapat menimbulkan diare, terdiri dari faktor faktor daya tangkis atau lingkungan internal saluran cerna antara lain : keasaman lambung, motilitas usus, imunitas dan juga lingkungan mikroflora usus. Faktor kausal yaitu daya penetrasi yang dapat merusak sel mukosa, kemampuan memproduksi toksin yang mempengaruhi sekresi cairan usus halus serta daya lekat kuman (Simadibrata, 2009)

29

Anda mungkin juga menyukai